Anda di halaman 1dari 5

EKONOMI KESEHATAN PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN KESEHATAN DI KUKAR

Berapa kerugian anda bila anda sakit atau ada anggota keluarga anda yang sakit? mungkin kerugian anda seribu rupiah , sejuta rupiah , sepuluh juta rupiah atau mungkin tak ternilai harganya ? Jawabannya mudah. Jika kita asumsikan umur harapan hidup orang Indonesia yang rata rata mencapai 60 tahun dan jika orang tersebut mulai ( bekerja ) produktif pada umur usia 20 tahun sampai dengan 50 tahun maka setidaknya orang tersebut memiliki usia produktif selama 30 tahun . Dan seandainya orang tersebut bekerja dengan penghasilan sebulan sebesar upah minimum propinsi Kaltim tahun 2008 sebesar Rp 815.000,-, maka dalam setahun orang tersebut dapat menghasilkan Rp 9.780.000,- dan jika dikalikan selama 30 tahun paling tidak ia dapat menghasilkan Rp 293.400.000,Bagaimana jika anda sakit? Tentu saja anda tidak dapat bekerja dan menghasilkan uang sebesar angka tersebut diatas. Kerugian anda adalah sejumlah berapa hari anda sakit dikalikan dengan uang yang dapat anda hasilkan seandainya anda tidak sakit. Kerugian sebenarnya tidak hanya berhenti sampai disitu. berapa besar waktu dan biaya yang anda keluarkan untuk berobat?, Berapa orang yang tidak dapat menghasilkan uang akibat mengurus anda selama sakit, Berapa besar alokasi anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk subsidi obat, penyediaan fasilitas kesehatan dan berapa besar subsidi pemerintah untuk mendidik petugas kesehatan dan membayar gaji petugas untuk mengobati anda? Kerugian anda menjadi tak ternilai jika anda atau ada anggota keluarga anda yang meninggal dunia karena sakit. Mahal sekali bukan? Berapakah sewajarnya kita mengeluarkan anggaran untuk membiayai kesehatan? PriceWaterhouse Coopers pernah melakukan survey system pembiayaan kesehatan di Negara negara Asia. Sebelum krisis ekonomi Indonesia membelanjakan 19,1 dollar AS per kapita per tahun untuk pemeliharaan kesehatan, atau sekitar 1,7 persen dari GDP. Sedangkan Malaysia membelanjakan 97,3 Dollar AS atau 2,4 persen dari GDP, Thailand 108,5 dollar AS atau 4,3 persen dari GDP, Singapura 667 DollarAS atau 3,5 persen dari GDP, Taiwan 623,8 Dollar AS atau 4,8 dari GDP. Pada saat itu GDP per kapita Indonesia diperhitungkan sebesar 1.080 dollar AS. Laporan itu juga mengatakan bahwa umur harapan hidup ( Life Expectancy ) Indonesia adalah 68 tahun yaitu yang terendah dibanding Negara Asia lain yang disurvey. Cakupan kepesertaan penduduk Indonesia dalam jaminan sosial sektor kesehatan ( Asuransi Kesehatan ) Juga terendah sebesar 15 persen . Bandingkan dengan Thailand yang telah mencapai 56 persen dan Taiwan yang telah mencapai 96 persen. Penyebab

kematian di Indonesia ternyata justru disebabkan oleh penyakit penyakit yang sebenarnya telah diketahui cara diagnose dan pengobatannya yaitu penyakit penyakit akibat infeksi pernafasan ( 15,5 persen ) dan TBC ( 11,5 persen ) sedangkan dinegara negara tetangga kita penyebab utama kematian penyaki kanker atau penyakit penyakit Cardio Vaskuler yang memang merupakan penyakit penyakit yang sukar untuk disembuhkan. Rendahnya Anggaran belanja kesehatan tersebut menurut para ahli ikut berkontribusi secara signifikan terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia saat ini. Salah satu indikasi rendahnya kualitas sumberdaya manusia Indonesia adalah hasil survey yang dipublikasikan UNDP pada tahun 2007. UNDP menempatkan orang Indonesia pada peringkat 107 dibawah Vietnam yang berada pada peringkat 105 dalam kualitas sumber daya manusia, atau jauh berada dibawah Malaysia di peringkat 61 atau Thailand di peringkat 73. Human Depelopment Index ( HDI ) adalah pengukuran kualitas sumber daya manusia dengan menggunakan tiga indikator utam yaitu kesehatan dan umur harapan hidup, pengetahuan serta kelayakan standar hidup. Di era otonomi daerah Tahun 2006 pemerintah kota Balikpapan mengalokasikan 26,5 Miliar rupiah untuk kesehatan atau sekiar 3,08 persen dari total APBD sebesar 859 Miliar, Sementara Kabupaten Tangerang pada tahun yang sama mengalokasikan anggaran sebesar 111 Miliar rupiah atau 7,58 persen dari total APBD sebesar 1,464 triliun rupiah. Pada tahun 2007 Pemerintah kabupaten Kutai Kartanegara mengalokasikan anggaran sebesar Rp 58 M atau 1,4 persen dari total APBD sejumlah 3,9 triliun rupiah dan pada tahun 2008 mengalokasikan anggaran Rp 89 M atau 1,6 % dari Total APBD sebesar 5,5 triliun. Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara sendiri sebenarnya telah memiliki political will dalam hal menciptakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang baik . Ini dibuktikan dengan meletakkan peningkatan kualitas SDM dan Kesehatan sebagai prioritas utama dalam grand strategi pembangunan Gerbang Dayaku tahap II. Kemudian diimplemenasikan dalam bentuk alokasi anggaran yang jumlahnya terus meningkat setiap tahun. Namun demikian kenyataan tersebut pada hakikatnya masih sangat jauh dari Rekomendasi WHO dan harapan TAP MPR No 5 tahun 2003 yang mengamanatkan anggaran kesehatan sebesar 15 % dari total APBD. Pertanyaan konstruktif yang perlu diajukan sekarang adalah mengapa pemerintah kabupaten Kukar yang kaya dan telah meletakkan peningkatan kualitas SDM dan kesehatan dalam Grand strategi Pembangunan Gerbang Dayaku tahap II sebagai prioritas hanya mengalokasikan anggaran 1,6 % dari APBD 2008. Mari kita analisa bersama!

