Anda di halaman 1dari 54

Lampiran VI : Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 15 Tahun 2006 Tanggal 24 November 2006

BAB VI KEBIJAKAN UMUM 6.1. AGENDA I MENCIPTAKAN KALIMANTAN SELATAN YANG TERTIB Agenda I memiliki dua sasaran, yaitu sasaran pertama terdiri dari Bidang Hukum dan Pemerintahan serta Sumberdaya Alam, Lingkungan Hidup dan Tata Ruang. Sementara itu untuk Sasaran Kedua meliputi Bidang Hukum dan Pemerintahan. Adapun rincian permasalahan, sasaran dan arah kebijakan dari sasaran pertama di atas adalah sebagai berikut : 6.1.1. Sasaran Pertama Agenda I Bidang Hukum dan Pemerintahan A. Permasalahan Permasalahan dalam penyelenggaraan hukum pada dasarnya meliputi tiga hal pokok yaitu : substansi hukum, struktur hukum, dan budaya hukum. Tumpang Tindih dan Inkonsistensi Peraturan Perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan yang ada masih banyak yang tumpang tindih, inkonsisten dan bertentangan antara peraturan yang sederajat satu dengan lainnya, antara peraturan tingkat pusat dan daerah, dan antara peraturan yang lebih rendah dengan peraturan di atasnya. Implementasi undang-undang terhambat peraturan pelaksanaannya. Tidak dibuatkan dengan segera berbagai peraturan pelaksanaan yang diperintahkan oleh undang-undang yang bersangkutan sehingga banyak yang tidak dapat dilaksanakan secara efektif. Pada asasnya, undang-undang yang baik adalah undang-undang yang langsung dapat diimplementasikan dan tidak memerlukan peraturan pelaksanaan lebih lanjut. Akan tetapi kebiasaan untuk menunggu peraturan pelaksanaan menjadi penghambat operasionalisasi peraturan perundang-undangan. Kurangnya independensi dan koordinasi kelembagaan hukum, terutama lembaga-lembaga penegak hukum juga membawa akibat besar dalam sistem hukum.. Independensi dan akuntabilitas merupakan dua hal berbeda dalam wadah yang sama. Oleh karena itu independensi lembaga hukum harus disertai dengan akuntabilitas. Namun demikian dalam praktek, pengaturan tentang akuntabilitas lembaga hukum tidak dilakukan dengan jelas, baik kepada siapa atau lembaga mana ia harus bertanggung jawab maupun tata cara bagaimana yang harus dilakukan untuk memberikan pertanggungjawabannya. Hal yang demikian telah memberikan kesan tiadanya transparansi di dalam semua proses hukum. Sumber daya manusia di bidang hukum. Secara umum, kualitas sumber daya manusia di bidang hukum, dari mulai para peneliti hukum, perancang peraturan perundang-undangan sampai tingkat pelaksana dan penegak hukum masih perlu peningkatan. Rendahnya kualitas sumber daya manusia di bidang hukum juga tidak terlepas dari belum mantapnya sistem pendidikan hukum yang ada. Sistem peradilan yang tidak transparan dan terbuka. Masalah ini mengakibatkan hukum belum sepenuhnya memihak pada kebenaran dan keadilan karena tiadanya akses masyarakat untuk melakukan pengawasan terhadap

49

penyelenggaraan peradilan. Kondisi tersebut juga diperlemah dengan profesionalisme dan kualitas sistem peradilan yang masih belum memadai sehingga membuka kesempatan terjadinya penyimpangan kolektif di dalam proses peradilan sebagaimana dikenal dengan istilah mafia peradilan. Timbulnya degradasi budaya hukum di lingkungan masyarakat. Gejala ini ditandai dengan meningkatnya apatisme seiring dengan menurunnya tingkat apresiasi masyarakat baik kepada substansi hukum maupun kepada struktur hukum yang ada. Hal ini telah tercermin dari peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi di masyarakat. Seperti seringnya terjadi kasus main hakim sendiri, pembakaran para pelaku kriminal, pelaksanaan sweeping oleh sebagian anggota masyarakat yang terjadi secara terus menerus tidak seharusnya dilihat sebagai sekedar euforia yang terjadi pasca reformasi tetapi juga dapat dilihat sebagai ketidak percayaan masyarakat terhadap hukum itu sendiri dan aparat hukumnya dibalik itu tercermin rendahnya budaya hukum masyarakat Menurunnya kesadaran akan hak dan kewajiban hukum masyarakat. Kesadaran masyarakat terhadap hak dan kewajiban hukum tetap mensyaratkan antara lain tingkat pendidikan yang memungkinkan untuk dapat memahami dan mengerti berbagai permasalahan yang terjadi. Dua pihak berperan penting yaitu masyarakat dan kualitas aparat yang bertugas melakukan penyebarluasan hukum dan berbagai peraturan perundang-undangan. B. Sasaran Untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang tertib, aman dan demokratis yang ditunjukkan dengan tingginya pemahaman terhadap hukum, nilai-nilai agama dan etika, yang tercermin pada tingkah laku kehidupan sehari-hari di daerah Kalimantan Selatan, yang ingin dicapai pada tahun 2010, dalam pembangunan bidang hukum dan pemerintahan adalah berupa terbentuknya produk-produk hukum yang diperlukan oleh masyarakat, yang disertai dengan penerapan dan penegakannya, pada semua aspek kehidupan, disertai dengan adanya koordinasi dan pembinaan hukum baik kepada aparatur pemerintah, maupun kepada masyarakat. Selain dari pada itu diharapkan pada tahun 2010 juga kualitas pelayanan publik yang diberikan telah dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip pelayanan yang diinginkan, seperti penurunan waktu pelayanan, pengurangan biaya pelayanan, peningkatan kualitas pelayanan, peningkatan akuntabilitas pelayanan, peningkatan kepuasan masyarakat atas pelayanan publik. Adapun secara rinci sasaran bidang hukum dan pemerintahan adalah sebagai berikut : 1. Terbentuknya produk-produk hukum daerah dan terlaksananya inventarisasi dan kodifikasi peraturan per Undang-undangan khususnya Perda. 2. Meningkatnya pelayanan dan bantuan hukum yang murah dan cepat dalam rangka upaya pemerataan memperoleh keadilan, bagi pencari keadilan terutama bagi yang kurang mampu. 3. Meningkatnya peran dari lembaga peradilan yang mandiri, cepat, dan efesien dan penegak hukum yang berwibawa, bersih, profesional dalam upaya memulihkan kembali kepercayaan hukum masyarakat secara keseluruhan. 4. Terjaminnya konsistensi seluruh peraturan pusat dan daerah, dan tidak bertentangan peraturan dan perundangan di atasnya.
50

5. Tegaknya supremasi hukum. 6. Meningkatnya stabilitas keamanan wilayah C. Arah Kebijakan Pembangunan Bidang Hukum dan Pemerintahan dalam lima tahun mendatang diarahkan pada kebijakan untuk : 1. Menata kembali substansi hukum melalui peninjauan dan penataan kembali peraturan perundang-undangan untuk mewujudkan tertib perundangundangan dengan memperhatikan asas umum dan hirarki perundangundangan; dan menghormati serta memperkuat kearifan lokal dan hukum adat untuk memperkaya sistem hukum dan peraturan melalui permberdayaan yurisprudensi sebagai bagian dari upaya pembaruan materi hukum nasional. 2. Meningkatkan budaya hukum antara lain melalui pendidikan dan sosialisasi berbagai peraturan perundang-undangan serta perilaku keteladanan dari kepala daerah dan jajarannya dalam mematuhi dan menaati hukum serta penegakan supremasi hukum. 3. Penegakan supremasi hukum disemua bidang dan lini pemerintahan dengan meningkatkan kordinasi antar aparat dan instansi penegak hukum Bidang Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Tata Ruang A. Permasalahan Sumberdaya alam merupakan komponen yang diperlukan dalam mendukung pembangunan, namun dalam pengelolaannya belum memberikan manfaat yang dapat mensejahterakan masyarakat dan potensi sumber daya alam yang tersedia makin menurun. Pemanfaatan sumberdaya alam sekarang ini kurang memperhatikan kaidah.kaidah konservasi yang dapat mengatur dan mengendalikan tersedianya sumberdaya alam bagi generasi yang akan datang sehingga muncul permasalahanpermasalahan, terutama batubara, hutan, dan perikanan belum memberi dampak peningkatan kesejahteraan ekonomi bagi penduduk. Bahkan, eksploitasi batubara dan hutan yang tak akrab lingkungan menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas lingkungan, seperti deforetasi, polusi, alih fungsi lahan. Dalam jangka waktu panjang akan menghambat tercapainya tujuan sustainable development. Masalah lain yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya alam adalah belum mantapnya penerapan hukum yang menyangkut illegal mining, illegal logging, illegal fishing. Sebagai salah satu akibat kegiatan illegal mining dan illegal logging adalah munculnya lahn-lahan kritis dimana pada tahun 1989 luasnya mencapai 560.283 Ha dan hasil pendataan ulang pada tahun 2004 luas lahan kritis berkurang menjadi 555.983,335 Ha. Selain pencurian dan penebangan atau penambangan tanpa izin, meningkatnya kegiatan eksploitasi sumberdaya alam dalam jangka panjang akan mengganggu kelestarian sumberdaya alam dan kerusakan lingkungan. Beberapa di antaranya yang perlu perhatian serius adalah eksploitasi berlebihan pada lingkungan pesisir dan laut, yang akan menyebabkan kerusakan terumbu karang dan hutan mangrove, serta semakin meningkatnya pencemaran air, tanah dan udara. Masalah ini akan semakin rumit bila RTRW Propinsi, Kabupaten, dan Kota serta

51

kooordinasi dan konsultasi program dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan belum dirampungkan dan dimantapkan. Rendahnya komitmen perusahaan yang bergerak dalam pemanfaatan sumberdaya alam terhadap pemulihan lingkungan hidup dan community development, belum terkoordinasinya pemberian izin eksploitasi sumberdaya alam, pembagian hasil pemanfaatan sumberdaya alam yang belum adil antara Pusat dan Daerah, serta belum terlaksananya wewenang lintas-kabupaten/kota dari Gubernur, juga merupakan tantangan-tantangan lain yang harus diatasi oleh pemerintah dan komponen pembangunan lainnya agar pemanfaatan sumberdaya alam bisa memberi dampak kemakmuran kepada penduduk dan daerah dalam jangka panjang. Disamping permasalahan pada sumberdaya alam dan lingkungan hidup, maka seiring dengan era otonomi daerah yang ditandai antara lain terjadinya pemekaran provinsi/kabupaten/kota memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap penyelenggaraan penataan ruang daerah baik dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan tata ruang yang berupa penyusunan atau peninjuan kembali (revisi) rencana tata ruang wilayah atau kawasan. Pelaksanaan penataan ruang di Propinsi Kalimantan Selatan pada umumnya sedang mengalami tahapan proses penyusunan dan peninjauan kembali terutama Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota se Kalimantan Selatan maupun RTRW Propinsi Kalimantan Selatan yang mengakamodasikan perubahanperubahan penataan ruang yang telah, sedang dan akan terjadi selama durasi perencanaan yang ditetapkan. Perubahan penataan ruang merupakan salah ciri dinamika penataan ruang yang selalu mengikuti dimensi pergeseran dan perubahan kondisi fisik, sosial, ekonomi, budaya, politik masyarakat yang terlibat dan menempati ruang tersebut serta adanya ketentuan perundang-undangan yang memperbolehkan terjadinya revisi minimal 5 (lima) tahun sekali. Terlalu seringnya atau terlambatnya melaksanakan revisi menimbulkan celah ketidakpastian penegakan hukum penataan ruang yang berujung pada tidak kondusifnya iklim investasi, melunturnya kewibawaan pemerintah dan adanya kecendrungan untuk melegalisasi pelanggaran hukum penataan ruang yang telah ditetapkan sebelumnya. Beberapa permasalahan utama yang dihadapi dalam penataan ruang adalah : ketidak-jelasan tata batas wilayah administrasi pemerintahan, kawasan lindung, kawasan budidaya dan kawasan laut, banyaknya lahan tidur yang belum diusahakan walaupun pengusaan lahan telah diperoleh, belum optimalnya pemanfaatan rencana tata ruang sebagai acuan koordinasi pembangunan lintas bidang dan wilayah. Kesepakatan penyelesaian tata batas wilayah administrasi pemerintahan, kawasan lindung, kawasan budidaya dan kawasan laut yang berproses melalui berbagai tahapan tidak seimbang dengan laju perkembangan pembangunan yang membutuhkan kejelasan tata batas tersebut baik secara fisik maupun legalisasinya. Keadaan ini akan berpotensi antara lain memicu dan memacu konflik antar daerah, antar penduduk, tidak kondusifnya iklim investasi terutama pada daerah-daerah yang kaya sumberdaya alam dan lokasi-lokasi yang strategis bagi pelayanan jasa publik, pertahanan dan keamanan. Hak penguasaan lahan yang telah diberikan negara kepada para para pengusaha perkebunan, pertambangan, kehutanan seperti antara lain Hak Guna

52

Usaha (HGU), PKP2B, HPH (Hak Penguasaan Hutan), HTI(Hutan Tanaman Industri) pada umumnya kurang optimal diusahakan sehingga mengakibatkan banyak lahan tidur. Keadaan ini memicu adanya konflik penguasaan lahan dalam bentuk tumpang tindih penguasaan baik antar pemegang hak maupun dengan masyarakat terlebih lagi apabila lahan tersebut mengandung potensi sumberdaya alam seperti batubara, biji besi dan lain-lain. Pembebasan lahan oleh pemegang hak juga sangat dipengaruhi oleh masyarakat yang terlebih dahulu menguasai lahan tersebut. Penatagunaan tanah yang meliputi penguasaan, pemanfaatan dan penggunaan tanah tidak terpisahkan dengan penataan ruang wilayah yang pada dasarnya mengatur tanah atau lahan yang dikuasai negara maupun masyarakat. Pengaturan ini menghendaki adanya transparansi, adil dan demokratis dengan mempertimbangkan kesejajaran kepentingan umum dengan hak-hak masyarakat termasuk hak ulayat komunitas masyarakat adat serta menghindari adanya spekulan tanah. Hal ini disebabkan karena belum efektif dan efisien sistem penatagunaan tanah (a) belum terwujudnya kelembagaan pertanahan yang efisien dalam memberikan pelayanan pertanahan kepada masyarakat; (b) masih rendahnya kompetensi penatagunaan tanah; (c) masih lemahnya penegakan hukum terhadap hak atas tanah yang menerapkan prinsip-prinsip yang adil, transparan, dan demokratis. Rencana tata ruang wilayah yang merupakan kesepakatan antar stakeholders, dalam implementasinya kurang dimanfaatkan sehingga sering terjadi konflik kepentingan yang selalu menonjolkan ego sektoral dan ego daerah berdasarkan tata ruang sektoral dan tata ruang daerah yang bersangkutan. Hal ini disebabkan antara lain : (a) Belum efektifnya kelembagaan penataan ruang baik di daerah, regional maupun nasional yang disebabkan antara lain masih kuatnya ego sektoral dan ego daerah dalam kompromi alokasi pemanfaatan ruang; (b) Belum terpadunya antara implementasi pembangunan dengan rencana tata ruang antara lain disebabkan kurangnya sinkronisasi kawasan menurut fungsinya terutama dalam satu kesatuan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) atau satuan wilayah sungai (SWS), berkurangnya satu kesatuan kawasan lindung, tumpang tindihnya perijinan penguasaan lahan, adanya konflik yang berkepanjangan dengan masyarakat, kurangnya kerjasama perencanaan alokasi pemanfaatan ruang perbatasan, belum sepenuhnya keterlibatan masyarakat (stakeholders) dalam tahapan-tahapan proses penataan ruang, belum adanya pola insentif dan disinsentif, adanya upaya untuk meningkatkan pendapatan, adanya kebutuhkan lahan yang meningkat disisi lain adanya keterbatasan lahan; B. Sasaran Untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang tertib, aman dan demokratis yang ditunjukkan dengan tingginya pemahaman terhadap hukum, nilainilai agama dan etika, yang tercermin pada tingkah laku kehidupan sehari-hari di daerah Kalimantan Selatan, yang ingin dicapai pada tahun 2010, dalam pembangunan bidang sumberdaya alam dan lingkungan hidup, adalah dengan sasaran meningkatnya pengawasan dan penegakan hukum di bidang sumberdaya alam dan lingkungan hidup, berupa terkendalinya aktivitas penambangan tanpa izin (illegal mining), penebangan liar (illegal logging) dan penangkapan ikan yang terlarang (illegal fishing), tuntasnya penetapan dan penegasan tata batas wilayah administrasi pemerintahan, kawasan lindung, kawasan budidaya dan kawasan laut baik secara

53

fisik maupun legalisasinya, semakin berkurangnya lahan tidur yang dikuasai pemegang hak pengusaan lahan dan meningkatnya kemitraan dengan masyarakat lokal; serta terwujudnya keserasian koordinasi dan sinkronisasi keterpaduan rencana pembangunan dengan rencana tata ruang dalam suatu sistem wilayah pembangunan yang berkelanjutan yang mendapat dukungan dari berbagai sektor dan daerah; C. Arah Kebijakan Arah kebijakan dalam pembangunan bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup pada kurun waktu lima tahun adalah : 1. Mengendalikan illegal logging, illegal minning dan penangkapan ikan yang terlarang. Sementara arah kebijakan dalam penataan ruang pada kurun waktu lima tahun ke depan adalah : 1. Meningkatkan kerjasama dan fasilitasi antar propinsi dan kabupaten/kota yang berbatasan secara terpadu, komprehensif dan partisipatif. 2. Mendorong percepatan pengembangan kawasan perbatasan antar propinsi sebagai beranda depan wilayah propinsi dan sekaligus sebagai pengikat keutuhan kesatuan wilayah propinsi melalui peningkatan pemberdayaan kesejahteraan masyarakat lokal agar tercipta keserasian antara kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup. 3. Mengoperasionalisasikan Rencana Tata Ruang secara sinergi, simultan dan konsisten sesuai dengan hirarki perencanaan dan rencana kawasan sebagai acuan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan antar bidang dan antar wilayah; 4. Memulihkan kawasan-kawasan yang berfungsi lindung dan kritis lingkungan dalam rangka mendukung keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya kehutanan, pertambangan, pertanian, sumberdaya keluatan dan pesisir serta mengurangi resiko dampak bencana alam. 5. Mendayagunakan posisi strategis secara geografis yang berdekatan dengan Propinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan dalam rangka kerjasama peningkatan ekonomi. 6. Meningkatkan sistem informasi penatagunaan tanah yang efektif, efisien, transparan, adil dan demokrasi; 6.1.2 Sasaran Kedua Agenda I Bidang Hukum dan Pemerintahan A. Permasalahan Dalam bidang pemerintahan masih tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang, banyaknya praktek KKN, dan masih lemahnya pengawasan terhadap kinerja aparatur negara merupakan cerminan dari kondisi kinerja birokrasi yang masih jauh dari harapan, kelembagaan organisasi pemerintahan masih dianggap tidak efisien, besar dan tidak fleksibel, terjadi overlapping tugas dan fungsi, pada bidang ketatalaksanaan masih belum adanya standar pelayanan minimal yang ditentukan, belum dilakukannya penyempurnaan terhadap sistem perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan pemantauan dan pengendalian pembangunan. Pada sumberdaya aparatur,rendahnya kualitas dan kinerja sumber daya aparatur, kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung, rendahnya tingkat kesejahteraan

