Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Antibiotik tergolong jenis obat yang sering diresepkan dalam pengobatan

modern. Antibiotik adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Ada beberapa golongan antibiotik, salah satunya adalah golongan kuinolon, yang termasuk pada golongan ini antara lain adalah Spirofloxacin, Ofloxacin, Moksifloksasin, Levofloxacin, Pefloxacin, Norfloxacin, Sparfloxacin, Lornefloxacin, Flerofloxacin dan Gatifloxacin (Budiman, 2011). Obat adalah benda yang dapat digunakan untuk membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh, dan merawat penyakit,. Obat merupakan senyawa kimia selain makanan yang bisa mempengaruhi organisme hidup, yang pemanfaatannya bisa untuk menyembuhkan, mencegah suatu penyakit

mendiagnosis,. Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Salah satu contoh obat adalah antibiotik. Sekitar 40% dari obat merupakan senyawa kiral dan hanya sekitar 12% obat yang diberikan sebagai enansiomer tunggal murninya (Watson, 2009). Ofloxacin merupakan antibiotik yang mempunyai karbon kiral pada posisi C3,

sehingga senyawa ini memiliki dua enansiomer yaitu (-)-ofloxacin dan (+)ofloxacin. Sifat optis aktif dan kiralitas molekul sangat berperan penting dalam aktivitas biologis. Suatu enansiomer yang satu dan yang lainnya memiliki sifat aktivitas biologis yang berbeda, sehingga harus dipisahkan sedemikian rupa untuk mendapatkan molekul yang diinginkan. (-)-ofloxacin 8-128 kali lebih aktif dibandingkan dengan (+)-ofloxacin, sehingga sebelum digunakan sebagai obat antibiotik senyawa (-)-ofloxacin tersebut harus dipisahkan terlebih dahulu (Fujimoto & Mitsuhashi, 1990). Pemisahan senyawa kiral ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), kromatrografi gas (KG), dan

capillary electrophoresi (CE). Salah satunya adalah dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan menggunakan prinsip pemisahan penukar ligan dari senyawa kompleks yang dibentuk antara asam amino dan ofloxacin. Pada percobaan sebelumnya yang dilakukan oleh Shao et al. pada tahun 2007, telah dilakukan pemisahan senyawa ofloxacin ini dengan menggunakan KCKT dan ligan yang digunakan berupa asam amino yaitu L-Phenilalanine. Pada penelitian ini akan digunakan metode yang sama dengan penelitian sebelumnya yaitu kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan menggunakan prinsip pemisahan penukar ligan dari senyawa kompleks yang dibentuk antara asam amino dan ofloxacin, namun ligan yang digunakan berbeda yaitu LTriptopan dan L-fenilalanin. Sebelum dilakukan pemisahan sampel, akan dilakukan beberapa variasi percobaan untuk menentukan keadaan optimum untuk

pemisahan, yaitu variasi komposisi fase gerak, variasi konsentrasi tembaga (II) sulfat, variasi konsentrasi asam amino, variasi kecepatan alir, dan variasi volume injeksi sampel.

1.2

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah

yang perlu diidentifikasikan adalah: 1. Bagaimana kondisi optimum pemisahan senyawa enansiomer ofloxacin menggunakan metode KCKT dengan prinsip pemisahan penukar ligan. 2. Bagaimana pengaruh penggunaan ligan asam amino aromatik (Lfenilalanin) pada pemisahan senyawa enansiomer menggunakan metode KCKT dengan prinsip pemisahan penukar ligan pada kondisi pemisahan yang optimum. 3. Apakah dengan menggunakan metode KCKT dengan prinsip pemisahan penukar ligan pada kondisi optimum ini dapat memisahkan senyawa (-)ofloxacin dan senyawa (+)-ofloxacin.

1.3

Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah memisahkan senyawa enansiomer

ofloxacin menjadi senyawa murni (-)-ofloxacin dan (+)-ofloxacin.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi optimum pemisahan senyawa enansiomer ofloxacin dan mengetahui pengaruh penggunaan ligan asam amino aromatik terhadap hasil pemisahan.

1.4

Manfaat Penelitian 1. Sebagai informasi tambahan mengenai kondisi optimum pada pemisahan senyawa enansiomer ofloxacin dengan menggunakan metode KCKT. 2. Memberikan pengetahuan tentang pengaruh ligan asam amino aromatik dalam hasil pemisahan enansiomer ofloxacin dengan menggunakan metode KCKT.

1.5

Metodologi Penelitian Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini, adalah: 1. Penelusuran pustaka yang digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian ini melalui buku, jurnal ilmiah, internet, dan publikasi ilmiah. 2. Merancang langkah kerja penelitian. 3. Mempersiapkan sampel, bahan kimia dan peralatan yang akan digunakan. 4. Membuat larutan stok untuk sampel, standar, asam amino, pelarut metanol, dan logam tembaga (II) sulfat. 5. Optimasi kondisi pemisahan dengan variasi komposisi fase gerak, variasi konsentrasi logam tembaga (II) sulfat, variasi konsentrasi asam amino,

variasi kecepatan aliran, variasi volume injeksi, dan variasi panjang gelombang detektor UV-Vis. 6. Pemisahan senyawa enansiomer ofloxacin pada kondisi optimum 7. Penulisan laporan

1.6

Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan bulan NOVEMBER 2011 di Laboratorium

Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Padjadjaran Jatinangor dan Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Padjadjaran di jalan Singaperbangsa No.2 Bandung, serta tempat-tempat yang menunjang pelaksanaan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai