Anda di halaman 1dari 5

No 3.

Judul Improved Exercise Tolerance and Quality of Life With Cardiac Rehabilitation of Older Patients After Myocardial Infarction

Penulis Niccol Marchionni, Francesco Fattirolli, Stefano Fumagalli, Neil Oldridge, Francesco Del Lungo, Linda Morosi, Costanza Burgisser, Giulio Masotti,

Metode randomized control trial, analisis menggunakan analisis multivariate dan regresi linear dengan tingkat kemaknaan p=<0.05

Sample pasien yang berusia >45 tahun, 4-6 minggu pasca infark miokard

Control ada control yaitu pasien yang tidak mengikuti CR program

Random ada

Intervensi CR program selama 8 minggu terbagi du kelompok CR program yaitu home based dan hospital based

Pengukuran Total Work capacity diukur menggunakan instrument symptomlimited exercise test, sedangkan kualitas hidup diukur menggunakan healthrelated quality of life (HRQL). Pengukuran dilakukan saat pra intervensi, post intervensi, 6 bulan post intervensi, dan 12 bulan post intervensi

Hasil Pada pelaksanaan program terdapat masing2 untuk kelompok CR home based, hospital based, dan control terdiri dari 90 partisipan, pada akhir intervensi terdapat DO pada kelompok hospital sebanyak 8 orang, kelompok home 11 orang, dan keompok control 2 orang.pengukuran pada 6 bulan post intervensi terdapat DO kelompok hospital 1 orang, kelompok home 1 orang, dan kelompok control 5 orang. Pada pengukuran 12 bulan post intervensi terdapat DO kelompok hospital sebanyak 2 orang, kelompok home 4 orang dan kelompok control 4 orang. Jumlah

partisipan yang mengikuti pelaksanaan sampai dengan 12 bulan follow up post intervensi adalah sebanyak 79 orang pada kelompok hospital, 74 pada kelompok home, dan 79 orang pada kelompok control. Hasil pengukuran baseline (pra intervensi) ditemukan rendah pada pasien yang lebih tua dan hal tersebut ditemukan sama pada setiap kelompok. Setelah follow up pada minggu ke 12 post intervensi didapatkan bahwa TWC meningkat paqoda partisipan kelompok home based dan hospital based, sedangkan pada kelompok control tidak ada perubahan. Skor HrQol meningkat pada

middle age dan old pasien semua kelompok Biaya pelaksanaan home based CR relative lebih murah dibandingkan dengan hospital based. 4. Effect of Cardiac Rehabilitation on Myocardial Perfusion Reserve in Postinfarction Patients Bai-Chin Lee, MDa,b, Ssu-Yuan Chen, MD, PhDc, Hsiu-Ching Hsu, PhDa, Mao-Yuan Marine Su, MSd, YenWen Wu, MDa,b, Kuo-Liong Chien, MD, PhDa,e, Wen-Yih Issac Tseng, MD, PhDf,g, Ming-Fong Chen, MD, PhDa,*, and YuanTeh Lee, MD, PhDa randomized controlled study Pria usia >65 tahun yang mempunyai riwayat infark miokard sekurangkurangnya 3 bulan yang lalu. Criteria inklusi: Mendapatkan hasil positif setelah pemasangan stent saat terjadi infark, dan kondisinya stabil selama 3 bulan serta tidak terdapt tanda iskemia miokard pada pelaksanaan tes pra Ya Non training group Ya Cardiac rehabilitation selama 12 minggu a. Exercise capacity b. Myocardial perfusion in the remote myocardium (MPR) c. Myocardial perfusion in the infarcted myocardium In the training group, exercise capacity increased by 15% (p <0.01), to thesame level as in healthy controls. The post-training MPR increased in both remote (30%, p <0.01) and infarcted myocardium (25%, p <0.05) and reached the same level as in healthy controls. The change in exercise capacity correlated with the change in MPR in the remote myocardium (r _ 0.55, p <0.001 for peak VO2).

