Anda di halaman 1dari 6

Dari Cerita

I. Pendahuluan

Latar belakang Begitu dahsyatnya cerita mengubah keterpurukan. Begitu kuat insight yang ditimbulkan oleh cerita. Begitu halusnya cara kerja cerita dalam mempengaruhi dan mengubah kehidupan. Dari cerita yang mengubah cara berpikir, bersikap dan berperilaku saya tersebut, saya mengidentifikasi bahwa cerita punya kekuatan untuk melakukan perubahan tanpa menyakiti, mengembangkan imajinasi, harapan. Batasan Masalah Manfaat dalam menyimak dan meresapi isi cerita Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang aktor pencerita Sepak terjang profesi pencipta dan aktor pencerita membantu menyadarkan diri dan mempermudah pemenuhan

Tujuan Penulisan Makalah Makalah ini dibuat dengan maksud sebagai pemenuhan informasi tentang sisi lain dari cerita yang mencakup manfaat mendengarkan cerita, aktor pencerita dan sepak terjang profesi pencerita.

II.

Pembahasan

Perubahan Tanpa Menyakiti Pernahkan Anda mengalami perubahan di lingkungan anda berkegiatan? Rencana liburan? Gagal dalam mencapai cita-cita? sedangkan Anda berat untuk beralih ke tujuan lain? Apakah perubahan tersebut terasa sulit? Mudahkah kita

merasa nyaman dengan sesuatu yang baru, lingkungan baru, suasana baru, struktur organisasi baru, atasan baru, guru atau dosen baru? dan sebagainya. Jangankan untuk sesuatu yang besar, perubahan yang kecil saja sering membuat kita merasa tidak nyaman. Misalnya saja kita berencana sore ini akan pulang cepat dari tempat kerja atau dari kuliah karena akan bertemu dengan orang yang istimewa. Tiba-tiba deadline tugas kuliah atau pekerjaan dimajukan sehingga kita harus bekerja ekstra sampai larut malam. Belum sampai pekerjaan atau tugas tersebut dilaksanakan, kabar bahwa deadline dimajukan pun sudah mampu membuat perasaan kita tidak nyaman. Rencana kita dengan sendirinya men-setting pikiran kita dengan struktur tertentu. Ketika tiba-tiba ada gangguan dengan kabar yang tidak menyenangkan, maka akan terjadi kekacauan sampai kita bisa menyesuaikan diri dengan membuat struktur pikiran yang baru. Dan tidak semua orang mampu melakukannya dengan cepat melakukannya. Tiap perubahan, sekecil apapun, memang menyakitkan. Setiap orang akan menyesuaikan diri dan menemukan zona aman dan nyamannya. Jika ini terjadi dalam waktu lama, maka orang akan merasa ini sebagai bagian dari dirinya atau dirinya sebagai bagian dari keadaan nyaman dan aman tersebut. Dengan demikian terciptalah default system dalam diri orang itu. Jika hal ini diusik, maka ongkos psikisnya akan mahal, yaitu ketidaknyamanan dan penggunaan energi untuk menyeimbangkan kembali keadaan. Setiap aksi yang kita tawarkan untuk mengubah sesuatu, akan memunculkan reaksi kebalikannya. Jika keadaan mapan dikonfrontasi, maka akan membuat resah orang yang bersangkutan. Cerita punya efek tidak berasa memerintah, sehingga perubahan yang terjadi mengalir alami. Cerita menimbulkan rasa bahwa pencerita adalah figur netral atas perubahan yang sebenarnya diinginkan. Bahkan pencerita dapat menjadi bagian dari cerita tersebut. Jika pendengar dapat masuk ke dalam cerita, maka perubahan yang menyenangkan itu mulai terjadi.Cerita adalah maha guru yang tidak menggurui. Hal ini karena cerita mampu menjadi senajata ampuh untuk menyampaikan pesan atau ide dengan tujuan yang lengkap: 1) memberi informasi, 2) mempersuasi untuk mengubah keyakinan dan 3) memprovokasi untuk melakukan tindakan. Tentu kita masih ingat bahwa ada tiga tujuan dari komunikasi, yaitu informasi, persuasi dan provokasi. Ketika kita mengeluarkan pernyataan (preposisi), kita harus membedakan kalimat yang kita pilih berdasarkan tujuannya. Satu pernyataan berbanding dengan satu maksud luaran sebagai akibat pernyataan

tersebut. Berbeda dengan cerita, ketiga hal tersebut bisa berelaborasi dalam keseluruhan cerita. Nuansa dari cerita akan menggabungkan ketiganya secara fungsional. Artinya, orang sangat mungkin tidak sadar dengan tiap bagian kalimat, tiap detil kata, akan tetapi mereka langsung merasakan efeknya dari keseluruhan cerita.

