Anda di halaman 1dari 1

tasawuf

REPUBLIKA

JUMAT, 3 FEBRUARI 2012

Prof Dr Nasaruddin Umar


Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Wakil Menteri Agama RI

alam Alquran, dikenal tidak kurang dari 14 terminologi cinta, antara lain, al-hubb, alisyq, al-syaghaf, al-wudd, al-taalluq, dan lain-lain. Istilah-istilah itu menggambarkan berbagai bentuk dan kualitas cinta, mulai dari cinta monyet sampai cinta Ilahi (mahabbah). Semakin tinggi derajat cinta, semakin terbatas persyaratan cinta itu sehingga cinta itu tidak lagi mengenal dan bergantung pada kondisi tertentu. Mungkin karena itu cinta ini disebut dengan unconditional love. Cinta Ilahi (unconditional love) ialah puncak kecintaan seseorang kepada Tuhan. Begitu kuat cinta itu, maka seolah yang mencinta dan yang dicintai menjadi satu. Yang mencinta dan yang dicintai terjadi persamaan secara kualitatif sehingga antara keduanya terjalin keakraban secara aktif. Sebetulnya, semua orang berpotensi mencapai kualitas cinta ini karena memang semua berasal dari-Nya dan pada akhirnya akan kembali kepada-Nya (Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun). Kedua entitas itu berbeda, namun sulit untuk dipisahkan, seperti laut dan gelombangnya, lampu dan cahayanya, api dan panasnya. Kita tidak bisa mengatakan laut sama dengan gelombang, lampu sama dengan cahaya, atau api sama dengan panas, demikian pula kita tidak bisa mengatakan antara yang mencinta dan yang dicintai betul-betul sama atau antara makhluk sama dengan Khaliq.

Lautan cinta pada diri seseorang akan mengimbas pada seluruh ruang. Jika cinta sudah terpatri dalam seluruh jaringan badan kita, vibrasinya akan menghapus semua kebencian. Sebagai manifestasinya dalam kehidupan, begitu bertemu dengan seseorang, ia tersenyum sebagai ungkapan dan tanda rasa cinta. Nikmat sekali bermesraan dengan Allah SWT. Kadang tidak terasa air mata meleleh. Air mata kerinduan dan air mata tobat inilah yang kelak akan memadamkan api neraka. Air mata cinta akan memutihkan noda-noda hitam dan menjadikannya suci. Cinta tidak bisa diungkapkan, hanya bisa dirasakan. Terkadang terasa tidak cukup kosakata yang tersedia untuk menggambarkan bagaimana nikmatnya cinta. Kosakata yang tersedia didominasi oleh kebutuhan fisik sehingga untuk mencari kata yang bisa memfasilitasi keinginan rohani tidak cukup. Terminologi dan kosakata yang tersedia lebih banyak berkonotasi cinta kepada fisik materi, tetapi terlalu sedikit kosakata cinta secara spiritual. Mungkin itulah sebabnya mengapa Allah SWT memilih bahasa Arab sebagai bahasa Alquran karena kosakata spiritualnya lebih kaya. Cinta Allah bersifat primer, sementara cinta hamba sekunder. Primer itu inti, substansi. Yang sekunder itu tidak substansial. Pemilik cinta sesungguhnya hanya Allah SWT. Hakikat cinta yang sesungguhnya adalah unconditional love (cinta tanpa syarat). Tanpa pamrih ini cinta primer. Ini berbeda dengan cinta kita yang memiliki kepentingan. Ketika sebelum kawin, masya Allah, kita sampai kehabisan kata-kata melukiskan kebaikan pujaan kita. Akan tetapi, sesudah kawin, katakata paling kasar pun tak jarang kita lontarkan. Unconditional love pernah ditunjukkan Rasulullah SAW, ketika dilempari batu sampai tumitnya berdarah-darah oleh orang-orang Thaif. Rasul hanya tersenyum. Aduh umatku, seandainya engkau tahu visi misi yang kubawa, engkau pasti tidak akan melakukan ini, demikian bisiknya. Ketika datang malaikat penja-

