Anda di halaman 1dari 4

Hubungan yang Kudus Keindahan cinta dalam Kristus

Posted by: Ps Bobby on: April 17, 2010


In: Youth Life & Love Comment! HUBUNGAN YANG KUDUS Keindahan Cinta Dalam Kristus

Oleh Ps. Bobby MTh Antara Cinta dan Hawa Nafsu Rasa tertarik pada lawan jenis adalah perasaan cinta alamiah yang dialami oleh setiap anak manusia ketika mulai menginjak usia remaja. Ketika kemudian seorang pria menyatakan rasa cintanya pada seorang gadis, dan pernyataan cinta tersebut mendapat respon yang positif, maka terbentuklah hubungan yang dikenal sebagai berpacaran. Berpacaran yang dilakukan pada usia remaja, disebut sebagai cinta monyet. Hal itu disebabkan karena interaksi berpacaran pada usia tersebut biasanya sangat dipengaruhi oleh perasaan dan rasa ingin tahu tentang lawan jenis, daripada mengarah pada hubungan yang dewasa. Selepas usia remaja, pada umumnya orang-orang muda mulai matang dan lebih bisa menghargai lawan jenisnya sebagai pribadi yang dewasa. Di dalam cinta, selain terkandung rasa kasih sayang, ada juga perasaan seksual. Tatkala sepasang kekasih bertemu dan saling menunjukkan rasa kasih sayang, seringkali perasaan dan hasrat seksual datang menggoda. Antara perasaan kasih sayang dan perasaan seksual hanya ada garis tipis yang membedakan. Ada banyak anak muda yang tidak sanggup menjaga diri untuk tetap berada di dalam zona kekudusan, yang diwarnai dengan kasih sayang dan cinta yang tulus dan saling menghormati tubuh masing-masing. Mereka kebablasan menerobos garis tipis tersebut dan terlibat dalam hubungan seks pranikah, sesuatu yang sangat dibenci Allah. Menjadi menyedihkan bila kemudian, keagungan cinta dikotori oleh hawa nafsu yang tidak sepatutnya. Masih segar dalam ingatan, bagaimana Nt, seorang remaja ABG berusia empat belas tahun yang melakukan hubungan seks dengan pacarnya AP, padahal keduanya baru berpacaran selama tiga bulan, itupun hubungan jarak jauh karena perkenalan keduanya melalui jejaring sosial facebook. Kasus yang menghebohkan itupun akhirnya masuk ke kepolisian yang berujung pada penahanan terhadap AP. Sejauh manakah batasan yang sepatutnya dalam berpacaran? Apa yang terjadi bila hubungan pacaran melibatkan seks? Apakah efek yang timbul ketika terjadi kehamilan dalam hubungan berpacaran? Adakah kiat-kiat dalam berpacaran, sehingga hubungan berpacaran dapat tetap kudus dan mempertahankan kesucian masing-masing sampai memasuki gerbang pemberkatan nikah kudus? Bila pacaran melibatkan seks Apakah yang terjadi bila hubungan pacaran melibatkan seks? Paling tidak ada enam fakta yang perlu diketahui ketika seks telah menjadi menu dalam suatu hubungan pacaran antara seorang pria dan wanita. Pertama, keintiman seksual diluar ikatan perkawinan akan membawa dampak buruk. Diantaranya adalah resiko terjadinya kehamilan dan atau penyakit-penyakit yang ditularkan akibat hubungan seksual. Tidak ada metode anti hamil yang 100% manjur untuk dapat melindungi diri seorang gadis dari sexually transmitted diseases (penyakit-penyakit akibat hubungan seksual). Kedua, bila ada sepasang kekasih yang telah terlanjur melakukan hubungan seks pranikah, dan kemudian keduanya memasuki perkawinan, biasanya mereka akan cenderung untuk saling curiga kepada pasangannya. Mereka akan berpikir, Bila dia mau berhubungan intim denganku sebelum perkawinan, maka bisa saja dia telah melakukannya dengan orang yang lain?! Pikiran-pikiran seperti itu akan terus menghantui sepanjang perkawinan. Belum lagi, adanya kecenderungan untuk memandang satu sama lain hanya sebagai obyek seksual, daripada memandangnya sebagai keseluruhan pribadi suami/istri. Ketiga, keintiman seksual yang dilakukan pria dan wanita sebelum perkawinan cenderung akan menimbulkan luka batin atau sakit hati yang mendalam bila salah satu dari mereka kemudian memutuskan hubungan pacaran. Pemutusan Hubungan Kasih (PHK) ini akan menghancurkan pihak yang diputuskan bukan hanya secara emosional melainkan juga akan membuatnya merasa jijik dengan tubuhnya yang telah cemar. Mengapa? karena Allah

mendesain hubungan seksual sebagai relasi yang bersifat permanen dan itu tidak dapat dipisahkan tanpa menimbulkan luka dan kehancuran. Sebab pada saat pria dan wanita bersatu, hal itu ditulis Alkitab sebagai menjadi satu daging. Keempat, apabila seorang pria atau wanita pernah terlibat dalam hubungan seks pranikah dengan orang lain selain suami/istrinya yang sekarang, biasanya mereka akan cenderung untuk membandingkan (disengaja atau tidak) pasangannya yang sekarang (suami/istri) dengan pacarnya yang dulu, secara seksual. Hal itu merupakan sesuatu hal yang membahayakan. Itulah sebabnya kita dituntut untuk menjaga kekudusan tubuh dengan tidak melakukan hubungan seks sebelum perkawinan tiba. Kelima, pasangan-pasangan yang hidup bersama diluar perkawinan, dengan maksud sebagai percobaan sebelum perkawinan atau trial marriage, menurut hasil survey di Amerika, cenderung mengalami tingkat perceraian yang lebih tinggi daripada pasangan yang terikat dalam perkawinan. Bukti ini menunjukkan bahwa hidup serumah tanpa perkawinan, apapun maksudnya jelas merupakan sesuatu hal yang merugikan dan membawa kehancuran yang besar dikemudian hari. Keenam, untuk para gadis: pria biasanya sangat sukar untuk terikat dalam komitmen hubungan seumur hidup bila sebelumnya telah mengalami keintiman seksual dari pacarnya. Menurut sebuah survey di Amerika, salah satu alasan mengapa pria cenderung tidak mau terikat dalam komitmen hubungan perkawinan karena dia merasa telah mendapatkan pacarnya secara seksual. Hal itu akan membuatnya berpikir, Bila saya dapat memperoleh kesenangan secara gratis mengapa harus terlibat dalam komitmen seumur hidup bersama gadis itu?!. Bagi para pemuda dan pemudi yang telah terlanjur melakukan hubungan seks sebelum menikah, sadarilah bahwa tindakan itu hanya membawa kerugian. Oleh karena itu, bertobatlah dan memohon ampun kepada Tuhan. Dia akan mengampuni dan menyucikan dari segala dosa (1 Yohanes 1:9; Yesaya 1:18). Bukankah firman-Nya menulis, Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anakanaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu. (Mazmur 103:10-14). Berhentilah melakukan dosa tersebut dan melangkahlah maju di dalam Tuhan (Filipi 3:13-14).

Seks dan kehamilan pranikah Jika hubungan seks telah dilakukan dalam masa berpacaran, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi kehamilan di pihak gadis. Dr. Clyde M Narramore yang melakukan riset terhadap gadis-gadis yang hamil sebelum menikah dan menulis hasilnya dalam buklet berjudul Counseling with the Unwed Mother, mengatakan bahwa ada beberapa motivasi yang melatar belakangi kehamilan para gadis tersebut, beberapa diantaranya adalah adanya rasa kurang diterima oleh orang tua, sehingga mereka mencari kasih sayang melalui kisah cinta terlarang; kurangnya sikap pasrah kepada Tuhan, padahal kekuatan untuk mengendalikan dorongan seksual diperkuat oleh hidup yang taat kepada Tuhan. Faktor lainnya adalah kurangnya pengajaran tentang nilai-nilai moralitas dan kekudusan; korban eksploitasi nafsu seksual orang lain, yaitu menjadi korban pria yang hanya berniat untuk menikmati tubuhnya saja; kurangnya pemahaman dan pendidikan seksual sehingga mereka belajar dari pengalaman, bukan dari pendidikan; keinginan untuk diterima oleh teman dan lingkungan sebaya, sehingga meniru gaya hidup mereka yang menganut free sex; adanya hasrat untuk menikah, andaikan orang tua tidak menyetujui hubungannya dengan sang pacar, ia merasa bahwa kehamilan akan mengubah keputusan orang tua; untuk mempertahankan hubungan, yaitu memandang kehamilan sebagai pemicu untuk memaksa kekasihnya menikahinya; kurangnya tujuan atau rencana hidup yang bernilai dan pasti, sehingga membuat gadis-gadis itu mudah terlena dan tergelincir dalam hubungan seksual sebelum menikah; untuk menghukum orang tuanya yang menolak hubungan cintanya dengan sang pacar. Perlu disadari bahwa seks sebelum menikah dan kehamilan yang mungkin terjadi merupakan tindakan yang meninggalkan luka yang menyakitkan. Pengaruhnya akan menyebar kepada orang-orang lain, yaitu bayi yang dikandung, ayah bayi tersebut, orang tua, kakak-adik dan kerabat, teman-teman, pendeta, gereja dan sebagainya.

