Anda di halaman 1dari 14

CHAPTER 11 KONTROL VARIANS MELALUI DISAIN EKSPERIMENTAL Single-Variable, Correlated Group Design

Suatu eksperimen mewakili penelitian berkendala tinggi yang ditujukan untuk menarik kesimpulan kausal. Karakteristiknya adalah: 1. Hipotesis yang dengan jelas menyatakan prediksi pengaruh kausal dari satu variabel ke variabel lainnya. 2. Paling sedikit ada dua tingkat variabel independen yang dimanipulasi. 3. Penempatan subyek yang tidak bias terhadap kondisi yang diuji untuk memastikan kesetaraan kelompok pada awal eksperimen. 4. Prosedur yang spesifik dan sistematik untuk menguji hipotesis kausal. 5. Berbagai kontrol spesifik untuk mengurangi ancaman terhadap validitas internal. Pada bab 10, kita mengulas desain between-subject dimana para partisipan ditentukan ke dalam kelompok secara acak. Karakteristik random, desain between-subject experimental adalah: 1. Setiap subyek dihadapkan hanya pada satu tingkat variabel independen. 2. Setiap kelompok independen terhadap satu sama lain. 3. Hanya satu nilai per subyek untuk variabel dependen yang digunakan dalam menganalisis hasilnya. 4. Perbandingan yang penting adalah perbedaan antara kelompok-kelompok independen dalam pengukuran yang ditentukan. Disain eksperimental acak antar-subyek telah menjadi bagian yang penting dalam penelitian psikologis. Disain ini digunakan dalam berbagai kondisi untuk menjawab berbagai pertanyaan kausal. Penempatan subyek secara acak terhadap kondisi yang disediakan, yang merupakan ciri utama disain ini, merupakan kontrol yang sangat kuat dan menjamin bahwa kelompok-kelompok yang dibandingkan setara di awal penelitian.

Correlated Groups Designs Ada kondisi di mana suatu pertanyaan kausal memerlukan jawaban namun peneliti menentukan untuk tidak menempatkan subyek secara acak terhadap kondisi yang diberikan. Dengan menekankan pentingnya pengacakan, ada pertanyaan yang diajukan, Apakah disain eksperimental dimungkinkan ketika penempatan secara acak tidak digunakan? Ada beberapa disain yang tidak melibatkan penugasan secara acak namun menyediakan kelompok-kelompok yang setara di awal penelitian dan memungkinkan faktor kontrol lain diterapkan jika perlu. Correlated Groups Designs memungkinkan kita untuk menguji hipotesis kausal dengan pasti dan tanpa pengacakan. Sebagian peneliti tidak menganggap disain ini sebagai eksperimen yang sesungguhnya karena tidak menggunakan penempatan secara acak. Namun, sebagian peneliti lain meyakininya sebagai eksperimen yang sesungguhnya karena disain ini memenuhi syarat adanya kelompok-kelompok yang setara dan karena sebagian besar kontrol lainnya dimungkinkan, sehingga memberikan dasar untuk menghilangkan hipotesis lawan dan memungkinkan pengujian hipotesis kausal yang sistematis. Lebih jauh, disain ini secara umum

Page 1 of 14

lebih sensitif dibandingkan disain antar-subyek terhadap pengaruh variabel independen dan lebih sering dipilih oleh peneliti dibandingkan dengan disain antar-subyek. Oleh karena itu, Correlated Groups Designs dalam hal ini dipandang termasuk ke dalam kategori disain eksperimental. Mengapa disain ini disebut Correlated Groups Designs (atau subyek-subyek yang berkorelasi). Penugasan secara acak membantu mejamin kesetaraan kelompok di awal eksperimen. Namun ada cara lain untuk menjamin kesetaraan. Misalnya, jika kita hanya memiliki lima orang anak dan ingin meneliti rentang perhatian mereka terhadap stimulus visual yang sederhana dibandingkan dengan yang kompleks. Kita dapat mengukur rentang perhatian kelima anak untuk masing-masing kondisi. Variabel independen visual dalam hal ini kompleksitas stimulus dalam hal ini

disajikan dalam dua level, sederhana dan kompleks. Variabel dependen

rentang perhatian

diukur untuk kedua kondisi untuk seluruh anak. Dalam disain ini para

subyek yang ada di tingkat eksperimen 1 adalah subyek yang sama dengan yang ada di tingkat eksperimen 2. Jelas, ketika subyek di satu kelompok merupakan individu yang sama dengan subyek di kelompok lain, maka kedua kelompok tersebut setara di awal penelitian. Memang demikian karena mereka sama. Jadi, dengan menggunakan subyek yang sama di seluruh kondisi kita menjamin kesetaraan kelompok di awal penelitian. Kelompok-kelompok ini tidak independen terhadap satu sama lain seperti pada between-subjects designs, namun berkorelasi satu sama lain. Perhatikan juga bahwa setiap subyek diukur lebih dari sekali (diukur berulang kali). Dengan demikian, istilah repeated measures design kadang digunakan. Kelebihan dari correlated-groups designs dan alasan mereka sering dipilih oleh para eksperimenter adalah kekuatannya dalam memastikan ekuivalensi dari kelompok. Jadi, meskipun random assignment dari partisipan terhadap suatu kondisi tidak digunakan dengan correlated designs, kita tetap dapat mempertahankan karakteristik dari desain eksperimen untuk memiliki kontrol yang baik dan kepercayaan diri yang beralasan dalam pengujian hipotesis sebab-akibat. Ide utama dalam correlated-groups designs adalah bahwa dalam pencarian untuk memastikan ekuivalensi dari kelompok, diperkenalkan beberapa korelasi antara partisipan dalam kelompok yang berbeda. Ada dua cara dasar untuk memperkenalkan korelasi antara partisipan dalam correlated-groups designs -- a within-subjects design atau a matched-subjects design. Ada dua cara dasar untuk menggunakan korelasi di antara subyek dalam correlatedgroups designs: 1. Within-subject design, di mana kelompok subyek tunggal dihadapkan pada seluruh kondisi yang diuji. 2. Matched-subject design, di mana subyek dipasangkan dengan variabel yang penting, dan kelompok pasangan subyek ini secara acak ditempatkan sedemikian rupa sehingga satu subyek di tiap kelompok dihadapkan pada setiap kondisi.

