Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH SISTEM INFORMASI LOGISTIK PENERAPAN e-SCM PADA PT.

ANA

SINDIKAT 6 Marselina Widaranti Roch Ika O. Avif Haryana Silvi Mustikawati Andung Jaya W. (23411034) (23411045) (23411053) (23411060) (23411061)

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2011

PENERAPAN e-SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PT. ANA


I. Pendahuluan Persaingan dalam industri distributor makin ketat dewasa ini. Salah satu hal yang membuat perusahaan distributor bertahan adalah penyediaan produk yang tepat dari konsumen, diwaktu yang tepat, dan dalam biaya yang ekonomis. Ketersediaan produk dan harga jual yang ekonomis hanya dapat terjadi jika ada koordinasi yang baik antara perusahaan Koordinasi retail antara dengan pihak-pihak dalam dalam rantai rantai suplainya. hanya pihak-pihak suplai tidak

melibatkan koordinasi persediaan saja, tetapi juga informasi tentang pasar yang berguna bagi perencanaan perusahaan. Distributor buah merupakan salah satu industri yang harus menguasai dengan baik pengelolaan rantai suplainya. Kekurangan persediaan penjualan, produk pada distributor akan berakibat akan kehilangan berakibat sedangkan kelebihan produk tertentu

menumpunyai produk dan meningkatnya biaya persediaan. Selain itu, koordinasi dengan toko-toko cabang sebagai salah satu mata rantai pasok yang utama adalah vital, dimana kantor pusat dapat berbagi informasi dan mengumpulkan informasi mengenai masing-masing pemasok agar pengelolaan pasokan dan perencanaan penjualan produk dapat dilakukan dengan lebih baik. Dengan metode tradisional pengelolaan rantai suplai tentu sulit dilakukan karena akan berakibat pada koordinasi yang berjalan lambat dan memakan banyak usaha. Penggunaan teknologi informasi untuk mempercepat penyampaian informasi menjadi salah satu alasan penggunaan meluas dari e-supply chain management, supply chain management yang didasarkan pada penggunaan media elektronik, terutama web dalam penerapannya. PT. ANA merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri distribusi buah ke mancanegara. Saat ini PT. ANA mempunyai banyak
Penerapan e-SCM pada PT. ANA Page 2

pelanggan tetap di negara-negara Timur Tengah seperti di Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Oman, dan Jordania. Perusahaan juga bekerjasama

dengan

perusahaan

partner

untuk

memasarkan

produknya. Kondisi existing dari PT. ANA adalah sebagai berikut: Pada saat ini proses SCM pada PT. ANA masih bersifat tradisional dimana koordinasi permintaan barang, informasi balik persediaan yang tersisa dari tiap pemasok atau mitra perusahaan masih berupa dokumen-dokumen tertulis ataupun bon, sehingga mengakibatkan lambatnya penanganan pengiriman kembali (retur) antara kantor pusat PT. ANA dengan beberapa pemasok besar mereka.

Pengelolaan suplai untuk menangani kondisi dan peluang penjualan spesifik dari tiap pemasok masih menggunakan cara tradisional sehingga kurang efektif.

Sistem pemesanan oleh konsumen masih bersistem tradisional (via telepon atau fax)

Gambar 1. Proses Rantai Pasok di PT. Ana Secara garis besar proses yang terjadi dalam rantai pasok PT. Ana dapat dilihat pada gambar diatas. Tahap tahap yang dilaluinya adalah sebagai berikut:
Penerapan e-SCM pada PT. ANA Page 3

PT. Ana menghubungi Pemasok untuk memesan barang (buah). Pemesanan dapat dilakukan ketika persediaan digudang sudah mencapai titik tertentu atau jika ada pemesanan dari pelanggan (tergantung karakteristik buah).

Pemasok mengecek persediaan buah nya. Pemasok menghubungi PT. Ana untuk memberikan penawaran barang. PT. Ana memberikan konfirmasi pemesanan buah. Pemasok mengirim buah ke PT. Ana. PT. Ana melakukan pengecekan kualitas buah, melakukan packing, dan penyimpanan di gudang. Jika ada yang kurang bagus, maka PT. Ana bisa melakukan Retur / Pengembalian barang yang sudah dibeli.