54

pegawai, pada bidang pengawasan, permasalahan yang dihadapi adalah belum mantapnya koordinasi pengawasan, rendahnya kualitas pelayanan umum, serta adanya perbedaan persepsi terhadap kewenangan pemerintahan pada tingkatan propinsi dan kabupaten/kota antara aparat pusat, aparat propinsi dan aparat kabupaten/kota sebagai dampak dari otonomi daerah berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, walaupun kedua undangundang tersebut telah direvisi menjadi Undang undang No 32 Tahun 2004 dan Undang undang No 33 Tahun 2004 pada gilirannya juga menimbulkan pengkotakan/fragmentasi (belum sinergi) dalam pembangunan didaerah. Pada sisi lainnya faktor globalisasi dan pemanfaatan teknologi informasi juga berpengaruh kuat terhadap pembinaan kinerja dan pelayanan aparatur yaitu kurangnya kemampuan aparatur dalam menggunakan dan memanfaatan sistem informasi dan teknologi informasi. B. Sasaran Untuk mewujudkan penyelenggaraan sistem pemerintahan yang baik yang ditunjukkan dengan sistem organisasi pemerintahan yang efektif dan efisien, serta perilaku organisasi yang profesional dalam memberikan pelayanan ke masyarakat di daerah Kalimantan Selatan pada tahun 2010, maka sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang hukum dan pemerintahan, adalah : terealisasinya proses pembangunan kawasan perkantoran Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan di Banjarbaru dalam rangka proses pemindahan ibukota Provinsi Kalimantan Selatan dari Banjarmasin ke Banjarbaru secara bertahap dan berkelanjutan; meningkatnya kemampuan aparatur pemerintah; mantapnya penyelenggaraan otonomi daerah dan meningkat-nya kerjasama antar daerah; meningkatnya kualitas manajemen pemerintahan & pem-bangunan meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan; Berkurangnya secara nyata praktek KKN; terciptanya system kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan daerah yang bersih, effisien, efektif, transparan, professiaonal, dan akuntabel; meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan; meningkatnya pemahaman terhadap permasalahan politik didaerah dan terselenggaranya PILKADA dengan baik; terjadinya kerjasama yang harmonis antara Legislatif - Eksekutif Adapun secara rinci sasaran bidang Hukum dan Pemerintahan adalah sebagai berikut : 1. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih, efisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel 2. Mantapnya penyelenggaraan otonomi daerah dan meningkatnya kerjasama antar daerah. 3. Meningkatnya kualitas manajemen pemerintahan dan pembangunan meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. 4. Meningkatnya kualitas pelayanan publik 5. Meningkatnya kualitas SDM Aparatur 6. Meningkatnya partisipasi masyarakat dan pemberdayaan masyarakat dalam pembuatan kebijakan daerah dan keamanan. 7. Berkurangnya secara nyata praktek korupsi di birokrasi, dimulai dari tataran pejabat yang paling atas.
55

8. Meningkatnya kemampuan dan pemanfaatan teknologi dan informasi dalam bidang pemerintahan (e- Government )dan pelayanan publik melalui penelitian dan pengembangan (Litbang ) pembangunan daerah 9. Meningkatnya kapasitas kelembagaan Penelitian dan Pengembangan pembangunan daerah. C. Arah Kebijakan 1. Mengembangkan dan menginventarisir peraturan daerah yang berkaitan dengan otonomi daerah. 2. Penataan dan penegasan batas wilayah Propinsi dan kabupaten kota. 3. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dengan prinsip cepat, mudah, murah, pasti serta adil dan merata. 4. Meningkatkan kualitas kinerja aparatur melalui pengelolaan dan pengembangan sumber daya aparatur yang profesional. 5. Mengembangkan dan meningkatkan kerjasama antar daerah. 6. Penataan lembaga perangkat daerah yang profesional dan akuntabel untuk mendukung pelaksanaan Good governance 7. Peningkatan peran pengawasan baik internal, ekternal dan pengawasan masyarakat. 8. Peningkatan dan pengembangan kemampuan dalam pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang pemerintahan dan pelayanan publik melalui penelitian dan pengembangan pembangunan daerah. 6.2 AGENDA II MENCIPTAKAN KALIMANTAN SELATAN YANG SEJUK DAN NYAMAN Agenda II memiliki dua sasaran, yaitu sasaran pertama terdiri dari Bidang Agama, Sosial dan Seni Budaya. Sementara itu untuk Sasaran Kedua meliputi Bidang Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Tata Ruang Adapun rincian permasalahan, sasaran dan arah kebijakan dari sasaran pertama di atas adalah sebagai berikut : 6.2.1 Sasaran Pertama Agenda II Bidang Agama, Sosial dan Seni Budaya A. Permasalahan 1. Agama Masih rendahnya kualitas pelayanan kehidupan beragama, upaya pemenuhan sarana kehidupan beragama pada dasarnya merupakan tanggung jawab masyarakat, namun pemerintah mempunyai tanggung jawab pula atas terbinanya kehidupan beragama dalam masyarakat dengan memberikan bantuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut dibrikan dengan tujuan untuk memberikan rangsangan kepada masyarakat. Dimasa lalu bantuan untuk pembangunan/rehabilitasi tempat peribadatan, telah menunjukan keberhasilan dalam memberikan rangsangan kepada masyarakat , sehingga tempat ibadah berfungsi sebagaimana diharapkan yakni baik

56

sebagai tempat peribadatan maupun kegiatan serta pengembangan pemahaman agama. Begitu pula pengadaan kitab suci dan buku pendukungnya. Untuk kegiatan penerangan dan penyuluhan pada masa pembangunan yang lalu telah berjalan dengan baik dan semakin terpadu dengan memanfaatkan media masa yang ada dan sarana yang ada pada masyarakat, dengan bahan materi yang dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat dengan pembinaan pada lembaga-lembaga keagamaan. Demikian pula penyediaan buku-buku keagamaan yang dapat membekali dan memperluas wawasan juru penerang agama yang bertugas di tengah-tengah masyarakat. Kondisi masyarakat akhir-akhir ini yang mengarah kepada disintegrasi bangsa memerlukan usaha yang lebih intensip untuk peningkatan kerukunan Hidup Umat Beragama, di Kalimantan Selatan wadah JARKAUMA (Jaringan Komunikasi Umat Beragama) yang telah terbentuk telah aktif berperan ikut menangani masalah-masalah masyarakat dan bangsa dalam bentuk pertemuan dan silaturahmi antar umat. Di samping itu pula untuk menghindari potensi konflik, maka tata cara pengamatan dan penyebaran agama serta pembangunan tempat ibadah perlu pemantapan lebih lanjut. 2. Sosial Perlindungan dan kesejahteraan sosial merupakan hal-hal yang berkaitan dengan keterlantaran baik anak maupun lanjut usia, kecacatan, ketunasosialan, dan bencana alam, serta bencana sosia juga perlindungan dan pemberdayaa perempuan. Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) khususnya fakir miskin apabila tidak dilakukan secara tepat akan berakibat pada kesenjangan sosial yang semakin meluas, dan berdampak pada melemahnya ketahanan sosial masyarakat, serta dapat mendorong terjadinya konflik sosial, terutama bagi kelompok masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan perbatasan. a. Rendahnya kualitas penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) Penyandang cacat masih menghadapi kendala untuk kemandirian, produktivitas dan hak untuk hidup normal yang meliputi antara lain akses ke pelayanan sosial dasar, terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga pelayanan sosial untuk berbagai jenis kecacatan, dan aksesibilitas terhadap pelayanan umum untuk mempermudah kehidupan mereka. Sedangkan masalah ketunasosialan yang terdiri dari gelandangan dan pengemis serta tuna susila, selain disebabkan oleh kemiskinan juga diakibatkan oleh ketidakmampuan individu untuk hidup dan bekerja sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Masalah lainnya adalah rendahnya kualitas manajemen dan profesionalisme pelayanan kesejahteraan sosial dan belum serasinya kebijakan kesejahteraan sosial di tingkat nasional dan daerah. b. Masih lemahnya penanganan korban bencana alam dan sosial. Peristiwa bencana alam merupakan kejadian yang sulit diperkirakan secara tepat. Permasalahan pokok yang dihadapi adalah masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia dan teknologi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya bencana alam. Selain itu, masih adanya sikap mental sebagian warga masyarakat yang bermukim di sekitar wilayah rawan bencana alam yang menghambat kelancaran penanganan bencana.

57

c. Lemahnya perlindungan dan pemberdayaan perempuan Permasalahan yang banyak dihadapi adalah masih rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan, selain itu juga banyak dijumpai tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, rendahnya kesejahteraan dan perlindungan anak. Untuk Kalimantan Selatan ternyata angka Indeks Pemberdayaan Gender masih rendah. Masih banyak hukum dan peraturan perundang-undangan yang bias gender, diskriminatif terhadap perempuan, dan tidak peduli anak. Dan disamping itu juga masih lemahnya kelembagaan dan jaringan pengarustamaan gender dan anak, termasuk ketersediaan data dan rendahnya partisipasi masyarakat. 3. Seni Budaya a. Pengembangan Pariwisata dan Budaya Kalimantan Selatan cukup banyak memiliki obyek wisata yang potensial untuk dikembangkan. Pada umumnya obyek daya tarik pariwisata Kalimantan Selatan belum dikelola secara profesional sehingga hanya sedikit dapat menarik dan kunjungan daripada wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Kurangnya pengelolaan ini karena : 1) Kemampuan manajerial dalam pengolahan dan pemanfaatan produk wisata tertentu masih perlu untuk ditingkatkan agar dapat diciptakan citra produk wisata Kalsel yang positif. 2) Terbatasnya SDM yang terampil ataupun profesional di bidang pariwisata baik di instansi pemerintah maupun swasta dan masyarakat seperti dalam hal pelayanan bahasa internasional masih lemah. 3) Promosi yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta masih belum mampu mendongkrak kunjungan wisatawan luar negeri dan wisatawan nusantara. Memang disadari promosi kita tidak mampu barsaing baik dalam skala Nasional maupun Internasional 4) Belum berkembangnya indusri pariwisata di daerah ini, salah satu penyebabnya adalah kurangnya investor yang berinvestasi di bidang kepariwisataan bukan termasuk kategori sektor prioritas sehingga menjadi hambatan khususnya dibidang perkreditan untuk investasi dan operasi, hai ini kurang mendorong pengusaha daerah untuk menanamkan modalnya di bidang pariwisata b. Pembinaan Kepemudaan dan Olahraga Belum optimalnya pengembangan kualitas pemuda dalam peran serta sebagai pelaku pembangunan serta kebiasaan hidup sehat dan berolahraga belum membudaya. Permasalahan yang dihadapi adalah : 1) Masih belum optimalnya pemberdayaan, penyaluran aspirasi dan partisipasi pada aspirasi terhadap kalangan pemuda. 2) Ketahanan lembaga dan kepribadian nasional dikalangan pemuda yang semakin luntur, sehingga dampak perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi, derasnya arus informasi global. 3) Kurang berkembangnya kemandirian, kreativitas dan produktifitas di kalangan pemuda.

58

4) Kurangnya koordinasi dan keterpaduan Institusi keolahragaan dan segenap unsur terkait dalam upaya pembinaan yang berlandasan pada tatanan system manajemen yang mantap dan jelas. 5) Masih terbatasnya jumlah wadah pembinaan (klub) yang dapat menampung potensi pelajar (tidak seimbang antara jumlah siswa dengan klub). 6) Minimnya prestasi olahraga pada tingkat nasional/ internasional dibanding jumlah cabang/ nomor olahraga yang dipertandingkan/ dilombakan sehingga perlu upaya peningkatan kualitas dan kuantitas pembibitan/pembinaan. 7) Pembinaan prestasi yang dilaksanakan organisasi olahraga masih menghadapi kendala seperti kurangnya fasilitas penunjang, masih rendahnya penguasaan teknologi modern keolahragaan oleh guru Penjas, tenaga pembinaan, pelatih dan wasit. 8) Kurangnya sarana dan prasarana olahraga untuk mendukung pelaksaan program pembinaan dan peningkatan prestasi olahraga pelajar, mahasiswa dan masyarakat. 4. Penanggulangan Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa,lokasi, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Perkembangan jumlah penduduk Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2004 sebesar 3.180.678 jiwa, dibandingkan dengan tahun 2003 sebesar 3.174.551 Jiwa, berarti terjadi peningkatan sebesar 0,19 %. Perkembangan pertumbuhan penduduk Kalimantan Selatan memang terus mengalami peningkatan dimana pada periode tahun 2000 mencapai 2.975.714 jiwa, tahun 2001 mencapai 2.999.262 jiwa, dan tahun 2002 mencapai 3.054.129 jiwa, berarti pada terjadi kenaikan 0,79 % (2000-2001), dan meningkat lagi menjadi 1,83 % (2001-2002). Dari jumlah penduduk di atas, maka perkembangan jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2004 sebanyak 231.005 jiwa atau 7,19 % dari total penduduk Kalimantan Selatan. Pada tahun 2003 sebanyak 258.975 Jiwa (8,16%) sedangkan tahun 2002 sebanyak 259.800 Jiwa ( 8,51 %). Data di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan cenderung terus mengalami penurunan, dimana antara tahun 2003 sampai 2004 menurun sebesar 10,80 %, sedangkan antara tahun 2002 sampai 2003 terjadi penurunan sebanyak 0,32 %.

59

Perkembangan jumlah penduduk miskin berdasarkan data BKKBN, menunjukkan bahwa jumlah KK miskin pada tahun 2004 sebanyak 197.258 jiwa atau 23,35 %, yang terdiri dari Keluarga Pra Sejahtera sebanyak 43.075 KK (5,10 %) dan Keluarga Sejahtera I sebanyak 154.184 KK ( 18,25 %). Apabila dibandingkan dengan tahun 2003 yang sebanyak 194.618 jiwa atau 23,71 %, yang terdiri dari Keluarga Pra Sejahtera sebanyak 45.736 KK (5,6 %) dan Keluarga Sejahtera I sebanyak 148.882 KK ( 18,11 %), berarti terjadi penurunan sebesar 0,36 %. Perkembangan tahapan keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I selama lima tahun dapat dilihat pada tabel lampiran 2. Disamping masalah kemiskinan yang merupakan penyumbang masalah sosial terbesar (105.412 KK Fakir Miskin) berkembang juga masalah penyandang sosial lainnya, yaitu seperti masalah: Balita terlantar 6.583 orang; Anak terlantar 33.739 orang; Lansia terlantar 23.814 orang; Komunitas Adat Terpencil 14.777 KK; dan Penyandang Cacat 20.024 orang; Korban NAPZA menjadi 372 orang yang harus mendapatkan penanganan secara serius. Penyebab kemiskinan di Kalimantan Selatan berbeda dengan kemikinan di Pulau Jawa. Kemiskinan di Pulau Jawa masyarakat benar-benar miskin karena terbatasnya sumber daya alam, sedangkan kemiskinan di Kalimantan Selatan pada umumnya disebabkan karena masyarakat tidak berdaya mengakses sumber daya alam yang banyak di sekitarnya, seperti sumber daya tambang, kehutanan dan lain-lain. Penyebab lainnya, antara lain berupa : Rendahnya Tingkat pendidikan; Rendahnya derajat kesehatan masyarakat; Terbatasnya lapangan kerja yang tersedia; Terbatasnya akses terhadap permodalan. Secara agregatif penyebab kemiskinan di Kalimantan Selatan adalah pada ketidakmampuan masyarakat untuk mengakses sumberdaya yang sebenarnya telah tersedia di Kalimantan Selatan. Selain itu permasalahan kemiskinan juga dapat dilihat dari aspek pemenuhan hak dasar, beban kependudukan, serta ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender.
1. KEGAGALAN PEMENUHAN HAK DASAR

Terbatasnya Kecukupan dan Mutu Pangan. Pemenuhan kebutuhan pangan yang layak dan memenuhi persyaratan gizi masih menjadi persoalan bagi masyarakat miskin. Rendahnya kemampuan daya beli merupakan persoalan utama bagi masyarakat miskin. Sedangkan permasalahan stabilitas ketersediaan pangan secara merata dan harga yang terjangkau, tidak terlepas dari ketergantungan yang tinggi terhadap makanan pokok beras dan kurangnya upaya diversifikasi pangan. Sementara itu permasalahan pada tingkat petani sebagai produsen, berkaitan dengan belum efisiennya proses produksi pangan, serta rendahnya harga jual yang diterima petani. Berdasarkan beban persoalan yang dihadapi, ketidakmampuan masyarakat dalam mencukupi kebutuhan makanan minimum terutama dihadapi oleh masyarakat miskin yang berada dibawah garis kemiskinan makanan.

