Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian Hukum Islam

Secara umum, hukum Islam atau syariat Islam adalah ajaran Islam yang membicarakan amal manusia baik sebagai makhluk ciptaan Allah maupun hamba Allah. Hukum syara menurut ulama ushul ialah doktrin (kitab) syari yang bersangkutan dengan perbuatan orang - orang mukallaf yang bersangkutan dengan perbuatan orang - orang mukallaf secara perintah atau diperintahkan memilih atau berupa ketetapan (taqrir). Sedangkan menurut ulama fiqh hukum syara ialah efek yang dikehendaki oleh kitab syari dalam perbuatan seperti wajib, haram dan mubah. Syariat menurut bahasa berarti jalan. Syariat menurut istilah berarti hukum - hukum yang diadakan oleh Allah untuk umat - Nya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum - hukum yang berhubungan dengan amaliyah. Syariat adalah peraturan yang diciptakan oleh Allah supaya manusia berpegang teguh kepadaNya di dalam perhubungan dengan Tuhan dengan saudaranya sesama Muslim dengan saudaranya sesama manusia, beserta hubungannya dengan alam seluruhnya dan hubungannya dengan kehidupan.

B. Urgensi Hukum Islam

Hukum Islam yang bersumber dari Alquran dan hadist merupakan bagian penting dalam kehidupan umat muslim. Jika tidak ada hukum atau aturan, maka tidak ada batasan dan semua berjalan sesuai kehendak masing - masing individu. Bagi orang Islam berlaku penuh hukum Islam sebab dia telah memeluk agama Islam walaupun dalam pelaksanaannya terdapat penyimpangan - penyimpangan. Sebab prakteknya, hingga sekarang umat Islam di Indonesia masih banyak yang belum taat dalam menjalankan ajaran agama. Di samping itu, ketaatan mereka pun pada umumnya masih terbatas pada salat lima waktu, zakat, puasa, dan haji; sedangkan ajaran - ajaran Islam yang lainnya masih kurang mendapat tempat yang baik, termasuk ajaran agama Islam tentang ekonomi dan perbankan yang terhindar dari riba. Saat ini banyak terjadi dalam kehidupan sehari - hari, orang yang melakukan transaksi dengan mengambil untung yang tidak sedikit atau berbuat curang. Keadaan ini lama kelamaan menjadi sesuatu yang biasa dan akhirnya dianggap tidak melanggar hukum
1

Islam. Padahal tindakan tersebut dapat merugikan pembeli dan dapat berdampak negatif pada keadaan ekonomi.

C. Rambu - Rambu Islam dalam Menetapkan Hukum

Islam adalah ajaran Allah yang diturunkan melalui wahyu kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan kepada umat manusia, sebagai pedoman hidup demi kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat. Ajaran Islam, dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, akidah dan syariat. Dari pembagian ini jelas bahwa hukum Islam merupakan bagian dari totalitas ajaran Islam yang bersumber dari wahyu. Hukum Islam adalah sekumpulan peraturan yang digunakan untuk beribadah. Melaksanakannya merupakan suatu ketaatan yang pelakunya berhak mendapatkan pahala dan meninggalkan atau menyalahinya merupakan suatu kemaksiatan yang pelakunya akan dibalas dengan siksaan di akhirat. Dalam Alquran Allah berfirman: Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada - Ku (adz Dzariyat: 56) Beribadah kepada Allah ialah dengan melaksanakan segala perintah - Nya dan meninggalkan segala larangan - Nya. Ini berarti hukum Islam adalah ibadah. Kepatuhan kepada hukum Islam merupakan tolak ukur keimanan seseorang. Mengenai hal ini Allah menegaskan: maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (an - Nisa : 65) Sifat kedua ini tidak dapat dipisahkan dari sifat yang pertama. Pengklasifikasian di sini, di samping sebagai penguat sifat yang pertama, sekadar untuk membedakan aspek mana yang ingin ditekankan. Hukum Islam bersifat ijabi dan salbi, artinya hukum Islam itu memerintahkan, mendorong, dan menganjurkan melakukan perbuatan makruf (baik) serta melarang perbuatan munkar dan segala macam kemudaratan. Berbeda dengan hukum wad I, aspek ijabi dalam hukum Islam lebih dominan. Hal ini mengingat bahwa tujuan utama pensyariatan hukum Islam adalah mendatangkan, menciptakan, dan memelihara
2

kemaslahatan bagi umat manusia. Sedangkan aspek salbi, yang bertujuan menghindari kemudaratan dan kerusakan, sebenarnya telah tercakup didalamnya. Perlu pula dikemukakan bahwa kemaslahatan individu bukan sekedar tujuan sampingan, yang hanya diperhatikan jika membawa kemaslahatan bagi masyarakat. Hukum Islam tidak hanya berisi perintah dan larangan, tetapi juga berisi ajaran - ajaran untuk membentuk pribadi - pribadi muslim sejati, berakhlak mulia, berhati suci, berjiwa tinggi (tidak kerdil), serta mempunyai kesadaran akan segala tanggung jawab. Termasuk didalamnya kewajiban menjalin hubungan yang erat dan harmonis antar sesama manusia dan sang Khaliknya dengan cara yang sangat sempurna.