PT. Ana menghubungi Forwarder untuk melakuka pengiriman barang ke pelanggan yang ada di luar negeri. Pelanggan dapat memberikan kritik dan saran kepada PT. Ana lalu Perusahaan memberikan solusi terhadap keluhan tersebut.

Dengan semakin bertambahnya pemasok buah yang terkait dengan perusahaan, maka perlu untuk menetapkan strategi SCM yang baik pada PT. Ana.

II. Strategi yang Diusulkan Penulis dalam Paper (Jurnal

Manajemen: ISEI Cabang Jakarta, Komisariat Universitas Bina Nusantara) Penulis terdahulu mengusulkan dilakukannya pembangunan eSCM dimana e-SCM tersebut sebagai berikut:
1)

mencakup integrasi aktivitas-aktivitas

Pengajuan permintaan barang kepada pemasok. Pada proses lama, jika PT. Ana ingin mengajukan permintaan

barang (buah) kepada pemasok, maka harus terlebih dahulu menelepon


Penerapan e-SCM pada PT. ANA Page 4

atau melalui fax. Ketika hendak melakukan permintaan, PT. Ana menanyakan terlebih dahulu kepada masing-masing pemasoknya terkait dengan ketersediaan barang yang akan dibeli. Proses ini tentu saja menghabiskan banyak biaya untuk menelepon/fax. Biaya akan semakin bertambah jika jumlah pemasok PT. Ana juga mengalami penambahan. Selain itu, proses lama ini tentu saja menghabiskan banyak waktu untuk menelepon berkali-kali dan menunggu konfirmasi tentang ketersediaan barang yang ada pada masing-masing pemasok. Dalam proses e-SCM yang diusulkan penulis, pengajuan permintaan barang dilakukan di dalam aplikasi e-supply chain management (eSCM). Aplikasi ini menghubungkan PT. Ana dengan pemasokpemasoknya. Di dalam aplikasi tersebut terdapat form yang digunakan untuk melakukan request atau permintaan buah ke semua pemasok yang tersedia. Ketika hendak melakukan request / permintaan barang, pada halaman e-SCM PT. Ana otomatis muncul informasi tentang status ketersediaan barang yang dimiliki oleh masing-masing pemasok. Kemudian PT. Ana dapat mulai melakukan permintaan barang ke pemasoknya. Semua data yang berkaitan dengan permintaan barang berikut dengan detailnya disimpan di dalam database. Dengan adanya e-SCM ini, PT. Ana tidak perlu lagi menggunakan telepon untuk melakukan pemesanan, dan melakukan konfirmasi ketersediaan stok buah, sehingga jelas akan menghemat biaya. Selain itu, dengan adanya sistem yang terhubung antara PT. Ana dan pemasoknya, aliran informasi akan lebih cepat dan lancar. Hal ini diharapkan akan mempercepat proses/transaksi bisnis yang terjadi antara PT. Ana dengan pemasoknya. Dari sisi pemasok, dengan adanya sistem yang terintegrasi, setiap pemasok dapat mengetahui Order yang diajukan oleh PT. Ana dengan mudah tanpa harus menunggu telepon terlebih dahulu. Dengan demikian pemasok juga mendapatkan keuntungan dengan semakin baiknya pengelolaan order dari PT. Ana.
Penerapan e-SCM pada PT. ANA Page 5

2)

Penerimaan Penawaran dari Pemasok Pada kondisi awal, pemasok memberikan penawaran melalui