Unconditional Love
TATIC.WEDDINGBEE.COM

ga gunung Thaif menawarkan bantuan untuk membalas perbuatan orang-orang Thaif, Nabi berucap, Terima kasih. Allah lebih kuasa daripada makhluk. Jangan diapa-apakan. Mereka hanya tidak tahu. Kelak kalau mereka sadar, mereka akan mencintai saya. Ada sebuah ungkapan dari ahli hakikat, Kalau cinta sudah meliputi, maka tak ada lagi ruang kebencian di dalam diri seseorang. Sejelek apa pun orang lain, ia tak akan membalas dengan kejelekan. Banyak ulama besar kita telah mencapai tingkatan itu. Imam Syafii pernah dikerjain oleh seorang tukang jahit saat memesan pembuatan baju. Lengan kanan baju itu lebih besar atau longgar dibanding lengan kirinya yang kecil dan sempit. Imam Syafii bukannya komplain dan marah kepada tukang jahit itu, malah berterima kasih. Kata Imam Syafii, Kebetulan, saya suka menulis dan lengan yang lebih longgar ini memudahkan saya untuk menulis sebab lebih leluasa bergerak. Semakin meningkat kadar cinta maka semakin mesra pula belaian Allah SWT. Bagaima-

nakah nikmatnya belaian Allah SWT? Bayangkanlah seorang bayi yang dibelai ibunya. Tersenyum dan sekelilingnya menggoda. Itu baru belaian makhluk. Apalagi, belaian Sang Pencipta. Kita pun akan semakin akrab dengan Allah dan semakin tipis garis pembatas alam gaib di hadapan kita sehingga semua rahasia akan terkuak dan semakin banyak keajaiban yang kita lihat. Seperti sepasang kekasih yang saling mencintai, masih adakah rahasia antara keduanya? Roh sifatnya tinggi dan cenderung dekat dengan Allah. Raga sifatnya rendah dan jauh dari Allah. Roh itu terang, sedangkan raga gelap. Para sufi mengungkapkan, Wahai raga, sibukkan dirimu dengan shalat dan puasa. Wahai kalbu, sibukkan dirimu dengan bisikan munajat kepada Allah. Wahai raga, ungkapkan iyyka na'budu. Wahai kalbu, ungkapkan iyyka nasta'n." Ta'abbud mendaki ke atas, sedangkan isti'nah turun ke bawah. Yang melakukan ta'abbud adalah hamba, sedangkan isti'nah adalah Tuhan. Siapa yang naik akan memancing yang di atas untuk turun menyambut. Kalau tidak pernah naik, jangan

harap akan ada yang turun. Indah perjumpaan itu. Ada ketakutan dan ada harapan. Kadang kita takut kepada Allah, tetapi juga kita berharap. Ada al-khasya dan ada al-raja'. Di balik ketakutan sehabis berdosa, ada harapan kita akan diampuni, ada keinginan bersama Allah kembali. Di sinilah arti penting institusi tobat. Seperti pendaki gunung yang tak pernah bosan, naik ke atas, terperosok ke bawah, naik lagi, terperosok, dan naik lagi. Ada ketakjuban dan ada keakraban. Ketakjuban itu ada jarak. Untuk mengagumi suatu objek, kita harus mengambil jarak dari objek itu. Indahnya sebuah lukisan hanya akan terasa jika kita agak jauh dari lukisan itu. Keakraban itu tidak ada jarak atau sangat dekat sekali. Inilah perumpamaan kita dengan Tuhan. Akrab, tetapi takjub. Ada pemusatan dan ada penyebaran. Allah Maha Esa. Kita fokus ke situ. Akan tetapi, apa yang dilihat pancaindera itu beragam dan beraneka. Namun, semuanya terhubungkan dengan Allah. Warna-warni yang kita lihat di alam semesta ini sumbernya satu, Allah Yang Esa.