Mengembangkan Imanjinasi Seringkali kita menemukan isi cerita tersebut sedikit banyak memiliki kesamaan dengan peristiwa yang kita alami. Mungkin sebenarnya bisa saja itu hanya alam bawah sadar kita yang menghubung hubungkan dua peristiwa tersebut seolah ada pola kesamaan diantara keduanya. Pada waktu cerita itu dihembuskan ke telinga saya, sempat beberapa waktu dan beberapa kali saya membayangkan menjadi tokoh dalam cerita tersebut, membayangkan saya persis melakukan perbuatan sesuai dengan tokoh dalam cerita tersebut. Tiap bagian cerita punya makna buat saya, karena saya selalu mengaitkan dengan kejadian dan keluhan yang saya alami ketika itu. Kemampuan mengaitkan yang tak terkait ini membutuhkan kemampuan berimajinasi. Kemampuan imajinasi adalah salah satu ciri dari kejeniusan. Seperti kita tahu, totalitas dan kemampuan melihat pola adalah ciri dari jenius. Ciri yang kedua dapat dipicu dengan baik dari seringnya menyimak dan meresapi suatu cerita. Melalui cerita, pola mudah sekali dikenali atau gampang menampakkan diri. Pola yang dimaksud dapat berupa pola kejadian yang behubungan dengan ruang dan waktu yang membentuk alur atau plot cerita. Pola yang lain adalah pola asosiatif, yaitu menghubungkan waktu dan ruang yang sama sekali tidak ada kaitannya, tetapi bisa dihubungkan. Pencerita yang andal punya cara yang menarik agar otak pendengar bekerja untuk menghubungkannya. Ini secara tidak langsung akan memudahkan pendengar untuk menyerap, memaknai dan mengingat.

Membantu Menyadarkan Kekuatan Diri Bahan bakar untuk dapat mencapai tujuan hidup adalah potensi. Begitu juga sebaliknya, pembunuh kekuatan terbesar dalam diri adalah kelemahan. Pertanyaannya, bagian manakah yang akan kita kelola untuk kesuksesan hidup, apakah kita akan mengungkap potensi untuk diberdayakan, atau berkutat pada

kelemahan?

Cerita

bisa

membantu

melakukan

keduanya,

tinggal

pilih.

Kenyataannya, tidak semua orang sadar akan potensinya. Pencerita pada dasarnya sedikit banyak telah membantu pendengarnya untuk menyadarkan diri bahwa kita masih punya kelebihan. Cerita itu menyadarkan akan pentingnya menemukan dan mengenali kekuatan diri. Kelebihan kura-kura yang dioptimalkan justru menambah popularitasnya di mata penggemar. Kura-kura dan para fans secara tidak sadar mulai mengabaikan kekurangan kura-kura dalam hal kecepatan lari. Jika Anda sepakat bahwa kekuatan adalah penting sebagai amunisi untuk mengembangkan diri dan mencapai tujuan, maka mulailah mempermudah cara penemuannya. Cerita dapat membantu Anda.

Aktor Pencerita Pencipta punya peran yang penting dalam cerita. Namun percayalah, peran pencipta tidak sama dengan pencerita. Seperti dalam sebuah perusahaan manufaktur, pencipta merupakan pembuat gelas, sekop, pisau, pena dan sebagainya. Mereka punya asumsi sebuah atau beberapa buah fungsi untuk benda ciptaannya. Apakah kemudian gelas akan digunakan untuk minum atau dipakai sebagai alat musik, itu tergantung orang yang bersentuhan dengannya. Ini juga berlaku untuk sekop, pisau, pena dan sebagainya. Cerita juga memiliki perlakuan yang sama. Produk dari pencipta ini kemudian akan jadi senjata ampuh di tangan pencerita. Ide dari pencipta baru tersampaikan utuh dan berhias nuansa dengan sentuhan pencerita. Begitu penting peran pencerita ini, karena merekalah yang berhubungan langsung dengan konsumen cerita. Pengguna cerita dapat secara langsung menyelami cerita melalui pengamatan ekspresi, gerak tubuh, tatapan dan peragaan yang dilakukan pencerita. Maksud dari cerita akan dapat dinikmati secara utuh setelah disajikan oleh pencerita. Tentu saja tujuan dari penceritalah yang lebih tersuarakan daripada pencipta. Sebagai aktor yang punya peranan penting, agar ada kesesuaian antara maksud yang diemban dari pencipta maupun tujuan penceritaan, maka seorang pencerita harus mengasah kemampuannya dalam bercerita. Kemampuan dasar pencerita paling tidak ada tiga: 1) mampu mengarahkan cerita pada tujuan, baik penyampaian informasi, melakukan persuasi, maupun memicu provokasi

2) pemahaman akan isi cerita 3) menguasai metode dan media dalam bercerita.