telepon atau fax sebagai respon terhadap permintaan yang telah diajukan oleh PT.ANA. Ketika Pemasok mengajukan penawaran, informasi mengenai penawaran dari setiap pemasok tersebut dicatat secara manual oleh karyawan perusahaan. Kondisi seperti ini tentu saja memakan waktu yang cukup lama dan menghabiskan biaya komunikasi yang cukup besar terutama dari pihak pemasok karena harus sering melakukan telepon atau fax jika ingin mengajukan penawaran kepada PT. Ana. Dari pihak PT. Ana, proses pengajuan penawaran yang seperti ini juga menghabiskan cukup banyak waktu dan media untuk mencatat, serta dibutuhkan usaha lebih untuk mengelola pencatatan tersebut supaya mudah dicari apabila ingin menggunakannya kembali. Dalam proses e-SCM yang diajukan penulis, setelah PT. Ana melakukan pemesanan barang kepada pemasok, maka dari pihak pemasok tidak perlu melakukan telepon atau fax lagi. Pemasok cukup membuka aplikasi e-SCM. Pada halaman e-SCM pemasok, terdapat notifikasi bahwa PT. Ana sedang membutuhkan sejumlah barang. Jika pemasok ingin mengajukan penawaran, maka melalui form penawaran yang ada di aplikasi e-SCM. Penawaran yang diajukan pemasok akan otomatis mengacu pada permintaan yang pernah diajukan perusahaan. Data penawaran dari pemasok secara otomatis tersimpan dalam tabel penawaran di dalam database. Dengan demikian, maka pemasok tidak perlu lagi repot menelepon dan menunggu konfirmasi dari PT. Ana. Sedangkan dari PT. Ana sendiri, tidak perlu lagi menghabiskan banyak waktu untuk mencari catatan penawaran yang diajukan pemasok dan mencocokan oleh dengan Purchase Order (PO) yang sebelumnya dilakukan perusahaan. Manajemen informasi

Permintaan dan Penawaran barang akan menjadi lebih sederhana. PT. Ana dapat mengakses informasi penawaran dengan lebih mudah dan
Penerapan e-SCM pada PT. ANA Page 6

penawaran dapat dilihat dari setiap permintaan yang pernah diajukan maupun dari semua penawaran yang pernah masuk dalam satu tabel.
3)

Pengajuan pemesanan barang kepada pemasok. Pada proses lama, Jika PT. Ana akan melakukan pembelian barang adanya penawaran dari pemasok), berbagai informasi

(setelah

penawaran yang telah masuk (dicatat) akan dilihat kembali. Dari data pencatatan penawaran tersebut, PT. ANA akan melakukan pemesanan ke pemasok melalui telepon atau fax. Dengan proses manual seperti ini, PT. Ana menghabiskan banyak waktu untuk mencari catatan-catatan yang terkait dengan penawaran dari pemasok. Selain itu, perusahaan juga harus mencocokan antara penawaran yang diajukan dengan permintaan yang telah diajukan oleh PT. Ana sebelumnya. Biaya komunikasi juga akan bertambah ketika perusahaan ingin menindaklanjuti pemesanan Dengan sistem e-SCM yang diusulkan penulis, penyampaian informasi pemesanan kepada pemasok lebih cepat. Pemasok dapat segera mengetahui penawaran mana yang diambil oleh PT. ANA. Bagi pemasok maupun bagi perusahaan, penyimpanan informasi mengenai pemesanan barang akan lebih mudah karena langsung tersimpan di dalam database. Selain itu tentunya akan lebih menghemat biaya komunikasi. 4) Penanganan Retur. Retur adalah pengembalian barang yang telah dibeli. Jika buah yang dikirim oleh pemasok ada yang dibawah standar kualitas, maka PT. Ana dapat mengembalikannya kepada pemasoknya. Pada awalnya, jika PT. Ana ingin mengembalikan barang yang dibeli dari pemasok, maka PT. Ana harus menelpon terlebih dahulu pemasoknya. Setelah diberitahukan kepada pemasok, kemudian proses selanjutnya adalah negosiasi antara PT. Ana dengan pemasoknya. Semua proses tersebut dilakukan dengan proses manual.
Penerapan e-SCM pada PT. ANA Page 7

Dengan dibuatnya e-SCM, maka penanganan retur barang dapat dilakukan lebih cepat. PT. Ana cukup melakukan pengisian form retur barang. Kemudian request retur nya akan otomatis muncul/terkirim pada sistem e-SCM yang ada pada pemasok yang barangnya hendak dikembalikan. Manfaat yang diperoleh dari penanganan retur secara elektronik antara lain sebagai berikut: Mempercepat proses pengajuan dan penanganan retur barang. Mempermudah pemantauan kualitas barang yang disediakan oleh berbagai pemasok.
1)

