Anda di halaman 1dari 6

PEMBERITAAN di Media Massa Studi Kasus Prita adalah seorang ibu rumah tangga yang ingin mencari keadilan

atas peristiwa yang menimpa dirinya. Kisahnya bermula saat ia memeriksakan kondisi kesehatannya di RS Omni Internasional, Alam Sutera, Tangerang pada 7 Agustus 2008. Laboratorium menyatakan kadar trombositnya jauh di bawah normal. Ia pun harus menjalani rawat inap dan terapi sejumlah obat. Usai beberapa hari dirawat, kesehatan Prita tidak membaik. Keluarga minta penjelasan dokter. Dokter malah merevisi hasil tes trombosit tanpa memberi lembar tertulis laboratorium. Prita pun divonis kena demam berdarah. Sembuh masih di ujung jalan. Leher Prita malah bengkak. Ia pun memutuskan pindah rumah sakit. Di rumah sakit kedua, Prita didiagnosis menderita penyakit gondong, bukan demam berdarah. Prita sembuh. Sebagai pasien, Prita merasa haknya dirugikan oleh RS Omni Internasional. Ia kemudian menulis surat keluhan. Ia mengirimkannya ke beberapa kawannya melalui email. Dengan sifatnya yang viral marketing, media internet pun membuat email tersebut beredar luas di sejumlah milis dan blog. Manajemen RS Omni Internasional itu kebakaran jenggot usai membaca surat keluhan itu. Omni pun menyeret Prita ke jalur hukum dengan tuduhan pencemaran nama baik. Prita pun mendekam di penjara selama tiga minggu dan berpisah dengan kedua anaknya yang masih menyusui. Dampak dari kasus Prita, RS Omni sepi pasien 6/6/09 Perseteruan antara RS Omni Internasional dan Prita Mulyasari yang kembali memanas memberikan pukulan telak bagi rumah sakit yang berlokasi di Kota Tangerang itu. Rumah sakit itu makin ditinggalkan pasiennya karena dianggap memberikan pelayanan yang kurang baik bagi pasiennya. Rumah sakit terlihat lengang. Tidak banyak kendaraan yang terparkir di halaman rumah sakit tersebut. Hanya tampak beberapa mobil berjejer di lahan parkir depan rumah sakit dan kendaraan roda dua di parkir basemen.

"Pastinya ada penurunan, kata Sekretaris Manager RS Omni Internasional Lalu Hadi saat ditemui di Kota Tangerang Selatan Fair, Kamis 10 Desember 2009. Meskipun mengakui adanya penurunan, Lalu Hadi tidak mau menyebutkan berapa prosentasenya. Direktur Rumah Sakit Omni Internasional Tangerang, Bina Ratna, menyatakan ingin berdamai dengan Prita Mulyasari. Mereka mencabut gugatan perdatanya serta menghapuskan kewajiban Prita membayar denda ganti rugi.

http://berita.liputan6.com/ Analisis Opini publik hingga hari ini dalam perseteruan hukum antara RS Internasional Omni Hospital, Alam Sutra, Serpong, Tangerang Selatan melawan pasiennya sendiri, Prita Mulyasari sudah jelas. Publik, terutama lewat ranah maya, membela Prita, mencerca RS OMNI, bahkan menyerukan boikot kepada rumah sakit tersebut, serta dua dokter yang menangani Prita. Sejauh ini sulit menemukan suara publik yang membela RS OMNI di dunia maya. Maka saat ini terjadi krisis pencitraan yang amat buruk bagi RS OMNI. Pendekatan terbaik saat ini adalah pendekatan komunikasi. Juru bicara RS OMNI sebaiknya adalah manajemen/direksi yang memahami komunikasi, kalau bisa juga memahami perilaku konsumen online, yang tidak hanya bicara soal pencemaran nama baik. Sebab jika bersikukuh dengan pendekatan hukum saja, dan kuasa hukum menjadi jubir seperti selama ini, dikhawatirkan perlawanan publik akan semakin kuat, seperti yang terlihat di komentar Detik.com serta berbagai gerakan di social media seperti blog dan social networking (terutama facebook). Ujung-ujungnya, citra perusahaan semakin ambruk, yang berpotensi memperburuk kinerja perusahaan, termasuk menurunnya jumlah pasien dan income perusahaan.

PIHAK TERKAIT serta KOMUNIKASI yang dilakukan

Pihak RS Omni Presiden Direktur

"Ini sudah masuk ke rana hukum, kami tidak bisa bicara soal ini," ujar Presiden Direktur Rumah Sakit Omni Internasional Sukendro saat dihubungi Tempo Direktur "Pemberitaan tersebut tidak benar dan tidak berdasar hukum," kata dr Bina Ratna, Direktur RS Omni saat jumpa pers di RS Omni, Tangerang. Promotion Communication RS Omni Internaional Ogi mengaku harus bekerja lebih berat lagi untuk meyakinkan masyarakat akan pelayanan RS Omni Internasional. "Opini masyarakat tentang RS Omni yang sudah berkembang akan selalu tetap ada di pikiran mereka. Karena itu saya selaku promotion communication melakukan upaya turun langsung ke lapangan dengan memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat, terangnya. Selain melakukan upaya pemulihan imej, RS Omni juga membuat progam special edition sebagai langkah promosi dengan sistem package (paket). "Tentu harga paket ini lebih murah dari harga normal. Karena sudah dikemas menjadi satu, tidak terpisah-pisah," ujar Ogi yang membantah ada isu RS Omni Internasional memberlakukan diskon hingga 75 sejak sejak imej negatif melekat ke rumah sakit tersebut. "Kalau ada diskon 75 persen, kita dan pegawai tidak makan dan punya gaji dong," tandasnya.

Pihak Prita Diwakili kuasa hukumnya

Prita selalu menyambut baik jalan damai yang dimediasi oleh pihak manapun sekalipun itu dari RS Omni. Hanya saja, kata dia, pihaknya akan sangat keberatan jika dalam damai itu Prita harus meminta maaf. "Karena Prita tidak bersalah," ujarnya. Menurutnya, jika memang jalan damai haru ditempuh di luar pengadilan, Prita menginginkan tidak ada yang salah dan benar dalam perkara ini. "Semua duduk bersama, saling melupakan dan tidak ada lagi gugat-menggugat. Intinya saling memahami," kata Slamet.

Pihak Pemerintah Pihak Departemen Kesehatan, Mulya Hasjmy

Kami sudah menegur pihak rumah sakit. Kalau hasil pemeriksaan kami ternyata memang terbukti rumah sakit itu bersalah, maka kami akan memberikan sanksi, ujar Sekretaris Dirjen Bina Pelayanan Medis, Departemen Kesehatan, Mulya Hasjmy. Menurut Hasjmy sanksinya dapat berupa pembinaan sampai pencabutan izin operasi rumah sakit tersebut oleh Menteri Kesehatan, tergantung dari kesalahan yang dibuat dan dampaknya. Sanksi Selain itu, Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDI) juga sedang menyelidiki kasus pengaduan Prita.

Pemberitaan Media terhadap Citra Perusahaan


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hubungan Media

Oleh: Siti Hanum H. Ilmi (210110080076)

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR 2009

Anda mungkin juga menyukai