WITHIN-SUBJECT DESIGN Dalam disain ini seluruh subyek dihadapkan pada seluruh kondisi eksperimental, sehingga membuat semua kondisi berkorelasi. Intinya, setiap subyek menjadi berfungsi sebagai kontrolnya sendiri.

Page 2 of 14

Menggunakan Within-Subject Design Seandainya dalam suatu eksperimen persepsi tentang waktu, kita ingin menguji apakah para partisipan memperkirakan durasi interval waktu standar diselingi pemberian sejumlah informasi selama interval. Oleh karena itu, kita menduga bahwa interval yang diisi informasi akan dirasakan lebih lama daripada interval yang diisi sebagian atau yang kosong. Enam partisipan diberikan satu interval waktu yang diisi, satu interval yang diisi sebagian, dan satu interval yang kosong, durasinya sama semuanya. Karakteristik within-subjects design dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Setiap subyek diharapkan pada seluruh tingkat variabel independen. 2. Nilai setiap kondisi oleh karenanya berkorelasi satu sama lain (performa di satu kondisi berkorelasi dengan performa di kondisi yang lain). 3. Setiap subyek diukur lebih dari sekali terhadap variabel dependen (setiap subyek diukur di setiap kondisi eksperimental). 4. Perbandingan yang penting adalah perbedaan di antara kelompok-kelompok yang berkorelasi terhadap variabel dependen. Dalam disain ini, kelompok subyek diambil dari suatu populasi atau dibuat suatu kelompok ad hoc, dan bahwa kelompok tunggal dihadapkan pada seluruh kondisi eksperimen. Perhatikan bahwa eksperimen perkiraan waktu yang digambarkan di depan serupa dengan disain kelompok tunggal, pretest-posttest (di Chapter 10). Di kedua disain, subyek yang sama diuji dalam setiap kondisi. Di disain kelompok tunggal, pretest-posttest, setiap subyek memberikan respon terhadap pretest terlebih dahulu, kemudian terhadap posttest. Kebalikannya, dalam within-subjects design setiap subyek memberikan respon dalam dua atau lebih kondisi dan urutan kondisi yang disajikan tidak harus berurutan secara pasti seperti dalam penelitian pretest-posttest. Dalam penelitian perkiraan waktu setiap subyek diukur dalam tiga kondisi. Karena serupa dengan disain kelompok tunggal, pretest-posttest, disain ini juga memiliki kelemahan yang sama seperti disain tersebut. Misalnya, karena kita memiliki subyek yang sama di seluruh kondisi, pengalaman yang dimiliki subyek dalam satu kondisi dapat mempengaruhi bagaimana mereka memberikan respon di kondisi berikutnya. Dengan demikian, jika kita menemukan perbedaan di antara berbagai kondisi eksperimen, hal itu mungkin tidak disebabkan karena manipulasi variabel independen melainkan karena pengaruh dari satu kondisi terhadap kondisi berikutnya. Potensi ini yang disebut dengan sequencing effects, bisa muncul dalam within-subjects design dan harus dikontrol secara sistematis atau atau secara acak memberikan variasi presentasi kondisi yang berbeda. Kontrol utama bagi sequncing effects ini adalah counterbalancing, di mana variasi urutan presentasi kondisi terhadap subyek dilakukan secara sistematis agar (1) setiap subyek dihadapkan pada seluruh kondisi eksperimen, (2) setiap kondisi disajikan dengan jumlah dan frekuensi yang sama, (3) setiap kondisi disajikan dengan frekuensi yang sama dalam setiap posisi, dan (4) setiap kondisi mendahului dan mengikuti kondisi satu sama lain dengan jumlah yang sama. Tabel 11.1 menunjukkan berbagai urutan kondisi bagi penelitian eksperimental hipotetis within-subjects mengenai perkiraan waktu. Perhatikan bahwa keempat kondisi yang diberikan di paragraf sebelum ini dipenuhi dengan kelompok urutan yang diberikan. Data hipostesis dari eksperimen tersebut juga disajikan di tabel. Datanya merupakan jumlah detik yang diperkiraan oleh setiap subyek di setiap kondisi. Kolom pertama adalah daftar keenam subyek, kolom kedua

Page 3 of 14

mnunjukkan urutan presentasi dari kondisi stimulus terhadap setiap subyek, dan kolom ketiga menunjukkan perkiraan waktu bagi setiap kondisi untuk tiga eksperimen.

Tabel 11.1 Data Hipotetis untuk Penelitian Perkiraan Waktu Perkiraan Waktu (dalam detik) Kondisi Urutan Subyek 1 2 3 4 5 6 Nilai Rata-rata Presentasi ABC ACB BAC BCA CAB CBA A (Diisi) 22 17 13 19 24 12 17.83 B (Sebagian diisi) 17 14 13 14 16 11 14.16 C (Kosong) 15 14 12 11 14 10 12.66

Menganalisis Within-Subjects Design Untuk menganalisis hasil dari within-subjects design pertama-tama kita menyusun dan merangkum data, seperti yang diperlihatkan di tabel 11.1. Seperti yang diperlihatkan oleh nilai rata-rata dari setiap kondisi di tabel, perkiraan terbesar ada pada rata-rata interval yang diisi, berikutnya untuk interval yang sebagian diisi, dan yang paling rendah adalah untuk interval yang kosong. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis kita mungkin didukung. Namun apakah perbedaan di antara kondisi tersebut cukup besar bagi kita untuk menyatakan dengan yakin bahwa perbedaan yang sama muncul di populasi? Dengan kata lain, Apakah perbedaannya signifikan secara statistik? Analisis statistik yang paling umum digunakan untuk eksperimen variabel tunggal withinsubjects adalah ANOVA yang serupa dengan yang telah didiskusikan di Chapter 10. Namun, perbedaannya adalah bahwa pada penelitian ini kondisinya tidak independen satu sama lain tetapi berkorelasi. Prosedur ANOVA perlu sedikit dimodifikasi untuk memperhitungkan korelasi ini. Dalam hal ini, ANOVA yang tepat untuk digunakan disebut repeated measures ANOVA di mana setiap subyek diukur terhadap variabel dependen dalam setiap kondisi. Keuntungan within-subjects design adalah bahwa subyek disetarakan secara efektif dalam berbagai kondisi yang berbeda sebelum manipulasi eksperimental dengan menggunakan subyek yang sama di setiap kondisi. Oleh karena itu, faktor tunggal yang paling besar memberikan kontribusi terhadap error variance perbedaan individu telah dihilangkan. Dalam bahasa