intervensi Criteria eksklusi: adanya angina, atrial fibrilasi, aritmia ventrikuler yang menetap, gejala sesuai New York Heart Association functional class IV, penyakit lain, menggunakan pacemaker, atau mempunyai claustrophobia In the nontraining group, exercise capacity and MPR were unchanged

Penelitian di Florence, Amerika tentang efek dari program Cardiac Rehabilitation (CR) terhadap kemampuan melaksanakan latihan dan kualitas hidup pasien yang berumur >45 tahun bertujuan untuk menjelaskan efek program tersebut pada pasien yang berumur lebih tua. Peneliti merekrut partisipan dari usia >45 tahun dan membagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok CR hospital, CR home, dan non CR. Dalam masing-masing kelompok tersebut peneliti membagi lagi menjadi 3 kelompok umur yaitu 4565 tahun, 6675 tahun, dan >75 tahun. Peneliti juga mempersempit partisipan penelitian dari waktu serangan infark miokard yaitu 46 minggu post serangan. Sampel diambil secara acak, namun tidak dijelaskan tentang tehnik penambilan sampel secara detail. Variable yang diukur adalah Total Work Capacity (TWC), dan health-related quality of life (HRQL). Pengukuran dilaksanakan 4 kali yaitu pra intervensi, post intervensi, 6 bulan post intervensi, dan 12 bulan post intervensi. Intervensi CR dilaksanakan selama 8 minggu. Pada perjalanan intervensi sampai dengan follow up terdapat drop out dari subyek penelitian karena serangan infark, kematian, dan kejadian penyakit lainnya. Analisis hasil pengukuran dilakukan menggunakan uji analisis multivariate dan regresi linear, namun tidak diterangkan dengan jelas masing-masing uji tersebut untuk data yang mana. Hasil dari analisis yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa TWC pada pasien yang lebih tua lebih rendah disbanding dengan pasien dengan usia lebih muda. Kecenderungan tersebut terjadi pada setiap kelompok. TWC pada pengukuran 12 bulan post intervensi meningkat pada kelompok CR baik yang hospital based maupun yang home based, sedangkan pada kelompok control tidak terjadi peningkatan. Penjelasan hasil ini tidak didukung dengan keterangan dan data yang jelas, serta tampilan grafik dan table pada makalah cenderung sulit untuk dipahami. Hasil tentang pengukuran kualitas hidup pada 12 bulan post intervensi disebutkan meningkat pada semua kelompok, terutama pada sub kelompok umur 4565 tahun dan 6675 tahun. Penjelasan dan tampilan hasil dari pengukuran kualitas hidup dianggap sangat minim Karena hanya terlihat pada bagian akhir penyajian hasil. Bagan yang disertakan untuk melengkapi tampilan hasil kualitas hidup tidak cukup representative untuk menggambarkan hasil pengukuran kualitas hidup secara detail. Peneliti di Taiwan member gambaran dengan meneliti efek dari CR terhadap perfusi miokard. Penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu kelompok CR dan kelompok non CR. Sampelnya semua laki-laki >65 tahun yang mempunyai riwayat infark miokard sekurangnya tiga bulan yang lalu. Pembatasan sampel dirasa cukup perlu mengingat kejadian infark yang sudah berlalu cukup lama mungkin perfusi miokardnya sudah pulih sehinga tidak representative untuk pelaksanaan perbandingan. Sampel dipilih secara random namu tidak dijelaskan tentang tehnik pengambilan sampel secara rinci. Intervensi yang diberikan adalah CR selama 12 minggu, dengan variable yang diukur adalah exercise capacity, myocardial perfusion in remote myocardium (MPR), serta myocardial perfusion in infarcted myocardium. Hasil yang didapatkan adalah pada follow up 3 bulan post intervensi exercise capacity meningkat sebanding dengan orang yang sehat, MPR dan perfusi di miokard yang mengalami infark juga seperti perfusi pada miokard yang sehat. Hal ini berbeda dari kelompok control yang tidak mengalami perbaikan apapun baik exercise capacity maupun MPR. Analisis dituliskan menggunakan paired t-test namun hasil secara detai dari uji signifikansi tidak ditampilkan baik pada penjelasan narasi maupun dalam table.

Anda mungkin juga menyukai