Anda di halaman 1dari 6

RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Disusun oleh: D. Elizabeth Sitinjak 091.0711.079

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA 2012

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN


A. Masalah Utama Perilaku Kekerasan

B. Proses Terjadinya 1. Pengertian a. Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1995) b. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, dalam Harnawati, 1993) c. Setiap aktivitas bila tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian (Stuart dan Sundeen, 1995) 2. Tanda dan Gejala a. Fisik: mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku b. Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar dan ketus c. Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan, amuk/agresif d. Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk e. Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan f. Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar, tidak bermoral, dan kreativitas terhambat g. Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, ejekan dan sindiran. h. Perhatian: bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual

3. Rentang Respons Respons Adaptif Respons Maladaptif

Asertif Keterangan :

Frustasi

Pasif

Agresif

Kekerasan

a. Asertif: Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan. b. Frustasi: Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan alternative c. Pasif: Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya d. Agresif: Perilaku menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih terkontrol e. Kekerasan: Perasaan marah dan bemusuhan yang kuat serta hilangnya control C. Etiologi 1. Faktor Predisposisi Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang mungkin menjadi faktor predisposisi yang mungkin/ tidak mungkin terjadi jika faktor berikut dialami oleh individu : a. Psikologis: Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. b. Perilaku, reinforcement yang diteima ketika melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan, merupakan aspek yang menstimuli mengadopsi perilaku kekerasan. c. Sosial budaya; budaya tertutup, control sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterim. d. Bioneurologis; kerusakan sistem limbic, lobus frontal/temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiser 2. Faktor Presipitasi Menurut Stuart dan Laria (1998) faktor pencetus dapat bersumber dari lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Dari klien misalnya terputusnya percaya diri, yang kurang ketidakpercayaan dari situasi lingkungan misalnya lingkungan yang

ribut, padat, penghinaan, dan kehilangan kemudian dari interaksi sosial seperti adanya konflik. Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan (Keliat, 2004). D. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul a. Perilaku kekerasan b. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/amuk. c. Harga diri rendah kronis d. Isolasi sosial e. Berduka disfungsional f. Koping keluarga tidak efektif E. Diagnosa Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan F. Mekanisme Koping Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam

mengekspresikan kemarahannya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represif, denial, dan reaksi formasi. Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari seseorang karena ditinggal oleh orang yang dianggap sangat berpengaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang rendah diri (harga diri rendah), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang baik dalam menghadapi kondisi klien dapat memperngaruhi perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif). Hal ini tentunya menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen terapeutik inefektif)

G. Pohon Masalah Depkes (2000) mengemukakan bahwa stress, cemas dan marah

merupakan bagian kehidupan sehari -hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yan g menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan yang mengarah pada perilaku kekerasan. Respon terhadap marah dapat

diekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal dapat berupa perilaku kekerasan sedangkan secara internal dapat berupa perilaku depresi dan penyakit fisik. Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain, akan memberikan perasaan lega, menu runkan ketegangan, sehingga perasaan marah dapat diatasi (Depkes, 2000). Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku kekerasan, biasanya dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara demikian tentunya tidak akan menyelesaikan berkepanjangan masalah dan bahkan dapat menimbulkan tingkah laku kemarahan destruktif, yang seperti

dapat

menimbulkan

tindakan kekerasan yang ditujukan kepada orang lain maupun lingkungan. Perilaku yang tidak asertif seperti perasaan marah dilakukan individu karena merasa tidak kuat. Individu akan pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa marahnya sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan kepada diri sendiri (Depkes, 2000). Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Perilaku kekerasan

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah H. Rencana Tindakan Keperawatan Terlampir

DAFTAR PUSTAKA Carpenito, L.J., 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan), Edisi 8, EGC, Jakarta. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book, 1995 Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999 Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Anda mungkin juga menyukai