Penyampaian keluhan, kritik dan saran. Pada proses lama, penyampaian keluhan konsumen dilakukan

melalui telepon atau fax. Keluhan tersebut dicatat secara manual, tidak tersedia database untuk menyimpan keluhan berikut sasarannya. Dalam proses e-SCM yang diusulkan penulis, keluhan, kritik dan saran dapat dilakukan melalui form keluhan konsumen yang tersedia pada aplikasi e-supply chain management dan tersimpan secara otomatis didalam database. Dengan sistem e-SCM ini, penyampaian keluhan maupun pengaksesan informasi tentang keluhan dapat diakses dengan lebih mudah.

Gambar 2. Sistem e-SCM PT ANA yang Diusulkan Penulis

Penerapan e-SCM pada PT. ANA

Page 8

Secara umum dapat digambarkan bahwa sistem yang diusulkan penulis jurnal menghubungkan antara PT. Ana, Pemasok, dan Konsumen secara terbatas. Hubungan kepada konsumen terbatas hanya pada pemberian kritik dan saran terkait dengan penjualan yang dilakukan PT. Ana.

II. Usulan Pengembangan Sistem e-SCM dari Kelompok 6

PT. Ana merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi. Titik berat dari perusahaan ini adalah pergerakan arus barang, sehingga fokusnya adalah bagaimana meningkatkan pelayanan kepada pihakpihak yang terkait dengannya. Untuk bisa mencapai tujuan itu, diperlukan kualitas arus informasi yang cepat dan handal, sehingga akan membantu mempercepat proses bisnis yang terjadi dalam rantai pasok PT. Ana. Menurut Chopra dan Meindl (2004, p17), semua proses supply chain management dalam sebuah organisasi dapat diklasifikasikan ke dalam tiga proses makro berikut:

Gambar 3. Proses Makro Supply Chain Management


1. CRM (Customer Relationship Management) adalah proses yang

menghubungkan antara organisasi dan konsumen-konsumenya. Tujuannya adalah untuk mengelola pesanan pelanggan dan memfasilitasi pemesanan, serta pelacakan pesanan.
2. ISCM (Internal Supply Chain Management) terdiri atas proses-proses

internal perusahaan yang bertujuan untuk memenuhi pesanan yang dihasilkan dari proses CRM dalam waktu yang tepat dan dengan biaya serendah mungkin.
3. SRM (Supplier Relationship Management) merupakan proses yang

menghubungkan antara organisasi dengan pemasok-pemasoknya.

Penerapan e-SCM pada PT. ANA

Page 9

Proses ini bertujuan untuk mengatur dan mengelola sumber-sumber pasokan untuk berbagai macam barang dan layanan. Usulan yang diberikan oleh penulis jurnal sebatas meliputi unsur SRM dan sebagian unsur CRM. Sedangkan unsur ISCM sama sekali belum terpenuhi aplikasinya. Dari sisi teori evolusi manajemen logistik ke manajemen supply chain (rantai pasok), ada 4 tahapan yang dilalui sebelum mencapai konsep rantai pasok terintegrasi. Ke 4 tahap tersebut yaitu:
1. Tahap

Ada

semacam

kesendirian

dan

ketidak-saling-

tergantungan fungsi, misalnya antara fungsi produksi dan fungsi logistik.


2. Tahap 2 : Perusahaan sudah mulai menyadari pentingnya integrasi

perencanaan walaupun dalam bidang yang masih terbatas, yaitu di antara fungsi internal yang paling berdekatan.
3. Tahap 3: Integrasi perencanaan dan pengawasan atas semua fungsi

yang terkait dalam satu perusahaan (internal integration).


4. Tahap 4 : menggambarkan tahap sebenarnya dari supply chain

integration, yaitu integrasi total dalam konsep, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan (manajemen) yang telah dicapai dalam tahap 3 dan diteruskan ke upstreams, yaitu suppliers dan downstreams, sampai ke pelanggan. Dari sisi tahap evlolusi manajemen, penulis jurnal sebenarnya sudah memberikan usulan sampai meyentuh ke Tahap 4. Akan tetapi, penulis jurnal melewati tahapan-tahapan yang sebenarnya harus dilalui terlebih dahulu sebelum mencapai ke tahap 4. Tahap 1 dan 2 sudah terpenuhi, tetapi 3 belum terpenuhi. Berdasarkan
1)

pendekatan

diatas,

maka

kelompok

kami

memberikan beberapa saran perbaikan sebagai berikut: Mengintegrasikan aktivitas pemesanan buah dari konsumen ke PT ANA
Penerapan e-SCM pada PT. ANA Page 10

Bagian ini merupakan salah satu bagian terpenting dalam rangka menyempurnakan konsep Customer Relationship Management (CRM) dalam sistem e-SCM yang sedang dibangun oleh PT. Ana. Pada sistem sebelumnya, keterkaitan kepada pelanggan/konsumen hanya sebatas mengakomodir kritik dan saran secara online. Dalam konsep CRM, fungsi ini hanya merupakan sebagian dari keseluruhan fungsi yang dikehendaki dalam CRM. Jika pelanggan yang ada di luar negeri ingin melakukan order pembelian, maka harus menelpon atau melalui fax. Usulan dari kelompok kami adalah PT. Ana perlu menambah utilitas CRM yaitu dengan membangun aplikasi yang memungkinkan konsumen untuk melakukan pemesanan buah secara online. Target pasar utama PT. Ana adalah pembeli level grosir. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan untuk melayani pembelian dari retail dengan menetapkan jumlah minimum pemesanan dari konsumennya. Dengan diterapkannya sistem baru ini, ada beberapa perubahan proses bisnis yang bisa terjadi, yaitu:.

Pada sistem sebelumnya, proses transaksi pembelian buah dari pemasok diawali dari perusahaan yang melakukan permintaan buah kepada pemasoknya. Dengan menggunakan sistem baru ini, maka order yang datang dari konsumen akan otomatis memberikan notifikasi kepada pemasok. Pemberian notifikasi ini bukan berarti semua informasi yang datang dari konsumen akan langsung diteruskan, tetapi dengan melalui proses penyaringan yang dilakukan oleh internal PT. Ana (bagian marketing atau sales). Setelah itu, barulah informasi tersebut diteruskan kepada pemasok. Penyaringan informasi ini perlu dilakukan untuk menjaga kelangsungan bisnis PT. Ana. Jangan sampai nantinya PT. Ana kehilangan pasar karena pelanggannya berpindah ke pemasok PT. Ana. Informasi yang sampai ke pemasok kemudian dijadikan sebagai akses pelelangan bagi para pemasok PT. ANA. Pemasok yang memenangkan pelelangan adalah pemasok dapat memenuhi
Page 11

Penerapan e-SCM pada PT. ANA

persyaratan dari PT. ANA termasuk diantaranya jumlah order dan lead time yang disyaratkan.

Untuk mempermudah pelayanan bagi konsumen retail di luar negeri maka PT. ANA dapat membuka cabang di luar negeri atau bekerjasama dengan pelanggan/grosir di negara tersebut. Kerjasama disini dalam rangka meminimasi ongkos pengiriman untuk pesanan retail sehingga dapat di barengkan dengan pesanan grosir dan dititipkan melalui pelanggan grosir tersebut.

Pada sistem sebelumnya, pertimbangan utama pembelian ke pemasok adalah berdasarkan posisi ketersediaan barang di gudang PT. Ana (Push System). Dengan sistem baru ini, maka mekanisme pemesanan barang menjadi Pull System, yaitu berdasarkan adanya permintaan/pemesanan dari pelanggan. Beberapa manfaat yang akan diperoleh dengan adanya sistem

order online, antara lain sebagai berikut:

Menjadi nilai tambah perusahaan di mata pelanggan/konsumen karena mampu memberikan kemudahan kepada pelanggannya untuk melakukan pembelian. Dengan adanya sistem ini, maka konsumen yang pada umumnya adalah pelanggan tetap tidak perlu lagi menelpon dan mengeluarkan banyak biaya komunikasi.