Kemampuan yang Komplit untuk Bercerita Sebelum bercerita, seorang pencerita seharusnya mengetahui apa tujuan dari cerita. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya tentang pencipta dan pencerita, secara substansial setiap cerita punya misi mengapa cerita itu dibuat. Tujuan yang ingin dicapai dari isi cerita ini berasal dari keinginan pencipta. Sedangkan tujuan yang selanjutnya, di luar misi dari pembuatan cerita, adalah tujuan yang dibuat oleh pencerita. Dalam hal ini, cerita hanya berfungsi sebagai media pesan, bukan pesan itu sendiri. Dengan satu cerita, seorang pencerita mungkin dapat menyampaikan satu atau beberapa pesan. Mereka juga bisa menyampaikan pesan yang berbeda dengan cerita yang sama. Karena pencerita dapat memunculkan makna apapun yang diinginkan, maka kemampuan yang komplit untuk membawa penikmat ceritanya sesuai dengan tujuan yang diinginkan patut dikuasai. Berkenaan dengan ini, maka seorang pencerita harus menguasai: tujuan atau isi cerita sesuai dengan misi dibuatnya cerita, tujuan yang diinginkan dari kegiatan bercerita, dan punya fleksibilitas untuk bermain dalam berbagai tujuan. Sebelum pencerita bermain-main dengan tujuan cerita, seorang pencerita harus tahu tujuan asal dari pembuatan cerita. Pemahaman akan isi sesuai yang dimaksudkan penciptanya harus lebih dulu dikuasai. Pemahaman isi cerita Setiap cerita punya misi substansial sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pengarang cerita. Sebelum bermain di wilayah tujuan yang lebih luas dan lebih fleksibel, pencerita harus benar-benar menyelami cerita dan membaca sampai pada apa makna yang terkandung di balik cerita. Setiap bagian dicermati untuk mengetahui pesan tersembunyi di setiap bagian cerita. Pencerita dapat memperhatikan karakter tokohnya, alur peristiwa, dialog yang terjadi, suasana latar belakang dan semangat jaman (zeit geist) yang ada pada setting cerita dan sebagainya. Bahkan pengenalan terhadap pencipta juga penting. Pengenalan ini

tidak harus kita tahu secara langsung penciptanya, tetapi kita bisa melihat pola dari beberapa cerita yang pernah diciptakannya. Profesi Pencerita Bisa kita katakan untuk menjadi pencipta cerita maupun pencerita dibutuhkan kemampuan berkreasi, kemampuan berinovasi dan olah rasa terhadap gejala dan fenomena sosial yang cukup familiar terjadi di lingkungan sekitar. Profesi ini tergolong baru di Indonesia dan cukup memiliki prospek cerah untuk dijadikan alternatif mata pencaharian pada dewasa ini. Mengingat untuk dapat tetap berjuang mencari pekerjaan atau melamar ke perusahaan di negeri ini dibutuhkan latar belakang pendidikan dengan biaya yang relatif mahal khususnya bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Untuk itu, dengan pemikiran inovatif dan kreatif pun kita bisa menjadi sukses dengan menggeluti bidang yang kita sukai. Contohnya dalam berprofesi sebagai pencipta cerita atau pencerita. Di abad 21 ini, telah muncul banyak sekali pionir andal yang tersebar di berbagai bidang yang telah mencapai kesuksesan dan dikenal orang banyak. Bila ditelusuri lebih dalam, kebanyakan dari mereka adalah orang orang yang memiliki latar belakang pendidikan yang biasa saja. Tetapi mereka mempunyai kemauan untuk belajar, mempelajari apa yang disukai dan memutar otak bagaimana menghasilkan uang dari sesuatu yang mereka sukai. Inilah kunci utama dalam meraih kesuksesan. Kita harus menyenangi apa yang kita kerjakan. Dengan perasaan senang, semuanya akan terlihat lebih mudah sehingga kita akan merasa puas dan bahagia. Dalam kondisi ini, segala sesuatu yang kita kerjakan pasti akan memberikan hasil yang maksimal dan berujung pada kesuksesan. Referensi : http://blog.indonesiabercerita.org/

Anda mungkin juga menyukai