Anda di halaman 1dari 1

SENIN, 28 NOVEMBER 2011

B3

ARIS ANDRIANTO (TEMPO)

KILAS
Rusa untuk Kebun Buah Mangunan
YOGYAKARTA Balai Konser-

Aktivis lingkungan dan mahasiswa pencinta alam Banyumas menggelar penghijauan massal di Bendung Gerak Serayu, Banyumas, kemarin. Penghijauan dilakukan untuk menyelamatkan daerah aliran Sungai Serayu yang mengalami kerusakan hampir 80 persen.

Sekitar 80 Persen DAS Serayu Rusak


Untuk memulihkannya, sedikitnya dibutuhkan penanaman 3-4 juta pohon.
PURWOKERTO Kerusakan daerah

aliran Sungai Serayu, dari Pegunungan Dieng hingga muaranya di Cilacap, diperkirakan sudah mencapai 80 persen.Sudah sangat parah, semua pihak berperan dalam kerusakan ini, ujar anggota Dewan Sumber Daya Air Jawa Tengah, Eddy Wahono, setelah menghadiri acara penghijauan di daerah aliran Sungai Serayu kemarin. Yang terancam oleh kerusakan daerah aliran sungai ini, kata Eddy, warga yang mempunyai lahan di bantaran sungai. Hingga saat ini telah banyak tanah warga yang hilang akibat

tergerus erosi air. Misalnya, 50 hektare lahan di Kesugihan yang hilang tergerus air, dan sekitar 10 hektare di Rawalo. Menurut dia, sedikitnya ada 10 daerah di sekitar Serayu yang terancam banjir besar jika daerah aliran sungai itu tak segera diselamatkan. Menurut Eddy, ada beberapa penyebab rusaknya daerah aliran Sungai Serayu. Di antaranya, penambangan pasir liar, rusaknya daerah tangkapan air, dan pertanian di daerah hulu yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Untuk memulihkannya, sedikitnya dibutuhkan penanaman 3-4 juta pohon di daerah aliran Sungai Serayu,katanya. Direktur Kanopi Indonesia Maruf Erawan mengatakan, sebenarnya di daerah aliran Sungai Serayu sudah ditanam sekitar 4.000 bibit pohon lo-

kal. Salah satunya aren yang mempunyai banyak akar dan mampu menahan erosi. Juga ditanam pohon kemiri sunan dan pohon pucung. Selain untuk penghijauan, tanaman-tanaman tersebut diharapkan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Aren misalnya, bisa digunakan untuk membuat gula merah. Cuma, menurut Maruf, selain jumlahnya masih sangat sedikit, banyak program penghijauan dilakukan secara salah. Harusnya, menurut dia, jenis pohon disesuaikan dengan lahan yang akan ditanami. Maruf sangat tidak menyarankan penanaman pohon pinus atau damar, karena keduanya menyerap banyak sekali air sehingga lahan menjadi gersang. Selain itu, ada yang hanya menanam tapi tidak merawatnya. Akibat-

nya, banyak pohon yang setelah ditanam mati kekeringan.Makanya, fokus kampanye kami tahun ini memang soal sumber daya air, termasuk penghijauan di Serayu,kata Maruf. Koordinator acara penghijauan daerah aliran Sungai Serayu, Narwin, yang juga Ketua Komunitas Peduli Slamet, mengatakan saat ini sekitar 25 mata air yang bermuara di Sungai Serayu tidak mengeluarkan air saat musim kemarau. Padahal, dua puluh tahun lalu, sungai-sungai itu masih mengeluarkan air dan digunakan oleh warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan air mereka sehari-hari. Zaman saya kecil, masih banyak sungai yang melimpah airnya. Saat ini, banyak sungai yang mati sumber airnya,kata Narwin. ARIES ANDRIANTO

vasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah II Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berencana mendatangkan delapan ekor rusa untuk dipelihara di obyek wisata Kebun Buah Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Kepala Seksi BKSDA Yogyakarta Herry Subagiati menuturkan rusa itu didatangkan untuk menghidupkan kawasan wisata agro tersebut. Kebun Buah Mangunan selama ini terkenal dengan wisata agro buah durian, rambutan, jeruk, jambu air, dan mangga. Pekan ini kami survei dulu lokasi dan ketersediaan airnya, apakah sudah memenuhi syarat, kata Herry kepada Tempo kemarin. Rusa akan didatangkan dari pusat konservasi rusa di kawasan Bunder, Gunung Kidul. Saat ini di lokasi itu ada 28 ekor rusa jenis Cervus timorensis, yang merupakan rusa asli Indonesia. Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul Edy Suhariyanta menuturkan, kini mereka tengah menyiapkan kandang serta sarana perawatan. Ada satu unit kandang yang sedang kami bangun. Targetnya sebelum akhir tahun, rusa itu sudah bisa didatangkan, katanya. Kandang rusa dibangun seluas sekitar setengah hektare. PRIBADI WICAKSONO

