Anda di halaman 1dari 5

A.

Alasan Pemilihan Judul Peran Negara dalam aktifitas dunia Internasional dengan Negara lain tidak lagi mendominasi praktek hubungan internasional. Sedangkan disisi lain peran aktor-aktor non Negara menempati posisi yang semakin penting dalam Hubungan Internasional. Aktor-aktor yang dimaksud antara lain Multinational Corporations, Non Government Organizations, bahkan individu kini telah menguat peranannya dalam turut mewarnai aktifitas hubungan internasional. Salah satu aktor yang semakin aktif kehadirannya dalam arena internasional adalah pemerintah lokal (local goverment). Pemerintah-pemerintah lokal dari Negara-negara di seluruh dunia saling berhubungan satu sama lain. Mereka membentuk jaring-jaring kerjasama. Kota-kota, provinsi, berbagai negara bagian maupun negara-negara kecil telah melakukan aktifitas internasional. Ketika kita melihat praktek di Indonesia, sejak reformasi tahun 1999 lalu telah memberikan kemajuan yang signifikan pada bidang desentralisasi melalui disahkannya otonomi daerah dan pemindahan pengelolaan daerah kepada Pemerintah Daerah dan Kotamadya yang efektif pada 2001. Namun, kemampuan pemerintah daerah akan tata kepemerintahan yang baik masih kurang. Sedangkan solusi yang diberikan oleh pemerintah pusat masih belum memberikan gambaran yang cukup terhadap apa yang dibutuhkan pemerintah daerah. Otonomi daerah yang telah berjalan diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan dan pembangunan daerah. Akan tetapi, pembangunan daerah tidak akan datang dan terjadi begitu saja. Pembangunan di daerah baru akan berjalan jika sejumlah prasyarat telah dipenuhi oleh penyelenggara pemerintahan daerah. Salah satu hal yang menjadi prasyarat adalah pemerintah daerah harus kreatif. Pembangunan daerah berkaitan pula dengan inisiatif lokal, dan untuk berinisiatif diperlukan kreativitas dari para penyelenggara pemerintahan. Salah satu peluang yang dapat dikembangkan oleh pemerintah daerah adalah dengan melakukan kerjasama internasional. Hal ini guna mencari pemecahan-pemecahan inovatif yang dihadapi Daerah. (Syaukani, dkk, 2002) Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, terdapat 33 provinsi, 399 kabupaten, dan 98 kota, dimana masing-masing memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Pemerintah menyadari keadaan tersebut sehingga memberikan kebebasan kepada setiap daerah untuk menjalin kerjasama dengan kota-kota lain di luar negeri. Dalam rangka pengembangan daerah agar lebih maju, maka kebijakan itu ditandai dengan keluarnya

Peraturan Menteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI) No. 1 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri dan diperbaharui dengan PERMENDAGRI No. 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Pihak Luar Negeri di Jajaran Departemen Dalam Negeri. Kerjasama yang dijalin antara kota-kota di luar negeri dikenal dengan nama sister city ataustate/ province. Pada mulanya kerjasama sister city atau state/ province ini dikenal di Eropa Barat kemudian berkembang di kota-kota Amerika Serikat dan pada perkembangan selanjutnya menyebar ke seluruh dunia termasuk Asia dan Timur Tengah. Melalui hubungan kerjasama antar kota sister city atau state/

province tersebut diharapkan masyarakat kedua kota akan dapat saling mengenal dan saling membantu tanpa membedakan sistem sosial dan ekonomi dari negara yang bersangkutan.

Sejak pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur yang bisa menjamin pemerintah daerah untuk melaksanakan hubungan dengan dengan luar negeri secara langsung. Hal ini didukung oleh Undang-undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri, yang tercantum pada pasal I, yaitu terdapat mengenai dengan mengembangkan jaringan luar antar negara atau yang lebih dikenal dengan kerjasama kota kembar ( Sister City) dan provinsi kembar ( Sister Province). Adanya kerjasama kota kembar dan province kembar ini bertujuan untuk mengembangkan potensi daerah masing-masing berserta kelebihan yang menonjol dari daerah masing-masing. Banyak kota-kota besar di Indonesia sudah menjalin kerjsama sister city dengan kota-kota di negara-negara lain. Kota Surakarta adalah salah satu kota budaya selain Yogyakarta. Letak kota inipun menjadi penguat untuk menjadi kota wisata bagi para turis asing maupun domestik. Kota ini layaknya penghubnung bagi kota Bali dan Yogyakarta. Semboyan dari Solo is The Spirit of Java juga mencerminkan keunikan dari kota ini. Selain itu kota Surakarta memiliki profil sebagai kota jasa. Sejak penandatangan MoU antara dua kota ini pada tanggal 19 Februari 2007 di Surakarta :
Memorandum of Understanding Between the Government of the City of Surakarta Province of Central Java, Republic of Indonesia and the Government of Municipality of Montana, Republic of Bulgaria Concerning Sister City Cooperation. (Memorandum Saling Pengertian Antara Pemerintah

Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah, Republik Indonesia dan Pemerintah Kota Montana, Republik Bulgaria Mengenai Kerjasama Kota Bersaudara).1

Hingga akhir 2011 tidak terlalu terdengar tentang kerjasama sister city di kalangan masyarakat Solo terutama di kota Surakarta. Kerjasama ini meliputi beberapa bidang khususnya yang menyangkut perdagangan dan bisnis. Selain itu Montana juga menjadi penghubung bagi eksport yang berasal dari kota Solo ke negara-negara Eropa dengan fasilitasi Montana. Kerjasama kedua negara juga telah diperluas dalam pengembangan ekonomi dan budaya kedua negara. Kerjasama sister city ini lebih condong dalam kerjasama bidang ekonomi ( perdagangan dan investasi) dan ada peningkatan dalam bidang ini. Menurut data kerjasama Indonesia UE 2009-2011 tiap tahunnya ada peningkatan.

( sumber : DIPLOMASI 2011 www.kemlu.go.id ) Sejak diresmikannya MoU untuk kerjasama Sister City Kota Surakarta dan Montana, kedua pemerintah sangat optimis untuk menindaklanjuti kerjasama ini. Rentan waktu dari ditandatangani MoU sampai akhir tahun 2011 menunjukan sejauh
1

DAFTAR PERJANJIAN BILATERAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN BULGARIA. Diunduh 3 Februari 2012. Pukul 09:00

http://www.kemlu.go.id/Daftar%20Perjanjian%20Internasional/bulgaria.pdf.
WIB

mana hasil dari kerjasama bilateral antar kedua kota Surakarta Montana masih berjalan. Namun, kondisi ini berbeda dengan pelaksanaan di Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sragen. Kerjasama di kedua Kabupaten ini terkesan tidak berjalan dengan optimal bahkan terancam dibatalkan. Di Wonogiri, rencana kerjasama sister city Pemerintah kabupaten Wonogiri dengan Pemerintah kabupaten Wuming telah menunjukkan tanda-tanda kegagalan. Rencana yang sudah dirintis sejak tiga tahun silam dan ditarget MoU pada Bulan April 2010 ini tidak pernah ada kejelasan hingga saat ini. Grand design yang akan dijadikan format kerjasama pun juga masih belum jelas. Dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri berencana membatalkan rencana kerjasama sister city antara Wonogiri dengan Pemerintah Wuming. 2 Dari perkembangan kerjasama di atas anatara Surakarta dan Montana serta fenomena yang terjadi pada daerah eks-karisedenan Surakarta ( Wonogiri dan Wuming) penulis tertarik untuk mengangkat judl ini sebagai penelitian akan kerjasama sister ini, untuk mengetahui potensi hambatan dalam kerjasama beserta solusinya. Untuk itu, judul skripsi ini tertulis dengan : Analisa Kerjasama Sister City antara Surakarta dan Montana : Potensi Hambatan dan Solusi B. Latar Belakang Pengertian kerjasama sister city yang dewasa ini lazim disebut dengan kemitraan kota, mengandung makna bahwa hubungan kerjasama tersebut bukan hanya suatu kembar alamiah (natural twin) tetapi juga saudara sedarah (blood brother) yang didasari itikad baik dan ketulusan hati. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 1992, disebutkan bahwa hubungan kerjasama sister city adalah hubungan kerjasama kota bersaudara yang dilaksanakan antara Pemerintah Kota, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota Administratif dengan Pemerintah Kota setingkat di luar negeri. Hubungan kerjasama dimaksud harus dilengkapi dengan program kegiatan yang tetap dan terencana, baik mengenai bidang-bidang yang akan dikerjasamakan, tujuan yang ingin dicapai, konstruksi biaya masing-masing pihak, maupun mengenai lamanya waktu yang diperlukan bagi program kegiatan yang dikerjasamakan. Ada beberapa persamaan yang melatar belakangi terbentuknya kerjasama antara Kota Surakarta dan Montana karena memiliki kemiripan dalam beberapa produk unggulan, warna kebudayaan, sistem otonomi daerah serta sistem pendidikan. Hal ini

diutarakan oleh delegasi konsulat jenderal Bulgaria saat mengunjungi kota Solo.

Joglosemar 12 April 2011

Kota Surakarta mendapat banyak tawaran untuk menjadi Sister City dengan beberapa kota di negara lain seperti Toronto ( Kanada), Ohio ( Amerika Serikat), Otawa ( Jepang) serta salah satu kota di Iran, namun Wali Kota Surakarta Joko Widodo memending karena untuk melihat pencapaian atau hasil dari Sister City dengan Montana. Sampai akhir tahun 2011 kerjasama ini masih berjalan tetapi tidak terlalu diketahui ata dirasakan dampaknya di sebagian masyarakat kota Surakarta

Anda mungkin juga menyukai