60

Terbatasnya Akses dan Rendahnya Mutu Layanan Kesehatan. Masalah utama yang menyebabkan rendahnya derajat kesehatan masyarakat miskin adalah rendahnya akses terhadap layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya layanan kesehatan reproduksi. Terbatasnya Akses dan Rendahnya Mutu Layanan Pendidikan. Pembangunan pendidikan merupakan salah satu upaya penting dalam penanggulangan kemiskinan. Berbagai upaya pembangunan pendidikan yang dilakukan secara signifikan telah memperbaiki tingkat pendidikan penduduk Kalimantan Selatan Terbatasnya Kesempatan Kerja dan Berusaha. Masyarakat miskin umumnya menghadapi permasalahan terbatasnya kesempatan kerja, terbatasnya peluang mengembangkan usaha, lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, perbedaan upah serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumahtangga. Masyarakat miskin dengan keterbatasan modal dan kurangnya keterampilan maupun pengetahuan, hanya memiliki sedikit pilihan pekerjaan yang layak dan terbatasnya peluang untuk mengembangkan usaha. Terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia saat ini seringkali menyebabkan mereka terpaksa melakukan pekerjaan yang beresiko tinggi dengan imbalan yang kurang memadai dan tidak ada kepastian akan keberlanjutannya. Terbatasnya Akses Layanan Perumahan dan Sanitasi. Masalah utama yang dihadapi masyarakat miskin adalah terbatasnya akses terhadap perumahan yang sehat dan layak, rendahnya mutu lingkungan permukiman dan lemahnya perlindungan untuk mendapatkan dan menghuni perumahan yang layak dan sehat. Di perkotaan, keluarga miskin sebagian besar tinggal di perkampungan yang berada di balik gedung-gedung pertokoan dan perkantoran, dalam petakpetak kecil, saling berhimpit, tidak sehat dan seringkali dalam satu rumah ditinggali lebih dari satu keluarga. Mereka tidak mampu membayar biaya awal untuk mendapatkan perumahan sangat sederhana dengan harga murah. Masyarakat miskin yang tinggal di kawasan nelayan, pinggiran hutan, dan pertanian lahan kering juga mengeluhkan kesulitan memperoleh perumahan dan lingkungan permukiman yang sehat dan layak. Dalam satu rumah seringkali dijumpai lebih dari satu keluarga dengan fasilitas sanitasi yang kurang memadai. Mereka jauh dan terisiolasi dari masyarakat umum. Sementara itu, bagi penduduk lokal yang tinggal di pedalaman hutan, masalah perumahan dan permukiman tidak berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian dari masalah keutuhan ekosistem dan budaya setempat. Terbatasnya Akses terhadap Air Bersih. Kesulitan untuk mendapatkan air bersih terutama disebabkan oleh terbatasnya akses, terbatasnya penguasaan sumber air dan menurunnya mutu sumber air. Keterbatasan akses terhadap air bersih akan berakibat pada penurunan mutu kesehatan dan penyebaran berbagai penyakit lain seperti diare.. Masyarakat miskin juga mengalami masalah dalam

61

mengakses sumber-sumber air yang diperlukan untuk usaha tani dan menurunnya mutu air akibat pencemaran dan limbah industri. Berkurangnya air waduk akibat penggundulan hutan dan pendangkalan, serta menurunnya mutu saluran irigasi mengakibatkan berkurangnya jangkauan irigasi. Masalah ini membuat lahan tidak dapat diusahakan secara optimal, yang pada gilirannya mengurangi pendapatan petani. Sedangkan untuk masyarakat miskin di perkotaan yang tinggal di bantaran sungai, masih banyak yang memanfaatkan air sungai dan sumur galian yang sudah tercemar guna kebutuhan segala macam, seperti mandi, memasak, mencuci, bahkan air minum hingga sampai untuk buang hajat sekalipun. Lemahnya Kepastian Kepemilikan dan Penguasaan Tanah. Masyarakat miskin menghadapi masalah ketimpangan struktur penguasaan dan pemilikan tanah, serta ketidakpastian dalam penguasaan dan pemilikan lahan pertanian. Kehidupan rumah tangga petani sangat dipengaruhi oleh aksesnya terhadap tanah dan kemampuan mobilisasi anggota keluargannya untuk bekerja di atas tanah pertanian. Oleh sebab itu, meningkatnya jumlah petani gurem dan petani tunakisma mencerminkan kemiskinan di perdesaan. Masalah tersebut bertambah buruk dengan struktur penguasaan lahan yang timpang karena sebagian besar petani gurem tidak secara formal menguasai lahan sebagai hak milik, dan kalaupun mereka memiliki tanah, perlindungan terhadap hak mereka atas tanah tersebut tidak cukup kuat karena tanah tersebut seringkali tidak bersertifikat. Terbatasnya akses masyarakat miskin terhadap tanah tergambar dari timpangnya distribusi penguasaan dan pemilikan tanah oleh rumah tangga petani, dimana mayoritas rumah tangga petani masing-masing hanya memiliki tanah kurang dari satu hektar dan adanya kecenderungan semakin kecilnya rata-rata luas penguasaan tanah per rumah tangga pertanian. Memburuknya Kondisi Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam, serta Terbatasnya Akses Masyarakat Terhadap Sumber Daya Alam. Kemiskinan mempunyai kaitan erat dengan masalah sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Masyarakat miskin sangat rentan terhadap perubahan pola pemanfaatan sumberdaya alam dan perubahan lingkungan. Masyarakat miskin yang tinggal di daerah perdesaan, daerah pinggiran hutan, kawasan pesisir, dan daerah pertambangan sangat tergantung pada sumberdaya alam sebagai sumber penghasilan. Sedangkan masyarakat miskin di perkotaan umumnya tinggal di lingkungan permukiman yang buruk dan tidak sehat, misalnya di daerah rawan banjir dan daerah yang tercemar. Masalah utama yang dihadapi masyarakat miskin adalah terbatasnya akses masyarakat miskin terhadap sumberdaya alam dan menurunnya mutu lingkungan hidup, baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penunjang kehidupan sehari-hari. Masyarakat miskin seringkali terpinggirkan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam. Proses pemiskinan juga terjadi dengan menyempitnya dan hilangnya sumber matapencaharian masyarakat miskin akibat penurunan mutu lingkungan hidup terutama hutan, laut, dan daerah pertambangan.

62

Lemahnya Jaminan Rasa Aman. Lemahnya jaminan rasa aman dalam lima tahun terakhir juga terjadi dalam bentuk ancaman non kekerasan antara lain, kerusakan lingkungan, perdagangan perempuan dan anak (trafficking), krisis ekonomi, penyebaran penyakit menular, dan peredaran obat-obat terlarang yang menyebabkan hilangnya akses masyarakat terhadap hak-hak sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Lemahnya Partisipasi. Salah satu penyebab kegagalan kebijakan dan program pembangunan dalam mengatasi masalah kemiskinan adalah lemahnya partisipasi mereka dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan. Berbagai kasus penggusuran perkotaan, pemutusan hubungan kerja secara sepihak, dan pengusiran petani dari wilayah garapan menunjukkan kurangnya dialog dan lemahnya pertisipasi mereka dalam pengambilan keputusan. 2. BEBAN KEPENDUDUKAN Beban masyarakat miskin makin berat akibat besarnya tanggungan keluarga dan adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi. Menurut data Badan Pusat Statistik, rumahtangga miskin mempunyai rata-rata anggota keluarga lebih besar daripada rumahtangga tidak miskin. Rumahtangga miskin di perkotaan rata-rata mempunyai anggota 5,1 orang, sedangkan rata-rata anggota rumahtangga miskin di perdesaan adalah 4,8 orang. Dengan beratnya beban rumahtangga, peluang anak dari keluarga miskin untuk melanjutkan pendidikan menjadi terhambat dan seringkali mereka harus bekerja untuk membantu membiayai kebutuhan keluarga. 3. KETIDAKSETARAAN DAN KETIDAKADILAN GENDER Laki-laki dan perempuan memiliki pengalaman kemiskinan yang berbeda. Dampak yang diakibatkan oleh kemiskinan terhadap kehidupan laki-laki juga berbeda dari perempuan. Sumber dari permasalahan kemiskinan perempuan terletak pada budaya patriarki yang bekerja melalui pendekatan, metodologi, dan paradigma pembangunan. Praktek pemerintahan yang bersifat hegemoni dan patriarki, serta pengambilan keputusan yang hirarkis telah meminggirkan perempuan secara sistematis dalam beberapa kebijakan, program dan lembaga yang tidak responsif gender. B. Sasaran Untuk mewujudkan pengembangan norma religius sesuai budaya kemasyarakatan yang ditunjukkan semakin meningkatnya dan semaraknya kehidupan sosial dan budaya kemasyarakatan yang diwarnai nilai-nilai agama, dan makin semaraknya kehidupan beragama, serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat khususnya bagi masyarakat miskin di daerah Kalimantan Selatan pada tahun 2010, maka sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang Agama, adalah : Terciptanya suasana kehidupan masyarakat yang agamis; Meningkatnya kesejahteraan guru dan ulama, dan tersedianya fasilitas (sarana dan prasarana) yang memadai bagi lembaga sosial keagamaan atau lembaga pendidikan keagamaan; Terciptanya Peraturan Daerah yang mendorong kehidupan masyarakat yang agamis

63

(a.l.Perda Khatam Quran dan Perda Bulan Ramadhan), serta terlaksananya perda; Terbitnya Peraturan Gubernur tentang pemakaian jilbab bagi karyawati. Sasaran pembangunan sosial, adalah : Meningkatnya aksesibilitas penyandang masalah kesejahteraan sosial terhadap pelayanan, pembinaan, dan pemberdayaan kesejahteraan sosial; Meningkatnya kualitas hidup penyandang masalah kesejahteraan sosial; Meningkatnya kepedulian sosial masyarakat; Meningkatnya perlindungan anak dan perempuan; Meningkatnya pemberdayaan perempuan Sasaran pembangunan seni budaya, khususnya untuk Pengembangan Pariwisata dan Budaya, adalah berupa Meningkatnya Peran pariwisata dan Budaya dalam pembangunan daerah; Berkembangnya kawasan dan cagar budaya; Meningkatnya pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan untuk kegiatan pendidikan, penelitian dan objek wisata. Untuk Pembinaan Kepemudaan dan Olahraga, sasaran yang ingin dicapai adalah Meningkatnya pembangunan pemuda dan olahraga, dan Menurunnya pemakaian narkoba. Khusus untuk Sasaran penanggulangan kemiskinan, adalah berupa Menurunnya jumlah penduduk miskin; Terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin secara bertahap. Sasaran penanggulangan kemiskinan terkait dengan sasaran pembangunan yang tercantum dalam agenda lain. Sasaran penanggulangan kemiskinan dalam lima tahun mendatang adalah menurunnya jumlah penduduk miskin laki-laki dan perempuan yang diharapkan pada tahun 2010 persentase penduduk miskin dapat diturunkan sebesar 11 % dengan target penurunan 3 % pertahun serta terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin secara bertahap. Secara lebih rinci sasaran pembangunan bidang Agama, Sosial dan Seni Budaya adalah sebagai berikut : 1. Agama a. Tersedianya bantuan untuk rehabilitasi tempat ibadah dan pengembangan tempat peribadatan, sertifikasi tanah wakaf, tanah gereja, pelaba pura dan wihara serta hibah, dan bantuan kitab suci dan lektur keagamaan. b. Meningkatnya pelayanan pembinaan keluarga sakinah/sukinah/hita sukaya/bahagia; meningkatkan pelayanan nikah melalui peningkatan kemampuan dan jangkauan petugas pencatat nikah dan penasehatan perkawinan (KUA); dan meningkatkan fungsi dan peran tempat ibadah sebagai pusat pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat melalui bantuan untuk pengembangan perpustakaan. c. Berdirinya sekretariat bersama antarumat beragama; dan menyediakan data kerukunan umat beragama; meningkatkan potensi kerukunan hidup umat beragama melalui pemanfaatan budaya setempat dan partisipasi masyarakat; dan mendorong tumbuh kembangnyawadah-wadah kerukunan sebagai penggerak pembangunan. d. Terciptanya hubungan antar umat beragama , majelis agama dengan pemerintah melalui forum dialog dan temu ilmiah.

64

e. Berkembangnya mutu pembinaan dan partisipasi masyarakat untuk mendukung peningkatan kualitas kehidupan beragama; pemberdayaan serta pemanfaatan lektur keagamaan; dan perubahan sosial yang semakin cepat dan kompleks. f. Teridentifikasinya rumusan indikator kinerja pembangunan bidang agama. g. Meningkatnya kualitas pembinaan pelayanan dan perlindungan jamaah h. Terciptanya Peraturan Daerah yang mendorong kehidupan masyarakat yang agamis. i. Meningkatnya sarana dan prasarana pendidikan Islam 2. Sosial a. Meningkatnya jumlah PMKS dan kelompok rentan lainnya yang mendapatkan pelayanan dan pembinaan. b. Meningkatnya jumlah keluarga, fakir miskin, KAT dan PMKS lainnya yang diberdayakan. c. Menurunnya persentase fakir miskin, keluarga rentan sosial ekonomi, dan KAT. d. Meningkatnya jumlah relawan sosial, karang taruna dan organisasi sosial masyarakat yang diberdayakan. e. Terselenggaranya penyuluhan kesejahteraan sosial di daerah. f. Meningkatnya keserasian kebijakan dan koordinasi pelaksanaan penanggulangan kemiskinan dan pemenuhan hak sosial dasar kesejahteraan rakyat. g. Terjaminnya bantuan sosial bagi korban bencana alam dan sosial. h. Terjaminnya keadilan gender dalam berbagai produk perundangan, program pembangunan dan kebijakan publik. i. Membaiknya angka Indek Pemberdayaan Gender. j. Menurunnya tindak kekerasan terhadap perempuan. k. Meningkatnya kesejahteraan dan perlindungan anak. 3. Seni Budaya a. Pengembangan Pariwisata dan Budaya 1) Berkembangnya nilai-nilai budaya nasional dan daerah yang bernilai luhur sehingga memberikan nilai tambah bagi pembangunan daerah. 2) Berkembangnya perluasan, penerapan, dan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta meningkatkat minat baca masyarakat serta mengembangkan sastra daerah maupun nasional. 3) Lestarinya peninggalan sejarah tradisi daerah yang positif serta menumbuhkembangkan kesenian daerah dan sentra-sentra kesenian sehingga mampu berkembang sampai ke tingkat mancanegara. 4) Berkembangnya pariwisata melalui pendataan dan penataan obyek wisata dan barang souvenir serta daya tarik wisata lain baik alam, buatan maupun wisata budaya dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup, nilai budaya dan agama yang ditunjang dengan sarana prasarana yang memadai. 5) Terbinanya Obyek-obyek wisata daerah Kalimantan.

65

b. Pembinaan Kepemudaan dan Olahraga 1) Meningkatnya wawasan, pembentukan watak dan sikap mental pemuda dalam pembangunan. 2) Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan kewirausahaan pemuda. 3) Meningkatnya kreativitas dan inovasi pemuda sebagai wadah penyaluran minat dan bakat. 4) Meningkatnya advokasi dan penyelamatan pemuda dari bahaya narkoba dan HIV/AIDS. 5) Meningkatnya dukungan sarana dan prasarana pembangunan kepemudaan. 6) Memasyarakatnya olahraga bagi pelajar, mahasiswa dan masyarakat. 7) Meningkatnya pemanduan bakat dan pembibitan olahraga. 8) Meningkatnya prestasi olahraga. 9) Terbinanya olahraga yang berkembang di masyarakat. dan kelompok khusus. 10) Terselenggaranya penataran dan pendidikan jangka pendek dan panjang termasuk magang. 11) Meningkatnya profesionalisme pelatih dan manajer olahraga. 12) Berkembangnya pengetahuan iptek olahraga dan meningkatkan keahlian yang strategis bagi pelatih, peneliti, praktisi, dan teknisi olahraga. 13) Meningkatnya sarana dan prasarana olahraga. c. Litbang Pariwisata, Budaya, Kepemudaan, Dan Olahraga 1) Berkembangnya pariwisata yang berdaya saing tinggi melalui: (a) terbangunnya komitmen daerah agar sektor-sektor di bidang keamanan, hukum, perbankan, perhubungan dan sektor terkait lainnya dapat memfasilitasi berkembangnya kepariwisataan, terutama pada wilayahwilayah yang memiliki wisata unggulan; (b) Harmonisnya perangkat peraturan baik di tingkat pusat, daerah dan antar pusat dan daerah; (c) memformulasi, menerapkan, dan mengawasi standar industri pariwisata yang dibutuhkan. 2) Terlaksananya dialog antar budaya yang terbuka dan demokrasi. 3) Terlaksananya pengkajian kebijakan-kebijakan pembangunan di bidang kepemudaan, dan melakukan pemantauan serta evaluasi pembangunan pemuda. 4) Terlaksananya penelitian dan atau pengkajian kebijakan-kebijakan pembangunan olahraga, dan melakukan pemantauan serta evaluasi pembangunan olahraga. 5) Meningkatnya kualitas dan kemandirian pemuda. 6) Meningkatnya budaya hidup sehat dan berolahraga d. Pariwisata Dan Budaya Lainnya Meningkatnya kegiatan pameran baik yang bertaraf nasional maupun internasional baik pada negara-negara mitra pariwisata potensial maupun negaranegara yang memiliki kedekatan secara kultural dan budaya daerah. 4. Penanggulangan Kemiskinan 1. Menurunnya persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan;

66

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau; Terpenuhinya pelayanan kesehatan yang bermutu; Tersedianya pelayanan pendidikan dasar yang bermutu dan merata; Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha; Terpenuhinya kebutuhan perumahan dan sanitasi yang layak dan sehat; Terpenuhinya kebutuhan air bersih dan aman bagi masyarakat miskin; Terbukanya akses masyarakat miskin dalam pemanfaatan SDA dan terjaganya kualitas lingkungan hidup; 9. Terjamin dan terlindunginya hak perorangan dan hak komunal atas tanah; 10. Terjaminnya rasa aman dari tindak kekerasan; dan 11. Meningkatnya partisipasi masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan. C. Arah Kebijakan 1. Agama a. Meningkatkan kualitas pelayanan dan pemahaman agama serta kehidupan beragama. b. Meningkatkan kerukunan intern dan antarumat beragama. 2. Sosial a. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas hidup PMKS dan kelompok rentan lainnya terhadap pelayanan sosial dasar. b. Meningkatkan ketahanan sosial dan pemberdayaan terhadap Penyadang Masalah Kesejahteraan Sosial. c. Meningkatkan profesionalisme pelayanan sosial yang dilaksanakan oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha terhadap PMKS. d. Meningkatkan pelestarian nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kejuangan. e. Peningkatan kualitas penyuluhan dan pembinaan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan sosial. f. Meningkatkan keserasian kebijakan dan pelaksanaan agenda kesejahteraan rakyat. g. Menjamin ketersediaan bantuan dasar bagi korban bencana alam, bencana sosial dan PMKS lainnya. h. Pembinaan pendidikan gelandangan dan pengemis i. Memajukan tingkat keterlibatan perempuan dalam proses politik dan jabatan publik. j. Meningkatkan taraf pendidikan dan layanan kesehatan serta program-program lain untuk mempertinggi kualitas hidup dan sumberdaya kaum perempuan. k. Meningkatkan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan anak. l. Menyempurnakan perangkat hukum pidana yang lebih lengkap dalam melindungi setiap individu dari kekerasan dalam rumah tangga. m. Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak. n. Memperkuat kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak, termasuk ketersediaan data dan peningkatan partisipasi masyarakat. 3. Seni Budaya a. Meningkatkan pelestarian dan pengembangan kebudayaan dan kesenian dalam hal ini untuk menanamkan nilai-nilai luhur budaya bangsa dalam rangka menumbuhkan pemahaman dan penghargaan masyarakat pada budaya leluhur,