Memungkinkan konsumen untuk dilayani dengan lebih cepat. Aliran informasi pemesanan menjadi lebih cepat, karena begitu ada pemesanan dari pelanggan, akan langsung diteruskan kepada pemasoknya. Dengan proses yang terintegrasi ini, waktu untuk memproses order dari konsumen menjadi lebih singkat.

Meminimalisir biaya manajemen dalam memproses permintaan konsumen. Dengan adanya sistem yang terintegrasi dengan konsumen, maka order yang datang dari konsumen akan langsung diproses melalui pelelangan kepada para pemasok PT. Ana dalam system e-SCMnya. Oleh karena itu, perusahaan tidak perlu lagi mengeluarkan banyak waktu dan biaya untuk memproses permintaan yang datang dari

Penerapan e-SCM pada PT. ANA

Page 12

konsumen. PT. Ana cukup melakukan sedikit pemeriksaan atau penyaringan dalam menyikapi order Meminimalisir biaya inventori gudang. Dengan diterapkannya mekanisme pull system, perusahaan hanya memesan barang ke pemasok jika ada permintaan dari pelanggan. Dengan demikian perusahaan dapat menghemat biaya inventori karena persediaan buah yang disimpan menjadi lebih sedikit dan resiko buah akan busuk selama di gudang pun semakin kecil.
1)

dari konsumen, sehingga

dapat mengurangi tenaga kerja dan waktu pemrosesan order.

Mengintegrasikan internal PT. Ana (Internal supply chain) Idealnya, sebelum melakukan integrasi dengan pihak diluar

perusahaannya, PT. Ana harus melakukan integrasi dulu antar bagian di dalam perusahaanya. Jika PT. Ana sudah melakukan integrasi dengan luar perusahaan tetapi belum di tingkat internal, maka dikhawatirkan PT. Ana kurang mampu untuk mendukung sistem yang telah diintegrasikan dengan pihak lain. Hal ini akan berakibat pada kurang optimalnya e-SCM yang telah dibuat. Bagian-bagian yang mendukung secara langsung proses pengadaan barang dan pengelolaan order dari pelanggan, seperti bagian inventori, logistik, sales dan marketing, serta bagian keuangan harus terlebih dahulu diintegrasikan. Manfaat yang akan diperoleh dari integrasi ini antara lain perusahaan mampu mengimbangi meningkatnya arus informasi dari pelanggan ke PT. Ana ataupun dari pemasok ke PT. Ana. Dengan demikian diharapkan akan mampu memenuhi pemesanan dengan lebih cepat.
2)

Penyediaan perusahaan.

Informasi

seputar

komoditi

buah

pada

website

Sebagai tampilan tambahan pada website PT. ANA, PT. ANA dapat memberikan informasi yang terkait dengan komoditi seperti manfaatnya, nilai gizi, waktu panen, dan lain-lain sehingga menjadi nilai
Penerapan e-SCM pada PT. ANA Page 13

tambah tersendiri bagi perusahaan. Dengan adanya informasi ini, beberapa manfaat yang dapat diperoleh antara lain:

Pelanggan dan masyarakat pada umumnya akan merasa terbantu dengan adanya informasi yang bermanfaat ini. Perusahaan mendapatkan citra yang baik dimata masyarakat dan pelanggannya. Dengan adanya informasi tambahan ini, pelanggan PT. Ana berpotensi untuk menambah jenis pembelian buahnya (misalnya dari hanya membeli buah Durian, sekarang membeli buah sirsak dan alpukat karena telah membaca manfaatnya). Selain itu, informasi ini juga berpotensi menggerakan masyarakat untuk semakin giat mengkonsumsi buah-buahan, sehingga sedikit banyak akan berpengaruh pada penjualan buah.

1)

Tracking Pengiriman Buah PT. Ana bekerja sama dengan perusahaan partner untuk

memasarkan produknya ke mancanegara. Karena perusahaan partner tersebut (forwarder) merupakan bagian dari rantai pasok PT. Ana, maka kelompok kami memberikan usulan untuk mengintegrasikan forwarder ke dalam sistem e-SCM yang sedang dibangun.. Dengan sistem e-SCM yang terintegrasi dengan forwarder, manfaat yang diperoleh antara lain:

PT. Ana tidak perlu lagi melakukan komunikasi via telepon atau fax untuk memberitahukan forwarder terkait dengan pengiriman barang. Ketika ada order yang harus dikirim ke luar negeri, otomatis akan masuk ke sistem e-SCM yang ada pada forwarder.

