Anda di halaman 1dari 10

Imunisasi Campak dan Polio untuk Anak Usia 0-59 Bulan BANDUNG, (PR).

Kampanye imunisasi tambahan campak dan polio di Kota Bandung dimulai Selasa (18/10) ini. Orang tua yang memiliki anak berusia 0-59 bulan dapat mendatangi pos pelayan-an imunisasi yang tersebar di beberapa posyandu yang ada di Kota Bandung. Pelayanan imunisasi tambahan di posyandu dilaksanakan selama dua minggu. Disebut sebagai imunisasitambahan karena merupakan pemberian imunisasi di luar jadwal rutin, tetapi warga tetap diwajibkan mengikuti program ini untuk menghadapi outbreak polio dan pengulangan imunisasi campak. Demikian dikatakan Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bandung dr. Rita Verita Sri H., M.M., M.H.Kes., di kantornya, Senin (17/10). "Sasaran dari kegiatan ini adalah untuk polio sebanyak 15.400 anak usia o-59 bulan, sedangkan untuk campak sebanyak 13.500 anak usia 9-59 bulan," katanya saat menjelaskan target di Kota Bandung. Menurut Rita, kampanye imunisasi tambahan ini akan berlangsung dari 18 Oktober 2011 hingga 18 November 2011. Namun, pelayanan imunisasi tambahan di posyandu hanya berlansung selama dua minggu, dari 18 Oktober 2011 hingga 2 November 2011. "Orang tua yang dalam jangka waktu itu belum bisa membawa anaknya ke posyandu karena sakit misalnya, bisa mendatangi puskesmas terdekat," ucapnya. Penyisiran Pemberian imunisasi tambahan campak dan polio disesuaikan dengan jadwal posyandu di masing-masing tempat. Dengan demikian, jadwalnya dapat berbeda antara pos\ andil satu dengan posyandu lainnya. "Ada 1.915 posyandu yang disiapkan untuk keperluan ini. Dalam sekali pelayanan ditargetkan bisa melayani 100-150 anak." ungkapnya. Penyisiran langsung pada tiap-tiap rumah oleh kader kesehatan akan dilakukan jika pada rentang waktu dua minggu ini pelayanan imunisasi tambahan di posyandu tak sesuai target. "Dengan cara seperti ini diharapkan semua anak yang menjadi sasaran bisa mendapatkan imunisasi tambahan. Minggu keempat akan dilakukan evaluasi, pencatatan dan pelaporan," ucapnya Menurut Rita, tujuan dari imunisasi tambahan campak dan polio ini untuk mereduksi angka kejadian campak dan eradifikasi polio. Di Kota Bandung, Maret 2011 lalu sempat terjadi kasus campak di lima kelurahan, salah satunya di Kelurahan Cibuntu, Cigonde-wah. dan Sukahaji Barat. "Dari kasus yang muncul itu dapat diketahui bahwa memang ada anak-anak yang belum diimunisasi campak. Dengan adanya kegiatan ini. mudah-mudahan angka kejadian campak bisa

direduksi," katanya. Menurut Rita, di Kota Bandung, cakupan imunisasi polio diharapkan mencapai 95 persen. Sementara untuk campak, cakupannya harus lebih dari 95 persen. http://bataviase.co.id/node/841236