D. Penerapan Hukum Islam

Umat Islam di Indonesia adalah bagian mutlak dari rakyat Indonesia, bahkan mereka mencerminkan bagian terbesar dari bangsa Indonesia yang populasinya sudah lebih dari 200 juta jiwa. Hak sejarah mereka di tanah air ini sudah sepuluh abad hadir dan terus berkembang dan ajaran memasyarakatnya sampai terpatri dalam kebudayaan rakyat Indonesia. Penjajahan asing oleh dunia Barat yang berlangsung selama tiga setengah abad, sekalipun disertai usaha keras mencairkan nilai - nilai Islam yang telah mengkristal dalam norma - norma kehidupan rakyat, tidak mampu mencabut akar - akar budaya Islam yang telah tertanam dalam kepribadian bangsa Indonesia. Hukum Islam, yang sebelum kedatangan penjajah asing telah diterima dan berkembang dalam masyarakat Indonesia, diupayakan dipangkas sedikit demi sedikit sampai akhirnya yang tertinggal selain hukum ibadah- hanya sebagian hukum keluarga (nikah, talak, rujuk, dan sebagainya) dengan Pengadilan Agama sebagai pelaksananya. Namun demikian, hukum Islam tetap berfungsi mempertahankan dan memelihara semangat anti penjajah dan kezaliman dalam sanubari umat Islam / rakyat Indonesia, melalui mata rantai perlawanan Indonesia sampai direbutnya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Hukum Islam berpangkal dari iman yang meyakinkan manusia tentang kebebasan dari segala macam penghambaan dari selain Allah, satu - satunya Yang Maha Kuasa (la ilaha illallah, Allahu Akbar). Hukum Islam mengembangkan kesadaran dalam diri manusia yang beriman tentang kesamaan seluruh manusia di hadapan Allah. Semua manusia adalah hamba Allah, sama dengan semua makhluk lainnya. Manusia dipilih oleh Allah
3

menjadi khalifah di bumi ini. Dalam hukum Islam inilah terpadu kesadaran moral dengan kesadaran sosial. Dari landasan inilah dapat dipahami format hukum Islam itu menjadi empat bidang utama, yaitu: 1. Bidang ibadah, tentang hukum - hukum yang menata pembinaan hubungan manusia dengan Penciptanya (Allah) yang kepada Dia manusia harus mengabdi. Dengan berbagai ragam ibadah yang disyariatkan, manusia ditumbuh kembangkan kesadaran moral sekaligus kesadaran sosialnya. 2. Bidang muamalah, tentang hukum - hukum yang menata pembinaan hubungan manusia dengan sesamanya, dalam melakukan interaksi untuk memenuhi hajat hidup sehari - hari dengan sesamanya, dalam rangka kesadaran moral untuk mengembangkan interaksi sosial dalam kehidupannya. 3. Bidang munakahat, tentang seperangkat hukum yang menata pembinaan kehidupan dan rumah tangga yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan keturunannya, yang akan mewarisi nilai - nilai moral dan norma - norma sosial yang dikembangkan dalam kehidupan itu. 4. Bidang jinayat, tentang hukum - hukum yang menata pembinaan kehidupan bermasyarakat yang bertanggung jawab dengan hak - hak setiap manusia dilindungi. Dari setiap manusia dituntut tanggung jawab atas kewajiban - kewajibannya dalam rangka mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang bermoral sehingga setiap manusia dapat hidup bebas, terhormat, tertib, aman, dan damai. Nilai kemanusiaan dan martabat manusia sangat terhormat dalam hukum Islam, sejalan dengan petunjuk Alquran yang menetapkan status manusia sebagai makhluk terhormat. Maka, lima komponen dasar kemaslahatan hidupnya (al - kulliyat al - khams), yakni jiwa raga, kehormatan, akal pikiran, harta benda, nasab, dan agama (keyakinannya) merupakan landasan dan semangat dan menjiwai seluruh batang tubuh hukum Islam. Dalam kaitan itu, dapat dipahami keberadaan hukum Islam itu sebagai rahmat untuk kesejahteraan lahir dan batin bagi semua (rahmatan lil alamin).

Daftar Pustaka

Mubarok, Jaih. 2006. Hukum Islam: Konsep, Pembaruan, dan Teori Penegakan. Bandung: Benang Merah Press. Almaududi, Abul A la. 1991. Kejamkah Hukum Islam. Jakarta: Gema Insani Press. Ahmad, Amrullah dkk. 1996. Dimensi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional. Jakarta: Gema Insani Press.

http://masykuri.staff.fkip.uns.ac.id http://organisasi.org http://hk-islam.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai