Anda di halaman 1dari 11

Simposium VIII FSTPT, Universitas Sriwijaya Palembang, 5-6 Desember 2005

STUDI KEBUTUHAN AREAL PARKIR PADA PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANJARMASIN BERDASARKAN BANGKITAN

Ir. Hudan Rahmani, MT Staff Educatif Bidang Transpotasi Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jl. RTA. Milono Palangkaraya Telpon (0536) 22184, 37104 Kalteng E-mail : rahmani-hudan@yahoo.com

Ir. Laufried, MT Staff Educatif Bidang Transpotasi Fak. Teknik Universitas Palangkaraya Jl. Yos Sudarso Tanjung Nyaho Telpl/Fax (0536) 26487 Alamat rumah : Jl. R. Zaleha Komp. Ki Hajar Dewantara 3 RT.19 Banjarmasin E-mail : laufried-kahin@yahoo.com

Ir. Achmad Karno Msc, Eng K.B.K Transpotasi Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat Jl. A. Yani Km. 37 Banjarbaru Kalsel Telp. (0511) 773858 E-mail : karno-unlam@yahoo.com
Nomor Makalah : 19 - 06 - 036 Abstrak : pasar mempunyai daya tarik yang besar bagi masyarakat, karena kebutuhan hidup sehari-hari dapat dipenuhi di sini. Begitu besar bangkitan (trip attaction) yang sanggup ditimbulkannya sehingga aktifitas pasar telah keluar dari areal pasar itu sendiri karena kurangnya fasilitas berupa areal parkir bagi pengunjung yang mana mungkin sebelumnya tidak begitu rinci dipikirkan akan kebutuhannya. Pada penelitian ini kebutuhan luas areal parkir suatu pasar ditentukan oleh bangkitan yang ditimbulkannya yang dinyatakan dengan banyaknya moda kendaraan (kendaraan ringan, sepeda motor, dan kendaraan tak bermotor) dikalikan Satuan Ruangan Parkir (SRP) bagi masing-masing moda ditambahkan gang/jalur sirkulasi kendaraan dengan cara mengambil 2 (dua) sample untuk setiap hari pengamatan yang diwakili untuk waktu pengamatan dan luas area parkir terhadap bangkitan (trip attraction) yang dilakukan dengan metode Linier Regresi. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa kebutuhan areal parkir sebesar 40,68% s/d 40,92% dari luas areal pasar hendaknya disediakan bagi keperluan parkir kendaraan pengunjung. Sementara hubungan trip attraction (Y) dengan luar lantai perdagangan (X2) dinyatakan Y=23,595 + 0,101 X2 dengan R2 = 0,804 sedangkan hubungan kebutuhan areal parkir (X1) terhadap bangkitan (Y) dinyatakan X1 = 424,025 + 2,674 dimana R2 = 0,804. Kata Kunci : Bangkitan, SRP, sampel dan atraction.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pasar mempunyai daya tarik yang begitu besar bagi masyarakat karena hampir semua kebutuhan hidup sehari-hari dapat dipenuhi di sini, sehingga di pasar merupakan tempat berkumpul dan tempat bertemunya suatu komunitas yang paling tidak yaitu antara pedangang dan pembeli. pasar sangat mengambil peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, dengan keberadaannya sangat mendukung guna meningkatkan perekonomian masyarakat karena di sini terjadi perputaran modal.

515

Simposium VIII FSTPT, Universitas Sriwijaya Palembang, 5-6 Desember 2005

Bayangan kita akan keberadaan pasar adalah suatu tempat yang begitu ramai, hiruk-pikuk, kumuh, semrawut dan tempat terjadinya transaksi jual beli antara pedagang dan pembeli, sangat berlawanan sekali akan gambaran bila membayangkan swalayan atau supermarket yang begitu bersih, teratur dan nyaman. Pasar yang merupakan tempat berkumpulnya antara pedagang dan pembeli, pedagang menjual barang-barang dagangannya untuk kebutuhan sehari-hari dan pembeli adalah orang yang membeli barang-barang dagangan tersebut untuk keperluannya, sanggup menimbulkan suatu bangkitan (trip attraction) yang begitu besar ditandai dengan begitu banyaknya perjalan orang menuju ke pasar tersebut baik dengan kendaraan bermotor maupun tidak bermotor. Aktivitas yang begitu banyak dan padat sehingga terjadi gangguan lalulintas pada ruas jalan disekitar pasar, misalnya penggunaan badan jalan sebagai tempat parkir ataupun begitu besarnya hambatan atau gesekan samping yang ditimbulkannya. Lokasi pasar bisa saja berada di pusat kota disamping itu ada pula di pinggiran kota dan bisa pula pasar yang berada di pusat kota dulunya berada dipinggiran kota, karena adanya pemekaran kota misalnya, pasar tersebut sekarang berada di pusat kota. Akibat adanya perbedaan letak pasar yang berada di pusat kota dan di pinggiran kota tersebut terjadi pula perbedaan komposisi lalulintas yang dibangkitkan oleh pasar yang berbeda kondisi tersebut. Besarnya bangkitan lalu litas (trip attraction) yang dapat ditimbulkan oleh pasar tradisional di Kota Banjarmasin, kemudian dilanjutkan dengan penentuan luas areal parkir pasar berdasarkan bangkitan yang ditimbulkannya sesuai komposisi (moda yang dipakai pengunjung pasar) yang ada berdasarkan hasil survei pada beberapa pasar. Untuk mengetahui hal tersebut di atas, maka dilakukanlah studi tentang kebutuhan areal parkir pada pasar tradisional di Kota Banjarmasin berdasarkan jumlah bangkitan dengan membandingkan luas areal pasar, luas lantai perdagangan dan luas parkir eksisting. 1.2 Tujuan dan Batasan Penelitian

Penelitian ini tujuannya adalah untuk mengetahui kebutuhan luas areal parkir dalam bentuk formula/model pada lokasi pasar tradisional yang berada di Kota Banjarmasin

2. TINJUAN PUSTAKA 2.1 Arti dan Fungsi Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara, jadi parkir dapat diartikan sebagai suatu lokasi yang telah ditentukan sebagai tempat pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu. Dimana dalam kawasan parkir tersebut dapat menampung berbagai macam jenis kendaraan seperti, truk/bus, mobil penumpang, sepeda motor dan berbagai jenis kendaraan tidak bermotor. Di dalam kawasan parkir tersebut juga harus ditambah dengan jalur atau gang yaitu jarak antara dua deretan ruang parkir yang berderetan, serta jalur sirkulasi kendaraan yang digunakan untuk pergerakan kendaraan yang masuk maupun yang keluar dari parkir tersebut. 516

Simposium VIII FSTPT, Universitas Sriwijaya Palembang, 5-6 Desember 2005

Dilihat dari fungsi atau kegunaannya parkir adalah sebagai tempat istirahat untuk kendaraan serta dapat memperlancar arus lalu lintas, karena itu parkir sangat diperlukan oleh berbagai pihak, dan dalam pengadaannya perlu diperhatikan keragaman tuntutan atau keinginan oleh para pelaku atau pengguna lalu lintas. 2.2 Bentuk-bentuk Parkir Masalah parkir adalah masalah terhadap kebutuhan ruang yang disediakan untuk parkir tersebut, karena penyediaan lahan parkir ini akan membutuhkan ruang tersendiri yang sangat luas, sedangkan penggunaannya sendiri kadang belum maksimal kecuali pada saat jam sibuk atau waktu puncak. Karena itulah penempatan parkir perlu diperhatikan. Parkir di jalan (on street parking) adalah parkir yang menggunakan tepi jalan. Jenis parkir ini umumnya ditemui dikawasan perumahan maupun di pusat-pusat kegiatan perdagangan, ataupun daerah-daerah yang tidak siap menampung jumlah kendaraan. Sebaiknya parkir di jalan ini hendaknya dihindari karena jenis ini dapat mengurangi lebar effektif jalan yang diperuntukan bagi lalu litas. Parkir di luar jalan (off street parking) yaitu parkir kendaraan diluar tepi jalan umum yang dibuat khusus untuk menunjang kegiatan seperti berupa taman parkir atau gedung parkir. Jenis parkir ini bisa memanfaatkan tempat atau gedung parkir, atau taman parkir yang bisa digunakan untuk umum dan sebagai kegiatan usaha tersendiri. Jenis parkir ini dapat berfungsi sebagai penunjang kegiatan pada bangunan-bangunan utama seperti perkantoran, sekolah, hotel, dan lain-lain. Berikut ini akan dijelaskan bagaimana bentuk-bentuk parkir dan luasan kawasan parkir. 2.2.1 Parkir Sejajar

Parkir sejajar tidak menyita badan jalan untuk lalulintas akan tetapi lebih sedikit menampung jumlah kendaraan, sehingga kurang mengganggu arus lalulitas dan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan. 2.2.2 Parkir Menyudut

Parkir menyudut akan memberikan keuntungan apabila areal parkir tersebut berada di tengah-tengah lapangan yang luas dan tidak dilalui lalulintas ataupun jalan-jalan yang sangat lebar yang memungkinkan parkir menyudut tanpa menyebabkan resiko kecelakaan. Bila diproyeksikan kepermukaan jalan akan menyita jalan selebar kurang lebih (empat) meter. a. Menyudut 300 b. Menyudut 450 c. Menyudut 600 d. Menyudut 900. Tabel 2.1 Pola Parkir Menyudut Sudur 300 A B C D E Golongan I 2,3 4,6 3,45 4,70 7,6 4

517

Simposium VIII FSTPT, Universitas Sriwijaya Palembang, 5-6 Desember 2005

Golongan II Golongan III

2,5 3,0

5,0 6,0

4,30 5,35

4,85 5,0

7,75 7,9

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir Tabel 2.2 Pola Parkir Menyudut Sudut 450 A 2,3 2,5 3,0 B 3,5 3,7 4,5 C 2,5 2,6 3,2 D 5,6 5,65 5,75 E 9,3 9,35 9,45

Golongan I Golongan II Golongan III

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir Tabel 2.3 Pola Parkir Menyudut Sudut 600 A B C D E Golongan I 2,3 2,9 1,45 5,95 10,55 Golongan II Golongan III 2,5 3,0 3,0 3,7 1,5 1,85 5,95 6,00 10,55 10,60

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir Tabel 2.4 Pola Parkir Menyudut Sudut 900 A B C D E Golongan I 2,3 2,3 5,4 11,2 Golongan II Golongan III 2,5 3,0 2,5 3,0 5,4 5,4 11,2 11,2

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir Pola parkir menyudut : 1. Lebar ruang parkir, ruang parkir efektid dan manuver berlaku untuk jalan kolektor dan lokal 2. Lebar ruang parkir, ruang parkir efektif dan ruang manuver berbeda berdasarkan besar sudut. 2.3 Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP) Penentuan luas areal parkir yang dibutuhkan ditentukan berdasarkan satuan ruang parkir (SRP). Satuan Ruang Parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan (mobil penumpang, bus/truk atau sepeda motor), termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. Penentuan satuan ruang parkir (SR) ini dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 2.5 Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP) Satuan Ruang Parkir Jenis Kendaraan (M2) 1. a. Mobil penumpang untuk gol I 2,30 x 5,00 518

Simposium VIII FSTPT, Universitas Sriwijaya Palembang, 5-6 Desember 2005

2.3 2.3.1

2,50 x 5,00 b. Mobil penumpang untuk gol II 3,00 x 5,00 c. Mobil penumpang untuk gol III 3,40 x 12,50 2. Bus/Truk 0,75 x 2,00 3. Sepeda Motor Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir Regresi dan korelasi Regresi

Hubungan antara dua variabel bebas (independent variabel) dan variabel tak bebas (dependent variable) yang saling pengaruh mempengaruhi secara umum Menurut Pranowo (1982:87) dapat dirumuskan : Y = f (X) ............................................................................................................(2.1) Dimana Y = Variabel tak bebas X = Variabel bebas f = Tanda hubungan fungsional Hubungan fungsional seperti di atas sering pula disebut sebagai Persamaan Regresi atau Persamaan Garis. Berbagai persamaan garis tergantung dari pola hubungannya, dan garis lurus merupakan pola hubungan yang paling sederhana dan sering dijumpai. Dan hubungan kedua variabel dengan persamaan garis (linear) secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Y = a + bX .......................................................................................................... (2.2) dimana : Y = Variabel tak bebas X = Variabel bebas a,b = Konstanta Untuk mendapatkan nilai a dan b dalam persamaan tersebut dapat dicari dengan persamaan berikut : n x. y ( x )( y ) . b= ....................................................................... (2.3) 2 2 n. x ( x ) a=

Y b.( x ) .................................................................................. (2.4)


n

dimana X = Variabel bebas Y = Variabel tak bebas Akan tetapi dan kemungkinan kedua jenis variabel tersebut dapat pula berbentuk kuadratis (pangkat dua) sehingga dari padanya diperoleh bentuk garis parabola, hyperbola, ellips, atau lingkaran, tetapi dapat pula berbentuk kubik (pangkat tiga) dan berbentuk logaritma dan lain sebagainya.