Jakarta.promosinews.com-Save the Children program PT. Kraft Food Indonesia yang sudah berejalan dari tahun 2009, yakni program penguatan Posyandu yang dilakukan di Jawa Barat, dan Program ini akan berakhir pada 2012. Program Penguatan Posyandu di Jawa Barat ini telah menelan biaya sebesar US$ 1,9 juta ayang merupakan dari kelanjutan untuk mengatasi isu malnutrisi selama dua tahun terakhir ini. PT. Kraft Foods Indonesia dalam program ini menargetkan sebanyak 556 Posyandu di tiga kabupaten di provinsi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bandung Barat (Padalarang, Cihampelas dan Ngamprah), Kabupaten Bekasi (Cikarang Utara dan Cikarang Selatan) dan Kabupaten Karawang (Klari dan Purwasari), ungkap Devy Yheanne, head of Corporate Affairs, saat temu kader dan wartawan di Jakarta, Rabu (10/8/2011). Dalam program penguatan posyandu di Jawa Barat ini, difokuskan pada program mempromosikan praktik pemberian makan yang baik dan benar kepada balita dan anak-anak; mengajarkan ilmu pengetahuan mengenai penyediaan makanan sehari-hari dengan komposisi nutrisi yang cukup dan memperbaiki akses pelayanan menuju kesehatan yang berkualitas serta lingkungan bersih, tambah Devi. Menurut catatan di bulan November December 2010 menunjukkan hasil kerja program penguatan posyandu meningkat secara signifikan. kenaikan ini terlihat pada absensi kehadiran warga di Posyandu dari 67,8 persen menjadi 70,5 persen; kegiatan imunisasi meningkat dari 56,1 persen menjadi 61,2 persen dan terakhir, kesiapan sekolah juga meningkat dari 23,2 persen menjadi 25 persen; berarti sekitar 69.971 dari 63.000 anak-anak dan ibu sebagai penerima manfaat langsung terbukti aktif mencari bantuan agar mereka mendapatkan layanan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik. Untuk menghimbau komunitas lokal di wilayah-wilayah ini, kami bersama Save the Children menciptakan beraneka ragam aktivitas dan perayaan yang membangkitkan semangat seperti festival makanan dan distribusi obat cacing di Sekolah Dasar yang hasilnya, kurang lebih 419.307 dari 94.500 target penerima manfaat tidak langsung ikut berpartisipasi. Kesuksesan program ini kemudian dijadikan contoh program untuk diadaptasikan pada Desa Karang Satria, Bekasi dan Soe, Nusa Tenggara Timur, jelas Devi. Saya berterima kasih kepada PT. Kraft Foods Indonesia dan Save the Children dalam program penguatan posyandu ini. Semoga ini diikuti oleh instansi dan pihak-pihak swasta lain, kata Dr. Almalucyati, Mkes, MSi, MH.kes, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, yang juga turut hadir dalam acara temu kader dan wartawan di Jakarta. Hal senada juga diungkapkan Lala Borja, Indonesia Country Director Save the Children, bahwa

dengan peningkatan yang terlihat di tiga kabupaten propinsi Jawa Barat, pihaknya berharap program ini dapat menjadi panutan atau contoh yang bisa diadaptasikan pada propinsi lain di luar Jawa. Selama beberapa tahun ini, kami melihat kemajuan yang signifikan dengan kesediaan masyarakat yang mau memperbaiki dan membuat hidup mereka lebih baik lagi, tambah Lala. Tidak hanya anggota keluarga yang aktif, tetapi pemerintah lokal juga didorong untuk mendapatkan pengetahuan agar dapat mendukung Posyandu, harapnya.(topan). http://promosinews.com/kategori/berita-984-pt-kraft-food-indonesia-dukung-penguatanposyandu.html Polewali Mandar Sulawesi Barat. Anak usia 0-6 tahun yang mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan melalui POS PAUD baru mencapai 17 % atau baru sekitar 6000an anak dari total 49.000 anak di Kabupaten Polewali Mandar. Adalah Laporan yang dikeluarkan pengelola PAUD Dinas Pendidikan Kabupaten Polewali Mandar, dalam acara Workshop Menggagas Pendidikan Anak Usia Dini Berkelanjutan di Kabupaten Polewali Mandar tanggal 19- 22 November 2010. Pada tulisan ini penulis tidak akan memberikan laporan proses workshopnya, tetapi penulis mencoba menyajikan satu materi yang kebetulan dibawahkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar (dr, H Ayub Ali, MM), materi ini dibuat oleh penulis dan dipresentasekan oleh Sang Kepala Dinas Kesehatan, judul yang diberikan Panitia Workshop adalah Pelayanan Posyandu di Kelompok PAUD, Tantangan dan Peluang. Membaca judul ini ada 4 sub pokok bahasan yang perlu diurai. Pertama : Pelayanan Posyandu atau Apa Itu Posyandu. Kedua ; Kelompok PAUD, Penanggung Jawab Program PAUD adalah Dinas Pendidikan, sehingga dari sudut pandang kesehatan untuk dapat menguraikan dibuat dalam bentuk pertanyaan Apakah Itu PAUD?. Ketiga ; adalah mengurai pelayanan apa saja yang ada di Kelompok PAUD atau kegiatan apa saja yang dapat saling diintegrasikan kedalam kedua Pos ini (Posyandu dan PAUD). Dan Keempat ; adalah pembahasan tentang Tantangan dan Peluangnya.

