Anda di halaman 1dari 2

SAJAK KASIH IBU Anakku, Bila ibu boleh memilih Apakah ibu berbadan langsing atau berbadan besar

karena mengandungmu Maka ibu akan memilih mengandungmu Karena dalam mengandungmu ibu merasakan keajaiban dan kebesaran Allah Sembilan bulan nak, engkau hidup di perut ibu Engkau ikut kemanapun ibu pergi Engkau ikut merasakan ketika jantung ibu berdetak karena kebahagiaan Engkau menendang rahim ibu ketika engkau merasa tidak nyaman, karena ibu kecewa dan berurai air mata Anakku, Bila ibu boleh memilih apakah ibu harus operasi caesar, atau ibu harus berjuang melahirkanmu Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu Karena menunggu dari jam ke jam, menit ke menit kelahiranmu Adalah seperti menunggu antrian memasuki salah satu pintu surga Karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan ke luar ke dunia sangat ibu rasakan Dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita berdua Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasa sakit, Yang tak pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia Saat itulah saat paling membahagiakan Segala sakit & derita sirna melihat dirimu yang merah, Mendengarkan ayahmu mengumandangkan adzan, Kalimat syahadat kebesaran Allah dan penetapan hati tentang junjungan kita Rasulullah di telinga mungilmu Dentingan nafasmu menyelemuti hari hingga senja Tak tersimpan setitik kelelahan di wajahmu Tak ada sesal saat semua harus kau lalui Langkahmu tak pernah henti Melangkah untukku Kasihmu tak kunjung redah Walau dalam lelah Kau tetap merangkai kata bijak untukku Mengurai senyum

Di setiap langkahku Mendera doa Di setiap helai nafasku Ibu.kau mutiara di hatiku Relung hatimu sangat indah Hingga aku tak mampu menggapai dalamnya Tetes air matamu menguntai Sebuah asa untukku

Puisi ini bersumber dari : http://www.gudangpuisi.com/2010/07/kasihibu.html#ixzz1dHl0aL8R Blogger yang beretika selalu menampilkan sumbernya. SUCINYA KASIH IBU Seawal kandungan beban digalas dengan reda ke sana ke mari tanpa rungutan senyuman masih terukir di bibir ibu. Saat kelahiran kesakitan yang menjalar ke seluruh urat nadi bagaikan nyawa yang ingin disentak dari badan namun, pabila mata kuyu ibu terpandang comelnya benih cinta yang lahir senyuman terus terukir di bibir ibu. Rentetan pertumbuhan si buah hati detik rehat yang tiada menentu makan sekadar mengalas perut kerana keperluan permata hati yang dipertamakan melihat keletah si kecil senyuman berterusan terukir di bibir ibu. Dewasa si anak mengorak langkah pantas ke hadapan memandu haluan sendiri mengumpul segunung emas menduduki takhta tertinggi wajah tua ibu sudah tenggelam jerih ibu tidak dihiraukan malahan, ibu sendiri diabdikan Namun, andai kembalinya si derhaka itu

sujud sembah di kaki ibu penuh sesal atas musibah senyuman tetap terukir di bibir ibu walaupun dalam tangisan. BUKU SAYANG....... Tak terhitung.... Betapa besarnya nilai kasih yang kau beri Dari putrimu belum mengerti sampai mengerti Tak terbayangkan..... Betapa nilai lelah yang telah kau curahkan Tak pernah berharap.... Akan balasan atas segala pengorbananmu Kau hanya ingin melihat senyum manis buah hatimu Kaulah ibuku tersayang..... Dengan ketulusan dan kelembutan mengasihiku Tak ada cinta yang mampu melebihi Selain tulusnya cinta_NYA dan cintamu Kaulah ibuku terkasih...... Yang selalu setia menemaniku disaat2 apapun Kaulah ibu pahlawan sejatiku di dunia . Hei anak-anak derhaka! Alpakah kamu bila dah dewasa?

Sampai tak tahu dosa dan pahala?! Ibu kamu dera, ayah kamu cela, Kebajikan mereka langsung tak terjaga. Hei anak-anak derhaka! Lupakah kamu pada kasih ibu bapa? Tak ingatkah lagi pengorbanan mereka? Sibuk bekerja, malas nak bela?! Senang cerita, hantar ke rumah orang tua. Hei anak-anak derhaka! Dulu kamu sakit tak pernah ditinggalkan, Kini ibu sakit, kamu teriak-teriakkan, Dulu kamu lapar tak pernah kebuluran, Perut ayah kosong kamu biar kelaparan. Hei anak-anak derhaka! Mungkin kamu lupa di mana letak syurga, Atau mungkin juga kamu mahu ke neraka, Insaflah kamu, bertaubatlah segera, Sementara ayah dan ibu masih ada. Ibu dikaulah mawar itu, Yang kupujai tiap waktu, Yang kurindui wajahmu, Yang kukagumi ketabahanmu. Cekal hati mendidik daku, Sabar murni melayan kerenah anakmu, Tiada kedengaran sepatah keluhan, Tiada kelihatan setitip kemarahan. Kini mawar itu kian layu, Perlahan dimamah arus usia, Gugur sudah si ayu kelopaknya, Hilang sudah lambaian daunannya. Segamit memori ku kenangi, Setulus kasih ku dambai, Potret wajahmu ku tatapi, Sebuah kehilangan yang tiada ganti. khas buat ibu tersayang..al-fatihah

Anda mungkin juga menyukai