Ada kehadiran dan ada ketiadaan. Ini lebih menukik. Satu sisi kita merasakan Allah hadir dalam diri kita, di sisi lain hampa. Kadang kita kosong, kadang penuh. Kadang Dia muncul, kadang tiada. Dia adalah Maha Ada, meski tak terlihat. Dan yang terlihat ini sebetulnya adalah manifestasi dari Yang Ada. Ketiadaan di sini bukan berarti menafikan. Ada kemabukan dan ada kewarasan. Yang bisa memabukkan bukan hanya alkohol dan narkoba. Ada mabuk positif dan ada mabuk negatif. Mabuk bagi seorang sufi adalah supersadar (di atas kesadaran). Kesadaran seperti ini susah dijelaskan. Ketika kita sedang bermesraan dengan Allah, menangis di atas sajadah, terisak-isak, orang lain mungkin melihat kita sedang tidak sadar. Akan tetapi, sebenarnya kita sangat sadar, bahkan kita sedang berada di puncak bersama Allah. Ketika mencintai seseorang saja kita bisa mabuk, begadang semalaman, membuat surat, dan lain-lain. Berkhayal, berimajinasi, membayangkan si dia hadir bersama kita. Bagaimana mabuknya kalau kita mencintai Allah? Seorang sufi yang sedang mabuk kepada Allah suka mengungkapkan ucapan-ucapan yang terdengar aneh di mata orang lain (syuthuhat). Misalnya, Tak ada di dalam jubahku ini selain Allah. Berarti dalam jubah itu ada dua sosok yang bergumul menjadi satu, hamba dan Tuhan. Atau ungkapan subhn subhn (Mahasuci Aku). Aku adalah Allah, Allah adalah aku. Aku ini siapa? Tak ada. Yang ada hanyalah Allah. Hanya Allahlah yang wujud. Selain itu, hanya efek dari yang wujud. Ada penafian dan ada penetapan. Kadang kita ragu, benarkah yang datang di dalam kalbu ini Allah? Jangan-jangan bukan, melainkan hanya imajinasi saja. Di sini terjadi pertentangan antara rasio dan rasa. Maka, untuk meyakinkannya, kecilkan rasio dan besarkan rasa. Yakinilah bahwa kita telah mendaki dan kita sudah sampai puncak. Maka, yang kita jumpai pastilah Allah. Maka akan ada penampakan. Dan segala rahasia gaib pun tersibak. Allahu Alam. n

rehal

Belajar dari Sirah Rasulullah

Mencari Istri yang Salehah


: Mencari Wanita Setengah Bidadari Penulis : Fahruddin Ghozy Penerbit : Al-Qalam Cetakan : I, November 2011 Tebal : 224 hlm Judul

benteng pertahanan yang kokoh dari iada yang dapat mengalahkan serangan luar. Karena itu, dalam sejarahketokohan dan keteladanan nya, bangsa Arab tidak pernah dijajah, Nabi Muhammad SAW. Dialah dicaplok, atau dikuasai oleh kekuatan pemimpin agung yang menjadi asing. panutan dan junjungan miliaran umat Dalam buku ini dijelaskan tentang Muslim hingga akhir zaman kelak. sejarah bangsa Arab, raja-raja, dan Kepemimpinannya diakui tidak hanya pemimpin yang menguasai wilayah ini, oleh kalangan Muslim, tapi juga intelekserta kebudayaan dan kebiasaan meretual dan tokoh non-Muslim. ka. Soal kebiasaan, antara lain, mereTak terhitung banyaknya buku dan ka suka mengundi nasib dengan anak kitab yang mengupas kebesaran sosok panah yang disebut al azlam atau anak Muhammad SAW, baik sebagai pemimpin agama, pemerintahan, panglima militer, panah yang tidak ada bulunya. Mereka kepala keluarga, maupun beragam posisi juga percaya perlainnya. Tidak ada cela dari kataan peramal, perjalanan hidup sosok agung tersebut. Pantaslah jika Allah menyebutkan dalam Judul : Sirah Nabawiyah, Alquran bahwa dalam Perjalanan Kehidupan diri Muhammad terdapat suri dan Dakwah teladan yang baik. Rasulullah SAW Salah satu kitab yang Penulis : Syaikh Shafiyurrahman mengupas perjalanan Al Mubarakfury Rasulullah SAW adalah Sirah Penerjemah : Sulaiman Abdurrahim Nabawiyah karangan Syaikh Penerbit : Sygma Publishing Shafiyurrahman Al MubaCetakan : I, Juli 2010 rakfury. Buku ini mengupas Halaman : xxvi + 622 secara panjang lebar perjalanan kehidupan Rasulullah dari kecil hingga wafat. Juga kondisi jazirah Arab sebelum dukun (paranormal), Rasulullah dilahirkan. dan ahli nujum (astrolog). Menurut etimologi bahasa, arab Juga ada kepercayaan ath thiyarah, yaitu berarti padang pasir, tanah gundul, dan merasa nasib sialnya atau meramal gersang yang tidak ada air dan tanaman. nasib buruk (karena melihat burung, Sebutan itu telah melekat lama untuk binatang lainnya, atau apa saja). istilah jazirah Arab. Wilayah ini dibatasi Dari sisi moral dan sosial, bangsa Laut Merah dan Gurun Sinai di sebelah Arab sebelum kelahiran Rasulullah SAW barat. Di timur dibatasi Teluk Arab dan terkenal sebagai bangsa jahiliah. Antara sebagian besar Irak bagian selatan. lain, karena memandang rendah Sementara, di sebelah selatan dibatasi kedudukan kaum perempuan. Bahkan, Laut Arab yang bersambung dengan Lautmereka akan membunuh anak pereman India dan sebelah utara dibapuannya karena merasa malu. Di tengah tasi negeri Syam dan sebagian kecil Irak. zaman yang penuh kebobrokan itulah Jazirah Arab hanya terdiri atas gurun Allah SAW mengutus Muhammad sebagai dan pasir di semua sudutnya. Ini menjadi oase di tengah kegersangan moralitas.

Misi utamanya adalah memperbaiki dan menyempurnakan akhlak umat saat itu. Dakwah Muhammad SAW dibagi dua periode, yaitu periode Makkah dan Madinah. Periode Makkah sendiri dibagi beberapa bagian. Yaitu, akwah siriyyah (sembunyi-sembunyi) yang berlangsung selama tiga tahun, dakwah secara terang-terangan, dan dakwah di luar Makkah hingga ke periode Madinah sampai beliau wafat. Harus diakui dalam rentang waktu 23 tahun masa dakwah Rasulullah, keberhasilan yang dicapai sangat luar biasa. Bahkan, hal itu bertahan hingga saat ini sampai akhir zaman kelak. Buku ini juga mengisahkan berbagai peperangan yang dialami Rasulullah selama menjalani tugas kenabiannya. Yaitu, perang Badar, Uhud, Ahzab, Khandaq, Khaibar, Mutah, Hunain, dan Tabuk. Meskipun mengalami berbagai peperangan, Rasulullah tidak pernah lalai dalam menjalankan misi dakwahnya. Sehingga, akhirnya dakwah Islam bisa merambah kawasan yang sangat luas sehingga sulit diterima nalar manusia. Seluruh jazirah Arab tunduk pada aturan Islam. Debu-debu jahiliah tidak lagi menghiasi udara Arab. Akal yang tadinya menyimpang kini kembali lurus. Atmosfer Arab kemudian dipenuhi oleh kumandang suara-suara tauhid. Ketika misi dakwahnya tuntas, Rasulullah pun menghadap penciptanya dengan tenang. Buku ini sangat penting dibaca agar kita bisa mengenal sosok Muhammad SAW secara utuh. Semoga salam dan selawat selalu tercurahkan untuknya. Amin.
n anjar fahmiarto ed: nashih nashrullah

eorang laki-laki tentu tidak sembarangan mencari pasangan hidup. Sebab, lazimnya seorang pendamping itu menemaninya sepanjang hayat. Dalam hal ini, Islam mengajarkan pada umatnya untuk tidak mencari tautan hati berdasarkan ketampanan, kecantikan, ataupun kekayaan semata. Islam mengajarkan pada umatnya agar mencari pasangan yang dalam dan luas pemahaman agamanya, agar beruntung dunia dan akhirat. Buku ini memandu dan menuntun para pembacanya mengenai bagaimana seharusnya sikap dan prinsip seorang Muslim dalam memilih pasangan hidupnya saat akan memasuki gerbang pernikahan. Seorang wanita yang salehah, yang karena kesalehannya itu layak disebut setengah bidadari. Jika ada wanita salehah yang bersedia menjadi pendamping bagi seorang laki-laki, sungguh itu anugerah terindah dalam hidupnya, karena rumah tangganya akan senantiasa bersinar dengan wibawanya. Untuk memudahkan laki-laki Muslim memilih istri yang salehah tersebut, penulis menyajikan 33 ciri wanita yang menyandang predikat setengah bidadari. Misalnya, jelas garis nasab dan statusnya, kuat Ilahiahnya, mencintai kebenaran, mudah nafkahnya,

sadar kodratinya, sayang terhadap anak, dan taat kepada suami. Selain itu, bisa menjaga kehormatan diri dan suaminya, besar cintanya, gemar beribadah kepada Allah SWT, bisa mengatur rumah tangga, percaya kepada suami, dan bisa mengatur keuangan. Masih ada ciri lain wanita setengah bidadari, seperti mempunyai rasa malu, menyukai ilmu, pandai bersyukur, serta tidak suka berbuat ghibah dan fitnah. Juga sabar, wara, murah hati, tidak suka pamer, tidak iri, tidak menggerutu, tidak mudah mencela, tidak suka mengobral rahasia, dan tidak suka melakukan kebohongan. Buku ini sangat perlu dibaca oleh setiap Muslim, terutama yang akan menikah atau mencari pendamping hidup. Namun, buku ini pun perlu diintip oleh setiap Muslimah, terutama yang belum menikah, agar layak meraih predikat wanita setengah bidadari.
n irwan kelana ed: nashih nashrullah

Anda mungkin juga menyukai