analisis simpangan kita telah menghilangkan pengaruh perbedaan individu dari komponen kesalahan. Apa efeknya terhadap rasio F? Karena perbedaan individu telah dihilangkan, maka pembagi rasio F akan lebih kecil dan, oleh karena itu, F akan lebih besar. Hal ini berarti prosedurnya akan lebih sensitif terhadap perbedaan kecil di antara kelompok. Dalam repeated measures ANOVA jumlah total kuadrat dihitung sama seperti dalam simple one-way ANOVA. Apa yang disebut jumlah kuadrat antar-kelompok di simple one-way ANOVA dalam hal ini disebut jumlah kuadrat antar-kondisi atau disederhanakan menjadi jumlah

Page 4 of 14

kuadrat antara. Dalam disain pengukuran berulang hanya ada satu kelompok. Dalam repeated measures ANOVA, Jumlah kuadrat within-groups dibagi dua, subyek dan kesalahan (error). Istilah subyek adalah komponen perbedaan individualdari keragaman di dalam kelompok. Istilah kesalahan adalah apa yang tersisa dalam keragaman di dalam kelompok setelah komponen perbedaan individu dihilangkan. Dalam repeated measures ANOVA kita menguji hipotesis nol bahwa tidak ada perbedaan di antara kondisi dengan membagi rata-rata kuadrat antara dengan rata-rata kesalahan kuadrat. Seperti dalam independent groups ANOVA, rasio dari rata-rata kuadrat adalah F ratio dan dibandingkan dengan nilai kritis F yang tepat. Analisis simpangan menguji hipotesis nol bahwa tidak ada perbedaan di kondisi-kondisi yang diberikan. Oleh karena itu, F ratio yang signifikan menunjukkan bahwa paling sedikit nilai tengah dari satu kondisi secara signifikan berbeda dari paling sedikit nilai tengah satu kondisi yang lain. Untuk menentukan nilai tengah mana yang secara signifikan berbeda dari nilai tengah yang lain, kita harus menggunakan salah satu pengujian statistik untuk menggali perbedaan nilai tengah yang spesifik.

Kelebihan dan Kelemahan Within-Subjects Design Jika digunakan secara tepat, keuntungan utama dari within-subjects design adalah: 1. Karena subyek yang sama ada di setiap kondisi maka tidak ada perbedaan di antara kelompok yang disebabkan oleh variabel subyek, yang menjamin bahwa semua subyek dalam kondisi yang bervariasi sudah setara di awal penelitian. Jika kondisi tidak setara di awal penelitian, kita tidak dapat mengetahui apakah perbedaan yang ditemukan merupakan hasil dari manipulasi eksperimental atau dari perbedaan yang sudah ada sebelumnya di antara kondisi-kondisi yang ada. 2. Lebih sensitif terhadap pengaruh variabel independen dibandingkan dengan betweensubjects design. Peneliti memberikan argumen bahwa ini merupakan hal yang paling penting, sehingga bila boleh memilih, within-subjects design lebih disukai daripada between-subjects design. Mengapa sensitivitasnya lebih besar sudah jelas. Ingat bahwa tujuan dari suatu eksperimen adalah untuk menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk menunjukkan pengaruh tersebut kita mencoba untuk memaksimalkan simpangan eksperimental (simpangan yang disebabkan oleh variabel independen), untuk mengontrol simpangan yang tidak berhubungan (simpangan karena kekeliruan), dan untuk memperkecil simpangan kesalahan (simpangan karena perbedaan individu dan faktor kesempatan) (lihat Chapter 10). Dengan menggunakan within-subjects design kita tidak hanya mengontrol tapi menghilangkan simpangan yang disebabkan oleh perbedaan subyek, sehingga mengurangi simpangan kesalahan. Dalam F-test, nilai F ditingkatkan dengan meningkatkan simpangan antar-kondisi (simpangan eksperimen) atau dengan menurunkan simpangan within-condition (simpangan kesalahan). Penggunaan withinsubjects design menurunkan simpangan kesalahan dengan menghilangkan penyebab utamanya, yaitu perbedaan individu. Dengan menurunnya simpangan within-condition, nilai F meningkat. Besarnya sensitivitas within-subjects design terhadap pengaruh variabel independen membuat banyak peneliti memilih within-subjects design dibandingkan dengan between-subjects design.

Page 5 of 14

3. Lebih sedikit subyek yang diperlukan dalam within-subjects design. Misalnya, suatu design kelompok independen dengan 10 subyek di masing-masing kondisi dengan jumlah keseluruhan tiga kondisi akan membutuhkan 30 subyek. Menggunakan withinsubjects design membutuhkan hanya 10 subyek karena setiap subyek akan diuji di seluruh kondisi. Karena sensitivitasnya lebih besar, within-subjects design mungkin membutuhkan lebih sedikit subyek untuk setiap kondisinya. Misalnya, 7 subyek dalam within-subjects design dapat memberikan sensitivitas yang sama dengan 10 subyek untuk untuk setiap kondisi dengan between-subjects design. Mengurangi ukuran sampel mengurangi sensitivitas, namun kita dapat melakukannya dengan aman di sini karena sensitivitas yang lebih besar dari within-subjects design akan menyeimbangkan hilangnya sensivitas karena menggunakan subyek yang lebih sedikit. 4. Efisiensi meningkat. Karena subyek yang sama diuji dalam berbagai kondisi, instruksi bisa diberikan hanya sekali, dan tidak perlu diberikan di awal setiap kondisi, atau instruksi hanya memerlukan sedikit modifikasi untuk setiap kondisi. Jika instruksinya panjangan dan/atau rumit, atau jika masa latihan merupakan bagian dari instruksi, penghematan waktu cukup berarti.

