Anda di halaman 1dari 8

Etika Menuntut Ilmu

Top of Form

User Rating: Poor

/ 14
Rate vote com_content 56 http://w w w .dzikir

Best
Bottom of Form

Menuntut ilmu adalah satu keharusan bagi kita kaum muslimin. Banyak sekali dalil yang menunjukkan keutam penuntut ilmu dan yang mengajarkannya.

Adab-adab dalam menuntut ilmu yang harus kita ketahui agar ilmu yang kita tuntut berfaidah bagi kita dan orang ya kita sangatlah banyak. Adab-adab tersebut di antaranya adalah : 1. Ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Taala

Hendaknya niat kita dalam menuntut ilmu adalah karena Allah Azza Wa Jalla dan untuk negeri akhirat. Apabila ses

ilmu hanya untuk mendapatkan gelar agar bisa mendapatkan kedudukan yang tinggi atau ingin menjadi orang yang

niat yang sejenisnya, maka Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Sallam telah memberi peringatan tentang hal ini dalam s

Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu dengan mengharap wajah Allah, tidaklah ia mempelajarinya m sanad yang hasan]

memperoleh harta dunia, dia takkan mendapatkan harumnya bau surga di hari kiamat. [Dekeluarkan oleh Abu

Tetapi kalau ada orang yang mengatakan bahwa saya ingin mendapatkan syahadah (MA atau Doktor, misalnya) bu

mendapatkan dunia, tetapi karena sudah menjadi peraturan yang tidak tertulis kalau seseorang yang memiliki pendi termasuk niat yang benar. 2. Untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain.

tinggi, segala ucapannya menjadi lebih didengarkan orang dalam menyampaikan ilmu atau dalam mengajar. Niat in

Semua manusia pada mulanya adalah bodoh. Kita berniat untuk menghilangkan kebodohan dari diri kita, setelah ki mengajarkan kepada orang lain itu dengan berbagai cara agar orang lain dapat mengambil faidah dari ilmu kita.

yang memiliki ilmu kita harus mengajarkannya kepada orang lain untuk menghilang kebodohan dari diri mereka

Apakah disyaratkan untuk memberi manfaat pada orang lain itu kita duduk dimasjid dan mengadakan satu penga Sholallahu Alaihi Wa Sallam bersabda : Sampaikanlah dariku walaupun cuma satu ayat (HR: Bukhari)

memberi manfaat pada orang lain dengan ilmu itu pada setiap saat? Jawaban yang benar adalah yang kedua; k

Imam Ahmad berkata: Ilmu itu tidak ada bandingannya apabila niatnya benar. Para muridnya bertanya: Baga demikian itu? Beliau menjawab: ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari orang lain. 3. Berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syariat.

Sudah menjadi keharusan bagi para penuntut ilmu berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syariat. Karena ke

sama dengan pedang kalau tidak ada seseorang yang menggunakannya ia tidak berarti apa-apa. Penuntut ilmu

agamanya dari hal-hal yang menyimpang dari agama (bidah), sebagaimana tuntunan yang diajarkan Rasulullah S

Wa Sallam. Hal ini tidak ada yang bisa melakukannya kecuali orang yang memiliki ilmu yang benar, sesuai petunju

As-Sunnah.

Niat Seseorang Dalam Menuntut Ilmu

Oleh : Abu Rashif AE Hujjatul Islam, Al-Imam Al-Ghazali menyebutkan bahawa seorang penuntut ilmu itu dibagi kepada tig (dalam persoalan niat). Golongan-golongan tersebut adalah:

1) Seseorang yang menuntut ilmu sebagai bekalannya di hari akhirat. Tiadalah tujuannya melainkan karena Allah dan semata-mata. Maka dia termasuk dalam golongan yang berjaya.

