Anda di halaman 1dari 5

DESKRIPSI ORATORIUM MERAH PUTIH JAMBRUT KHATULISTIWA Produksi ISI Denpasar pada Peringatan HUT TNI ke 65 di Lapangan Puputan

Badung Denpasar 5 Oktober 2010

Oleh:
I Made Sidia, SSP.,MSn

JURUSAN SENI PEDALANGAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2010

I. PENDAHULUAN

Menjelang pelaksanaan HUT TNI ke 65 yang akan diadakan di Lapangan Puputan Badung Denpasar, tanggal 5 Oktober 2010, muncul sebuah ide/prakarsa dari Bapak Panglima Kodam IX Udayana yaitu Mayjen TNI Rachmat Budiyanto untuk mementaskan sebuah karya tari baru setelah TNI melaksanakan upacara bendera. Ide ini kemudian disampaikan kepada Prof Dr I Wayan Rai.S, MA selaku Rektor ISI Denpasar. Hal ini disambut gembira oleh Bapak Rektor. Melalui beberapa pertemuan/rapat dengan para staf pimpinan di lingkungan ISI Denpasar, maka disepakati untuk memenuhi undangan pagelaran tersebut. Ide kreatif yang diharapkan dari Bapak Rektor adalah supaya dalam pagelaran itu mampu menampilkan berbagai kesenian dari daerah lain. Tindak lanjut kemudian adalah menentukan peata tari, tabuh dan dalang. Dari pertemuan Rektor, Pembantu Rektor dan para peata, maka disepakati untuk menggarap karya tari oratorium dengan judul Merah Putih Jambrut Khatulistiwa adalah mengisahkan kemegahan dan kejayaan Majapahit dibawah pemerintahan Ratu Tribuana Wijaya Tunggadewi(13281350). Kisah ini sesuai dengan thema yang diangkat dalam HUT TNI ke 65, yaitu TNI Sebagai Bhayangkari Negara Bersama Seluruh Komponen Bangsa Siap Menegakkan Kedaulatan dan Mempertahankan Keutuhan Wilayah NKRI. Bentuk karya oratorium yang dialognya memakai Bahasa Bali dan Indonesia dipilih adalah dimaksud agar semua penonton yang hadir di lapangan dapat mengerti dan memahami isi karya yang ditampilkan, karena penonton terdiri dari berbagai suku. Oratorium ini pesertanya bukan saja dari ISI Denpasar, tapi dudukung pula oleh Mahasiswa/i Universitas Mahendradata dan Sanggar Seni Paripurna, Bona Gianyar. Jenis kesenian dari luar daerah Bali seperti; Tari Berburu dari Irian Jaya, Tari Mandao dan Giring-giring dari Kalimantan, Tari Zaman dari Aceh, Tari Pakarena dari Sulawesi diramu menjadi satu keutuhan dalam rangkaian bentuk karya. Iringan yang dipakai adalah Gong Gede, sebuah barungan gambelan yang dirasa cocok untuk mengiringi thema keagungan. Tepatnya tanggal 5 Oktober 2010 pk. 10. 00 WITA, dengan didukung 500 orang penari dan penabuh,oratorium segera beraksi yang mampu memukau/memikat seluruh Pejabat, Prajurit TNI dan masyarakat. Pada akhir pertunjukan, Rekor Muri diterima oleh Bapak Panglima Kodam IX Udayana atas terbentangnya Bendera Merah Putih terbesar di Indonesia dan selanjutnya piagam penghargaan diberikan kepada Bapak Prof Dr I Wayan Rai.S, MA dari Bapak Panglima Kodam IX Udayana atas suksesnya kerjasama ISI Denpasar dengan Kodam IX Udayana melalui Oratorium Merah Putih Jambrut Khatulistiwa. 1.1 Latar Belakang Karya tari oratorium ini disajikan dalam bentuk tari kolosal dengan pertimbangan sebagai berikut :

Sejarah keemasan zaman Raja Majapahit yang dipakai sumber acuan penggarap tari oratorium, memungkinkan untuk digarap karena mengandung nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa, patriotisme dan keragaman. 2. Garapan tari yang lebih bersifat imajinatif dengan menonjolkan tari dan drama, dapat menimbulkan rangsangan emosi yang sekaligus mampu berkomunikasi dengan penonton. 3. Ingin menggarap ruang/tempat pementasan yang luas(bekas lapangan sepak bola) dengan memanfaatkan suasana dramatic yang lebih inovatif untuk mendukung cerita, sehingga kesatuan gerak, penggunaan property dan cerita yang dipergunakan menjadi satu kesatuan yang utuh
1.

1.2 Tujuan Penggarapan Adapun tujuan dari penggarapan oratorium ini adalah: 1. Mengasah sensitifitas dalam menafsirkan sebuah cerita serta meningkatkan kemampuan daya kreativitas di dalam penataan tari, dengan berbagai eksperimen yang dilakukan. 2. Dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam cerita. 3. Menambah perbendaharaan karya tari. II. PROSES GARAPAN Oratorium tari terwujud melalui suatu proses penggarapan yang cukup panjang. Ada beberapa tahap penggarapan yang ditempuh di dalam mewujudkan tari ini. Tahapan yang ditempuh di dalam penggarapan ini yaitu tahap Eksplorasi, Improvisasi dan Forming (Hawkins, 1964: 17-29). - Tahap Eksplorasi Pada tahap ini dilakukan berbagai aktivitas seperti : mencari materi melalui studi kepustakaan yang menyangkut tentang cerita Kejayaan Majapahit . Setelah mendapat cerita yang memungkinkan untuk digarap, kemudian dicoba menyusun naskah lengkap dengan struktur tari dan suasananya. Naskah yang telah tersusun kemudian diserahkan kepada penata dialog dan penata iringan untuk memulai iringannya. Di samping itu pula sudah dipilih para penari yang cocok dan mampu untuk mendukung oratorium tari. Tahap explorasi ini dilakukan selama sepuluh hari, yaitu awal September 2010. - Tahap Improvisasi Tahap ini dilakukan percobaan-percobaan dengan mencari rangsangan yang dapat menimbulkan suatu gerakan yang sesuai dengan ide ceritera yang digunakan. Improvisasi ini tidak terbatas pada gerak-gerak tari saja, namun

