Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah Negara dengan tidak hanya memiliki satu agama, tetapi lebih dari itu atau multiagama. Maka, alangkah baiknya masyarakat Indonesia mengetahui akan adanya toleransi umat beragama agar tidak timbul perpecahan dan kesalahpahaman antar umat berbeda agama di Indonesia khususnya. Semua orang tahu bahwa agama Islam adalah agama yang paling toleran terhadap pemeluk agama dan kepercayaan lain. Seseorang tidak pernah dipaksa masuk kedalam agama Islam, bila dia tidak mau. Dalam sejarah belum pernah terjadi, ada seseorang masuk Islam karena dipaksa, diancam atau diintimidasi. Sebab dalam pandangan Islam, setiap orang wajib dihormati kebebasanya dalam menentukan jalan hidupnya. Kebebasan dan toleransi merupakan dua hal yang seringkali dipertentangkan dalam kehidupan manusia. Secara khusus dalam komunitas yang beragam dan akan lebih rumit ketika dibicarakan dalam wilayah agama. Kebebasan beragama dianggap sebagai sesuatu yang menghambat kerukunan tidak adanya toleransi), karena dalam pelaksanaan kebebasan mustahil seseorang tidak menyentuh kenyamanan orang lain. Akibatnya, pelaksanaan kebebasan menghambat jalannya kerukunan antarumat beragama. Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh mencabutnya. Demikian juga sebaliknya, toleransi antar umat beragama adalah cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan kebebasan yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama dan toleransi

antar umat beragama merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan seharihari dalam bermasyarakat. B. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama. C. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan toleransi? 2. Apa macam dari toleransi? 3. Apa saja azas toleransi dalam Islam? 4. Bagaimana toleransi dalam pandangan Al-Quran dan As-sunah? 5. Apa saja manfaat toleransi menurut pandangan Islam?

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Toleransi Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Toleransi yang berasal dari kata toleran itu sendiri berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya.Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Dalam bahasa Arab, toleransi biasa disebut ikhtimal, tasamuh yang artinya sikap membiarkan, lapang dada (samuha-yasmuhu-samhan, wasimaahan, wasamaahatan) artinya: murah hati, suka berderma (kamus Al Muna-wir hal.702). Jadi, toleransi (tasamuh) beragama adalah menghargai dengan sabar,

menghormati keyakinan atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain. Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.[1] Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi "kelompok" yang lebih luas, misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lainlain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi, baik dari kaum liberal maupun konservatif.

B. Macam Toleransi Ada dua macam toleransi 1. Toleransi intern umat Islam Dalam Islam sendiri selain ada toleransi antar umat, ada juga toleransi intern umat Islam itu sendiri. Hal ini ditujukan agar kita bertoleransi terhadap perbedaan-perbedaan yang ada pada umat Islam lainnya selama perbedaan tersebut tidak menyimpang dari ajaran agama yang benar. Misalnya : shalat subuh ada yang memakai qunut dan ada yang tidak, sebenarnya hal ini tidak harus

menjadi suatu bahan yang diperdebatkan karena Rasulullah juga tidak mempermasalahkan hal ini. Jika ada yang bertanya mana yang lebih baik? Maka kembali ke keyakinan masing-masing. 2. Toleransi extern antar umat Islam dengan umat agama lain Selain itu, ada pula toleransi antar umat beragama. Islam sangat menghargai adanya toleransi kepada umat-umat nonmuslim karena tidak ada paksaan dalam Islam untuk memeluk agama Islam seperti yang terkandung dalam surat AlBaqarah : 256 yang artinya Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. Kita bisa belajar dari sejarah Islam yang menunjukkan begitu tolerannya umat Islam terhadap non-Islam. Muhammad bin Al-Hasan murid imam Abu Hanifah pernah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah mengirim harta benda ke penduduk Makkah ketika mereka dilanda bahaya kelaparan untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang fakir mereka. Padahal penduduk Makkah pada waktu itu sikapnya sangat kejam dan sangat menentang Rasulullah dan pengikutnya. Begitu tolerannya Rasulullah Saw. Contoh lain tentang perlakuan Islam terhadap non-Islam adalah kemurahan hati yang diperlihatkan oleh Salahuddin al-Ayyubi pada tahun 1188 M saat dia berhasil merebut kembali Yerussalem dari tentara salib. Ketika Salahuddin tiba ia menyaksikan pasukan salib sedang mengotori masjid dengan menyimpan babi di dalamnya. Bahkan para ahli sejarah Eropa pun mengakui bahwa Salahuddin tidak membalas dendam, melainkan memberikan maaf kepada pasukan salib, dengan pengecualian segelintir individu yang memang berprilaku sadis dan kejam (Muhammad Abdul Halim, Understanding Quran: themes and style). Hari ini, Islam dicurigai sebagai agama yang tidak toleran. Hari ini makna toleran juga telah disalah artikan sehingga akhirnya agama menjadi objek permainan. Tugas bersama bagi kita adalah memahamkan kembali tentang konsep toleransi dalam Islam secara benar.