Aliran informasi kepada forwarder akan menjadi lebih cepat, sehingga penanganan pengiriman barang diharapkan juga menjadi lebih cepat.

Forwarder dapat melihat seluruh request pengiriman barang yang ada pada PT. Ana. Hal ini memungkinkan forwarder untuk

Penerapan e-SCM pada PT. ANA

Page 14

melakukan

penjadwalan

pengiriman

yang

lebih

efisien

lagi,

sehingga akan memberikan penghematan bagi perusahaanya. Pelanggan dapat melihat status tanggal pengiriman buah yang diorder sudah sampai tahap dimana dari sistem e-SCM yang ada perusahaannya, sehingga pelanggan mudah mendapatkan informasi tentang status pengiriman buah.

Gambar 4. Sistem e-SCM PT. ANA yang Disarankan

Secara umum, konsep yang ditawarkan oleh kelompok kami adalah penggabungan dari berbagai elemen yang ada dalam rantai pasok PT. Ana seperti tampak dalam Gambar 4 diatas.

Penerapan e-SCM pada PT. ANA

Page 15

Gambar 5. Proses Rantai Pasok Baru di PT. Ana Dengan sistem e-SCM yang baru, maka skema Rantai Pasok PT. Ana menjadi berubah seperti tampak pada gambar 5 diatas. Perubahan yang terlihat jelas adalah adanya hubungan dua arah antara PT. Ana dan Forwardernya. Kemudian juga adanya hubungan secara tidak langsung antara pelanggan dengan forwarder yang berupa penanganan tracking barang yang dibeli pelanggan.

I. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas, ada beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan, antara lain:

Untuk membangun sistem e-SCM dapat dibagi menjadi 3 proses makro, yaitu Customer Relationship Management (CRM), Internal Supply Chain Manajemen (ISCM), dan Supplier Relationship Management (SRM).

Sebelum melakukan integrasi dengan pihak luar perusahaan (Supplier dan Customer), lakukan integrasi internal perusahaan terlebih dahulu.

Penerapan e-SCM pada PT. ANA

Page 16

Untuk pengembangan sistem lebih lanjut, perusahaan dapat melakukan integrasi dengan sistem yang ada pada Perusahaan (Customer) yang telah memilikin sistem informasi yang baik dalam perusahaanya, sehingga akan mendapatkan informasi yang lebih cepat terkait dengan pemesanan buah dari pelanggannya. Selain itu, perusahaan juga dapat melakukan integrasi dengan sistem gudang yang ada pada customer nya.

Untuk

pengembangan

bisnis

lebih

lanjut,

dapat

dijajaki

kemungkinan agar pengiriman barang dapat dilakukan langsung dari pemasoknya, sehingga buah yang dipesan PT. Ana tidak perlu datang ke perusahaan untuk diperiksa. Namun demikian tentunya harus dilakukan kajian lebih dalam apakah alternatif ini layak untuk dilakukan (baik dari segi biaya mau prospek bisnisnya, sehingga tidak membawa kerugian bagi PT. Ana). Tujuan dilakukannya alternatif ini adalah agar proses Retur dari PT. Ana ke Pemasok dapat dihilangkan dan menghemat biaya transportasi dari supplier ke PT. Ana.

Penerapan e-SCM pada PT. ANA

Page 17

DAFTAR PUSTAKA

Idris Gautama, Djoko Raditya Dian dan Ishak Ismail. (2009). Analisis dan Perancangan Strategi E-Supply Chain Management pada PT. ANA. Jurnal. Chopra, Sunil, Meindl, Peter. (2004). Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operations. 2nd edition. Prentice-Hall, New Jersey. Dr. Rajesri Govindaraju, Supply Chain Management. ITB Bandung.

Penerapan e-SCM pada PT. ANA

Page 18

Anda mungkin juga menyukai