juga disesuaikan dengan property yang dibawa yaitu pedang, tameng,tombak bendera, umbul-umbul, kipas dan sekaligus juga mencari keserasian dengan aksen musik pengiringannya. Tahap Improvisasi penata lakukan selama sepuluh hari yaitu pertengahan September 2010. Tahap Forming Setelah ragam gerak, iringan dan narasi terpilih maka barulah gerakangerakan itu dirangkai dan kemudian diterapkan kepada para pendukung. Penuangan materi gerak dilakukan bagian demi bagian. Selama proses pembentukan ini berlangsung selalu terjadi hubungan saling mempengaruhi antara penari, penabuh dan penata sehingga terwujudlah bentuk akhir garapan oratorium tari ini. Tahap pembentukan ini dilakukan di Kampus ISI Denpasar, selama sepuluh hari yaitu sampai akhir bulan September 2010 . III. IDE GARAPAN Merah Putih Jambrut Khatulistiwa mengandung arti jiwa pemberani dengan hati tulus suci mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI).Garapan seni pertunjukan ini ingin melukiskan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa, toleransi keragaman dan patriotisme yang diwariskan oleh kerajaan besar Majapahit. Pesan yang ingin disampaikan adalah agar generasi masa kini memiliki mentalitas, kesetiaan dan bangga menjadi manusia Indonesia dalam mempertahankan dan memperjuangkan kemuliaan bangsa. Tari berbentuk oratorium ini dibawakan oleh 500 pendukung dengan iringan gambelan Gong Gede, adalah sebuah barungan gambelan terbesar di Bali yang berkarakter megah dan agung. Ringkasan Cerita Zaman keemasan Kraton Majapahit selalu dikenang dari masa kemasa dengan penuh rasa kebanggaan. Kerajaan agung yang didirikan oleh Raden Wijaya ini mewariskan semangat kebangsaan dan kenegaraan yang kemudian mewarnai lintasan sejarah Indonesia. Sumpah Palapa Patih Gajah Mada dihadapan Ratu Tribuana Tunggadewi bertekad bulat merajut Nusantara menjadi cikal bakal Negara Kesatuan Republik Indonesia. Falsafah Bhineka Tunggal Ika dalam kitab Sutasoma karya Mpu Tantular pada pemerintahan Hayam Wuruk, membingkai toleransi keberagaman dalam rekatan ke Indonesiaan bangsa kita hingga hari ini. Panji-panji merah putih yang diarak semarak pada masa kejayaan Majapahit, menjadi inspirasi dalam mengobarkan perjuangan jiwa raga tulus suci para pejuang bangsa saat mengusir penjajah, merengkuh kemerdekaan dan mempertahankan tegaknya Indonesia tercinta.

PEMBABAKAN : Babak I Mengisahkan kemegahandankejayaanMajapahit dibawah pemerintahan Ratu Tribuana Tunggadewi. Gajah Mada saat dilantik sebagai Mahapatih, mengumandangkan Sumpah Palapa. Penyatuan Bali adalah target pertama Gajah Mada. Adegan 1: Bayang-bayang kebesaran Kerajaan Sriwijaya. Adegan 2: Panji-panji kebesaran Majapahit. Adegan 3: Para prajurit/bhayangkara Wilwatikta. Adegan 4: Para dayang+Tribuana Tunggadewi+ Gajah Mada. Adegan 5: Sumpah Palapa Gajah Mada. Babak II Menggambarkan ketentraman dan kemakmuran rakyat Majapahit. Sementara Tribuana Tunggadewi beranjangsana di wilayah kekuasannya. Prajurit Wilwatikta yang dipimpin oleh Gajah Mada dengan prajurit Barabatu yang dipimpin Kebo Iwa saling mempersiapkan diri. Adegan 1: Alam asri dengan kehidupan satwa yang damai. Adegan 2: Nelayan, petani, pasar dan rakyat sejahtera. Adegan 3: Tunggadewi+Gajah Mada+ Astasura Bhumi Banten+Kebo Iwa. Adegan 4: Kesigapan Prajurit Wilwatikta dengan Prajurit Barabatu. Babak III Melukiskan Dinasti Kerajaan Majapahit yang termasyur dengan perkembangan kebudayaannya yang sangat pesat, maju dan canggih. Bait puisi Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa karya Mpu Tantular, diusung Majapahit menghargai keragaman Seni Budaya Nusantara. Adegan 1: Tari Zaman, Pakarena, Mandau, Giring-giring dan Berburu. Adegan 2: Burung Garuda + Cak. Adegan 3: Tribuana Tunggadewi + Astasura Bhumi Banten( Jempana) Adegan 4: Konfigurasi seluruh penari dengan Bendera Merah Putih. Adegan 5: Ending; Bendera terbesar di Indonesia dibentangkan.

Anda mungkin juga menyukai