Bila pacaran tidak melibatkan seks Ketika dua insan yang berpacaran tidak melakukan hubungan seks sebelum pernikahan, maka apabila mereka kemudian menikah, maka keduanya akan mengalami kebebasan yang lebih untuk saling memberi dan merespon secara fisik dan emosional satu sama lain. Hal ini dikarenakan adanya level kepercayaan yang mendalam, perasaan aman dan penerimaan diantara masing-masing yang terus bertumbuh setiap hari. Memahami tujuan pernikahan secara lengkap dan utuh akan mampu menghindarkan sepasang kekasih dari seks sebelum waktunya. Mereka akan intens dalam berkomunikasi di segala aspek. Hubungan pacaran akan menjadi menyenangkan, karena keduanya akan berusaha untuk saling memahami karakter, watak, sifat maupun kebiasaan pacarnya. Relasi yang terbangun tidak akan melulu hanya pada fisik saja, melainkan juga pada pengenalan emosi dan kepribadian masing-masing. Orang yang matang, akan mampu menggunakan logikanya dengan baik yaitu memahami bahwa tujuan berpacaran bukanlah soal keintiman seksual, melainkan jauh lebih dari itu, yaitu pernikahan yang kudus dan mempermuliakan Tuhan. Oleh sebab itu, isilah masa berpacaran dengan saling membagi tujuan hidup, melakukan aktivitas bersama secara positif dan belajarlah untuk saling mengenal diri masing-masing tanpa menyertakan seks. Firman Tuhan menasehati, Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. (1 Petrus 1:14-16). Bev O Brien seorang penulis Kristen mengatakan bahwa cara terbaik untuk menghindarkan diri dari godaan untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah adalah kehidupan yang kudus dan konsisten di dalam Tuhan. Sebab ketika godaan dan situasi yang menggoda datang menghampiri dan ini pasti terjadi anak-anak muda yang konsisten hidup dalam ketaatan dan kekudusan pasti akan menang, karena mereka dapat mengandalkan pertolongan Tuhan, seperti yang tertulis dalam firman-Nya, maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan (2 Petrus 2:9). Secara aplikatif hal-hal yang dapat dilakukan adalah menjaga ritme berpacaran agar sesuai dengan koridor kekudusan, menghindarkan diri dari gaya berpacaran yang terlalu bebas, menjaga mata dari film atau bacaan yang menonjolkan rangsangan seksual.

Tips untuk orang tua Dr. Aaron Hass dalam bukunya yang berjudul Teenage Sexuality menulis bahwa banyak orang tua menyerahkan tanggung jawab untuk memulai pembicaraan tentang seks kepada anak mereka. Jika ia ingin tahu, saya selalu siap menjawab. Kalau ia mempunyai pertanyaan mengenai seks, pasti ia akan menanyakannya. Pendekatan ini kadangkadang menunjukkan keinginan orang tua untuk menghormati hal-hal yang pribadi bagi anak mereka. Mungkin juga, pendirian orang tua ini semata-mata bertujuan mengingkari keresahan mereka sendiri dalam membicarakan masalah seksual secara terbuka. Apabila remaja tak menangkap adanya kegembiraan dan keinginan dalam diri orang tua mereka untuk membicarakan tentang seksualitas, maka akan lebih sulit baginya untuk memulai pembicaraan mengenai seks. Diperlukan itikad dan keaktifan dari orang tua untuk mengajarkan pendidikan seks secara informal kepada anak. Misalnya dengan cara mengajarkan sisi-sisi positif dari sikap menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. Kemudian dapat juga dengan memberi tahu mereka bahka hubungan seks bukanlah cara yang tepat untuk membuktikan kedewasaan. Para pakar kependudukan dari John Hopkins University menyimpulkan bahwa remaja putri yang mempunyai hubungan yang akrab dan terbuka dengan orang tua, lebih sedikit melakukan hubungan seks pranikah dibandingkan dengan mereka yang kurang dapat berkomunikasi dengan orang tua. Hasil penelitian itu kiranya bisa menjadi bahan renungan bagi para orang tua. Berkat dalam pernikahan Kristiani Ada janji berkat yang luar biasa dari Tuhan ketika anak-anak-Nya memasuki pernikahan kudus yang berkenan di hadapan-Nya. Janji itu dinyatakan demikian, Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya. (Maleakhi 2:15). Anak-anak yang dilahirkan dalam pernikahan kudus disebut Tuhan sebagai keturunan ilahi. Apakah arti dari pernyataan ayat tersebut? Artinya bahwa Tuhan memandang berharga keturunan orang-orang benar-Nya, dan Ia

memberkati anak-anak yang dilahirkan dalam pernikahan kudus. Hal itu juga mengandung makna bahwa Roh Tuhan akan menyertai kehidupan anak tersebut, dan masa depannya akan perkasa di dalam Tuhan. Tuhan akan memakai anak-anak tersebut bagi kemuliaan nama-Nya (Yoel 2:28).

ADVERTISEMENT

Suka Be the first to like this post.

Anda mungkin juga menyukai