519

Simposium VIII FSTPT, Universitas Sriwijaya Palembang, 5-6 Desember 2005

Oleh karena itu dalam penelitian ini sebelum persamaan garis atau pola hubungan ditentukan, maka untuk memperoleh persamaan garis terlebih dahulu digambar diagram pencarnya (scatter diagram). Hal ini akan membantu 2.3.2 Korelasi

Untuk dapat mengetahui hubungan dari dua variabel atau lebih yang menitik beratkan pada keeratan hubungan dari variabel-variabel perlu Analisis Korelasi. Menurut Walpole, R.E, (1982) alih bahasa Bambang Sumantri (1990:370), yaitu sebagai ukuran hubungan linear antara dua peubah acak x dan y atau sejauh mana titik titik menggerombol sekitar garis lurus. R2 =

{n x

n x. y ( x )( y )
2 2

( x ) n y ( y )
2

}{

............................................. (2.5)

dimana : R2 = Koefisien Korelasi = antara 0 dan 1 y = Peubah y (variabel tak bebas) x = Peubah x (variabel bebas) Tabel :2.6 Koefisien Korelasi & Tafsirannya Koefisien korelasi (R2) Tafsiran Hubungan bisa diabaikan 0,00 0,19 Hubungan yang rendah 0,20 0,39 Hubungan yang besar (subtansial) 0,40 0,69 Hubungan kuat 0,70 1,00 Sumber : Pranowo (1982) 3. METODE PENELITIAN Metode penelitian dibuat bagan alir penelitian seperti berikut ini :
Mulai

METODOLOGI Cek Kecukupan PENGUMPULAN DATA Lokasi / waktu Geometrik Bangkitan -

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ANALISA

520

Simposium VIII FSTPT, Universitas Sriwijaya Palembang, 5-6 Desember 2005

Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian


KESIMPULAN

Selesai

4. PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Lokasi dan Jadwal Survey Tabel 4.1. Pelaksanaan Survei Lapangan No 1. Lokasi Studi Pasar Telawang Hari / Tanggal Sabtu, 0608-2005 Minggu, 07-08-2005 Senin, 08-08-2005 Jumlah Pos 2 Waktu 07.00 10.30 07.00 11.00 07.30 11.00 06.00 11.00 06.30 11.00 07.00 11.00

Pasar Teluk Dalam Sabtu, 13-08-2005 Minggu, 14-08-2005 Senin, 15-08-2005 Sumber : Survei Lapangan 2. 4.2. Geometrik Pasar

Geometrik pasar dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran langsung ke lapangan. Geometrik pasar ini dilakukan untuk mengetahui ukuran luas lantai perdagangan dan luas areal parkir yang tersedia pada masing-masing pasar. Pengukuran ini dilaksanakan dengan mempergunakan pita ukur 50 meter yang dapat dilakukan oleh minimal 2 (dua) orang atau lebih pada ke-2 (dua) pasar pada lokasi studi. Hasil selengkapnya mengenai luas areal parkir dan luas lantai perdagangan ini dapat dilihat pada tabel 4.2. sebagai berikut : Tabel 4.2. Luas Areal Parkir dan Luas Lantai Perdagangan Luas Areal Parkir (M2) Luas Lantai Perdagangan (M2) 792 1.236 1.089 2.120 Luas Areal Pasar (M2) 2.028 3.209 % Luas Parkir thd Pasar 39,05 33,94

No 1 2

Nama Pasar Pasar Telawang Pasar Teluk Dalam

4.3. Bangkitan Perjalanan Bangkitan perjalanan yang ditimbulkan pasar (trip attraction) dinyatakan oleh interval 30 (tiga puluh) menit yang terdiri dari kendaraan ringan seperti sedan, minibus, pick up, dan lain-lain,