C. Azas Toleransi dalam Islam Islam memberikan penjelasan-penjelasan yang jelas akan pentingnya membina hubungan baik antara muslim dengan non-muslim. Islam begitu menekankan akan pentingnya saling menghargai, saling menghormati dan berbuat baik walaupun kepada umat yang lain. Ada beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai azas pemberlakuan konsep toleransi (tasamuh) dalam Islam ini, antara lain adalah: 1. Keyakinan umat Islam bahwa manusia itu adalah makhluk yang mulia apapun agama, kebangsaan dan warna kulitnya. Firman Allah SWT: Dan sungguh telah kami muliakan anak-anak Adam (manusia) (QS. Al-Isra:70) Maka kemuliaan yang telah diberikan Allah SWT ini menempatkan bahwa setiap manusia memiliki hak untuk dihormati, dihargai dan dilindungi. Imam Bukhari dari Jabir ibn Abdillah bahwa ada jenazah yang dibawa lewat dihadapan nabi Muhammad saw. lalu beliau berdiri untuk menghormatinya. Kemudian ada seseorang memberitahukan kepada beliau, Wahai Rasulullah, sesungguhnya itu jenazah Yahudi. Beliau menjawab dengan nada bertanya: Bukankah ia juga manusia?. 2. Keyakinan umat Islam bahwa perbedaan manusia dalam memeluk agama adalah karena kehendak Allah, yang dalam hal ini telah memberikan kepada makhluknya kebebasan dan ikhtiyar (hak memilih) untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu. Allah SWT berfirman: Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. (Hud:118). 3. Orang muslim tidak diberikan tugas untuk menghisab orang kafir karena kekafirannya. Persoalan ini bukanlah menjadi tugasnya, itu adalah hak prerogatif Allah SWT. Hisab bagi mereka adalah di yaumul hisab nanti di yaumil qiyamah/akhir. Allah SWT berfirman: Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah: Allah lebih mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan. Allah akan mengadili di antara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu selisih pendapat karenanya. (QS.alHajj: 68-69).

4. Keimanan orang muslim bahwa Allah menyuruh berlaku adil dan menyukai perbuatan adil serta menyerukan akhlak yang mulia sekalipun terhadap kaum kafir, dan membenci kezaliman serta menghukum orangorang yang bertindak zalim, meskipun kezaliman yang dilakukan oleh seorang muslim terhadap seorang yang kafir. Allah SWT berfirman: Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kamu mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berbuat adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. (al-Maidah:8)

5. Ajaran Islam tidak pernah memaksa umat lain untuk menjadi muslim apalagi melalui jalan kekerasan. Allah SWT berfirman: Tidak ada paksaan dalam agama. (QS. Al-Baqarah:256) Islam memang agama dakwah. Dakwah dalam ajaran Islam dilakukan melalui proses yang bijaksana. Allah SWT berfirman: Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. (QS. An-Nahal:125). Tidak diragukan lagi bahwa Islam adalah agama yang toleran. Dalam artian, agama yang senantiasa menghargai, menghormati dan menebar kebaikan di tengah umat yang lain (rahmatan lilalamin). Solusinya, pasca SKB 3 Menteri (Dalam Negeri, Kejaksaan dan Agama) Jemaah Ahmadiyah Indonesia harus meluruskan kembali akidahnya secara benar dan jelas, tidak memberlakukan bukubuku panduan yang isinya penyimpangan dari ajaran Islam dan beralih ke kitab-kitab yang mutamad (yang layak diperpegangi oleh umat Islam dalam menafsirkan Alquran dan Hadits), membuka diri dan berbaur dengan umat Islam yang lain. Terakhir, pemerintah harus tetap aktif dalam mengkontrol efektifitas SKB agar berjalan maksimal.Wallahu alamu.

D. Toleransi Islam Menurut Pandangan Al-Quran dan As-sunah [1] Islam Adalah Agama Yang Mudah dan Penuh Toleransi Allah Ta'ala berfirman. "Artinya : ... Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu ..." [Al-Baqarah : 185]

Allah menghendaki untuk membersihkan umat Islam yang dirahmati ini dari segala bentuk kesulitan dan belenggu, maka Allah tidak menjadikan untuk mereka kesempitan pada agama ini. Allah Jalla Tsamauh berfirman. "Artinya : Dan berjihadlah kamu dijalan Allah dengan jihad sebenarbenarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak akan menjadikan untukmu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu, Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu ...." [Al-Hajj : 78]

[2] Allah Mengutus Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa sallam Dengan Membawa Al-Hanifiyah (agama yang Lurus) As-Samhah (yang Mudah) Dari Aisyah Radliyallahu 'anha dia menceritakan : "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memanggilku sementara anak-anak Habasyah bermain tombak di masjid pada hari raya, beliau menawariku : "Wahai Humairo ! Apakah engkau suka melihat permainan mereka ?" Jawabku : Ya !. Maka beliau menyuruhku berdiri di belakangnya, lalu beliau menundukkan kedua pundaknya supaya aku dapat melihat mereka, akupun meletakkan daguku di atas pundak beliau dan menyandarkan wajahku pada pipi beliau, lalu akupun melihat dari atas kedua pundak beliau, sementara itu beliau mengatakan : "Bermainlah wahai bani Arfadah !" Kemudian selang setelah itu beliau bertanya : "Wahai Aisyah ! Engkau sudah puas ?" Kataku : "Belum" Supaya aku melihat kedudukanku disisi beliau, hingga akupun puas. Kata beliau : "Cukup?" Jawabku : "Ya". Beliau berkata : "Kalau begitu pergilah!". Aisyah berkata : "Lalu Umar muncul, maka orang-orang dan anak-anak tadi berhamburan meninggalkan mereka (Habasyah), Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Saya melihat para syaithan manusia dan jin lari dari Umar". Aisyah mengatakan : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika itu bersabda. "Artinya : Supaya orang Yahudi tahu bahwa pada agama kita ada keleluasaan, aku diutus dengan Al-Hanifiyah (agama yang lurus) As-Samhah (yang mudah)". [Muttafaq 'Alaihi, kecuali lafadh yang dijadikan dalil yang diriwayatkan oleh Ahmad 6/116 dan 233 dan Al-Humaidi 254 dengan sanad yang shahih]

[3] Agama Yang Paling Allah Cintai Adalah Yang Lurus dan Mudah Hukum-hukum Islam dibangun di atas kemudahan dan tidak menyulitkan, norma-norma agama ini seluruhnya dicintai (oleh Allah) namun yang mudah dari itu semualah yang paling dicintai oleh Allah. Oleh sebab itu, tidak boleh mempersulit diri dalam menjalankan agama Allah dan tidak boleh pula membuat sulit hamba-hamba Allah. Tiada seorangpun yang mempersulit agama ini melainkan dia pasti akan kalah. Lihatlah perbuatan Bani Israil, tatkala mereka mempersulit diri, Allah-pun mempersulit mereka. Kalau seandainya mereka mempermudahnya, niscaya mereka akan diberi kemudahan, perhatikan kisah 'AlBaqarah!' [1] Dari Ibnu Abbas Radliyallahu anhuma, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya : "Agama apa yang paling dicintai oleh Allah Azza wa Jalla ? Beliau menjawab : "Al-Hanifiyah As-Samhah" (yang mudah dan yang lurus) [2]. Oleh karena itu, Ibnu Abbas meriwayatkan, beliau ditanya tentang seorang lelaki yang meminum susu murni, apakah dia harus berwudlu ?. Beliau menjawab : "Bermudahlah niscaya engkau akan diberi kemudahan" [3]. Yakni

gampangkanlah nicaya Allah akan memberi keringanan untukmu dan atasmu. [lisanul Arab 2/498]

[4] Toleransi Adalah Keimanan Yang Paling Utama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Artinya : Seutama-utama keimanan adalah sabar dan toleransi" [Shahih Al-Jami' As-Shaghir 1108]