Kekurangan dari within-subjects design adalah pada disain ini, setiap subyek dihadapkan pada setiap kondisi. Oleh karena itu, pengalaman subyek dalam sautu kondisi dapat mempengaruhi respon mereka terhadap salah satu atau seluruh kondisi berikutnya. Ini yang disebut dengan sequencing effects, yaitu pengaruh dari satu perlakuan ke perlakuan yang lain. Jika sequencing effects ini muncul dan tidak dikontrol dengan tepat, perbedaan yang signifikan di antara kondisi-kondisi yang ada bisa disebabkan karena sequencing effect dan bukan karena pengaruh variabel independen. Dengan kata lain, bisa terjadi kesalahan yang serius dalam penelitian dan kita tidak bisa secara yakin menarik kesimpulan kausal mengenai pengaruh variabel independen. Sequencing effect dapat dengan jelas timbul dalam eksperimen di mana suatu perlakuan memiliki pengaruh permanen atau jangka panjang terhadap subyek. Contoh dapat ditemukan dalam eksperimen pada binatang di mana perubahan kimia atau operasi dilakukan atau dalam ekpserimen terhadap manusia di mana sikap diubah atau diberikan terapi psikologis. Pengaruh jangka panjang atau permanen terhadap suatu kondisi tentunya dapat mempengaruhi respon subyek terhadap kondisi apa pun setelah itu. Within-subject design sebaiknya tidak digunakan dalam situasi semacam ini. Bahkan jika pengaruh kondisi sifatnya hanya sementara, selalu ada risiko terjadinya sequencing effect untuk paling tidak dalam periode waktu tertentu setelah perlakuan diberikan. Ada dua sequencing effect yang paling penting yang mungkin terjadi, yaitu: a. Pengaruh latihan (practice effect), disebabkan karena latihan dan pengalaman subyek dengan prosedur yang mereka peroleh selama pemberian kondisi yang berturut-turut. Pengaruh latihan ini bukan merupakan pengaruh dari kondisi tertentu, namun lebih karena subyek semakin mengenal tugasnya. Misalnya, jika eksperimen melibatkan lima kondisi dan kondisi-kondisi tersebut disajjikan dengan urutan yang sama kepada setiap subyek, bisa diperkirakan bahwa karena pengaruh latihan banyak subyek dapat menunjukkan hasil yang lebih baik di dua atau tiga kondisi terakhir dibandingkan dengan kondisi yang lebih awal. Peningkatan hasil dalam beberapa kondisi terakhir disebut

Page 6 of 14

dengan pengaruh latihan positif. Dalam kondisi yang berbeda, jika prosedur yang harus dilakukan panjang dan sulit, subyek dapat menjadi lelah dalam mengikuti eksperimen. Hasil yang mereka tunjukkan di beberapa kondisi terakhir oleh karenanya bisa semakin menurun karena kelelahan. Ini yang disebut dengan pengaruh latihan negatif. Dengan demikian, pengaruh latihan dapat menaikkan datau menurunkan performa. Apa pun bentuknya, pengaruh ini dapat menjadi extraneous variable dan harus dikontrol. Pengaruh latihan juga tergantung pada pengalaman subyek pada saat mengikuti kondisikondisi yang diberikan. Artinya pengaruh latihan bisa timbul walaupun rangkaian kondisi tidak diberikan secara khusus. Jadi, jika kondisi-kondisi yang diberikan selalu disajikan dengan urutan yang sama, beberapa kondisi terakhir dalam rangkaian pemberian kondisi dapat disebabkan oleh pengaruh latihan. b. Pengaruh terbawa (carry-over effect), merupakan sequencing effect yang disebabkan karena pengaruh kondisi atau gabungan kondisi tertentu sebagai respons terhadap kondisi berikutnya. Pengaruh terbawa paling besar bisa terjadi karena satu kondisi tertentu, sehingga rangkaian kondisi tertentu merupakan faktor. Misalnya, mungkin ada sebagian aspek dari kondisi A yang menghasilkan pengaruh terhadap kondisi berikutnya. Sehingga, kapanpun kondisi A tampil dalam sautu rangkaian, kondisi berikutnya akan terpengaruh. Misalnya dalam penelitian perkiraan waktu yang digambarkan di awal, kondisi selalu disajikan A, B, C, di mana A adalah kondisi yang diisi, B adalah kondisi yang sebagian diisi, dan C adalah kondisi yang kosong. Setiap subyek pertama kali memberikan respon terhadap dua kondisi yang diisi sebelum disajikan dengan kondisi yang kosong. Sequence effect dapat terjadi di mana pada saat subyek mencapai kondisi yang kosong mereka masih memberikan respon terhadap detil dari dua kondisi yang diisi (kondisi A dan B mungkin mempengaruhi subyek untuk memberikan respon terhadap kondisi C dengan cara yang serupa). Dengan demikian, kita mungkin menemukan tidak ada perbedaan dalam respons terhadap kondisi yang diisi maupun yang kosong. Di sisi lain, mengalami dua kondisi yang diisi lebih dahulu dan kondisi yang kosong di akhir dapat menghasilkan sesuatu yang ditandai sebagai kebalikannya, menyebabkan subyek memberikan respon yang berbeda terhadap kondisi kosong, bukan karena kondisi kosong itu sendiri namun karena kebalikannya dengan kedua kondisi yang diisi sebelumnya. Efek terbawa karena satu kondisi mungkin sama untuk semua kondisi-kondisi berikutnya atau bisa hanya mempengaruhi sebagian kondisi berikutnya, sehingga efek terbawa bisa berbeda. Apa pun kondisinya, pengaruh terbawa ini merupakan extraneous variable dan harus dikontrol. Ada dua jenis kontrol untuk sequencing effect: (1) mempertahankan kekonstanan extraneous variable dan (2) mengubah susunan presentasi kondisi. Dalam contoh penelitian perkiraan waktu, untuk mengontrol pengaruh latihan positif kita dapat mempertahankan variabel latihan dengan melatih semua subyek dengan semua kriteria performa sebelum pemberian kondisi pertama. Dengan demikian, seluruh subyek sudah mengetahui prosedurnya sebelum mereka memberikan respon terhadap kondisi eksperimental apapun. Kontrol terhadap kelelahan (pengaruh latihan negatif) dapat dilakukan dengan memberikan waktu istirahat di antara pemberian kondisi, yang bisa menghilangkan kelelahan sebelum menjalani kondisi