521

Simposium VIII FSTPT, Universitas Sriwijaya Palembang, 5-6 Desember 2005

sepeda motor seperti bebek, vespa, dan lain-lain dan kendaraan tak bermotor seperti sepeda dan becak. Bangkitan perjalanan untuk ke-3 (tiga) roga yaitu kendaraan ringan, sepeda motor dan kendaraan tak bermotor tersebut, pada setiap pasar pada masing-masing hari pengamatan diambil sebanyak 2 (dua) data 30 (tiga puluh) menitan yang terbesar untuk mewakili hari yang diamati sehingga terdapat 2 (dua) buah data x 3 hari pengamatan x 2 buah pasar = 12 pengamatan yang mencakup ke-3 (dua) pasar untuk selanjutnya sebagai jumlah bangkitan. Hasil selengkapnya bangkitan ini dapat dilihat pada Lampiran I, sedangkan hasil pengamatan yang mewakili bangkitan perjalanan ini dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut : Tabel 4.3. Trip Attraction di Lokasi Studi Jenis Kendaraan dan Komposisi Jumlah Sepeda & Kend.Ringan Sepeda Motor Kend. Becak Jlh % Jlh % Jlh % 17 11,18 114 75,00 21 13,82 152 16 10,88 109 74,15 22 14,97 147 14 9,46 112 75,68 22 14,86 148 17 10,83 18 11,46 122 77,71 157 20 14,08 111 78,17 11 7,75 142 15 10,34 9 6,21 145 121 83,45 17 11,41 115 77,18 17 11,41 149 21 26 24 24 30 38 27 9,46 9,45 9,76 8,70 15,54 17,67 11,34 74 93 161 176 108 112 121 33,33 33,82 65,45 63,77 55,96 52,09 50,84 127 156 61 76 55 65 90 57,21 56,73 24,80 27,54 28,50 30,23 37,82 222 275 246 276 193 215 238

No 1

Nama Pasar Telawang

Hari Sabtu Minggu Senin

Rata-rata 2 Teluk Dalam Sabtu Minggu Senin Rata-rata Sumber : Analisa Data

4.4. Komposisi Bangkitan Komposisi bangkitan ditentukan dengan banyaknya kendaraan yang menuju pasar dan letak dimana pasar tersebut berada. Dikondisikan bahwa pasar yang berada di pinggiran kota relatif kecil bila dibandingkan dengan letak pasar yang berada di pusat kota. Hasil dari komposisi bangkitan pada Pasar Telawang dan Pasar dirangkumkan pada tabel 4.4. berikut ini : Tabel 4.4. Komposisi Bangkitan di Lokasi Studi No Lokasi Komposisi Bangkitan (%) Total Teluk Dalam, dapat

522

Simposium VIII FSTPT, Universitas Sriwijaya Palembang, 5-6 Desember 2005

Kendaraan Ringan 1 2 Pasar Telawang Pasar Teluk Dalam 11,41 11,34

Sepeda Motor 77,18 50,84

Sepeda & Becak 11,41 37,82 100,00 100,00

Sumber : Analisa Data 4.5. Kebutuhan Parkir Untuk menentukan kebutuhan luas areal parkir pada suatu pasar khususnya kebutuhan luas areal parkir pada saat pengamatan dapat dilakukan dengan cara membandingkan luas areal parkir yang ada (existing) terhadap luas areal parkir yang dibutuhkan. Luas areal parkir yang dibutuhkan adalah hasil dari perkalian antara jumlah kendaraan terhadap satuan ruang parkir (SRP) masing-masing kendaraan ditambahkan tempat sirkulasi kendaraan/gang. Pada studi ini SRP untuk kendaraan ringan diambil sebesar 12,5 m2 yaitu lebar 2,5 m dan panjang 5 m dengan SRP sepeda motor diambil sebesar 11,5 m2 yaitu lebar 0,75 m dan panjang 2 m, sedangkan SRP kendaraan tak bermotor diambil sama dengan SRP sepeda motor yaitu 1,5 m2 .Sementara untuk lebar sirkulasi/gang yang ditetapkan untuk kendaraan ringan yaitu 6 m, sedangkan untuk sepeda motor dan kendaraan tak bermotor yaitu 1,6 m. Rumusan kebutuhan areal parkir adalah sebagai berikut : X2 (luas areal parkir) = Y (jumlah bangkitan) X SRP + Gang Tabel 4.5 Kebutuhan Luas Areal Parkir Luas areal parkir pasar (existing) (m2) 792,00 1.089,00 % Luas parkir existing thd luas pasar (%) 39,05 33,94 % Luas areal parkir thd pasar (%) 40,68 40,92