2) Seseorang yang menutut ilmu untuk membantunya dalam kehidupan dunia yang sementara. Dia mengharapkan ke pangkat dan harta, tetapi dalam masa yang sama mengetahui dan menyadari jauh di sudut hatinya keadan dirinya yan dan betapa buruk niatnya. Maka dia termasuk dalam golongan yang bahaya. Jika ajalnya dicepatkan sebelum sempat dikhawatirkan atasnya berlaku akhir yang buruk. Tetapi jika dilambatkan ajalnya, sehingga sempat dia bertaubat, dan dengan ilmunya, serta membetulkan semula semua kekurangannya yang lalu, maka dia termasuklah dalam golongan Sesungguhnya yang bertaubat dari dosa, seperti seorang yang tidak berdosa (Ibn Majah:4250).

3) Seseorang yang diperdaya oleh syaitan, maka dijadikan ilmunya sebagai jalan untuk memperbanyak harta, bermeg dengan pangkat, berasa mulia dengan ramainya pengikut. Ilmunya menjadi pintu bagi menunaikan segala harapan du masa yang sama, dia rasakan jauh di dalam hatinya bahwa dia mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Allah, keran sebagai ulama dan sifatnya yang menyerupai mereka dalam berpakaian dan tutur kata, sedangkan dia dimainkan oleh zahir dan batin. Maka dia termasuk dalam golongan yang binasa dan golongan yang bodoh yang diperdaya.
T

4. Lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat.

Apabila ada perbedaan pendapat, hendaknya penuntut ilmu menerima perbedaan itu dengan lapang dada selama pe salaf
1)

persoalaan ijtihad, bukan persoalaan aqidah, karena persoalan aqidah adalah masalah yang tidak ada perbedaan pend

. Berbeda dalam masalah ijtihad, perbedaan pendapat telah ada sejak zaman shahabat, bahkan pada m

Sholallahu Alaihi Wa Sallam masih hidup. Karena itu jangan sampai kita menghina atau menjelekkan orang lain berbeda pandapat dengan kita. 5. Mengamalkan ilmu yang telah didapatkan.

Termasuk adab yang tepenting bagi para penuntut ilmu adalah mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, karena a senjata. Ilmu atau senjata (pedang) tidak akan ada gunanya kecuali diamalkan (digunakan).

dari ilmu, baik itu aqidah, ibadah, akhlak maupun muamalah. Karena orang yang telah memiliki ilmu adalah sepert

Mengamalkan Ilmu
posted in Untaian Nasehat |

Penulis : Al Ustadz Zainul Arifin Abud Darda radhiyallahu anhu berkata:

Engkau tidak akan menjadi seorang alim hingga engkau menjadi orang yang belajar. Dan engkau tidak dianggap a suatu ilmu, sampai engkau mengamalkannya. Ali radhiyallahu anhu berkata:

Ilmu membisikkan untuk diamalkan, kalau seseorang menyambut (maka ilmu itu akan bertahan bersama dirinya). B demikian, maka ilmu itu akan pergi. Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullahu berkata:

Seorang alim senantiasa dalam keadaan bodoh hingga dia mengamalkan ilmunya. Bila dia sudah mengamalkannya menjadi alim.

(Diambil dari Awaiq Ath-Th

Sumber: Asy Syariah Vol IV/No 45/1429 H/ 2008 6. Menghormati para ulama dan memuliakan mereka.

Penuntut ilmu harus selalu lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan ulama. J mengumpat atau mencela ulama yang kebetulan keliru di dalam memutuskan suatu masalah. Mengumpat orang termasuk dosa besar apalagi kalau orang itu adalah seorang ulama. 7. Mencari kebenaran dan sabar Termasuk adab yang paling penting bagi kita sebagai seorang penuntut ilmu adalah mencari kebenaran dari

didapatkan. Mencari kebenaran dari berita berita yang sampai kepada kita yang menjadi sumber hukum. Ketika sam

sebuah hadits misalnya, kita harus meneliti lebih dahulu tentang keshahihan hadits tersebut. Kalau sudah kita temu

hadits itu adalah shahih, kita berusaha lagi mencari makna (pengertian ) dari hadits tersebut. Dalam mencari kebena

sabar, jangan tergesa-gasa, jangan cepat merasa bosan atau keluh kesah. Jangan sampai kita mempelajari satu pel yang kita tuntut.
Custom Glitter Text

setengah, belajar satu kitab sebentar lalu ganti lagi dengan kitab yang lain. Kalau seperti itu kita tidak akan mend

Asma' al-Husna

Islamic Calendar

Islamic Clock

sahabat seperjuangan Sahabatku Blogger


http://ibnabiashim

MADRASAH HADITH 1 hari yang lalu

: : " . "

( : )

La
sudnya: Hai orang-orang yang beriman mintalah pertolongan dengan sabar dan mendirikan solat, ALLAH bersama dengan orang-orang yang bersabar. (surah al-Baqarah: 153)

{ 10 : { ]

Maksudnya: Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala merek (surah az-Zumar : 10)

{(155)

Maksudnya: Dan sungguh akan Kami berikan cubaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelapara harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sab Baqarah: 155)

{ 142)

Maksudnya: Apakah kamu mengira bahawa kamu akan masuk syurga, padahal belum nyata bagi Alla

yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (surah Ali-Imran: 142)

Maksudnya: Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah kerana bencana yang menimpa mereka di jalan A lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (su 146)

{ (43)

Maksudnya: Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikia hal-hal yang diutamakan.(surah asy-Syuura: 43)

Maksudnya: Dari Abu Said yaitu Sa'ad bin Malik bin Sinan al-Khudri radhiallahu 'anhuma bahwasanya orang dari kaum Anshar meminta - sedekah - kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau memberikan mereka itu, kemudian mereka meminta lagi dan beliau pun memberinya pula sehingga habislah har sisinya, kemudian setelah habis membelanjakan segala sesuatu dengan tangannya itu beliau bersab kebaikan - yakni harta - yang ada di sisiku, maka tidak sekali-kali akan kusimpan sehingga tid kepadamu semua, tetapi oleh sebab sudah habis, maka tidak ada yang dapat diberikan. Bara menjaga diri - dari meminta-minta pada orang lain, maka akan diberikan rezeki kepuasan o barangsiapa yang merasa dirinya cukup maka akan diberikan kekayaan oleh Allah - kaya hati d barangsiapa yang berlaku sabar maka akan dikurniakan kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas kegunaannya daripada kurnia kesabaran 'alaih)

Maksudnya: Dari Abu Yahya, yaitu Shuhaib bin Sinan r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. ber

mengherankan sekali keadaan orang mu'min itu, sesungguhnya semua

keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak seseorangpun melainkan hanya untuk orang mu'min itu belaka, iaitu apabila ia mendapatkan kela (kesenangan), iapun bersyukur-lah, maka hal itu adalah kebaikan baginya,sedang apabila ia ditimp yakni bencana diapun bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan baginya." (Riwa

satu kisah renungan:

Daripada Ibn Masud berkata: seakan-akan aku melihat akan Rasulullah sedang menceritakan seorang Nabi dari kalangan para Nabi. Beliau dipukul oleh kaumnya sehingga berdarah, lalu menyapu darahnya ke mukanya sambil mengucapkan : Ya ALLAH ampinilah kaumku, sesungguhn tidak mengetahui. (riwayat Al-Bukhari)

Sudut pandanganku,

Timbul satu persoalan dalam benak fikiran ku, mengapa jiwa anak muda ini sangat terburu-buru, ter tidak menanamkan sifat sabar. Mereka terlalu mudah mengambil jalan mudah untuk mencapai matla jalan tersebut tidak ada pedoman dari ALLAH dan Rasulnya, jalan yang bertentangan dengan jalan menggunakan jalan yang batil, usaha yang batil untuk mencapai matlamat mereka walau apa pun gesa, sedangkan bersabar itu adalah jalan yang terbaik sekiranya tidak perlu kita gunakan usaha d batil.