Perajin Sandal Kulit Berkurang


SURAKARTA Jumlah perajin sandal kulit di sentra perajin di Kelurahan Gandekan, Kecamatan Jebres, Surakarta berkurang drastis. Salah seorang perajin di Kampung Penjalan, Agus Waluyo, mengatakan setahun lalu perajin sandal kulit di kampungnya ada 16 orang. Tapi sekarang tinggal 3 orang, termasuk saya, ujarnya kepada Tempo kemarin. Menurut Agus, berkurangnya jumlah perajin disebabkan oleh minimnya pasokan bahan baku kulit. Produsen kulit sapi di Magetan, Jawa Timur, kebanyakan mulai menjual kulit ke perajin rambak atau kerupuk kulit. Harga kulit pun terus naik. Sekarang bisa mencapai Rp 36 ribu per kilogram, ujarnya. Selain persoalan seretnya pasokan, menurut dia, banyak perajin gulung tikar karena kalah bersaing dengan produk serupa dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Agus biasa menjual produknya ke Yogyakarta dengan harga Rp 23-35 ribu per pasang. Ia juga membuat selop dan sepatu jika ada pesanan khusus.
UKKY PRIMARTANTYO

Pengusaha Rokok Kecil Protes Regulasi Baru


KUDUS Regulasi yang mengatur

industri dan perdagangan rokok yang baru diterbitkan pemerintah dikeluhkan karena sangat memberatkan perusahaan rokok kecil. Pekan lalu, para pengurus Forum Masyarakat Industri Rokok Seluruh Indonesia (Formasi) mendatangi Kementerian Keuangan, Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat dan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, meminta agar regulasi baru yang mengatur industri rokok dicabut atau setidaknya ditunda. Kami memang pernah diundang Badan Kebijakan Fiskal, tapi tidak membicarakan regulasi itu, kata H.

Ahmad Guntur, Ketua Formasi Jawa Tengah, ketika dihubungi di Jakarta lewat ponselnya. Aturan baru itu membatasi jumlah produksi. Bagi pabrik rokok golongan kecil (III), yang semula boleh memproduksi 400 juta batang rokok per tahun, mulai 2012 diturunkan menjadi hanya 300 juta batang. Menurut Guntur, yang terkena dampak langsung regulasi baru tersebut adalah pabrik golongan kecil. Dari 120 anggotanya di Jawa Tengah, yang sebagian besar pabrik golongan III, sekitar 70 persen terancam gulung tikar. Ribuan buruh ter-

ancam menganggur.Ada 40 ribu buruh bergantung hidup di 120 perusahaan itu,kata Guntur. Komisi XI DPR maupun Fraksi PDIP, menurut Guntur, sangat mendukung dan akan memperjuangkan kepentingan Formasi.Soalnya, dengan ketentuan itu, pabrik golongan III akan hilang serta merta, ujarnya. Namun, Kepala Subseksi Pelayanan Informasi Kantor Pelayanan dan Penindakan Bea dan Cukai Kudus, Zaini Rasjidi, mengatakan, berdasarkan hasil monitoring mereka, jumlah produksi per tahun perusahaan golongan III memang kurang

dari 400 juta batang setahun. Itulah sebabnya, dalam aturan baru jumlah itu dikurangi menjadi hanya 300 juta batang. Apalagi, kata dia, pemasukan cukai dari pabrik kecil hanya 5 persennya saja. Zaini menambahkan, untuk 2011, target pemasukan cukai dari Kudus mencapai Rp 68 triliun dan sudah terealisir Rp 62,9 triliun. Dengan adanya aturan baru ini termasuk kenaikan tarif cukai Zaini menduga akan banyak pelanggaran cukai. Tahun depan pelanggaran diprediksi naik hingga 50 persen,katanya.
BANDELAN AMARUDIN

Anda mungkin juga menyukai