No

Lokasi

Luas areal (m2)

Luas parkir perlu (m2) 825 1,313

1 2

Pasar Telawang Pasar Teluk Dalam

2.028,00 3.209,00

Sumber : Survei Lapangan dan Analisa Data 4.6. Hubungan Bangkitan dengan Luas Lantai Perdagangan Suatu areal perdagangan di samping lokasi, maka luas areal perdagangan di samping lokasi, maka luas areal perdagangan juga diduga kuat mempunyai korelasi yang tinggi terhadap besarnya bangkita (trip attraction) yang menuju lokasi tersebut. Semakin besar luas arealnya maka semakin besar pula aktivitas yang terjadi di dalamnya atau dengan kata lain semakin banyak masyarakat yang menuju areal tersebut. Pada penelitian ini Metode Linier Regresi digunakan untuk menyatakan hubungan luasnya areal perdagangan terhadap bangkitan yang sanggup ditimbulkannya sebagaimana dalam gambar 4.3. berikut ini :

523

Simposium VIII FSTPT, Universitas Sriwijaya Palembang, 5-6 Desember 2005

Gambar 4.1. Diagram Scatter Luas Lantai Perdagangan terhadap Jumlah Bangkitan Hubungan tersebut dinyatakan dalam linier regresi sederhana dalam persamaan : Trip Attraction (Y) = 23,595 + 0,101 x 2 (Luas Lantai Perdagangan) Dimana : R2 = 0,804 Nilai = 6,409 4.7. Hubungan Bangkitan dengan Luasan Areal Parkir Setelah mengetahui besarnya bangkitan yang sanggup ditimbulkan, selanjutnya adalah memodelkan berapa besarnya kebutuhan luas areal yang diperlukan untuk menampung besarnya bangkitan yang menuju pasar tradisional tersebut. Gambar 4.4. melukiskan diagram scatter untuk kedua variabel tersebut selanjutnya hubungan tersebut di deteksi dengan menggunakan metode linier regresi sederhana yang dinyatakan dalam persamaan : X2 (luas areal parkir) = 424,025 + 2,674 Y (jumlah bangkitan) Dimana : R2 = 0,804 Nilai t = 6,409

5. 524

Gambar 4.2. Diagram Scatter Luas Areal Parkir terhadap Jumlah Bangkitan KESIMPULAN

Simposium VIII FSTPT, Universitas Sriwijaya Palembang, 5-6 Desember 2005

Luas areal parkir pada pasar tradisional dengan mengambil sampel pada 2 pasar tradisional yaitu Pasar Telawang dan Pasar Teluk Dalam ditentukan dengan formula hubungan antara luas lantai perdagangan terhadap jumlah bangkitan, hubungan tersebut dinyatakan dalam regresi linier sederhana dengan persamaan. Trip Attraction (y) = 23,595 + 0,101 X2 (luas lantai perdagangan) Dengan R2 = 0,804 Dari model tersebut dapat dibuat suatu model untuk bisa menentukan berapa besarnya luas areal parkir yang diperlukan untuk menampung bangkitan tersebut yaitu dengan persamaan : X2 (luas areal parkir) = 424,025 + 2,674 (jumlah bangkitan)

DAFTAR PUSTAKA Departemen Perhubungan RI, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta, 1996. Kumpulan Makalah, Simposium II FSTPT Menuju Sistem Transportasi yang Efisien dan Akrab Lingkungan, Institut Teknologi Surabaya (ITS), Surabaya, 1999. Ronald E. Walpole, Raymond H. Myers, Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan, Institut Teknologi Bandung (ITB), Ganesha, Bandung, 1996. S. Nasution, Prof, Dr, MA dan Thomas, M, Prof, Dr, Buku Penuntun Membuat Skripsi, Bumi Aksara, Jakarta, 1999.

525

Anda mungkin juga menyukai