Apa itu Posyandu ?


Posyandu yang merupakan singkatan dari Pos Pelayanan Terpadu adalah salah satu bentuk UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan dasar di wilayah kerjanya. Tujuan akhir dari keberadaan Posyandu, diarahkan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi dengan cara meningkatkan status gizi dan kesehatannya. Penyelenggaraannya adalah Kader Terlatih, dengan keanggotaannya berasal dari PKK, tokoh masyarakat, dan pemudi (Pemuda)

Sasaran pelayanan posyandu adalah seluruh masyarakat diwilayah kerjanya, utamanya Bayi, Anak Balita. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui dan Pasangan Usia Subur (PUS). Dalam melaksanakan kegiatanya dilakukan sebulan sekali. Ada 5-6 Kegiatan pelayanan yang ada di Posyandu setiap bulannya yaitu 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak berupa pelayanan ibu hamil, pelayanan ibu nifas dan ibu menyusui, serta Pelayanan Bayi dan balita. 2. Keluarga Berencana dimaksukan agar keluarga mempunyai perencanaan dalam berketurunan. 3. Imunisasi dimaksudkan untuk meningkatkan status kekebalan balita terhadap pernyakit yang mematikan. 4. Gizi (UPGK) yang lebih dikenal dengan program pemantaun pertumbuhan berat badan balita yang menggunakan sistem lima meja (Pendaftaran, Penimbangan, Pencatatan Hasil Penimbangan, konseling dan Pembagian Paket Pertolongan Gizi). Hasil disamping dapat memberikan gambaran pertumbuhan balita secara induvidu juga dapat memberikan gambaran pertumbuhan balita pada tingkat wilayah, yang dapat digunakan sebagai indikator kerawanan pangan ditingkat rumah tangga. 5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare 6. Pengobatan kesehatan Kegiatan-pelayanan di Posyandu ini, semua bersifat tehnis medis-kesehatan, artinya kedudukan Posyandu terhadap Puskesmas adalah sebagai penanggung jawab pembangunan kesehatan di wilayah kerja posyandu, hanyalah sebagai penanggung jawab teknis medis-kesehatan. Puskesmas itu sendiri adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kabupaten (kota) yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pembangunan kesehatan di Kecamatan. Unsur utama Pembina Posyandu sebenarnya, secara kelembagaan di bina oleh Pemerintahan Desa / Kelurahan dengan dukungan berbagai lintas sektoral SKPD (Satuan Kerja Pemerintahan Daerah) dengan membentuk POKJA POSYANDU. Kedudukan Posyandu terhadap Pokja (Kelompok Kerja) adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan aspek organisasi, administratif, keuangan, dan kegiatan program serta kemitraan dari Pokja-Pokja yang dibentuk oleh Pemerintahan Desa dan dukungan SKPD. Di Polewali Mandar sebelum era desentralisasi (otonomi daerah) POKJA telah terbentuk memalui SK Bupati. Dimana isi SK ini menyangkut setiap posyandu atau beberapa posyandu mendapat dukungan atau penanggung jawab dari SKPD untuk melakukan pembinaan pada aspek organisasinya, administratif, keuangan, dan kegiatan Posyandu serta jalinan kemitraan, selain dari kegiatan tehnis medis kesehatan yang telah ditangani oleh sector kesehatan. Jadi pada prinsipnya Posyandu itu adalah UKBM /KSM/Lembaga kemasyarakatan tingkat desa bergerak di bidang kesehatan, posisinya sebagai mitra kerja. Namun di sayangkan pada saat desentralisasi kebijakan ini tidak dilanjutkan lagi. Posyandu pada saat sekarang hanya melaksanakan kegiatan tehnis medis kesehatan saja. Dalam perkembangannya, posyandu diera desentralisasi dikembangkan juga kegiatan taman posyandu yaitu Yaitu Kegiatan dengan ibu-ibu yang menunggu di luar, dengan mendiskusikan 9

pesan asuhan dini tumbuh kembang anak, serta deteksi dini tumbuh-kembang pada anak usia 2-5 tahun. 9 (sembilan) Pesan itu adalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Perawatan kehamilan, persalinan dan pascasalin Gizi anak dan keluarga Perawatan pada Anak Sehat Perawatan pada Anak Sakit Rumah yang Bersih dan Sehat Mencegah Kecelakaan di Rumah Benda Menarik untuk Bermain Bermain yang diawasi Menanamkan aturan dengan penjelasan pada anak

Dan deteksi dini tumbuh-kembang pada anak usia 2-5 tahun adalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. Melatih gerakan kasar Melatih Gerakan halus Mengembangkan pengamatan Mengembangkan bicara aktif Mengembangkan sosialisasi Meningkatkan kemandirian dan disiplin.

Jadi posisi posyandu sampai dengan otonomi daerah adalah disamping berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan juga berfungsi sebagai taman posyandu, pemberi pendidikan gizi dan kesehatan pada keluarga melalui 9 pesannya dan pendidikan dini pada balitanya. Karena Fungsi pendidikan bukan merupakan tanggung jawab dari sector kesehatan, melainkan tanggung jawab dari sector pendidikan, maka kemudian Departemen Pendidikan memprogramkan Pendidikan Anak Usia Dini yang lebih dikenal dengan singkatan PAUD

Apakah PAUD Itu?


PAUD Adalah Pendidikan Anak Usia Dini. Suatu program pendidikan untuk anak usia dini (sejak lahir 6 tahun) yaitu suatu jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD itu adalah pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani (fisik) dan rohani (spiritual) agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (formal, nonformal, dan informal). PAUD sendiri termasuk upaya pendidikan non formal yang bersumber masyarakat, yang prinsipnya sama dengan posyandu upaya kesehatan non formal yang bersumber masyarakat. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ini lebih menitikberatkan pada peletakan dasar :

1. Pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kurang lebih sama dengan apa yang ada pada program taman posyandu yaitu gerakan halus dan gerakan kasar 2. Kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), pada program taman posyandu dapat dilakukan melalui pengembangan pengamatan dan bicara aktif. 3. Sosiol emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Pada program taman posyandu masuk pada aspek pengembangan sosialisasi dan peningkatan kemandirian dan disiplin. Kalau dicermati dengan baik antara pelayanan posyandu plus taman posyandunya dan penyelenggaran PAUD terlihat mempunyai kesamaan dalam hal pendidikan dini usianya, hal ini tidak menjadi persoalan kalau kemudian unsur pendidikan yang ada di taman posyandu di selenggarakan oleh Kelompok PAUD, yang menjadi persoalan adalah kegiatan pelayanan yang ada di posyandu apa saja yang dapat dilaksanakan di kelompok PAUD.

Pelayanan Posyandu di Kelompok PAUD


Yang jelas kegiatan posyandu sangat berbeda dengan kegiatan PAUD. Posyandu lebih diarahkan pada peningkatan gizi dan kesehatan anak (balita) dan PAUD lebih diarahkan pada unsur pendidikan yaitu bagaimana seorang anak usia dini, seiring dengan perkembangan daya pikir, perasaan, keyakinan, dan sosialiasi, anak yang masih DINI, harus di didik untuk berpikir baik, berperasaan baik, berkeyakinan baik dan berperilaku dengan baik walaupun itu masih dalam skala yang sangat kecil. Walaupun demikian pelayanan posyandu bukan berarti tidak bisa dilakukan di Kelompok PAUD. Pelayanan Posyandu bisa saja dilakukan di Kelompok PAUD, Karena Pelayanan kesehatan pada anak tidak dilakukan setiap hari, tetapi dilakukan dalam waktu-waktu tertentu, untuk anak normal dilakukan sebulan sekali, untuk anak-anak yang tidak normal biasanya dilakukan seminggu sekali, Bahkan untuk kegiatan Deteksi Intervensi Dini Stimulasi Anak dilakukan 6 bukan sekali. Sementara itu untuk kegiatan PAUD idealnya dilakukan setiap hari. Pelayanan Posyandu yang dapat dilakukan di Kelompok PAUD, sesuai dengan sasarannya adalah pelayanan gizi dan kesehatan bayi dan balita termasuk anak usia 5-6 tahun, sasaran pelayanan posyandu lainnya tidak bisa dilakukan di Kelompok PAUD, terutama yang berhubungan dengan sasaran, ibu hamil, ibu menyusui, WUS, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan. Pelayanan gizi dan kesehatan bayi dan balita termasuk anak usia 5-6 tahun itu adalah 1. Pemantauan Petumbuhan Berat Badan (anak sehat dan cerdas bertambah umur bertambah berat badan) 2. DDSTKB (Deteksi Dini dan Stimulasi Tumbuh Kembang Balita), Daya dengar, Daya lihat, psikologis, penentuan Status Gizi dan Kesehatan 3. Pengenalan cita-rasa makanan melalui pemberian makanan tambahan

4. Dan Pelayanan Gizi dan kesehatan anak lainnya misalnya pemberian vitamin A setiap 6 bulan sekali dan pemberian Imunisasi Dari uraian pelayanan ini, yang berhubungan dengan bayi dan balita saja termasuk anak usia 5-6 tahun yang bisa dilakukan di kelompok PAUD. Permasalahannya hanya pada Kelompok PAUD, apakah bisa dibentuk di semua lokasi posyandu, - ada sekitar 500an (Baca : Lima Ratusan) Posyandu di Polewali Mandar atau sebaliknya posyandu dapat mendukung terbentuknya kelompok PAUD, yang cakupannya baru 17 % melayani anak dengan pendidikan dan kesehatannya, merupakan suatu tantangan dan sekaligus juga peluang untuk bisa mengintegrasikan kedua pos ini (Posyandu dan PAUD) menjadi satu kesatuan yang terintegrasi dan menyeluruh (holistik) untuk peningkatan gizi, kesehatan dan pendidikan anak usia dini.

Tantangan
1. Ilmu Perkembangan Otak (emosi dan kognisi) berkembang pesat. Ilmu ini untuk mengaplikasikannya tidak semudah membalikan tangan. 2. Program Pemerintah masih terfokus pada keberlanjutan hidup (status kelangsungan hidup) dan kurang pada kualitas Anak (pendidikan dini usia) 3. Anak usia dini (< 3 tahun) masih dalam pengasuhan orang tua atau keluarga 4. Keluarga Miskin (karena adanya krisis ekonomi), kedua orangtua perlu bekerja. Pengasuhan di luar rumah menjadi kebutuhan.

Peluang
1. Desentralisasi program pendidikan dan kesehatan 2. Konsep yang jelas antara pelayanan posyandu dan penyelenggaraan PAUD 3. Tenaga kesehatan yang sudah merata dan Tenaga Kader posyandu rata-rata 3 per posyandu, khusus untuk kader masalahnya adalah mereka tidak mempunyai dasar pendidikan guru. 4. Semua dusun telah mempunyai posyandu 5. Ada media yang siap digunakan 6. Ada Dana Operasional 7. Adanya Fasilitas Pengembangan SDM (Sumber Daya Dini) dini usia 8. Solusi Terbaik untuk mempersiapkan SDM Dini Usia 9. Solusi terbaik untuk mempersiapkan generasi muda penerus cita-cita bangsa

Kesimpulan
1. Seiring dengan Pelayanan Gizi daan Kesehatan balita di Posyandu untuk peningkatan status gizi dan kesehatan yang optimal 2. Seiring itu juga muncul kemampuan anak untuk, Berpikir, Bersikap, Berkeyakinan Dan berperilaku

3. Agar tidak salah mempersiaplan SDM (Sumber Daya Manusia) unggul maka anak harus DIDIK sejak DINI USIA untuk dapat Berpikir dengan baik, Bersikap dengan baik, Berkeyakinan Dan berperilaku dengan baik dan benar. 4. Ini semua hanya bisa dilakukan dengan mengintergrasikan kegiatan pelayanan gizi dan kesehatan anak POSYANDU dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), tantangannya berat, namun demikian peluang terbuka lebar untuk mewujudkannya.