67

keragaman budaya dan tradisi, meningkatkan kualitas berbudaya masyarakat, manumbuhkan sikap kritis terhadap niai-nilai budaya dan memperkokoh ketahanan budaya. b. Meningkatkan pengembangan pariwisata yang mengandalkan potensi sumber daya alam keragaman seni dan budaya. Pengembangan sumber daya tersebut dikelola melalui pendekatan peningkatan nilai tambah sumber daya terpadu antara pengembangan peroduk wisata dan pengembangan pemasaran wisata melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat lokal atau pariwisata berbasis masyarakat setempat atau pariwisata inti rakyat. 4. Penanggulangan Kemiskinan
A. KEBIJAKAN PEMENUHAN HAK-HAK DASAR

Dengan meningkatnya pemenuhan terhadap hak-hak dasar yang dilakukan melalui program yang bersdifat lintas sektoral maka diharapkan angka kemiskinan dapat diturunkan sebesar 3 % pertahun. Pemenuhan Hak atas Pangan 1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat dalam mendukung ketahanan pangan lokal; 2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang diversifikasi konsumsi pangan dan konsumsi pangan yang tidak diskriminatif gender dalam keluarga; 3. Meningkatkan efisiensi produksi pangan petani dan hasil industri pengolahan dengan memperhatikan mutu produksi; 4. Menyempurnakan sistem penyediaan, distribusi dan harga pangan; 5. Meningkatkan pendapatan petani pangan dan sekaligus melindungi produk pangan dalam negeri dari pangan impor; 6. Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dalam gizi dan rawan pangan; dan 7. Menjamin kecukupan pangan masyarakat miskin dan kelompok yang rentan terhadap goncangan ekonomi, sosial, dan bencana alam. Pemenuhan Hak atas Layanan Kesehatan 1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat miskin; 2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat miskin tentang pencegahan penyakit menular, lingkungan sehat, kelangsungan dan perkembangan anak, gizi keluarga, perilaku hidup sehat; 3. Meningkatkan kemampuan identifikasi masalah kesehatan masyarakat miskin; 4. Meningkatkan investasi kesehatan guna menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin di berbagai tingkat pemerintahan; 5. Meningkatkan alokasi anggaran untuk membiayai pelayanan kesehatan masyarakat miskin; 6. Meningkatkan kerjasama global dalam penanggulangan masalah kesehatan masyarakat miskin;

68

7. Meningkatkan ketersediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat miskin, baik perempuan maupun laki-laki; 8. Mengutamakan penanggulangan masalah kesehatan masyarakat miskin seperti TBC, malaria, rendahnya status gizi, dan akses kesehatan reproduksi; dan 9. Membina dan mendorong keikutsertaan pelayanan kesehatan nonpemerintah/swasta dalam pelayanan. Pemenuhan Hak atas Layanan Pendidikan 1. Meningkatkan partisipasi pendidikan masyarakat miskin pada jenjang Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun melalui jalur formal atau non formal termasuk melalui upaya penarikan kembali siswa putus sekolah jenjang SD termasuk SDLB, MI, dan Paket A dan jenjang SMP/MTs/Paket B serta lulusan SD termasuk SDLB, MI, dan Paket A yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP/MTs/Paket B; 2. Menurunkan secara signifikan jumlah penduduk yang buta aksara melalui peningkatan intensifikasi perluasan akses dan kualitas penyelenggaraan pendidikan keaksaraan fungsional yang didukung dengan upaya penurunan angka putus sekolah khususnya pada kelas-kelas awal jenjang SD termasuk SDLB dan MI atau yang sederajat serta mengembangkan budaya baca untuk menghindari terjadinya buta aksara kembali (relapse illiteracy), dan menciptakan masyarakat belajar; 3. Menyelenggarakan pendidikan non formal yang bermutu untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada warga masyarakat yang tidak mungkin terpenuhi kebutuhan pendidikannya melalui jalur formal terutama bagi masyarakat yang tidak pernah sekolah atau buta aksara, putus sekolah dan warga masyarakat lainnya yang ingin meningkatkan dan atau memperoleh pengetahuan, kecakapan/keterampilan hidup dan kemampuan guna meningkatkan kualitas hidupnya; 4. Mengembangkan kurikulum, bahan ajar dan model-model pembelajaran termasuk model kecakapan hidup dan keterampilan bermatapencaharian yang diperlukan oleh masyarakat miskin; 5. Meningkatkan ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan dalam jumlah dan kualitas yang memadai untuk dapat melayani kebutuhan pendidikan bagi masyarakat miskin; dan 6. Memberikan kesempatan kepada anak-anak dari keluarga miskin yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pemenuhan Hak atas Pekerjaan dan Usaha 1. Meningkatkan efektifitas dan kemampuan kelembagaan pemerintah dalam menegakkan hubungan industrial yang manusiawi dan harmonis; 2. Meningkatkan kemitraan global dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan perlindungan kerja; 3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat miskin dalam mengembangkan kemampuan kerja dan berusaha;

69

4. Meningkatkan perlindungan terhadap buruh migran di dalam negeri dan di luar negeri; 5. Melindungi pekerja baik laki-laki maupun perempuan untuk menjamin keberlangsungan, keselamatan dan kemanan kerja; dan 6. Mengembangkan usaha mikro, kecil, dan Koperasi; 7. Mengembangkan kelembagaan masyarakat miskin dalam meningkatkan posisi tawar dan efisiensi usaha. Pemenuhan Hak atas Perumahan 1. Mengembangkan partisipasi masyarakat dalam penyediaan perumahan; 2. Menyempurnakan peraturan perundang-undangan yang dapat menjamin perlindungan hak masyarakat miskin atas perumahan; 3. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam pembangunan rumah yang layak dan sehat; 4. Meningkatkan keterjangkauan (affordability) masyarakat miskin terhadap perumahan yang layak dan sehat; dan 5. Meningkatkan ketersediaan rumah yang layak dan sehat bagi masyarakat miskin dan golongan rentan . Pemenuhan Hak atas Air Bersih 1. Meningkatkan kepedulian masyarakat dan pemerintah daerah akan pentingnya penyediaan air bersih dan aman, dan sanitasi bagi masyarakat miskin; 2. Meningkatkan kerjasama internasional dalam pengembangan sistem penyediaan air minum yang bersih dan aman, serta pengembangan sarana sanitasi dasar yang berpihak pada masyarakat miskin; 3. Meningkatkan perlindungan terhadap jaminan akses masyarakat miskin ke air minum yang bersih dan aman, serta sanitasi; 4. Meningkatkan pola kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat dalam investasi dan pengelolaan bersama dalam hal penyediaan air bersih dan aman serta sanitasi bagi masyarakat, termasuk masyarakat miskin; 5. Meningkatkan pengetahuan masyarakat miskin mengenai pengelolaan sumberdaya air dan pentingnya air minum yang bersih dan aman, serta sarana sanitasi dasar; 6. Meningkatkan ketersediaan sarana air bersih dan aman, serta sanitasi dasar bagi masyarakat miskin dan di tempat lembaga publik; dan 7. Menyediakan air bersih dan aman serta sarana sanitasi dasar bagi kelompok rentan dan masyarakat miskin yang tinggal di wilayah rawan air. Pemenuhan Hak atas Tanah 1. Meningkatkan peranserta masyarakat miskin dan lembaga adat dalam perencanaan dan pelaksanaan tata ruang; 2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat miskin tentang aspek hukum pertanahan dan tanah ulayat; 3. Meningkatkan kepastian hukum hak atas tanah bagi masyarakat miskin tanpa diskriminasi gender; 4. Mengembangkan mekanisme perlindungan terhadap hak atas tanah bagi kelompok rentan; dan 5. Mengembangkan mekanisme redistribusi tanah secara selektif.

70

Pemenuhan Hak atas Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 1. Meningkatkan penyebarluasan informasi dan pengetahuan berbagai skema pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang berpihak pada masyarakat miskin; 2. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan; 3. Mengembangkan sistem hukum yang dapat mencegah atau mengatasi pencemaran sumberdaya air dan lingkungan hidup; 4. Mengembangkan sistem pengelolaan sumberadaya alam dan lingkungan hidup yang menjamin dan melindungi akses masyarakat miskin dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan; dan 5. Meningkatkan jaringan kerja sama dan tukar pengalaman antarnegara dan lembaga internasional dalam hal pengelolaan SDA dan pelestarian LH yang lebih berpihak pada masyarakat miskin yang tinggal dilokasi sumber daya alam, dan penanganan serta pencegahan perdagangan hasil alam yang dilakukan secara ilegal dan merusak alam. Pemenuhan Hak atas Rasa Aman 1. Mengembangkan sistem pencegahan konflik secara dini; 2. Mengembangkan mekanisme pencegahan dan penyelesaian masalah perdagangan anak dan perempuan secara universal; 3. Menegakkan peraturan dan undang-undang yang melindungi keragaman agama dan etnis warga Indonesia di seluruh wilayah RI; 4. Mengembangkan sistem perlindungan sosial para pekerja anak dan anak jalanan, dan korban konflik; 5. Mencegah meluasnya perdagangan anak dan perempuan; 6. Memperluas jaminan rasa aman di rumah tangga dan lingkungan sosial pada kelompok masyarakat rentan; 7. Memulihkan keamanan, ketertiban dan pelayanan umum di daerah pasca konflik; 8. Meningkatkan keberdayaan kelembagaan masyarakat dalam mewujudkan rasa aman, mencegah dan menangani persoalan pasca konflik; dan 9. Meningkatkan perlindungan sosial bagi para pekerja anak dan anak jalanan. Pemenuhan Hak untuk Berpartisipasi 1. Meningkatkan kemampuan dan akses masyarakat miskin untuk berpartisipasi dalam keseluruhan proses pembangunan; 2. Meningkatkan peranserta masyarakat miskin dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi atas proyek-proyek pembangunan yang berdampak langsung pada penanggulangan kemiskinan; dan 3. Menyediakan informasi pembangunan bagi masyarakat miskin baik laki-laki dan perempuan. B. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH UNTUK MENDUKUNG PEMENUHAN HAK DASAR Percepatan Pembangunan Perdesaan Upaya untuk memperluas kesempatan masyarakat miskin perdesaan baik laki-laki maupun perempuan dalam pemenuhan hak-hak dasar dilakukan dengan: Peningkatan

71

pembangunan prasarana transportasi, telekomunikasi dan listrik; Pengembangan pusat layanan informasi perdesaan; Pengembangan industri perdesaan; serta Peningkatan kemampuan pemerintah dan masyarakat desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan. Revitalisasi Pembangunan Perkotaan 1. Penyediaan tempat dan ruang usaha bagi masyarakat miskin; 2. Pengembangan lingkungan permukiman yang sehat dengan melibatkan masyarakat; 3. Penghapusan berbagai aturan yang menghambat pengembangan usaha; 4. Pengembangan forum lintas pelaku; serta 5. Peningkatan akses masyarakat kota terhadap layanan kesehatan dan pendidikan, serta peningkatan rasa aman dari tindak kekerasan. Pengembangan Kawasan Pesisir 1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, khususnya nelayan dan pembudidaya ikan kecil; 2. Penguatan lembaga dan organisasi masyarakat nelayan; 3. Peningkatan dalam pemeliharaan daya dukung serta mutu lingkungan pesisir dan kelautan; serta 4. Peningkatan keamanan berusaha bagi nelayan serta pengamanan sumberdaya kelautan dan pesisir dari pencurian dan perusakan. Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal 1. Pengembangan ekonomi lokal bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya alam, budaya, adat istiadat dan kearifan lokal secara berkelanjutan; 2. Pembangunan prasarana/ sarana pengembangan kawasan tertinggal; serta 3. Peningkatan perlindungan terhadap aset masyarakat lokal. 6.2.2 Sasaran Kedua Agenda II Bidang Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Tata Ruang A. Permasalahan Beberapa masalah utama yang dihadapi dalam bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup adalah : 1. Data dan informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup belum mamadai khususnya peta tentang lokasi-lokasi rawan bencana dan pencemaran misalnya belum adanya program mapping lingkungan 2. Koordinasi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup perlu ditingkatkan; kurangnya kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan LSM serta dunia usaha yang merupakan titik sentral salah satu syarat utama bagi keberhasilan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. 3. Bertambahnya luasnya lahan kritis akibat adanya penambangan tanpa ijin dan penebangan liar yang menyebabkan kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan berkurangnya keanekaragaman hayati. Dari 12 DAS yang ada di Kalimantan Selatan yang berindikasi kritis adalah DAS Barito diikuti DAS Tabonio, sedangkan cathment area prioritas kritis hidrologis yaitu : Riam Kanan, Tapin,

72

4.

5.

6.

7.

8. 9.

Batulicin, Gunung Ulin, Haruyan Dayak, Telaga Langsat, Binuang, Jaro, Intangan dan Kahakan. Keadaan beberapa sungai sudah cukup mencemaskan yang ditandai dengan angka pencemaran melebihi ambang batas. Disamping diakibatkan limbah industri, pola hidup masyarakat yang membuang sampah ke sungai menyebabkan semakin bertambah sempitnya sungai dan airnya semakin surut. Sebagian kabupaten / kota di Kalimantan Selatan pencemaran udara semakin meningkat disebabkan angkutan batu bara melebihi batas muat yang diperbolehkan, sehingga debu dan butiran batubara jatuh dan berceceran disepanjang jalan yang dilewati armada angkutan batubara. Pada musim kemarau seiring terjadi kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan terganggunya transportasi darat, laut / sungai dan udara karena kabut dan asap menutupi pemandangan dengan jarak pandang mencapai setengah sampai satu meter untuk kawasan sekitar Landasan Ulin, Kecamatan Gambut, Kertak Hanyar dan Sungai Tabuk serta Kabupaten lainnya yang rawan kebakaran hutan dan lahan. Semakin rusak ekosistem akibat pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem, khususnya di wilayah yang ada pesisir dan laut seperti Kabupaten Kotabaru, Tanah Bumbu, Tanah Laut dan Batola seperti kerusakan hutan mangrove dan terumbu karang. Belum terpantaunya dan terkendalinya kerusakan keanekaragaman hayati. Adanya bangunan fisik yang tidak memperhatikan daerah rawan banjir dan daerah resapan (dengan cara mengurug).

Beberapa permasalahan utama yang dihadapi dalam penataan ruang adalah : 1. Terbatasnya Pengembangan Kota Banjarmasin sebagai Ibukota Propinsi Kalimantan Selatan dan Terjadinya Percepatan Perembetan Kawasan Perkotaan (urban sprawl). Kota Banjarmasin sebagai ibukota Popinsi Kalimantan Selatan menunjukkan kecendrungan perkembangan yang semakin meningkat menjadi pusat perdagangan dan jasa regional Kalimantan terutama untuk melayani propinsi dan kabupaten tetangga sedangkan luas lahan yang tersedia sangat terbatas. Perkembangan kota ini sangat terlihat jelas dengan adanya percepatan perembetan kawasan perkotaan (urban sprawl) ke daerah kawasan budidaya pertanian terutama kawasan budidaya padi lokal di daerah Kabupaten Banjar (Kecamatan Gambut, Kertak Hanyar, Sungai Tabuk) yang merupakan salah satu kawasan pertanian terbesar di Kalimantan Selatan sehingga mengakibatkan semakin berkurangnya kawasan budidaya pertanian seiring dengan semakin berkembangnya kawasan tersebut menjadi kawasan jasa, industri, perdagangan dan permukiman. Beban Kota Banjarmasin yang semakin berat ini akan membawa konsekuensi antara lain akan terjadinya kerawanan sosial, kesemrawutan arus lalu lintas, semakin meningkatnya kawasan kumuh, tidak optimalnya pelayanan sarana dan prasarana publik.. Hal ini disebabkan karena (a) keterbatasan ruang pemukiman beserta fasilitas publik pendukungnya pada saat terjadinya urbanisasi yang besar dan tidak terkendali setelah berdirinya industri perkayuan di sepanjang muara Sungai Barito yang menampung tenaga kerja yang cukup besar baik yang berasal dari dalam maupun luar Propinsi Kalimantan Selatan; (b) berkembangnya pusat-pusat perdagangan, jasa dan industri di sepanjang koridor jalan utama

73

2. Adanya Daerah atau Kawasan yang Masih Tertinggal terutama pada kawasan rawa yang membentang dari utara sampai ke selatan pada bagian Barat Provinsi Kalimantan Selatan yang dihuni oleh mayoritas masyarakat petani Suku Banjar, kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di sepanjang pantai timur yang dihuni oleh mayoritas nelayan Suku Banjar, Suku Bugis dan Bajau, daerah pedalaman komunitas adat Suku Dayak yang menempati punggung Pegunungan Meratus, daerah-daerah perbatasan provinsi baik yang berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah maupun Kalimantan Timur serta daerah yang miskin sumberdaya alam sebagai modal dasar pembangunan daerah seperti Kabupaten Barito Kuala dan Hulu Sungai Utara; Hal ini disebabkan antara lain : (1) Kepadatan penduduk relatif rendah, tersebar dan membentuk kelompokkelompok komunitas yang relatif lebih kecil yang eksklusif dan bermukim mengikuti pola aliran sungai dan punggung bukit/pegunungan. Kawasan permukiman sekaligus merupakan kawasan untuk bercocok tanam atau daerah tangkapan ikan yang merupakan salah satu matapencaharian pokok masyarakat. Kondisi yang tersebar dan berkelompok ini akan berpotensi terjadinya pengkotak-kotakan masyarakat yang dapat membawa pengaruh negatif antara lain bagi kesatuan wilayah dan konflik etnis; (2) Terbatasnya pembangunan infrastruktur wilayah, sosial, ekonomi dan kelembagaan sehingga mengakibatkan kurangnya akses pelayanan dan dinamika proses pembelajaran sosial, ekonomi, informasi, teknologi dan politik bagi masyarakat. 3. Belum Optimalnya Pengembangan Wilayah Strategis Dan Cepat Tumbuh. Wilayah strategis dan cepat tumbuh dikembangkan berdasarkan produk komoditi unggulan daerah dan lokasi yang strategis bagi pelayanan jasa, perdagangan dan industri yang merupakan kawasan prioritas. Kawasan prioritas yang belum berkembang secara optimal meliputi antara lain kawasan wisata alam dan wisata budaya Loksado, wilayah daerah rawa potensial, kawasan sentra produksi, kawasan andalan. Hal ini disebabkan antara lain : (a) keterbatasan jaringan prasarana dan sarana fisik dan ekonomi dalam mendukung pengembangan kawasan dan produk unggulan daerah; (b) masih lemahnya koordinasi, sinergi, dan kerjasama diantara pelaku-pelaku pengembangan kawasan dalam upaya meningkatkan daya saing produk unggulan komoditi yang homogen dan lokasi-lokasi yang strategis untuk pelayanan jasa, industri dan perdagangan; (c) adanya keterbatasan informasi pasar dan teknologi untuk pengembangan produk unggulan; (d) belum optimalnya dukungan kebijakan nasional dan daerah yang berpihak pada petani dan pelaku usaha swasta; (e) belum berkembangnya infrastruktur kelembagaan yang berorientasi pada pengelolaan pengembangan usaha yang berkelanjutan dalam perekonomian daerah; (f) masih terbatasnya akses petani dan pelaku usaha skala kecil terhadap modal pengembangan usaha, input produksi, dukungan teknologi, dan jaringan pemasaran, dalam upaya mengembangkan peluang usaha dan kerjasama investasi; serta (g) belum optimalnya pemanfaatan kerangka kerjasama antar wilayah untuk mendukung peningkatan daya saing kawasan dan produk unggulan dan lokasi-lokasi yang strategis untuk pelayanan jasa, industri dan perdagangan.

74

B. Sasaran Untuk mewujudkan peningkatan kualitas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup, yang ditunjukkan dengan terkelolanya Sumber Daya Alam dalam rangka untuk pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang didasarkan pada RTRW yang digunakan bagi kesejahteraan masyarakat, dan semakin berkurangnya gangguan terhadap lingkungan di daerah Kalimantan Selatan pada tahun 2010, maka sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang sumberdaya alam dan lingkungan hidup, adalah berupa: tersedianya data dan informasi tentang sumber daya alam dan lingkungan hidup; meningkatnya kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan LSM serta dunia usaha; berkurangnya luasan lahan kritis secara progresif hingga 15% dari luasan lahan kritis yang ada melalui upaya konservasi hutan dan rehabilitasi lahan; menurunnya tingkat pencemaran air dan udara; terkendalinya pengelolaan SDA dan LH; berkurangnya tingkat kerusakan lingkungan Secara rinci sasaran Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup adalah : 1. Tersedianya data dan informasi tentang lingkungan hidup 2. Meningkatnya kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan LSM serta dunia usaha. 3. Berkurangnya luasan lahan kritis secara progresif hingga 15% dari luasan lahan kritis yang ada melalui upaya konservasi hutan dan rehabilitasi lahan. 4. Menurunnya tingkat pencemaran air dan udara. 5. Terkendalinya pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 6. Berkurangnya tingkat kerusakan lingkungan 7. Termanfaatkannya sumberdaya alam potensial seperti rawa, lahan marginal dan sumberdaya lainnya. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan penataan ruang adalah : 1. Terealisasinya pola penataan ruang di Kawasan Perkantoran Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan di Banjarbaru secara bertahap dan berkelanjutan. 2. Terbangunnya infrastruktur yang tersebar pada kawasan tertinggal yang meliputi, kawasan rawa, pesisir dan pulau-pulau kecil, daerah pedalaman komunitas adat Suku Dayak, daerah-daerah perbatasan provinsi dan daerah yang miskin sumberdaya alam, yaitu Kabupaten Barito Kuala dan Hulu Sungai Utara. 3. Terwujudnya percepatan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh. 4. Tersusunnya rencana tata ruang wilayah dan kawasan yang mengarah pada pola pengembangan propinsi Kalimantan Selatan sebagai pusat jasa, perdagangan dan industri dengan identifikasi fungsi-fungsi kabupaten/kota dalam rangka mendukung fungsi Propinsi Kalimantan Selatan. 5. Tersusunnya pola pembangunan perkotaan dan perdesaan di Kalimantan Selatan, terbangunannya infrastruktur perkotaaan dan perdesaan sesuai dengan rencana pengembangan termasuk kota besar, menengah dan kecil. 6. Tersusunnya sistem informasi geografis yang terpadu menjadi dasar bagi perencanaan pembangunan baik spasial maupun non spasial. 7. Meningkatnya kegiatan perekonomian perkotaan dan perdesaan dalam kerangka pengembangan ekonomi wilayah.

75

C. Arah Kebijakan Arah kebijakan dalam pembangunan bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup pada kurun waktu lima tahun adalah : 1. Pengembangan sistem informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. 2. Peningkatan peran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan hidup. 3. Pengendalian pengelolaan sumber daya alam dan daya dukungnya dalam rangka mencegah kerusakan lingkungan. Sementara arah kebijakan dalam penataan ruang pada kurun waktu lima tahun adalah : 1. Meningkatkan aksesibilitas internal wilayah untuk mewujudkan sinergi pengembangan potensi wilayah dan pemerataan tingkat perkembangan antar wilayah melalui percepatan fungsionalisasi jaringan jalan secara terpadu dengan pengembangan jaringan angkutan sungai, angkutan laut, jaringan jalan rel kereta api dan angkutan udara. 2. Mendorong peran kawasan-kawasan tertentu dengan fungsi khusus baik di darat maupun laut sebagai penggerak pengembangan ekonomi wilayah. 3. Mengembangkan industri pengolahan yang berbasis pada sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan kelautan, pertambangan dan kehutanan secara berkelanjutan serta industri pariwisata yang berbasis pada penguatan dan pengembangan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat lokal dan kelestarian lingkungan hidup. 4. Mengakomodasikan rencana tata ruang wilayah yang mendasarkan pada potensi daerah dan fungsi propinsi sebagai pusat jasa, perdagangan dan industri. 5. Meningkatkan sinergisitas perkembangan kota-kota di Kalimantan Selatan baik kota besar, menegah dan kecil sesuai dengan hirarkhi dan fungsinya yang masing-masing memeliki keterkaitan mendukung pengembangan fungsi propinsi. 6. Mengendalikan dan mengoptimalkan pemanfaatan ruang di daerah 7. Membangun dan memberdayakan kawasan tertinggal, kawasan rawa, kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, daerah pedalaman komunitas Suku Dayak, daerah perbatasan provinsi dan daerah yang miskin akan sumberdaya alam dengan dukungan pembangunan infrastruktur publik dan meningkatkan kapasitas kelembagaan kemasyarakatan. 8. Meningkatkan keseimbangan perkembangan antar wilayah pembangunan, antar perkotaan dan pedesaan, antar kawasan lindung dan budidaya sesuai dengan fungsinya yang ditujukan dengan percepatan perkembangan fisik, sosial, ekonomi dan politik dan penguatan kearifatan lokal. 6.3 AGENDA III MENCIPTAKAN KALIMANTAN SELATAN YANG UNGGUL DAN MAJU Agenda III memiliki dua sasaran, yaitu sasaran pertama terdiri dari Bidang Pendidikan dan Kesehatan. Sementara itu untuk Sasaran Kedua meliputi Bidang Ekonomi dan Prasarana Wilayah. Adapun rincian permasalahan, sasaran dan arah kebijakan dari sasaran pertama di atas adalah sebagai berikut :

76

6.3.1

Sasaran Pertama Agenda III Bidang Pendidikan

A. Permasalahan Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau dengan cara lain oleh masyarakat, sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidian dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam Undang-undang, untuk itu seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara republik Indonesia. Adapun permasalahan yang dihadapi dalam bidang pendidikan di Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan Anak Usia Dini a. Pendirian lembaga pendidikan prasekolah masih berorientasi di wilayah perkotaan, sedangkan untuk wilayah pedesaan atau daerah terpencil masih sangat kurang, sehingga aspek pemerataan kesempatan untuk pendidikan prasekolah dirasakan masih sangat kurang. b. Masih terdapat pendirian dan atau penyelenggaraan pendidikan prasekolah yang tidak memenuhi standar minimal baik dari segi sarana dan prasarana maupun mutu dan profesionalisme guru. 2. Pendidikan Dasar a. Belum maksimalnya subsidi pemerintah untuk menjangkau masyarakat kurang beruntung yang jumlahnya cukup besar. b. Sarana dan prasarana serta lingkungan sekolah dasar yang belum memenuhi standar minimum. c. Kondisi sarana ruang kelas belajar banyak yang rusak.. 3. Pendidikan Menengah a. Masih rendahnya angka partisipasi pendidikan karena rendahnya kemampuan sebagian besar masyarakat untuk membiayai pendidikan, terbatasnya daya tampung disatu sisi dan meningkatnya jumlah lulusan SLTP di sisi lain sebagai konsekuensi pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. b. Kurangnya tingkat keluasan dan terlalu terstrukturnys kurikulum SMK sehingga tidak cukup peka terhadap tuntutan kebutuhan lapangan kerja secara luas, serta materi pengajaran yang disampaikan masih belum memenuhi kaidah profesionalisme dan kurang berorientasi ke pasar kerja.

77

4. Pendidikan Non Formal & Informal a. Masih terbatasnya jumlah dan mutu tenaga profesinal pada intitusi pendidikan luar sekolah (PLS) dalam mengelola, mengembangkan, dan melembagaan PLS. b. Masih terbatasnya sarana dan prasarana baik untuk menunjang penyelenggaraan maupun proses pembelajaran, serta wilayah tempat tinggal warga belajar yang susah di jangkau petugas PLS (daerah terpencil). c. Masih tingginya jumlah penduduk yang buta huruf dan angka putus sekolah. B. Sasaran Untuk mewujudkan kualitas sumberdaya manusia, yg ditunjukkan dengan tingkat pendidikan dan keterampilan meningkat, penguasaan ilmu dan teknologi meningkat dan meningkatnya angka IPM. di daerah Kalimantan Selatan pada tahun 2010, maka sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang pendidikan, adalah berupa : Tuntasnya Wajib Belajar 9 tahun; Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan.; Meningkatnya mutu pendidikan; Meningkatnya akses masyarakat terhadap pendidikan; Meningkatnya angka melek huruf; Meningkatnya angka partisipasi sekolah, serperti Angka Partisipasi Kasar mencapai 134,5 % (SD), 93,79 % (SLTP), dan 65,69 % (SLTA)); sedangkan Angka Partisipasi Murni diharapkan akan dapat mencapai 95,25 % untuk setingkat SD, 83,67 % untuk setingkat SLTP, dan 58,94 % untuk setingkat SLTA; serta Meningkatnya minat kebiasaaan dan budaya baca serta meningkatnya kunjungan masyarakat ke perpustakaan Secara rinci sasaran Bidang Pendidikan adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan Anak Usia Dini a. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan, termasuk optimalisasi pemanfaatan fasilitas yang ada seperti ruang kelas SD/MI untuk menyelenggarakan pendidikan anak usia dini (PAUD), yang disesuaikan dengan kondisi daerah/wilayah. b. Berkembangnya kurikulum dan bahan ajar yang bermutu serta perintisan model-model pembelajaran PAUD, yang mengacu pada tahap-tahap perkembangan anak, pekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya dan seni. c. Tersedianya sarana dan prasarana maupun mutu dan profesionalisme guru. 2. Pendidikan Dasar a. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas, terutama untuk daerah pedesaan, wilayah terpencil, disertai rehabilitasi dan revitalisasi sarana dan prasana yang rusak, serta penyediaan biaya operasional pendidikan secara memadai; dan/atau subsidi/hibah dalam bentuk Block grant atau imbal swadaya bagi satuan pendidikan dasar untuk meningkatkan mutu pelayanan pedidikan. b. Tersedianya berbagai alternatif layanan pendidikan dasar yang memenuhi kebutuhan, kondisi, dan potensi anak melalui pendidikan formal, dan non formal termasuk pemberian perhatian bagi peserta didik yang memiliki

78

kesulitan mengikuti proses pembelajaran dan bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. c. Tersedianya sarana pendidikan, media pengajaran dan teknologi pendidikan termasuk peralatan peraga pendidikan, buku pelajaran, buku bacaan dan buku ilmu pengetahuan dan teknologi guna peningkatan pemahaman peserta didik terhadap ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. d. Perluasan dan pemerataan serta penuntasan wajib pendidikan dasar 9 tahun. 3. Pendidikan Menengah a. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan termasuk pembangunan unit sekolah bagu (USB), ruang kelas baru (RKB), laboratorium, perpustakaan, buku pelajaran dan peralatan peraga pendidikan, yang disertai dengan penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan secara lebih merata, bermutu tepat lokasi, serta penyediaan biaya operasional pendidik dan/atau subsidi/hibah dalam bentuk block grant atau imbal swadaya bagi satuan pendidikan menengah untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan termasuk subsidi atau beasiswa bagi peserta didik yang berasal dari keluarga tidak mampu dan peserta didik yang berprestasi. b. Terwujudnya penataan bidang keahlian pada pendidikan menengah kejurusan yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja, yang didukung oleh upaya meningkatkan kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri. c. Tersedianya layanan pendidikan baik umum maupun kejuruan bagi siswa SMA/MA/SMK/MAK sesuai dengan kebutuhan siswa untuk melanjutkan kejenjang pendidikan tinggi atau untuk bekerjamelalui penyediaan tambahan fasilitas pada sekolah/madrasahyang ada dan/atau melalui kerjasama antarsatuan pendidikan baik formal mapun nonformal, dan mengembangkan sekolah/madrasah dengan standar nasional dan internasional secara bertahap. 4. Pendidikan Non Formal & Informal a. Tersedianya sarana dan prasana pendidikan beserta pendidik dan tenaga kependidikan lainnya yang bermutu secara memadai serta menumbuhkan partisipasi masyarakat untuk menyelanggarakan pendidikan non-formal. b. Terwujudnya penguatan satuan-satuan pendidikan non-formal yang meliputi lembaga kursus, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim serta satuan pendidikan sejenis. c. Berkembangnya kurikulum, bahan, ajar dan model-model pembelajaran pendidikan non-formal yang mengacu pada standar nasional sesuai dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan seni. d. Tersedianya biaya operasional pendidikan dan/atau subsidi/hibah dalam bentuk block grant atau imbal swadaya bagi satuan pendidikan non-formal termasuk subsidi atau beasiswabagi peserta didik yang kurang beruntung. 5. Pendidikan Kedinasan a. Terlaksananya evaluasi pelaksanaan pendidikan kedinasan terhadap kebutuhan tebaga kerja kedinasan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan kedinasan.

79

b. Meningkatnya kualitas, kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenga kependidikan melalui pendidikan dan latihan baik gelar maupun non gelar. 6. Pendidikan Tinggi a. Meningkatnya kerjasama perguruan tinggi dengan usaha, industri dan pemerintah daerah untuk meningkatkan relevansi pendidikan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja, termasuk kerjasama dalam pendidikan dan penelitian yang menghasilkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, dan pemanfaatan hasil penelitian dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bangsa. b. Tersedianya informasi pendidikan yang memadai yang memungkinkan masyarakat untuk memilih pendidikan sesuai kualitas yang diinginkan. 7. Pelayanan Bantuan Terhadap Pendidikan a. Berkembangnya manajemen pendidikan secara terpadu dan holistik serta penetapan tatakelola satuan pendidikan yang baik termasuk tatakelola pendidikan swasta yang mencakup sekolah umum dan sekolah keagamaan. b. Berkembangnya sistem pengelolaan pembangunan pendidikan, sisten kendali mutu dan jaminan kualitas yang dapat merespon era globalisasi bidang pendidikan. 8. Pendidikan Keagamaan a. Tertatanya kurikulum dan materi pendidikan agama agar berwawasan multikultural, penfembangan konsep etika sosial berbaris nilai-nilai agama, metodologi pengajaran dan sistem evaluasi. b. Berkembangnya wawasan dan pendalaman materi melalui berbagai lokakarya, workshop, seminar, studi banding dan orientasi, penataran dan penyertaan D-II dan D-III baik guru agama pendidikan dasar, S-1 bagi guru agama pendidikan menengah dan pendidikan pascasarjana (S-2 dan S-3) bagi dosen perguruan tinggi, dan memenuhi kebutuhan pendidik dan tenaga kerja kependidikan agama. 9. Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan a. Tersusunnya kebijakan sebagai dasar perumusan kebijakan pembangunan pendidikan nasional yang efektif dan efisien. b. Terlaksananya kegiatan belajar mengajar di tingkat kelas guna memperbaiki kualitas proses belajar mengajar serta pengembangan inovasi untuk menciptakan metode-metode pembelajaran, media pengajaran, dan teknologi pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan seni. c. Terlaksananya evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum yang berjalan dan standar kompetensi nasional yang diikuti dengan pengembangan kurikulum yang lebih tepat. d. Berkembangnya standar kelulusan peserta didik dan standar kelayakan lembaga pendidikan sebagai salah satu bentuk jaminan kualitas pendidikan.

80

10. Pendidikan Lainnya a. Terlaksananya kampanye dan promosi budaya baca melalui media masa dan cara-cara lainnya. b. Semakin luasnya dan meningkatnya kualitas layanan perpustakaan. c. Semakin mantapnya sinergi antara perpustakaan nasional, propinsi, kabupaten/kota, dan jenis perpustakaan lainnya dengan perpustakaan sekolah dan taman bacaan masyarakat. d. Meningakatnya pembinaan dan pemgembangan bahasa untuk mendukung berkembangnya budaya ilmiah, kreasi sastra, dan seni. C. Arah kebijakan 1. Meningkatkan pengalokasian anggaran pendidikan dari tahun 2006 (12%), 2007 (15%), 2008 (18%), 2009 (20%), hingga tahun 2010 (23 %) APBD diluar gaji dan tunjangan dengan tetap memperhatikan kemampuan daerah dan skala prioritas dan arah kebijakan pembangunan bidang lainnya 2. Meningkatkan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. 3. Meningkatkan perluasan dan pemerataan pendidikan menengah baik umum maupun kejuruan untuk mengantisipasi meningkatnya lulusan sekolah menengah pertama sebagai dampak keberhasilan Program Wajib Belajar Pendidkan Dasar 9 Tahun, dan penyediaan tenaga kerja lulusan pendidikan menengah yang berkualitas. 4. Meningkatkan perluasan layanan pendidikan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang memenuhi kebutuhan pasar kerja serta peningkatan dan pemantapan peran perguruan tinggi sebagai ujung tombak peningkatan daya saing bangsa melalui penciptaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 5. Memberikan akses yang lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat terjangkau oleh layanan pendidikan seperti masyarakat miskin, masyarakat di daerah terpencil, masyarakat di daerah konflik, ataupun penyandang cacat. 6. Meningkatkan penyediaan pendidikan keterampilan dan kewirausahaan ataupun pendidikan non formal yang bermutu. 7. Meningkatkan pendidikan non formal yang merata dan bermutu untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat yang tidak terpenuhi kebutuhan pendidikannya melalui jalur formal terutama bagi yang tidak pernah sekolah atau buta aksara, putus sekolah dan masyarakat lainnya yang ingin meningkatkan dan atau memperoleh pengetahuan, kecakapan/keterampilan hidup dan kemampuan guna meningkatkan kualitas hidupnya. 8. Meningkatkan penyediaan dan pemerataan sarana pendidikan dan tenaga kependidikan. 9. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kependidikan agar lebih mampu mengembangkan kompetensinya. 10. Menyempurnakan manajemen pendidikan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses perbaikan mutu pendidikan. 11. Meningkatkan otonomi dan desentralisasi pengelolaan pendidikan dengan pemberian kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar dalam mengelola pendidikan secara sehat, bertanggung jawab dan akuntabel yang diikuti dengan sistem kontrol dan jaminan kualitas pendidikan serta sistem penilaian kinerja sampai dengan satuan pendidikan.