Otonomi daerah yang pada hakekanya adalah penyerahan wewenang segala urusan penyelenggaraan pemerintah pusat kepada daerah adalah merupakan pintu gerbang baru untuk merumuskan program pembangunan yang bertujuan meningkatkan kemampuan daerah dalam melayani masyarakat, Secara konseptual otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan kinerja pemerinah daerah dalam hal penyelenggaraan pelayanan publik. Hal ini dikarenakan. 1. Otonomi daerah akan memperpendek birokrasi atau hirarki pengambilan keputusan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan lebih cepat karena segala bentuk kebijakan hanya diputuskan ditingkat daerah. 2. Otonomi daerah akan memberikan kewenangan secara luas kepada daerah untuk dapat merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah serta kebijakan yang memiliki karakteristik lokal. 3. Otonomi daerah akan lebih memperpendek jarak antara penyelenggara pemerintahan dan konstituennya sehingga penyelenggara pemerintahan akan dapat merespon tuntutan masyarakat secara lebih tepat. Kedekatan dengan konstituen tersebut juga akan meningkatkan akuntabilitas penyelenggara pemerintah karena masyarakat akan memiliki akses dapat lebih besar dalam oleh mengontrol untuk jalannya meningkatkan roda pemerintahan. dalam Namun demikian kenyataan empiris berbicara lain. Momentum otonomi daerah belum dimanfaatkan daerah kemampuan menyelenggarakan pemerintahan terutama dalam hal pelayanan publik. Undang undang No 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daearah dan undang undang No 23 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah yang kemudian direvisi menjadi undang undang No 32 tahun 2004 dan undang undang No 33 tahun 2004 pada dasarnya merupakan fundamental of thinking bagi politisi dan biroktrat dan praktisi pelayanan publik ditingkat daerah bagi menciptakan pintu gerbang baru guna merumuskan dan menyelenggarakan pelayanan publik yang yang memenuhi asas dan prinsip prinsip penyelenggaraan pelayanan umum yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Surat keputusan MENPAN No 63 tahun 2004 menyatakan bahwa hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Ukuran keberhasilan penyelengaraan pelayanan publik ditentukan oleh tingkat kepuasan penerima pelayanan. Kepuasan penerima pelayanan akan tercapai apabila penerima pelayanan memperoleh pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan dan yang diharapkan. Oleh karena itu SK MENPAN No 63 tahun 2004 ini juga mengamanatkan agar setiap penyelenggara pelayanan

publik secara berkala melakukan survey indek kepuasan masyarakat. Menurut SK MENPAN tersebut, untuk memberikan pelayanan yang memuaskan penyelenggara pelayanan publik harus memenuhi asas asas pelayanan yaitu : a. Transparansi Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. b. Akuntabilitas. Artinya dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan c. Kondisional. Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas d. Partisifatif Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaran pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat. e. Kesamaan dan status ekonomi. f. Keseimbangan antara hak dan kewajiban. Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing masing pihak. Didalam surat keputusan MENPAN tersebut juga dijabarkan prinsip prinsip penyelenggaraan pelayanan publik yang harus dipenuhi oleh setiap penyelenggara pelayanan publik yaitu : a. Kesederhanaan Prosedur pelayanan publik tidak berbelit belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan b. Kejelasan persyaratan teknis dan administratif , kejelasan unit kerja/ pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan / persoalan / sengketa, kejelasan rincian pelayanan publik dan tata cara pembayaran. c. Kepastian waktu pelaksanaan pelayanan dan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. hak. Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender

Anda mungkin juga menyukai