Camkan benar-benar kalimat berikut : KECERDASAN (Daya pikir dan cipta, cerdas emosi dan spritual) anak anda ditentukan oleh KUAT dan BANYAKNYA hubungan dan jaringan antar sel di dalam otak anak anda ! Disinilah pentingnya gizi-kesehatan dan stimulasi pendidikan yang diberikan Disinilah pentingnya pengalaman pada SDM DINI USIA. Disinilah peran orangtua akan sangat menentukan. PERBAIKAN GIZI-KESEHATAN dan STIMULASI PENDIDIKAN yang anda berikan kepada anak anda, akan SANGAT menentukan apakah hubungan antar sel-sel otak anak akan diperkuat atau justru diputus dan dibuang. Waktu TERPENTING dalam pertumbuhan dan perkembangan anak anda berjalan sangat cepat dan tidak akan pernah kembali lagi. Its NOW or NEVER !

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, memiliki rencana strategis yang ingin dicapai pada tahun 2010-2014 yaitu : 1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta, dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global. 2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, bermutu, dan berkeadilan, serta berbasis bukti dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif. 3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional. 4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu.

5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan. 6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggungjawab (Departemen Kesehatan, 2010).

Universitas Sumatera Utara


Dari rencana strategis ke-5 yang ingin dicapai sebagaimana tersebut di atas maka obat sebagai alat kesehatan dalam pemanfaatannya harus tepat, aman dan rasional dengan kriteria : tepat indikasi, penderita, obat, dosis, cara dan interval waktu pemberian, lama pemberian serta waspada terhadap efek samping obat dan kontraindikasi. Kecermatan dalam pemberian obat sangat diperlukan dengan meletakkan dasar pertimbangan pada azas manfaat dan resiko serta efek samping, terapi optimal perlu diupayakan untuk menghindarkan pasien dari efek samping obat dan lama pengobatan yang membuat biaya tinggi.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23428/5/Chapter%20I.pdf

ANTARAJAWABARAT.com,18/10 - Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat akan menurunkan Tim Sweeping Imunisasi Campak dan Polio Tahap III pada pekan ketiga pelaksanaan program tersebut. Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Alma Lucyati, di Bandung, Selasa, menuturkan, tujuan dibentuknya Tim Sweeping tersebut ialah untuk mengantisipasi jika ada balita yang tidak mendapatkan vaksin campak dan polio pada Imuniasi Campak dan Polio Tahap III ini. "Jadi tim sweeping yang terdiri atas petugas kesehatan, kader posyandu, dan kader PKK ini diterjunkan pada minggu ketiga setelah dicanangkan pekan imunisasi selama dua minggu," kata Alma usai menghadiri peluncuran Imunisasi Campak dan Polio Tahap III Tingkat Provinsi Jabar, di Halaman Belakang Gedung Sate Bandung. Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan Pemprov Jabar juga akan melibatkan anggota TNI/Polri serta kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam Tim Sweeping tersebut. "Tujuannya agar seluruh balita di Jabar bisa mendapatkan vaksin campak dan polio," kata Heryawan. Menurut Heryawan, Tim buru sergap itu akan menyisir balita yang belum tersentuh imunisasi, terutama di daerah-daerah terpencil. "Kalau dua minggu sekarang masih normal. Pelayanannya ada di rumah sakit, puskesmas dan posyandu. Namun, setelah dua minggu itu, tentu ada sebagian kecil yang belum tersentuh. Nah, tim buru sergap ini yang menyisir agar semua balita di Jabar bisa mendapatkan imunisasi," ujarnya. Pihaknya mengakui, sebagian penduduk di provinsi Jabar masih ada yang tinggal dipelosok wilayah sehingga susah terjangkau. Oleh karena itu, kata Heryawan, keterlibatan instansi lain seperti TNI/Polri, mutlak diperlukan agar target 100 persen balita tersentuh imunisasi bisa tercapai. "Jadi masyarakat desa tidak semua bisa ke puskesmas dan posyandu. Memang kita punya hampir

44.000 posyandu. Tetapi kemungkinan besar ada yang terlewati. Daerah terpencil itu kita libatkan http://www.antarajawabarat.com/lihat/berita/34365/dinkes-bentuk-tim-sweeping-imunisasicampak-polioTNI atau Polri," kata Heryawan.

Anda mungkin juga menyukai