81

12. Menata sistem pembiayaan pendidikan umum dan pendidikan agama yang berprinsip keadilan. 13. Meningkatkan kualitas kurikulum dan pelaksaannya yang didukung dengan penyediaan peralatan pendidikan yang sesuai untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup agar peserta didik mampu memecahkan berbagai masalah kehidupan secara kreatif dan menjadi manusia produktif guna menyongsong era ekonomi dan masyarakat berbasis pengetahuan. 14. Mengembangkan budaya baca guna menciptakan masyarakat belajar, berbudaya, maju dan mandiri. 15. Meningkatkan penelitian dan mengembangkan pendidikan untuk penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas, jangkauan dan kesetaraan pelayanan, efektivitas dan efisiensi manajemen pelayanan pendidikan. 16. Mewajibkan khatam Al Quran bagi peserta didik dari tingkat SD, SLTP sampai SLTA. Bidang Kesehatan A. Permasalahan Secara umum status kesehatan dan gizi masyarakat telah menunjukkan perbaikan berdasarkan laporan Dinkes Prop. Kalsel., angka kematian bayi menurun dari 65 (1999) menjadi 45 per 1.000 kelahiran hidup (2003) dan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 373 (1995) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2003). Umur harapan hidup meningkat dari 61 tahun (2000) menjadi 62,2 tahun (2003). Prevalensi gizi kurang pada anak balita sebanyak 18,45% (2003). AKB, AKI dan UHH dihitung per lima tahunan sehingga masih menggunakan data tahun 2003, namun demikian status kesehatan ini masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan propinsi maju lainnya maupun standar nasional. Perkembangan keluarga berencana (KB) dilihat dari tingkat TFR belum mendukung terwujudnya Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 menunjukan TFR Kalimantan Selatan mengalami kenaikan dari 2,6 pada tahun 2000 menjadi 3,0 tahun 2002-2003. Tingkat kesuburan masih jauh dari kondisi PTS yaitu TFR harus mencapai 2,1. Kelahiran dan kehamilan yang belum diinginkan masih tinggi, masih terjadinya kasus aborsi baik bagi peserta unmed. need maupun remaja. Pencapaian peserta KB baru pada tahun 2003 sebesar 74.988 peserta atau (100,99%) dari perkiraan permintaan masyarakat (PPM). Dilihat dari sasaran pelayanan dari peserta KB baru adalah 46.747 peserta (62,43%) dilayani klinik KB pemerintah, 28.241 peserta (37,66%) melalui sarana pelayanan swasta, yakni klinik KB swasta 4,88%, dokter praktek wasta 1,60% dan bidan praktek swasta 31,18%. Masih banyaknya masalah yang dihadapi dan memerlukan pemecahan dalam pembangunan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB). Masalah tersebut antara lain : 1. Beban ganda penyakit Pola penyakit yang diderita oleh masyarakat sebagian besar adalah penyakit infeksi menular seperti tuberkulosis paru, infeksi saluran pernafasan

82

akut (ISPA), malaria, diare, dan penyakit kulit. Namun demikian, pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta diabetes mellitus dan kanker. Kalimantan Selatan juga menghadapi emerging diseases seperti demam berdarah dengue (DBD) dan HIV/AIDS. Terjadinya beban ganda yang disertai dengan meningkatnya jumlah penduduk, serta perubahan struktur umur penduduk yang ditandai dengan meningkatnya penduduk usia produktif dan usia lanjut, akan berpengaruh terhadap jumlah dan jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat di masa datang. 2. Kinerja pelayanan kesehatan yang belum optimal Faktor utama penyebab tingginya angka kematian bayi dan kematian ibu melahirkan sebenarnya dapat dicegah dengan intervensi yang dapat terjangkau dan sederhana. Oleh karena itu kinerja pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Masih belum optimalnya kinerja pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, proporsi bayi yang mendapatkan imunisasi campak, dan proporsi penemuan kasus (Case Detection Rate) tuberkulosis paru. 3. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung peningkatan status kesehatan penduduk. Perilaku masyarakat yang tidak sehat dapat dilihat dari kebiasaan merokok, rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi lebih pada anak balita, serta kecenderungan meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS, penderita penyalahgunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif (NAPZA). 4. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan Faktor penting lainnya yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan yang tercermin antara lain dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Berdasarkan laporan dari Dinas Kimpraswil Prop. Kalsel dinyatakan bahwa prosentase cakupan air bersih lebih besar di perkotaan dibandingkan dengan perdesaan, hal ini menunjukkan belum meratanya cakupan air bersih untuk penduduk Kalimantan Selatan. Kesehatan lingkungan merupakan kegiatan lintas-sektor yang belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan. 5. Rendahnya kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan Pada tahun 2004, dengan jumlah penduduk 3,2 juta jiwa dilayani oleh 201 puskesmas. Selain jumlahnya yang kurang, kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan di puskesmas masih menjadi kendala. Pada tahun 2003 terdapat 14 Rumah Sakit Umum Daerah milik pemerintah. Walaupun rumah sakit terdapat di hampir semua kabupaten/kota, namun kualitas pelayanan sebagian besar RS pada umumnya masih di bawah standar.

83

Pelayanan kesehatan rujukan belum optimal dan belum memenuhi harapan masyarakat. Masyarakat merasa kurang puas dengan mutu pelayanan rumah sakit dan puskesmas, karena lambatnya pelayanan, kesulitan administrasi dan lamanya waktu tunggu. Perlindungan masyarakat di bidang obat dan makanan masih rendah. Dalam era perdagangan bebas, kondisi kesehatan masyarakat semakin rentan akibat meningkatnya kemungkinan konsumsi obat dan makanan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. 6. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi tidak merata Banyak puskesmas belum memiliki dokter dan tenaga kesehatan masyarakat. Keterbatasan ini diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata. Misalnya, lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di ibukota propinsi. 7. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin Penyakit infeksi yang merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita, seperti ISPA, diare, tetanus neonatorum dan penyulit kelahiran, lebih sering terjadi pada penduduk miskin. Penyakit lain yang banyak diderita penduduk miskin adalah penyakit tuberkulosis paru, malaria dan HIV/AIDS. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin terutama disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan karena kendala geografis dan kendala biaya (cost barrier). Utilisasi rumah sakit masih didominasi oleh golongan mampu, sedang masyarakat miskin cenderung memanfaatkan pelayanan di puskesmas. Penduduk miskin belum terjangkau oleh sistem jaminan/asuransi kesehatan. Asuransi kesehatan sebagai suatu bentuk sistem jaminan sosial hanya menjangkau pegawai negeri dan penduduk mampu. Dengan adanya program pemerintah pusat melalui Askes untuk penduduk miskin diharapkan dapat menjamin kesehatan penduduk miskin dan berjalan sesuai dengan ketentuan. 8. Belum suksesnya penanganan Keluarga Berencana Dalam menangani kependudukan dan Program KB di Kalimantan Selatan kendala yang dihadapi adalah keterbatasan alat kontrasepsi terutama jenis atau merek yang dinginkan masyarakat, sehingga masih tingginya laju pertumbuhan penduduk, dan tingginya tingkat kelahiran. Selain itu juga masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran Pasangan Usia Subur (PUS) dan remaja akan hak-hak reproduksi, masih rendahnya usia kawin pertama penduduk, rendahnya partisipasi laki-laki dalam ber-KB, masih lemahnya ekonomi dan ketahanan keluarga sehingga dapat menghambat pembentukan keluarga kecil yang berkualitas. Dalam hal pelayanan KB ternyata masih lemahnya institusi di daerah dalam menjalankan tugasnya, serta belum serasinya kebijakan kependudukan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Untuk pendataan kependudukan juga belum tertatanya administrasi kependudukan dalam rangka membangun sistem pembangunan, pemerintahan, dan pembangunan berkelanjutan.

84

B. Sasaran Untuk mewujudkan kualitas sumberdaya manusia, yg ditunjukkan dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang pada akhirnya akan menyumbang terhadap peningkatan angka IPM. di daerah Kalimantan Selatan pada tahun 2010, maka sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang kesehatan, antara lain tercermin dari indikator berupa : Usia Harapan Hidup mencapai 67,9 tahun; Angka Kematian Bayi Menurun menjadi 25 per 1000 kelahiran; Angka Kematian Ibu. Melahirkan menurun menjadi 226 per 1000 kelahiran hidup; Angka Kematian Kasar Menurun menjadi 6,8 per 1000 penduduk; Angka Kematian Anak Balita menurun menjadi 58 per 1000 kelahiran hidup, dan Prevalensi Gizi kurang pada Balita menurun. dari 29 % menjadi 24 %., serta Angka Kesakitan menurun Menjadi kurang dari 17,3 %
Adapun secara rinci sasaran Bidang Kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Sasaran pembangunan kesehatan agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, adalah melalui: a. Menurunnya angka kesakitan baik infeksi penyakit menular maupun tidak menular. b. Meningkatnya kinerja pelayanan kesehatan c. Meningkatnya prilaku masyarakat untuk mendukung pola hidup bersih dan sehat d. Membaiknya kondisi kesehatan lingkungan e. Meningkatnya kualitas pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan f. Meningkatnya jumlah tenaga kesehatan yang disertai dengan pendistribusian yang merata g. Meningkatnya status kesehatan pada semua lapisan masyarakat

2. Sasaran yang berkenaan dengan aspek Keluarga Berencana adalah : a. Terkendalinya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya keluarga kecil berkualitas yang ditandai (i) menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,66 % tingkat fertilitas total menjadi 2,2 per perempuan, (ii) meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 %, (iii) meningkatnya jumlah Keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I yang aktif dalam usaha ekonomi produktif, dan (iv) meningkatnya jumlah instiusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. b. Meningkatnya pemberdayaan keluarga dalam rangka menuju keluarga kecil berkualitas melalui program Tribina c. Meningkatnya pembinaan kesehatan reproduksi remaja yang ditandai oleh meningkatnya usia perkawinan pertama, menurunnya vertilitas pada kelompok usia 15-19 tahun. d. Meningkatnya jumlah tempat pelayanan KB Non Pemerintah, kemandirian institusi masyarakat perdesaan/perkotaan dan kualitas pendayagunaan data dan informasi dalam sistem kependudukan dan keluarga (SIDUGA)

85

C. Arah kebijakan Arah kebijakan dalam pembangunan kesehatan untuk dapat mencapai Kalimantan Sehat 2010 adalah : 1. Peningkatan kualitas Puskesmas dan jaringannya serta sarana dan prasarana kesehatan lainnya 2. Meningkatkan upaya pemberantasan dan pencegahan penyaki menular dan tidak menular. 3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan untuk pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan 4. Meningkatkan prilaku masyarakat untuk mendukung pola hidup bersih dan sehat 5. Meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan 6. Meningkatkan status kesehatan masyarakat 7. Meningkatkan anggaran bidang kesehatan hingga mencapai 15% dari APBD diluar gaji dan tunjangan dengan tetap memperhatikan kemampuan daerah dan skala prioritas dan arah kebijakan pembangunan bidang lainnnya Arah kebijakan yang berkenaan dengan aspek Keluarga Berencana dan Kependudukan adalah : 1. Mengendalikan pertumbuhan penduduk untuk meningkatkan keluarga kecil berkualitas 2. Meningkatkan pemberdayaan keluarga dalam rangka menuju keluarga kecil berkualitas melalui program tribina 3. Meningkatkan pembinaan kesehatan reproduksi remaja khususnya pada kelompok usia 15-19 tahun. 4. Meningkatkan kemandirian institusi masyarakat perdesaan/perkotaan dalam pelayanan KB serta kualitas pendayagunaan data dan informasi dalam sistem kependudukan dan keluarga (SIDUGA) 6.3.2 Sasaran Kedua Agenda III Bidang Ekonomi Pembangunan perekonomian di Kalimantan Selatan sebagai bagian dari pembangunan daerah dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah yang merata, dalam hal ini tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata tahunan yang cukup tinggi, berkurangnya angka pengangguran, meningkatnya daya saing produk unggulan daerah, kemudahan bagi UMKM mendapatkan modal dan pasar serta berkembangnya daerah secara merata berdasarkan pada keunggulannya masingmasing. Hal ini didukung oleh data BPS bahwa sektor-sektor di bidang perekonomian seperti pertanian dalam arti luas sampai saat ini masih berperan cukup penting dalam perekonomian Kalimantan Selatan dan merupakan satu dari empat sektor utama yang mempunyai kontribusi dominan terhadap struktur perekonomian Kalimantan Selatan selain sektor pertambangan, industri pengolahan, perdagangan, restauran dan hotel. Disamping itu sampai dengan saat ini struktur tenaga kerja di Kalimantan Selatan masih didominasi oleh sektor pertanian dalam arti luas.

86

A. Permasalahan Permasalahan yang dihadapi untuk mewujudkan pembangunan industri di Propinsi Kalimantan Selatan dalam menghadapi era perdagangan global dan otonomi daerah, yaitu: 1. Berkembangnya industri berbasis sumberdaya lokal (pertanian dan pertambangan) dan berorientasi ekspor 2. Masih lemahnya daya saing industri karena belum didukung basis kegiatan produksi, perdagangan dan jaringan distribusi yang kuat. 3. Masih rendahnya kualitas produksi sehingga peningkatan nilai tambah dan perluasan lapangan kerja belum tercapai dengan maksimal. 4. Belum terciptanya jaringan distribusi dan perdagangan yang mampu menjamin ketersediaan barang dalam jumlah yang cukup dan harga yang bersaing. 5. Belum luasnya diversifikasi produk ekspor dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 6. Masih kurangnya sarana dan prasarana untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi dalam rangka mengantisipasi pasar global. Dalam pengembangan Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM), permasalahan yang dihadapi adalah : 1. Terbatasnya akses KUMKM terhadap sumberdaya produktif, rendahnya produktivitas dan partisipasi anggota. 2. Rendahnya kompetensi dan kualitas SDM KUMKM, dan kurangnya semangat jiwa kewirausahaan. 3. Koperasi sebagai badan usaha/lembaga ekonomi belum mampu melaksanakan fungsinya dalam mempersatukan potensi sumberdaya yang dimiliki anggota dan dalam meningkatkan efisiensi kolektif demi pelayanan dan manfaat bagi anggota. 4. Komitmen pemberdayaan KUMKM belum didukung dan disertai dengan tindakan pembinaan dan fasilitasi secara nyata terhadap KUMKM. Permasalahan yang yang dihadapi dalam pembangunan pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan adalah : 1. Rendahnya efisiensi dan produktivitas. Rendahnya efisiensi dan produktivitas pembangunan pertanian sangat terkait oleh skala usaha dan lahan yang relatif kecil pada usaha tani komoditikomoditi utama, disamping itu pola budidaya yang selama ini diterapkan masih sangat sederhana dan jauh dari praktek budidaya yang baik (good agriculture practice). Disamping itu, keterbatasan penyediaan sarana produksi termasuk upaya pengendalian hama dan penyakit serta adanya bencana alam seperti banjir dan kekeringan yang setiap tahun terjadi juga berpeluang mengganggu sistem produksi. 2. Oversuplay produk Khusus untuk padi dan jagung sebagai komoditi tanaman pangan utama, pada periode tertentu mengalami panen raya yang umumnya akan menyebabkan jatuhnya harga jual petani. Jika panen raya berbarengan dengan

87

musim hujan maka kondisi iklim tersebut dapat menyebabkan turunnya kualitas dan harga jual menjadi sangat jauh dari prediksi petani. 3. Rendahnya akses ke sumberdaya produktif Akses terhadap sumber permodalan yang relatif rendah dibarengi dengan rendahnya kualitas SDM menyebabkan masyarakat petani/nelayan/pembudidaya ikan dan masyarakat pesisir tidak dapat mengembangkan usahanya dalam skala yang layak ekonomi. Hal ini berkaitan erat dengan kemampuan petani dalam pengelolaan usaha taninya. 4. Pengelolaan sumberdaya kelautan belum optimal Kondisi tersebut tergambar dari kontribusi sub sektor perikanan dalam struktur perekonomian daerah yang relatif belum signifikan, dan hingga saat ini masih didominasi sub sektor tanaman bahan makanan, padahal potensi kelautan di daerah ini cukup tinggi. Belum optimalnya pengelolaan sumberdaya kelautan tersebut disebabkan oleh keterbatasan infrastruktur termasuk armada penangkapan, sehingga zonasi penangkapan belum optimal. Selain itu dukungan sarana pelabuhan perikanan pantai dan tempat pelelangan ikan dirasa masih belum optimal. 5. Belum optimalnya peran UPTD Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di lingkup pertanian dalam arti luas kedudukannya sangat strategis dalam upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat maupun berperan sebagai sumber penerimaan daerah, namun dalam implementasinya di daerah ini masih sangat perlu untuk ditingkatkan peranannya. Sebagai gambaran di masa mendatang kualitas produk merupakan salah satu faktor penting dalam perdagangan komoditi pertanian, oleh karena UPTD yang terkait dengan sertifikasi maupun pengawasan, baik terhadap benih, pupuk maupun hasil akhir seyogyanya dikembangkan dengan seksama. 6. Pemasaran, kualitas dan kontinuitas ketersediaan produk pertanian yang masih belum optimal. Hal ini sangat terkait dengan tingkat produktivitas dari jenis-jenis produk utama, penggunaan benih bersertifikat, aplikasi pemupukan yang tepat, usaha perlindungan dari organisme pengganggu tanaman untuk tanaman dan penyakit pada hewan ternak, dukungan sistem irigasi dan drainase, penanganan pasca panen masih belum optimal, pemanfaatan lahan marginal pada daerah pasang surut, lebak dan tadah hujan masih memerlukan pengembangan teknologi yang tepat, tingkat akses petani terhadap lembaga perekonomian, terbatasnya modal serta sarana dan prasarana. 7. Belum berkembangnya industri pengolahan yang mengolah hasil-hasil pertanian. Terkait dengan hal ini termasuk industri hilir produk perkebunan khususnya untuk komoditi perkebunan rakyat serta rendahnya mutu pengemasan dan belum adanya standarisasi produk pertanian andalan daerah.