Page 7 of 14

berikutnya. Prosedur semacam ini dapat memperkecil pengaruh latihan. Namun demikian, kontrol paling baik dicapai dengan membedakan susunan presentasi kondisi. Pengaruh terbawa dapat dikontrol hanya dengan membedakan susunan presentasi kondisi. Misalnya, kita sebaiknya tidak menggunakan rangkaian ABC yang sama bagi seluruh subyek dalam penelitian perkiraan waktu. Perbedaan presentasi dapat dicapai dengan susunan prsentasi acak atau dengan menyeimbangkan susunan presentasi. Dalam susunan presentasi acak, kita secara menyusun secara acak rangkaian kondisi yang sajikan kepada setiap subyek. Dengan cara ini pengaruh latihan tidak secara sistematis dimaksimalkan dalam satu kondisi dan pengaruh terbawa dapat muncul dalam satu kondisi maupun kondisi lainnya. Menyeimbangkan presentasi lebih dilibatkan. Dalam proses menyeimbangkan presentasi kita membuat susunan presentasi kondisi terhadap subyek sehingga (1) setiap subyek dihadapkan pada seluruh kondisi eksperimen, (2) setiap kondisi muncul dalam jumlah yang sama seperti kondisi yang lain, (3) setiap kondisi disajikan dalam jumlah yang sama di setiap posisi, dan (4) setiap kondisi mendahului dan mengikuti setiap kondisi dalam jumlah yang sama. Penyeimbang ini mengontrol kesalahan yang terjadi karena pengaruh latihan dan pengaruh terbawa. Dalam penelitian dengan tiga kondisi eksperimental (A, B, C) ada enam susunan presentasi kondisi yang dapat diberikan, seperti yang diperlihatkan di tabel 11.1. Setiap subyek mendapatkan susunan presentasi dengan jumlah yang sama untuk setiap susunan. Jika kita memiliki 30 subyek, misalnya, kita dapat memberi lima subyek untuk setiap enam susun. Setiap kondisi muncul dalam setiap posisi dengan jumlah yang sama, dan setiap kondisi mendahului dan diikuti dengan kondisi lainnya dengan jumlah yang sama. Jelas, penyeimbangan paling baik dilakukan dalam penelitian dengan jumlah kondisi yang sedikit. Prosedur penyeimbangan untuk banyak kondisi dapat menjadi sangat rumit. Dengan dua kondisi, A dan B, hanya akan ada dua susunan prsentasi (AB dan BA). Dengan tiga kondisi, A, B, dan C prsentasi. Tetapi dengan empat kondisi eksperimental akan ada enam susunan akan ada 24 susunan

A, B, C, dan D

presentasi. Untuk memenuhi kriteria penyeimbang, kita akan perlu paling sedikit 24 subyek dalam eksprimen. Namun bagaimana jika kita hanya memiliki 10 subyek dan empat kondisi eksperimental, dan kita masih ingin menggunakan within-subjects design dan mengendalikan sequencing effect? Dalam eksperimen dengan tiga atau lebih kondisi kita dapat (1) mengacak susunan presentasi untuk setiap subyek, (2) secara acak memilih 10 dari 24 susunan yang mungkin dan kemudian secara acak memilih subyek untuk kondisi-kondisi tersebut, atau (3) menggunakan Latin square design. Latin square adalah susunan penyeimbang yang diberi nama dari permainan puzle Roma jaman dulu yang menyusun huruf dalam baris dan kolom sedemikian rupa sehingga setiap huruf hanya muncul satu kali dalam setiap baris dan sekali di setiap kolom. Jika pengaruh terbawa diperkirakan muncul, within-subjects design tidak

direkomendasikan walaupun kontrol di atas dilakukan. Walaupun kontrol yang dilakukan akan menghindari pengaruh terbawa terhadap nilai rata-rata bagi kondisi yang diberikan, kontrol tersebut akan menghindari pengaruh terhadap keragaman nilai. Pengaruh terbawa cenderung menambah simpangan kesalahan terhadap nilai, yang akan meniadakan peningkatan sensitivitas yang secara normal diharapkan dari within-subjects design. Jika pengaruh terbawa yang kuat diperkirakan muncul, paling bagus digunakan between-subjects design atau matched-subjects design.

Page 8 of 14

Desain Within subject yang dijelaskan pada bab 10 (single group, pretest posttest design) termasuk dalam desain non-experimental. Yang menjadi alasan desain ini adalah model non ekperimental sedangkan sebaliknya desain within subject yang kita bicarakan dalam bab ini adalah sebuah metode eksperimen yang memerlukan kontrol untuk mengurangi efek-efek yang mungkin muncul serta tidak dapat dilakukan dalam desain single group dan pretest-postest. Kita tidak dapat melakukan counterbalancing dalam pemberian tugas karena pretest harus selalu diberikan sebelum perlakuan dan postest harus selalu dilakukan setelah pemberian perlakuan. Jika ingin melakukan kontrol dalam desain pretest-postest memerlukan kelompok kontrol yang terpisah. Ingatlah pembatasan ekperimen didefinisikan pada hal-hal yang potensial mempengaruhi hasil. Desain Within subject yang dijelaskan pada bab 10 (single group, pretest posttest design) termasuk dalam desain non-experimental. Yang menjadi alasan desain ini adalah model non ekperimental sedangkan sebaliknya desain within subject yang kita bicarakan dalam bab ini adalah sebuah metode eksperimen yang memerlukan kontrol untuk mengurangi efek-efek yang mungkin muncul serta tidak dapat dilakukan dalam desain single group dan pretest-postest. Kita tidak dapat melakukan counterbalancing dalam pemberian tugas karena pretest harus selalu diberikan sebelum perlakuan dan postest harus selalu dilakukan setelah pemberian perlakuan. Jika ingin melakukan kontrol dalam desain pretest-postest memerlukan kelompok kontrol yang terpisah. Ingatlah pembatasan ekperimen didefinisikan pada hal-hal yang potensial mempengaruhi hasil.

Rangkuman Within-subjects design adalah jenis disain untuk kelompok-kelompok yang berkorelasi di mana setiap subyek diuji di setiap kondisi eksperimen. Kelebihan utamanya adalah bahwa disain ini menyetarakan kelompok-kelompok sebelum dilakukan manipulasi eksperimental dan sensitif terhadap efek yang kecil dari variabel independen. Kelemahan utamanya adalah adanya potensi kesalahan karena sequencing effect. Sequencing effectini harus dikendalikan dengan mengubah susunan presentasi kondisi terhadap subyek.

Menggunakan Desain Matched-Subject Desain matched-subject digunakan ketika peneliti ingin mengambil manfaat dari desain within-subject, tetapi tidak bisa atau lebih memilih untuk tidak memakai desain within-subject. Desain matched-subject banyak digunakan ketika suatu kondisi menyebabkan perubahan jangka panjang pada partisipan sehingga membuat para partisipan tidak mungkin ikut serta pada kondisi yang lain. Contoh: Ketika pada suatu penelitian psikologi dibutuhkan adanya prosedur pembedahan tertentu, maka kita akan menggunakan hewan sebagai partisipan. Jika hewan tersebut sudah dibedah, maka kita tidak mungkin lagi menggunakan hewan tersebut untuk diberikan treatment selanjutnya sehingga kita menggunakan hewan yang lain.

Page 9 of 14

Selain itu, design ini juga digunakan pada penelitian-penelitian dimana partisipan diminta untuk mempelajari sesuatu pada suatu kondisi sehingga ia tidak mungkin lagi diikutsertakan dalam kondisi yang lainnya. Contoh: Pasukan Angkatan Udara ingin membandingkan dua metode mengenai pembacaan peta kepada para murid-muridnya dibidang navigasi. Jika satu kelompok berhasil mengajari cara membaca peta dengan menggunakan metoda A, maka para partisipan dalam kelompok tersebut tidak dapat ikut serta dalam uji coba keefektifan penggunaan metoda B. Kelompok yang lainlah yang akan dilatih dengan menggunakan metoda B, dan kemudian kedua kelompok tersebut akan diperbandingkan.

Hal diatas merupakan contoh dari bentuk ekstrim efek carry-over, dan juga merupakan alasan terbaik mengapa peneliti perlu mempertimbangkan pengunaan desain matched-subject dibandingkan desain within-subject. Ada situasi lain dimana peneliti disarankan untuk menghindari penggunaan desain within-subject,yaitu : 1) Situasi dimana partisipan memiliki keterbatasan waktu sehingga tidak mungkin dapat berpartisipasi dalam semua kondisi. 2) Para partisipan sudah mengetahui tujuan dari penelitian dan efek yang diharapkan terjadi dan/atau karakteristik yang diinginkan oleh peneliti.

Desain within-subject dapat memunculkan beberapa permasalahan bagi peneliti dalam situasi tertentu. Untuk menghindari masalah tersebut, kita dapat memilih desain independentgroup dan memilih partisipan secara acak dalam setiap situasi eksperimen. Namun bagaimanapun juga, desain independent-group bergantung pada pentingnya kesamaan kondisi pada masing-msing kelompok. Pengujian secara statistik perlu dilakukan terlebih dahulu untuk melihat apakah partisipan dalam independent group sama dengan partisipan pada dependent group sebelum penelitian dimulai. Desain matched-subject memberikan solusi terhadap masalah ini, yaitu keadaan kelompok-kelompok tersebut di awal penelitian memiliki kondisi yang sama atau equivalent dengan cara memasangkan variabel-variabel yang relevan. Bagaimana kita memasangkan partisipan dalam desain matched-subject? Kita ingin memasangkan partisipan pada variabel-variabel yang relavan, tapi apa maksud dibalik itu? Mana saja variabel yang relevan ? Pada desain within-subject pertanyaan-pertanyaan menjadi tidak relevan karena partisipan memiliki kontrol sendiri. Partisipan dalam berbagai kondisi dapat berada dalam semua variabel karena mereka semua adalah partisipan yang sama. Untuk mencapai tingkat kontrol yang sama dari seluruh exstraneous variables dalam desain matchedsubject, kita hanya dapat menggunakan partisipan yang kembar identik dan walaupun demikian kita tidak akan mempunyai matched group yang sempurna (pasangan yang kembar identik akan secara signifikan mengurangi cadangan partisipan yang ada). Bagaimanapun berbagai macam faktor yang membedakan antara individu satu dengan yang lainnya menjadi tidak relevan dalam beberapa penelitian. Contoh, warna mata menjadi variabel yang relevan ketika kita ingin meneliti mengenai cara untuk meningkatkan daya tarik, namun menjadi tidak relevan ketika kita ingin meneliti