[5] Toleransi Adalah Amalan yang Paling Ringan dan Paling Utama Pernah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sembari bertanya : "Wahai Rasulullah ! Amalan apakah yang paling utama ?" Jawab beliau : "Iman kepada Allah, membenarkan-Nya, dan berjihad di jalanNya". Orang tadi berkata : "Aku ingin yang lebih ringan daripada itu wahai Rasulullah ?" Kata beliau : "Sabar dan toleransi" Kata orang itu : "Aku ingin yang

lebih ringan lagi". Beliau bersabda : "Janganlah engkau menuduh Allah Tabaraka wa Ta'ala dalam sesuatu yang telah Allah putuskan untukmu" [Dikeluarkan oleh Ahmad 5/319 dari hadits Ubadah bin Ash-Shamit Radliyallahu 'anhu dan 4/385 dari 'Amr bin Arbasah Radliyallahu anhu dia berkata : 'Apa itu Iman ?" Beliau menjawab : "Sabar dan toleransi", Dia punya penguat dari hadits Jabir Radliyallahu 'anhu, maka hadits ini pun shahih dengan jalan-jalan dan penguatnya]

E. Manfaat Toleransi Antar Umat dalam Pandangan Islam 1. Menghindari Terjadinya Perpecahan Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini. Dalam kaitanya ini Allah telah mengingatkan kepada umat manusia dengan pesan yang bersifat universal, berikut firman Allah SWT: Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada -Nya orang yang kembali.(As-Syuro:13)

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orangorang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Al-Imran:103)
9

Pesan universal ini merupakan pesan kepada segenap umat manusia tidak terkecuali, yang intinya dalam menjalankan agama harus menjauhi perpecahan antar umat beragama maupun sesama umat beragama.

2.Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia. Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika masing-masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.

10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Toleransi dalam beragama bukan berarti kita harus hidup dalam ajaran agama lain.Namun toleransi dalam beragama yang dimaksudkan disini adalah meng- hormati agama lain. Dalam bertoleransi janganlah kita berlebih-lebihan sehingga sikap dan tingkah laku kita mengganggu hak-hak dan kepentingan orang lain. Lebih baik toleransi itu kita terapkan dengan sewajarnya. Jangan sampai toleransi itu menyinggung perasaan orang lain. Toleransi juga hendaknya jangan sampai merugikan kita, contohnya ibadah dan pekerjaan kita. Toleransi dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan bahkan mengeksistensi sejak Islam itu ada. Karena sifatnya yang organik, maka toleransi di dalam Islam hanyalah persoalan implementasi dan komitmen untuk mempraktikkannya secara konsisten. Namun, toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam pengertian muamalah (interaksi sosial). Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar. Inilah esensi toleransi di mana masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghormati keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun hak-haknya. Syariah telah menjamin bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Karena pemaksaan kehendak kepada orang lain untuk mengikuti agama kita adalah sikap a historis, yang tidak ada dasar dan contohnya di dalam sejarah Islam awal. Justru dengan sikap toleran yang amat indah inilah, sejarah peradaban Islam telah menghasilkan kegemilangan sehingga dicatat dalam tinta emas oleh sejarah peradaban dunia hingga hari ini dan insyaallah di masa depan.

11

DAFTAR PUSTAKA http://www.annaba-center.com/main/kajian/detail.php?detail=20090312204755 http://mylazuardi.multiply.com/journal/item/8?&show_interstitial=1&u=%2Fjour nal%2Fitem http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=2273 7 http://forum.dudung.net/index.php?topic=9513.0 http://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi http://tafany.wordpress.com/2009/06/12/toleransi-antar-umat-beragama/

12

Anda mungkin juga menyukai

  • KUNYIT
    KUNYIT
    Dokumen14 halaman
    KUNYIT
    Novita Nur Awaliyah
    Belum ada peringkat
  • Vitamin
    Vitamin
    Dokumen12 halaman
    Vitamin
    Novita Nur Awaliyah
    Belum ada peringkat
  • 23 11 2011
    23 11 2011
    Dokumen2 halaman
    23 11 2011
    Novita Nur Awaliyah
    Belum ada peringkat
  • Bakteri Streptococcus SP
    Bakteri Streptococcus SP
    Dokumen5 halaman
    Bakteri Streptococcus SP
    Novita Nur Awaliyah
    100% (1)
  • Trax
    Trax
    Dokumen2 halaman
    Trax
    Novita Nur Awaliyah
    Belum ada peringkat
  • Enzim Kelas 3 Dan Kelas 4
    Enzim Kelas 3 Dan Kelas 4
    Dokumen19 halaman
    Enzim Kelas 3 Dan Kelas 4
    Novita Nur Awaliyah
    Belum ada peringkat