88

8. Masih terjadinya perambahan hutan dan okupasi masyarakat. Maraknya kegiatan penebangan liar, kerusakan hutan dan gangguan asap akibat kebakaran hutan dan lahan serta banyaknya lahan tidur yang belum dimanfaatkan oleh pemegang izin pengelolaan/pengusahaan. Permasalahan yang dihadapi dalam penanganan tenaga kerja dan transmigrasi di Kalimantan Selatan utamanya adalah : 1. Perkembangan angkatan kerja yang dihasilkan melalui pendidikan belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. 2. Masih rendahnya tingkat keterampilan angkatan kerja dan relatif masih belum mampu secara optimal memanfaatkan lapangan kerja yang tersedia. 3. Masih tingginya angka penganggur terbuka dan setengah penganggur. 4. Hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja yang belum memadai. 5. Semakin terbatasnya lahan yang tersedia untuk program transmigrasi. 6. Rendahnya minat investor untuk menanamkan modalnya dikawasan transmigrasi. Beberapa permasalahan sektor Pertambangan dan Energi yang dihadapi adalah sebagai berikut : 1. Peraturan perundang-undangan masih lemah serta penerapan sanksi yang belum sesuai dengan aturan yang ada. 2. Belum lengkapnya data potensi bahan mineral yang tersedia pada wilayah/kab./kota. 3. Kurangnya daya mampu tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik khususnya pada malam hari. 4. Sering terjadinya kelangkaan BBM khususnya minyak solar dan minyak tanah karena pasokan yang tidak sesuai dengan kebutuhan. 5. Banyak desa tertinggal yang tidak terjangkau listrik dan air bersih. 6. Adanya isu lingkungan yang beranggapan bahwa kegiatan per- ambangan selalu merusak ling-kungan dan merugikan masyarakat. 7. Maraknya Penambangan Tanpa Ijin (PETI) yang berdampak terhadap penataan kawasan dan pengelolaan sektor peretambangan dan energi serta terjadinya kerusakan ling-kungan. 8. Kurangnya peran KUD yang bergerak di sektor pertambangan sebagai pelaku ekonomi kerakyat-an. 9. Tata Ruang dan Wilayah pertam-bangan yang belum tertata menim- bulkan tumpang tindih lahan dan kepentingan. 10. Terlantarnya lahan bekas penam-bangan yang ditinggalkan tanpa dilakukan reklamasi. Permasalahan yang dihadapi dalam bidang Penanaman Modal adalah : 1. Masih rendahnya kepastian hukum, 2. Belum mantapnya pelaksanaan desentralisasi mengakibatkan kesimpangsiuran kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dalam kebijakan investasi. 3. Prosedur perizinan yang panjang dan lama. 4. Masih rendahnya kualitas Sumber Daya Aparatur dalam melaksanakan pelayanan terhadap investor.

89

5. Kurang kondusifnya kondisi keamanan dan pengamanan sosial, mengakibatkan terganggunya kestabilan ekonomi. 6. Belum tersedianya sistem informasi penanaman modal. 7. Belum optimalnya pengembangan kawasan ekonomi berupa kawasan industri, budidaya perikanan laut dan usaha perkebunan dan kehutanan. 8. Belum optimalnya pengembangan produk unggulan berorientasi ekspor. B. Sasaran Untuk mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan Pembangunan daerah yang merata yang ditunjukkan dengan Tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 sebesar 5 %, Tahun 2006 sebesar 5,3%; tahun 2007 sebesar 5,54%; tahun 2008 sebesar 5,7 %; tahun 2009 sebesar 5,87 % dan diharapkan tahun 2010 pertumbuhan ekonomi mencapai 6,04 % per tahun, Berkurangnya angka kemiskinan dan pengangguran, Meningkatnya daya saing produk unggulan Kalimantan Selatan, Daerah berkembang secara merata berdasarkan pada unggulan masing-masing, Pengelolaan sistem usaha yang kompetitif dan profesional yang ditunjukkan dengan berkembangnya usaha-usaha ekonomi yang kecil, menengah dan besar dalam pengembangan komoditas unggulan yang dikelola secara profesional serta mulai berlakunya kegiatan perdagangan skala regional di daerah Kalimantan Selatan pada tahun 2010, maka sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang ekonomi, adalah berupa: Angka PDRB dengan migas menjadi Rp. 40.545.000.000.000,- dan tanpa migas mencapai Rp. 39.838.000.000.000,-; Angka PDRB per kapita dengan migas menjadi Rp. 11.022.000,- dan tanpa migas menjadi Rp. 10.830.000,-; Jumlah penduduk pada tahun 2010 diperkirakan menjadi 3.503.300 orang dengan tingkat pertumbuhan penduduk mencapai 1,57 %. Pencapaian sasaran pembangunan ekonomi tersebut terkait dengan sasaran pembangunan di bawah ini: Sasaran pembangunan bidang pertanian adalah berupa Meningkatnya produksi, nilai tambah dan daya saing produk pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan, dengan sasaran produksi meningkat rata-rata 3% per-tahun, produktivitas meningkat rata-rata 2% dan daya saing meningkat; meningkatnya pengelolaan sumberdaya kelautan, yang dicirikan oleh berkembangnya sarana penangkapan yang didukung peningkatan infrastruktur pelabuhan perikanan beserta pendukungnya.; meningkatnya produk hasil hutan non kayu serta bertambahnya hutan tanaman; meningkatnya pengelolaan UPTD lingkup pertanian (dalam arti luas) yang dicirikan oleh meningkatnya pelayanan kepada masyarakat maupun peningkatan PAD; berkembangnya kawasan ekonomi/ kawasan budidaya komoditi unggulan. Adapun komoditas unggulan yang dikembangkan di Kalimantan Selatan untuk sektor pertanian padi, jagung, jeruk dan pisang; sektor peternakan meliputi sapi potong, itik, ayam buras kemudian sektor perkebunan karet, kelapa sawit, kelapa dalam. Untuk sektor pertambangan meliputi Batu bara, biji besi dan gamping serta berkembangnya mekanisasi pertanian Sasaran pembangunan pertambangan dan energi adalah berupa Meningkatnya produksi tambang; Terkelolanya lahan tambang sesuai kaidah pertambangan (hilangnya peti) dan tertatanya kawasan tambang yang berwawasan lingkungan; Terpenuhinya kebutuhan listrik pedesaan; Tersedianya sumberdaya

90

tambang, air bawah tanah dan energi serta tersedianya air bersih melalui sumur bor air bawah tanah Sasaran pembangunan industri dan perdagangan adalah Meningkatnya nilai ekspor non migas (10 % pertahun) yaitu menjadi 2,099,7 Juta US $; Meningkatnya pertumbuhan ekonomi sektor industri menjadi 4,5%; Meningkatnya pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan menjadi 6,0%; Meningkatnya efisiensi dan efektivitas sistem distribusi, tertib niaga dan kepastian berusaha; Meningkatnya daya saing produk industri. Sasaran pembangunan Koperasi dan UMKM adalah Meningkatnya produktivitas KUKM; Meningkatnya proporsi usaha kecil formal; Meningkatnya jumlah koperasi yang berkualitas menjadi 1.315 Unit; Terwujudnya wisausaha baru menjadi 89.000 Unit; Meningkatnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi dengan mempermudah, memperlancar akses KUKM kepada sumber pembiayaan dan permodalan dengan sasaran penyederhanaan pola pemberian kredit permodalan kepada KUKM. Sasaran pembangunan investasi adalah Meningkatnya investasi di Kalimantan Selatan dimana PMA diharapkan mencapai US$ 1.407.450 ribu dan PMDN mencapai Rp 13.873.709 juta; Meningkatnya promosi & kerjasama investasi Sasaran pembangunan tenaga kerja dan transmigrasi adalah Meningkatnya penyerapan tenaga kerja; Terciptanya peningkatan wirausaha baru; Meningkatnya keterampilan tenaga kerja; Terciptanya kesejahteraan warga transmigran. Secara rinci sasaran Bidang Ekonomi adalah sebagai berikut : Sasaran dalam bidang industri dan perdagangan dalam lima tahun mendatang adalah : 1. Meningkatnya daya saing produk industri. 2. Meningkatnya pertumbuhan industri dan perdagangan yang mampu menyerap lapangan kerja. 3. Terwujudnya iklim investasi yang sehat untuk mengurangi praktik ekonomi tinggi yang didukung dengan penegakan hukum untuk meningkatkan keamanan dan ketertiban berusaha. 4. Meningkatnya ekspor non migas secara bertahap dengan komposisi produk yang lebih beragam dan strategi pengembangan yang lebih maju. 5. Meningkatnya efisiensi dan efektivitas sistem distribusi, tertib niaga dan kepastian berusaha untuk mewujudkan perdagangan yang kondusif dan dinamis. 6. Berkembangnya industri berbasis sumberdaya lokal. Sasaran bidang perkoperasian dan UMKM dalam lima tahun mendatang adalah : 1. Meningkatnya produktivitas KUMKM 2. Meningkatnya proporsi usaha kecil formal 3. Meningkatnya nilai ekspor produk usaha kecil dan menengah.

91

4. Berfungsinya sistem untuk menumbuhkan wirausaha baru berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi 5. Meningkatnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi sesuai dengan jatidiri koperasi Sasaran pembangunan pada bidang pertambangan dan energi dalam lima tahun mendatang adalah : 1. Meningkatnya hasil produksi, produktivitas dan kualitas hasil-hasil pertambangan 2. Meningkatnya investasi dari sektor pertambangan dan energi 3. Meningkatnya kesadaran hukum masyarakat dan tertib hukum dalam rangka supremasi hukum didalam pengelolaan pertambangan 4. Terpenuhinya kebutuhan listrik perdesaan dan masyarakat tertinggal (PLTS) 5. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat disekitar kawasan tambang 6. Meningkatnya pelayanan jasa bidang sumberdaya mineral dan energi 7. Tersedianya sumber daya air bawah tanah 8. Terpenuhinya kebutuhan BBM 9. Menurunnya aktivitas penambangan tanpa ijin (PETI) 10. Meningkatnya kualitas penataan kawasan pertambangan 11. Terkendalinya kerusakan lingkungan areal bekas tambang 12. Meningkatnya pengelolaan K3 dan lingkungan pertambangan dan energi 13. Meningkatnya kegiatan KUD di sektor pertambangan Sasaran pembangunan pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan : Sasaran akhir dari pembangunan pertanian dalam arti luas selama periode 2006-2010 di daerah ini diharapkan minimal sama dengan sasaran nasional yaitu tingkat pertumbuhan sektor pertanian rata-rata 3,52 persen per tahun dan meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani. Sasaran antara pembangunan pertanian adalah: 1. Meningkatnya kemampuan petani untuk dapat menghasilkan komoditas yang berdaya saing tinggi. 2. Meningkatnya daya saing dan nilai tambah produk pertanian dan perikanan. 3. Terjaganya surplus produksi beras daerah dan terkendalinya harga dasar gabah. 4. Meningkatnya populasi sapi potong hingga mencapai swasembada dan diteruskan menuju Kalimantan Selatan menjadi daerah sumber bibit sapi potong. 5. Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap protein hewani yang berasal dari ternak dan ikan. 6. Meningkatnya pengelolaan UPTD dalam lingkup pertanian yang dicirikan oleh meningkatnya pelayanan kepada masyarakat maupun peningkatan PAD secara signifikan. 7. Meningkatnya kemampuan petani dan nelayan dalam mengelola sumber daya alam secara lestari dan bertanggung jawab. 8. Meningkatnya pengelolaan sumberdaya kelautan, yang dicirikan oleh perluasan zonasi wilayah tangkap para nelayan yang didukung oleh peningkatan infrastruktur pelabuhan perikanan beserta pendukungnya. 9. Optimalnya nilai tambah dan manfaat hasil hutan kayu. 10. Meningkatnya produk hasil hutan non kayu.

92

11. Bertambahnya hutan tanaman. 12. Meningkatnya kapasitas SDM & Lembaga Petani. 13. Meningkatnya produksi Perikanan dan Kelautan sebesar 2,6% per tahun sehingga mencapai 207.309 Ton pada Tahun 2010. 14. Meningkatnya jumlah tenaga kerja di bidang Perikanan dan Kelautan. 15. Mewujudkan Kalimantan Selatan sebagai sumber bibit. 16. Memperkuat substitusi sapi potong. 17. Terwujudnya penertiban pencarian kayu dan perdagangan hasil hutan. 18. Meningkatnya pengamanan hutan dengan pendekatan sosial masyarakat. 19. Terwujudnya Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu alam & tanaman. 20. Terwujudnya Rehabilitasi Hutan dan Lahan. 21. Terwujudnya pengembangan Budidaya Madu, Rotan dan Gaharu. 22. Meningkatnya produktivitas perkebunan hingga 75% standar 23. Meningkatnya mutu hasil perkebunan hingga 80% standar nasional. 24. Berkurangnya lahan kritis dan terlantar pada perkebunan besar. Sasaran yang ingin dicapai dalam penanaman modal adalah menciptakan iklim investasi yang kondusif, antara lain : 1. Terciptnya kebijakan investasi yang mantap. 2. Prosedur perizinan dipusatkan pada satu atap. 3. Tersedianya Sumber Daya Aparatur yang berkualitas sehingga kinerja aparatur penanaman modal semakin mantap. 4. Terwujudnya iklim investasi yang sehat untuk mengurangi praktik ekonomi tinggi yang didukung dengan penegakan hukum untuk meningkatkan keamanan dan ketertiban berusaha. 5. Tersedianya sistem informasi penanaman modal untuk media promosi dan kerjasama di bidang investasi. 6. Meningkatnya dan berkembangnya kawasan ekonomi berupa kawasan industri, budidaya perikanan laut dan usaha perkebunan dan kehutanan. 7. Meningkatnya pengembangan produk unggulan berorientasi ekspor. Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan ketenagakerjaan dan transmigrasi adalah : 1. Terciptanya perluasan dan pengembangan kesempatan berusaha. 2. Meningkatnya ketrampilan dan produktivitas tenaga kerja 3. Meningkatnya kesadaran akan keselamatan dan kesehatan kerja 4. Meningkatnya keharmonisan hubungan kerja dan kesejahteraan pekerja 5. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat transmigran 6. Terbukanya unit pemukiman transmigrasi ( UPT ) baru yang menunjang peningkatan produksi pangan, perkebunan, kehutanan serta industri kecil. 7. Tersebarnya informasi tenaga kerja dan transmigrasi serta tersusunnya perencanaan tenaga kerja dan transmigrasi. C. Arah Kebijakan Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan industri dan perdagangan, dilaksanakan melalui arah kebijakan sebagai berikut: 1. Mengembangkan industri berbasis sumberdaya lokal melalui peningkatan daya saing produk

93

2. Mewujudkan perdagangan domestik yang kuat dan menciptakan iklim yang baik bagi terwujudnya kelancaran distribusi barang dan kegiatan jasa perdagangan. 3. Perkuatan lembaga perdagangan. 4. Memperbaiki kebijakan perijinan usaha industri dan perdagangan dan mngurangi biaya transaksi dan praktik ekonomi biaya tinggi. 5. Peningkatan akses dan perluasan pasar ekspor serta perkuatan kinerja eksportir dan calon eksportir. 6. Perkuatan kapasitas lembaga uji mutu produk ekspor-impor; 7. Peningkatan efisiensi dan efektivitas sistem distribusi, tertib niaga, dan kepastian berusaha. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan dalam pemberdayaan Koperasi dan UMKM dilaksanakan melalui arah kebijakan sebagai berikut: 1. Peningkatan akses UMKM terhadap sumber-sumber permodalan. 2. Peningkatan kontribusi koperasi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing; 3. Peningkatan kontribusi UMKM dalam peningkatan pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah 4. Memperluas basis dan kesempatan berusaha serta menumbuhkan wirausaha baru berkeunggulan untuk mendorong pertumbuhan, peningkatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja, 5. Mengembangkan UMKM untuk makin berperan sebagai penyedia barang dan jasa pada pasar domestik yang semakin berdaya saing dengan produk impor, 6. Memperkuat kelembagaan dan organisasi koperasi 7. Meningkatkan pemahaman, kepedulian dan dukungan pemangku kepentingan (stakeholders) kepada koperasi 8. Meningkatkan kemandirian koperasi Kebijakan dalam peningkatan kemampuan petani dan nelayan serta pelaku pertanian dan perikanan serta penguatan lembaga pendukungnya, diarahkan untuk: 1. Revitalisasi penyuluhan dan pendampingan petani, peternak, nelayan, dan pembudidaya ikan. 2. Memperkuat lembaga pertanian dan perdesaan untuk meningkatkan akses petani dan nelayan terhadap sarana produktif dan meningkatkan skala pengusahaan yang dapat meningkatkan posisi tawar petani dan nelayan. 3. Meningkatkan kemampuan/kualitas SDM pertanian. Kebijakan dalam pengamanan ketahanan pangan diarahkan untuk: 1. Mempertahankan surplus produksi beras di Kalimantan Selatan. 2. Meningkatkan ketersediaan pangan ternak dan ikan dari peternak dan nelayan/pembudidaya ikan lokal. Kebijakan dalam peningkatan produktivitas, produksi, daya saing dan nilai tambah produk pertanian dan perikanan diarahkan untuk : 1. Peningkatan pemanfaatan sumberdaya perikanan dalam mendukung ekonomi dan tetap menjaga kelestariannya.

94

2. Pengembangan usaha pertanian dengan pendekatan kewilayahan terpadu dengan konsep pengembangan agribisnis. 3. Penyusunan langkah-langkah untuk meningkatkan daya saing produk pertanian dan perikanan, misalnya dorongan dan insentif untuk peningkatan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian dan perikanan, peningkatan standar mutu komoditas pertanian dan keamanan pangan. 4. Penguataan sistem pemasaran dan manajemen usaha untuk mengelola resiko usaha pertanian serta untuk mendukung pengembangan agroindustri. 5. Pemanfaatan hutan dilakukan melalui optimalisasi pemanfaatan hutan alam dan pengembangan hutan tanaman dan hasil hutan non kayu secara berkelanjutan dengan kebijakan yang diarahkan pada: Peningkatan nilai tambah dan manfaat hasil hutan kayu; Pengembangan hutan tanaman industri (HTI); Peningkatan partisipasi kepada masyarakat luas dalam pengembangan hutan tanaman; serta Peningkatan produksi hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan dibidang pertambangan dan energi akan dilakukan melalui arah kebijakan sebagai berikut : 1. Memperluas eksplorasi, membuka kesempatan kerja dan kesempatan berusaha serta mengembangkan pertambangan skala kecil, menengah dan kegiatan koperasi pertambangan yang ada 2. Meningkatkan pelayanan data dan informasi untuk menarik investor asing maupun domestik dibidang pertambangan dan pengelolaan bahan galian serta memberikan kemudahan pelayanan dan persyaratan perizinan dengan tetap memperhatikan peraturan perun- dang-undangan 3. Peningkatan pemberdayaan usaha pertambangan dan energi melalui penyuluhan, bimbingan dan pembinaan usaha serta penyempur-naan peraturan 4. Pengembangan energi dan ketenagalistrikan dengan meningkatkan penyediaan sumber daya listrik 5. Peningkatan pengawasan tata niaga, penyaluran, distribusi, penimbunan dan pemakaian BBM sampai kemasyarakat 6. Mengoptimalkan pengelolaan seluruh sumber daya mineral dan energi yang dimiliki untuk menunjang pembangunan dengan memperhatikan kebutuhan masa depan serta kelestarian kekayaan alam dan lingkungan hidup 7. Peningkatan pengembangan wilayah melalui penyelidikan geologi dan sumberdaya mineral, penyelidikan hydrogeologi dan pemetaan sebaran air bawah tanah. Pengaturan tata ruang dan wilayah pertambangan untuk menghindari tumpang tindih kawasan dan kepentingan Arah Kebijakan dalam peningkatan tenaga kerja dan transmigrasi diarahkan untuk : 1. Penyebaran informasi dan perencanaan tenaga kerja dan transmigrasi. 2. Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja 3. Perluasan dan pengembangan kesempatan berusaha 4. Pengembangan hubungan industrial dan pengembangan lembaga tenaga kerja 5. Pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh

95

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Arah Kebijakan dalam peningkatan investasi diarahkan untuk : Memperbaiki kebijakan investasi dengan revisi terhadap Rancangan Undangundang tentang Pe-nanaman Modal. Mempermudah prosedur perizinan melalui pelaksanaan pelayanan penanaman modal satu atap (one stop service). Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi aparatur pelayanan penanaman modal. Mengurangi biaya transaksi dan praktik ekonomi biaya tinggi baik untuk tahapan memulai (start up) maupun tahapan operasi. Mengopresionalkan Sistem Manajemen Penanaman Modal. Mengembangkan kawasan eko-nomi berupa kawasan industri, budidaya perikanan laut dan usaha perkebunan dan kehutanan. Mengembangkan produk unggulan berorientasi ekspor.

6.3.2. Sasaran Kedua Agenda III Bidang Prasarana Wilayah Pembangunan prasarana wilayah menjadi bagian integral dan cukup strategis dalam upaya untuk menciptakan masyarakat kalimantan yang maju dan unggul di berbagai bidang Pembangunan daerah. Pembangunan parasarana wilayah merupakan salah satu roda penggerak dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan antar wilayah. Infrastruktur mempunyai peran penting dalam pengembangan wilayah serta sebagai pemicu pembangunan suatu kawasan dalam upaya pemerataan pembangunan wilayah dan mengurangi disparitas kesejahteraan antar kawasan. Pembangunan infrastruktur berbasis wilayah semakin penting diperhatikan sebagai langkah membuka isolasi wilayah. Kondsi pelayanan dan penyediaan infrastruktur mengalami penurunan baik kuantitas maupun kualitasnya. Berkurangnya kualitas dan pelayanan pembangunan infrastruktur dapat menghambat laju pembangunan daerah, oleh karena itu rehabilitasi dan pembangunan infrastruktur yang rusak perlu terus dilaksanakan dalam kerangka mencari solusi inovatif guna menanggulangi masalah perbaikan infrastruktur yang rusak dan akan menjadi perhatian untuk ditangani dalam jangka lima tahun mendatang. A. Permasalahan Beberapa masalah utama sumberdaya air antara lain adalah : 1. Ketidakseimbangan antara supply demand dalam perspektif ruang dan waktu. Kalimantan Selatan menghadapi kendala dalam memenuhi kebutuhan air karena distribusi yang tidak merata baik secara spasial maupun waktu, sehingga air yang dapat disediakan tidak selalu sesuai dengan kebutuhan, baik dalam perspektif jumlah maupun mutu. Ketersediaan air yang sangat melimpah pada musim hujan, yang selain menimbulkan manfaat, pada saat yang sama juga menimbulkan potensi bahaya berupa banjir. Sedangkan pada musim kemarau, kelangkaan air telah pula menimbulkan potensi kekeringan. 2. Meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung sumber daya air.

96

Kerusakan lingkungan yang semakin luas akibat kerusakan hutan secara signifikan telah menyebabkan penurunan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam menahan dan menyimpan air. Selain itu, kelangkaan air yang terjadi cenderung mendorong pola penggunaan sumber air yang tidak bijaksana, antara lain eksploitasi air tanah secara berlebihan sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan permukaan dan kualitas air tanah dan intrusi air laut. 3. Lemahnya koordinasi, kelembagaan dan ketatalaksanaan. Meskipun prinsip-prinsip dasar mengenai hal tersebut telah diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, namum masih diperlukan upaya tindak lanjut untuk menerbitkan produk peraturan sebagai acuan operasional. 4. Rendahnya kualitas pengelolaan data dan sistem informasi. Pengeloalaan sumber daya air belum didukung oleh basis data dan sistem informasi yang memadai. Kualitas data dan informasi belum memenuhi standar yang ditetapkan dan hanya tersedia pada saat dibutuhkan. Selain itu akses publik terhadap data masih belum dapat terlayani secara baik 5. Menurunnya kemampuan penyediaan air irigasi. Berkembangnya kawasan permukiman dan industri telah menurunkan area resapan air dan mengancam kapasitas lingkungan dalam menyediakan air. Pada sisi lain kapasitas infrastruktur penampung air seperti waduk dan bendungan makin menurun sebagai akibat meningkatnya sedimentasi, sehingga menurunkan keandalan penyediaan air untuk irigasi maupun air baku. Kondisi ini diperparah dengan kualitas operasi dan pemeliharaan yang rendah sehingga tingkat layanan prasarana sumber daya air semakin menurun. 6. Kurang optimalnya tingkat layanan jaringan irigasi dan bangunan pengairan. Masih banyaknya jaringan irigasi yang belum berfungsi dengan luasan yang signifikan. Hal ini disebabkan antara lain oleh belum lengkapnya sistem jaringan, ketersediaan air, belum siapnya lahan sawah ataupun ketidaksiapan petani penggarap. Hal yang sama juga terjadi pada jaringan irigasi rawa. Selain itu pada jaringan irigasi yang berfungsi juga mengalami kerusakan yang terutama disebakan oleh rendahnya kualitas operasi dan pemeliharaan. 7. Kurang optimalnya penanganan pengamanan pantai dan tebing sungai. Perubahan lingkungan dan abrasi pantai mengancam keberadaan lahan produktif dan pariwisata. Selain itu, abarasi pantai pada beberapa daerah perbatasan dapat menyebabkan bergesernya garis perbatasan. Beberapa permasalahan utama transportasi dan perhubungan adalah : 1. Menurunnya kualitas konstruksi jalan. Hal ini antara lain akibat pembebanan berlebih terutama oleh angkutan batubara yang mengangkut beban berkisar dari 12 - 25 ton, sedangkan kemampuan tekanan gandar jalan hanya sebesar 8 ton.

97

2. Sstem jaringan jalan utama yang merupakan bagian Trans Kalimantan masih belum mantap. Masih perlu dibenahi dan apabila tidak segera diatasi melalui pembangunan jalan baru atau peningkatan kapasitas, diperkirakan dapat mengganggu kegiatan investasi yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. 3. Terjadinya kemacetan di kawasan perkotaan. Kemacetan yang terjadi pada ruas-ruas jalan di kawasan perkotaan di Kalimantan Selatan, disebabkan tidak seimbangnya pertumbuhan jumlah kendaraan dengan perkembangan ruas jalan. 4. Masih terbatasnya jangkauan pelayanan angkutan jalan. Masih diperlukannya infrastruktur jalan untuk menjangkau wilayah perdesaan dan terpencil terutama daerah yang berpotensi cepat tumbuh. 5. Belum tersedianya sarana dan prasarana angkutan masal. Perlunya kebutuhan dan pelayanan jasa transportasi untuk angkutan barang dan jasa yang murah seperti jaringan jalan kereta api. 6. Belum optimalnya penyediaan pelayanan sarana dan prasarana ASDP. Kurangnya fasilitas penyelamatan pelayaran, terbatasnya jumlah parasarana dan sarana ASDP maupun optimasi dan sinerginya dengan prasarana dermaga laut. Selain itu ketersediaan prasarana dan sarana masih sangat terbatas dan sebagian besar masih perlu diremajakan. 7. Belum terlayarinya Alur Sungai Barito selama 24 jam. Terjadinya pendangkalan yang setiap tahun meningkat, yang mengangkibatkan terganggunya arus pelayaran, sehingga perlu upaya untuk menciptakan kondisi agar keselamatan pelayaran semakin baik dan kegiatan bongkar muat dapat dilakukan lebih cepat. 8. Belum optimalnya fasilitas Bandara Syamsudin Noor. Kurang memadainya fasilitas terutama kondisi terminal penumpang mengingat semakin tingginya frekuensi penerbangan orang yang menggunakan moda angkutan udara, sehingga diperlukan peningkatan kualitas fasilitas terminal penumpang, selain itu perlu juga menciptakan keselamatan penerbangan dengan perbaikan pengelolaan prasarana dan sarana yang ada. 9. Kurang memadainya kesiapan dan kemampuan untuk mengubah informasi menjadi suatu yang bernilai ekonomis. Kurang memadainya kesiapan dan kemampuan tersebut terkait langsung dengan terbatasnya infrastruktur informasi (pos dan telekomunikasi). Terbatasnya pembangunan infrastruktur informasi disebabkan oleh lingkungan berusaha yang belum mampu menciptakan penyelenggaraan pos dan telekomunikasi yang efisien serta tingginya biaya investasi yang diperlukan untuk menyediakan infrastruktur informasi. Beberapa permasalahan utama yang dihadapi Perumahan dan Fasilitas Umum adalah : Meningkatnya kebutuhan rumah. Bertambahnya jumlah penduduk berdampak pada meningkatnya kebutuhan tempat tinggal yang layak huni, sehingga selain perlu difasilitasi dengan penyiapan lahan perumahan seperti Kawasan Siap Bangun (KASIBA) dan Lingkungan Siap Bangun (LISIBA) juga diperlukan partisipasi dari masyarakat dan swasta dalam upaya penyediaan rumah.

98

Masih adanya kawasan permukiman kumuh. Luasan kawasan kumuh cenderung semakin meningkat setiap tahunnya selaras dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya arus migrasi, sehingga perlu diantisipasi dengan meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat untuk melakukan perbaikan rumah dan lingkungan yang sehat. Masih rendahnya efisiensi dalam pembangunan perumahan. Penyediaan rumah dan lingkungan sehat sangat memerlukan biaya konstruksi yang cukup tinggi, hal ini dikarenakan kondisi daya dukung lahan yang rendah (rawa). Selain itu biaya administrasi perijinan dan kepemilikan yang dikeluarkan dibebankan pada konsumen yang mengakibatkan harga jual rumah menjadi sulit terjangkau masyarakat berpenghasilan rendah. Belum optimalnya fungsi dan kualitas fasilitas umum Tingkat pelayanan air bersih belum optimal melayani masyarakat di daerah perkotaan, terlebih lagi didaerah pedesaan. Sedangkan tingkat pelayanan listrik di daerah perkotaan relatif cukup memadai, namun untuk daerah perdesaan dan daerah terpencil masih belum memadai. Belum optimalnya penanganan bangunan / kawasan bersejarah. Bangunan dan kawasan bersejarah yang menjadi kebanggaan masyarakat perlu dilestarikan dari kehancuran dan alih fungsi kawasan, selain agar tetap dapat menjadi kebanggaan masyarakat sampai generasi mendatang. Sasaran Untuk mewujudkan pembangunan infrastruktur yang mendukung pembangunan perekonomian di daerah Kalimantan Selatan pada tahun 2010, maka sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan prasarana wilayah, adalah berupa meningkatnya kunatitas dan kualitas berbagai sarana dan prasarana penunjang pembangunan dalam rangka mempercepat perwujudan Kalimantan Selatan yang unggul dan maju. Secara lebih rinci sasaran pembangunan prasarana wilayah yang ingin dicapai, yaitu : Sasaran Sumber Daya Air adalah : 1. Terselenggaranya pengaturan kelembagaan dan peraturan pengelolaan sumber daya air 2. Terkelolanya data dan sistem informasi jaringan pengairan 3. Tersedianya lahan beririgasi produktif menjadi 58.847 ha atau 65% 4. Terpeliharanya fungsi jaringan irigasi dan bangunan pengendali banjir menjadi 70% mempunyai kondisi yang baik 5. Terwujudnya penanganan pengamanan pantai menjadi 30% dan tebing sungai menjadi 50%

99

Sasaran Transportasi dan Perhubungan adalah : 1. Meningkatnya kapasitas jalan pada tahun 2010 dengan bertambah panjangnya jalan propinsi sebesar 30% dari ruas jalan propinsi yang belum terbangun, serta meningkatnya kualitas pelayanan prasarana jalan dengan kondisi baik mencapai 45% dari total panjang jalan propinsi terutama pada daerah sentra produksi dan meningkatnya aksesibilitas wilayah perdesaan dan terpencil. 2. Meningkatnya keterpaduan antar moda dan efisiensi dalam mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa. 3. Menurunnya jumlah pelanggaran lalu lintas dan muatan lebih di jalan. 4. Meningkatnya ketertiban, keamanan dan kenyamanan transportasi jalan. 5. Menurunnya kerugian ekonomi akibat pelanggaran muatan lebih di jalan. 6. Meningkatnya efektifitas regulasi dan kelembagaan transportasi jalan. 7. Meningkatnya peran serta swasta dan masyarakat dalam penyelenggaraan transportasi jalan (perkotaan, perdesaan, dan antar kota) sebesar 7,5% pertahun untuk kendaraan angkutan umum. 8. Terbangunnya terminal penumpang tipe A dalam rangka meningkatkan pelayanan mobilitas penumpang dan barang 9. Terwujudnya jaringan jalan kereta api di Kalimantan. 10. Meningkatnya fasilitas pelayanan sarana Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan dengan kemampuan melayani sebesar 250.000 orang pertahun dan 220.000 buah kendaraan pertahun untuk angkutan penyeberangan Batulicin Tanjung Serdang, serta sebesar 950.000 orang pertahun dan 500.000 buah kendaraan pertahun untuk angkutan sungai lainnya. 11. Meningkatnya kelancaran pelayaran dan kegiatan bongkar muat di pelabuhan, dengan kenaikan rata-rata sebesar 12% pertahun untuk barang dan 5% pertahun untuk angkutan penumpang. 12. Meningkatnya fasilitas pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara yang mampu melayani peningkatan penumpang 7% pertahun. 13. Terwujudnya penyelenggaraan pos dan telematika yang efisien yang mampu mendorong produktivitas dan pertumbuhan ekonomi daerah dengan tetap memperhatikan kemanfaatan aspek sosial dan komersial serta meningkatnya aksesibilitas masyarakat akan layanan pos dan telematika. Sasaran Perumahan dan Fasilitas Umum adalah : 1. Meningkatnya jumlah perumahan yang layak huni, sederhana dan sehat 2. Meningkatnya kualitas lingkungan permukiman yang sehat, harmonis dan berkelanjutan. 3. Meningkatnya fungsi dan kualitas fasilitas sosial, ekonomi dan prasarana dasar permukiman. 4. Meningkatnya pelayanan ketersediaan air bersih . 5. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan dan drainase. 6. Meningkatnya kualitas jalan lingkungan permukiman. 7. Meningkatnya kualitas bangunan dan kawasan bersejarah

100

C. Arah Kebijakan Pembangunan Bidang Prasarana Wilayah dalam lima tahun mendatang diarahkan untuk : Arah kebijakan Sumber Daya Air : 1. Pengelolaan sumberdaya air dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara konservasi dan pendayagunaan sumberdaya air mulai dari hulu sampai ke hilir, dengan melakukan pengelolaan yang sinergi antara demand dan supply serta pemenuhan sumber air sebagai air baku untuk irigasi pertanian, air bersih dan lain-lain 2. Peningkatan upaya pengelolaan dan konservasi sungai, danau, bendungan, dan pengendalian daya rusak air. 3. Penataan kelembagaan, restrukturisasi kewenangan dan penataan, penguatan sistem pengolahan data dan informasi pengelolaan pengairan. 4. Peningkatan usaha-usaha upaya pengelolaan, pemulihan dan penyediaan bangunan dan jaringan irigasi, rawa, dan jaringan pengairan lainnya untuk mempercepat peningkatan produksi 5. Pengendalian daya rusak air terutama untuk menanggulangi akibat bencana banjir, melalui normalisasi sungai dan saluran drainase lainnya. Arah kebijakan Transportasi dan Perhubungan : 1. Peningkatan upaya-upaya percepatan terhadap penyediaaan prasarana dan sarana transportasi dan perhubungan yang mantap guna mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi daerah. 2. Pengembangan sistem jaringan prasarana jalan dalam konteks pelayanan antar wilayah untuk meningkatkan aksesibilitas antar wilayah sentra produksi untuk menjamin efisiensi pelayanan transportasi. 3. Peningkatan daya dukung, kapasitas dan kualitas pelayanan transportasi melalui pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan jalan dan jembatan, pembangunan, peningkatan , pemeliharaan fasiltas parasarana dan sarana perhubungan lainnya. 4. Peningkatan efisiensi pemanfaatan dan pembangunan infrastruktur pos dan telematika serta pengembangan dan pemanfaatan aplikasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi Arah kebijakan Perumahan dan Fasilitas Umum : 1. Peningkatan usaha-usaha penyediaan prasarana dan sarana fasilitas pelayanan umum yang dapat menyentuh langsung terhadap pelayanan publik. 2. Peningkatan upaya pengelolaan dan penyediaan sarana dan prasarana permukiman seperti air bersih, jalan lingkungan dan revitalisasi kawasankawasan permukiman kumuh.

101

102

3. Peningkatan pelayanan publik melalui pembangunan, peningkatan, pemeliharaan dan penyediaan fasilitas umum, parasarana dan sarana sosial budaya dan prasarana dan sarana sosial ekonomi. 4. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman melalui pembangunan, pemeliharaan fasilitas prasarana dan sarana permukiman, rehabilitasi kawasan permukiman kumuh, revitalisasi kawasan bersejarah dan kawasan perkotaan.

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN ttd H. RUDY ARIFFIN 102

Anda mungkin juga menyukai