Page 10 of 14

mengenai ketajaman penglihatan. Suatu variable akan menjadi relevan ketika ia memiliki efek terhadap variable terikat dalam suatu penelitian. Warna mata partisipan dapat mempengaruhi peringkat daya tarik mereka tetapi tidak mempengaruhi peringkat ketajaman penglihatan mereka. Semakin kuat efek variabel pada variabel terikat, maka semakin variabel tersebut memiliki kepentingan memasangkan partisipan dalam variabel tersebut untuk memastikan perbandingan kelompok partisipan. Untuk menggunakan desain matched-subject secara efektif, kita harus mampu mengidentifikasi variabel yang relevan dan memasangkan kelompok partisipan kepada variabel-variabel tersebut. Salah satu contoh memasangkan partisipan adalah berdasarkan usianya. Langkah pertama yang kita lakukan adalah membagi partisipan menjadi pasangan dengan memilih dua orang yang tertua, lalu dua orang lainnya yang tertua kedua, dan seterusnya. Akhirnya, kita menentukan secara acak satu orang dari tiap pasangan masuk pada satu kelompok dan secara otomatis partnernya dimasukkan pada satu kelompok lainnya. Hasilnya adalah dua kelompok partisipan dipasangkan berdasarkan variabel usia. Jika ada partisipan yang tidak memiliki pasangan karena tidak ada partisipan lain yang memiliki usia yang sama, maka diperbolehkan untuk tidak mengikutsertakan partisipan tersebut pada penelitian kita. Memasangkan partisipan pada penelitian yang menggunakan beberapa variabel lebih rumit daripada memasangkan partisipan pada penelitian yang memiliki lebih dari dua kelompok. Contohnya, memasangkan partisipan berdasarkan usia dan jenis kelamin relatif lebih sederhana karena salah satu dari variabel (jenis kelamin) hanya memiliki dua level (pria dan perempuan). Kita dapat memasangkan partisipan seperti yang kita memasangkan partisipan berdasarkan usia, kecuali jika kita akan memasangkan anak laki-laki hanya dengan anak laki-laki dan anak perempuan hanya dengan anak perempuan. Dengan cara ini, partisipan dari tiap pasangan akan sama satu sama lain pada kedua variabel (contoh, mereka akan sama dalam hal jenis kelamin dan kira-kira akan sama dari segi usia). Dengan cara ini juga, kita mungkin akan kehilangan beberapa partisipan karena pasangan yang tepat tidak dapat ditemukan, tetapi mungkin jumlah partisipan yang hilang tidak akan banyak. Sedangkan jika kita memasangkan partisipan berdasar dua variabel dimana kedua variabel berlangsung bersifat continuous, pemasangan dapat menjadi sangat bervariatif dan kemungkinan untuk kehilangan partisipan dapat menjadi lebih besar karena pasangan yang tepat untuk setiap partisipan sulit untuk ditemukan. Sebagai contoh, jika kita memasangkan partisipan berdasarkan usia dan IQ, kita pertama kali dapat mengambil semua partisipan pada satu variabel (misal: usia). Kita kemudian membagi partisipan menjadi subgroup yang lebih kecil dengan memasukkan semua partisipan dalam setiap kelompok dengan range usia yang terbatas. Kemudian dari setiap subgroup ini, kita dapat menentukan berdasarkan variabel kedua-pada kasus ini adalah IQ. Dalam setiap kelompok kita dapat memasangkan sebanyak mungkin partisipan dengan kriteria bahwa setiap pasangan harus memiliki IQ yang sama. Kita mungkin akan menemukan beberapa orang dari tiap kelompok usia tidak memiliki pasangan yang dekat berdasarkan IQ, dan orang-orang ini tidak dijadikan sebagai partisipan. Jika penelitian mengacu pada tiga kondisi, kita dapat memasangkan secara triplets, yang akan membuat lebih banyak partisipan tidak dapat dimasukkan karena tidak ditemukannya pasangan yang tepat. Sekali lagi, kita harus memilih variabel yang tepat yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap pengkuran dependent. Misalnya jika perbedaan usia hanya menghasilkan sedikit perbedaan pada

Page 11 of 14

bagaimana partisipan berperilaku setelah diberikan treatmeni, maka perlku dipertimbangkan untuk memasangkan partisipan berdasarkan usia. Karena usia tidak mempengaruhi pengukuran variabel dependent sehingga akan mengacaukan hasil yang di dapat. Jika kita memiliki beberapa variabel yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap pengukuran variabel dependent, maka pemasangan semua secara simultan biasanya tidak efektif. Seharusnya kita memasangkan partisipan pada variable-variable yang menunjukkan keragaman perbedaan dari populasi dimana kita mengambil sampling. Karakteristik berbagai variabel dalam populasi lebih mungkin untuk menunjukkan perbedaan rata-rata yang besar dengan memberikan kesempatan dalam kelompok yang terpilih secara acak jika prosedur pemasangan yang eksplisit tidak digunakan. Oleh karena itu, mereka seharusnya diberikan prioritas tertinggi ketika memutuskan variabel mana yang dipasangkan dalam desain matched - subjects. Sebagai contoh, mahasiswa sebagai partisipan, usia dimungkinkan bukan variabel yang penting untuk memasangkan karena sedikit variability dalam usia antara mahasiswa, dan perbedaan satu atau dua tahun membuat perbedaan yang kecil dalam perilaku mahasiswa. Bagaimanapun, ketika melakukan penelitian dengan anak-anak yang masih kecil, usia dapat menjadi variabel yang sangat penting. Perbedaan usia pada anak-anak yang berbeda hanya beberapa bulan dapat memberikan akibat yang besar pada prilakunya. Sampai saat ini, memasangkan berdasarkan usia dapat menjadi kontrol yang penting dalam penelitian yang menggunakan anak-anak. Meskipun sulit untuk mengenali variabel penting mana yang harus dipasangkan, dalam banyak kasus, informasi yang diperlukan sudah tersedia dalam penelitian yang telah dipublikasikan. Penelitian-penelitian ini seringkali melaporkan korelasi yang teramati dari confounding variables yang potensial dengan pengukuran dependent yang mereka lakukan. Jika kita menggunakan pengukuran dependent yang sama, korelasi ini akan membantu kita untuk memutuskan variabel mana yang akan dipasangkan dalam penelitian kita. Sampai saat ini, kita harus membiasakan diri kita sendiri dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan dengan populasi yang telah dipilih untuk penelitian kita untuk membuat keputusan rancangan yang baik. Namun,dengan informasi yang kita dapat dari penelitian yang lalu, kita tidak mungkin mengenali semua confounding variables untuk proses memasangkan partisipan. Sehingga, masih diperlukan bagi desain matched - subjects untuk memilih secara acak setiap partisipan dalam memasangkannya dengan partisipan lain. Penentuan secara acak dalam setiap kondisi dapat mengontrol confounding variables yang tidak dikenali. Analyzing Matched Subject Design Analisa data pada desain ini lebih mudah dibanding analisa data pada within-subjects design. Kuncinya adalah mengatur susunan data, mulai dari memasangkan partisipan pada awal penelitian sampai menganalisa data yang dihasilkan. Prosedur statistik yang digunakan dalam within subject juga digunakan untuk matched subject, yaitu Repeated-Measures ANOVA.

Repeated-Measures ANOVA digunakan untuk menentukan apakah perbedaan rata - rata antara kedua kelompok yang diamati cukup besar untuk menyatakan bahwa ada perbedaan nyata dalam populasi tersebut (Apakah perbedaan statistiknya signifikan?). Jika masing-masing partisipan dipasangkan secara hati-hati serta melibatkan variabel yang relevan, skor mereka pada setiap pengukuran variabel dependent akan saling berkorelasi. Desain ini memiliki kekuatan statistik yang sama dengan desain within subjek, yaitu memiliki kepekaan dalam

Page 12 of 14

mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil, namun desain ini tidak menghasilkan permasalahanpermasalahan seperti carry over atau efek latihan seperti yang dihasilkan oleh desain withinsubject. Kekuatan dan Kelemahan dari Desain Matched Subject Desain matched subject mempunyai kekuatan yang sama dengan within subject, tetapi memiliki kelemahan yang berbeda. Kedua desain ini memiliki kepekaan yang besar untuk melihat perbedaan yang kecil antar kondisi dibanding desain between subject. Jika desain Between-subject tergantung pada bagaimana cara peneliti untuk menyeimbangkan kedua kelompok, desain correlated-group melalui prosedur pemilihan partisipan dan pemilihan tugas yang sesuai sudah dapat menjamin bahwa kedua kelompok itu ekuivalen. Jika kelompok sudah ekuivalen sebelum penelitian dimulai, desain ini tidak mampu menunjukkan perbedaan yang besar setelah manipulasi untuk meyakinkan bahwa hal itu merupakan pengaruh kondisi tritmen dan bukan perbedaan kesempatan dari data yang diamati. Karena desain matched-subject dan within-subject mempunyai sensitifitas yang besar, kita dapat menggunakan jumlah partisipan yang kecil dan tetap yakin bahwa kedua desain ini mampu menemukan perbedaan dalam populasi. Sebagai contoh untuk tiga kondisi dengan masing masing 20 partisipan dalam setiap kondisinya, desain between-subject akan

membutuhkan 60 partisipan sedangkan desain matched-subject hanya membutuhkan 16 pasang partisipan pada masing-masing kondisi untuk menguji hipotesis nol . Ini merupakan

konsekuensi langsung dari peningkatan kekuatan statistik atau sensitifitas desain. Kita dapat mengurangi ukuran sampel dengan aman karena desain ini memiliki keseimbangan dalam meningkatkan kepekaan. Keuntungan dari desain matched-subject daripada desain within-subject adalah tidak adanya permasalahan latihan dan efek carry over. Oleh karena itu prosedur kontrol untuk mengimbangi tidaklah diperlukan. Tetapi desain matched-subject juga memiliki kerugian, yaitu memerlukan kerja tambahan. Kita harus memutuskan variabel apa yang harus dipasangkan dan harus memperoleh ukuran dari variabel tersebut berdasarkan potensi semua partisipan. Proses memasangkan ini membutuhkan kerja yang lebih keras, terutama jika kita akan memasangkan lebih dari satu variabel secara bersamaan. Akhirnya, kebutuhan untuk memasangkan partisipan dalam suatu kelompok dapat menghapuskan banyak potensi partisipan karena pasangan yang serasi tidak bisa ditemukan. Kita mungkin membutuhkan pretest dari sampel partisipan yang besar dalam memasangkan berbagai variabel-variabel untuk memperoleh sampel sederhana dari partisipan yang akan dipasangkan. Mungkin lebih efisien untuk menggunakan ukuran sampel yang besar dalam mendesain between-subject.

Internal Summary Matched Subject Design Desain matched-subject mempunyai banyak keuntungan dibanding desain within-subject dalam menghindari permasalahan sequence effect. Dalam situasi yang sederhana (dua kondisi), partisipan dipasangkan berdua-dua terhadap satu atau lebih variabel yang relevan. Kemudian satu anggota dari pasangan tersebut secara acak ditugaskan untuk satu kondisi dan yang lain secara otomatis ditugaskan untuk kondisi yang lainnya, proses ini disebut sebagai matched random assignment. Dalam situasi dengan tiga kondisi, partisipan dipasangkan bertiga dan masing masing anggota ditugaskan secara acak untuk satu dari tiga kondisi yang tersedia.

Page 13 of 14

Desain matched-subject digunakan ketika kita memerlukan peningkatan sensitifitas dan ketika desain within-subject tidak sesuai karena besarnya efek carry over.

Single Subject Design Desain single-subject merupakan perkembangan dari desain within-subject. Partisipan yang sama terlibat dalam semua treatment, dan seperti namanya, memang hanya ada satu subjek di penelitian ini. Desain ini biasanya variasi dari desain time-series, di mana pengukuran yang berulang dilakukan sepanjang waktu penelitian dan manipulasi dilakukan pada tingkatan yang berbeda. Desain single-subject sudah berkembang sangat pesat dan dapat dijadikan pengganti dari sebagian desain tradisional. Desain ini terutama bermanfaat dalam proses evaluasi dari efek suatu tritmen dan sering digunakan di dalam riset modifikasi perilaku.

SUMMARY Correlated group design meliputi desain within-subject dan desain matched-subject. Pada desain within-subject, terdapat hubungan antara setiap kondisi karena setiap partisipan diikutsertakan pada setiap kondisi tersebut. Pada desain matched-subject, korelasi antar kondisi diciptakan dengan mempertemukan partisipan pada yang satu dengan yang lain pada variabel yang masih saling berkaitan. Dengan mengabaikan metode yang digunakan, keduanya akan menghasilkan sesuatu yang sama, yaitu kita akan memiliki keyakinan yang besar bahwa kondisi kelompok partisipan sebelum diberikan treatment adalah sama, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepekaan kita ketika menguji perbedaan dari masing-masing kondisi. Correlated Group Design memunculkan isu baru yang tidak ditemukan di dalam desain lain. Sebagai contoh, di dalam desain within-subject, masing-masing partisipan terlibat pada semua kondisi. Hal ini memunculkan kemungkinan bahwa treatment yang diberikan pada partisipan di satu kondisi mempengaruhi performance dirinya di kondisi selanjutnya (sequence effects/ efek urutan). Memasangkan setiap partisipan seperti pada matched-subject bisa mengurangi efek diatas, namun menimbulkan isu yang lain. Isu yang paling utama dalam desain matched-subject adalah bagaimana peneliti memilih variable-variabel yang tepat agar pemasangan partisipan bisa dilakukan. Meskipun kita sudah mampu memilih variable tersebut, memasangkan setiap partisipan tetap menjadi suatu hal yang sulit. Meskipun demikian, desain within-subject dan matched-subject sering digunakan di dalam riset dan merupakan cara yang paling baik untuk menjawab pertanyaan penelitian sebab-akibat (kausalitas)

Page 14 of 14

Anda mungkin juga menyukai