OLEH : ABU ZAID MUHAMMAD IKHLAS BIN ROSELE

(Abu Luthfi) http://van.9f.com/adab_menuntut_ilmu.htm06-06-2008 / 12:50:06

Adab dan Etika Memburu Ilmu


Kesalahan dari seseorang yang paling pintar merupakan kesalahan paling buruk

Islam telah mengatur interaksi antara murid dan guru. Etika antara seorang yang pernah mereguk ilm atau ustadznya. Dalam sebuah syair disebutkan Barangsiapa yang mengajariku satu huruf, nis telah menjadi hambanya. Didalam sebuah Hadist disebutkan : Bukankah termasuk dalam ummatku orangyang tidak menghormati golongan yag lebih tua dan men muda serta mengetahui (hak-hak) orang-orang alim (HR. Ahmad)

Dalam QS.18:62 disebutkan : "Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada mur "Bawalah kemari makanan kita; Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini".

Didalam Al Quran diceritakan rihlah bersejarah antara Nabi yang bergelar Ulil Azmi. Seorang nabi Mu Kitab Taurat menuntut ilmu kepada seorang laki-laki (khidr). Dalam ayat tersebut dijelaskan berbagai kita sedang menuntut ilmu. Etika dalam belajar dan menuntut ilmu adalah sebagai berikut :

Pertama, motivasi yang kuat dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Sehingga hal-hal yang p merintangi seperti sulit, susah bahkan pedih bia dihadapi. Nabi Musa mengalami cobaan berat ketika daerah Majma al-Bahrain.

Kedua, Bersifat lembut penuh penghargaan terhadap guru sebagai hal mengormati dan m Sifat ini dicontoh nabi Musa kepada Khidhir as ketika meminta untuk diajari

Dalam QS.18:66 disebutkan : " Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilm di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"

Ketiga, Bersikap Shabar terhadap Guru. Ketika Nabi Musa minta diajarkan ilmu. Beliau sudah be sabar dalam mnghadapi Khidhir Didalam QS.18 :

67. Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. 68. dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yan tentang hal itu?" 69. Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak ak menentangmu dalam sesuatu urusanpun". 70. Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesua sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu".

Keempat, Tidak pernah puas dalam menuntut Ilmu. Luasnya ilmu dan kecilnya seorang manu manusia ntuk selalu belajar dan belajar selama masih hidup walaupun tahu itu tidak akan pernah sele Didalam QS.18 :

114. Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membac sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu[946], dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkan ilmu pengetahuan."

[946] Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dilarang oleh Allah menirukan bacaan Jibril a.s. kalimat dem sebelum Jibril a.s. selesai membacakannya, agar dapat Nabi Muhammad s.a.w. menghafal dan mema betul ayat yang diturunkan itu.

Kelima, Memperbaiki Niyat. Maksudnya adalah bagaimana belajar dengan niat memohon keridhoa Sehingga pekerjaan yang kita lakukan tersebut menjadi ibadah dan jihad fisabilillah. Dalam Hadist ya popular :

Sesungguhnya, sema pekerjaan itu sesuai dengan naitnya dan setiap yang diberikan ganjaran sesua perbuatannya (HR. Bukhari)

Baraangsiapa mempelajari ilmu yang seharusnya dilakukan untuk mencari keridhoan Allah SWT, nam mempelajari ilmu-ilmu itu untuk memperoleh harta-harta dunia, maka ia tidak akan mencium wewan pada hari kiamat (HR Abu Dawud dan Al Hakim)

Janganlah kamu mempelajari ilmu supaya kamu dapat berbangga dengan sesame orang berilmu dan bertengkar dengan orang-orang bodoh serta supaya menarik perhaian orang ramai kepadamu. Baran berbuat seperti itu, ia berada di neraka (HR. Ibnu Majah dan Ibunu Hibban)

Sebuah Hikmah yang masyur yang sering kita angggap sebagai hadist padahal bukan tetapi tetap be adalah Tuntutlah Ilmu sejak dalam buaian sampai liang lahat

Jika kita membaca sejara ulama-ulama salaf, betapa kerasnya mereka belajar sampai-samapai ketika pembaringan (di masa-masa akhir hayat) tetap belajr dengan mendengarkan tafsir, perkara fiqih, ilm sanak audaranya.

Beliau-beliau seolah merasa tidak tua. Umur dan kedudukan bukanlah alas an untuk malu, rendah dir dan berhenti belajar. Laksana manusia yang tidak pernah kenyang layaknya dalam hadist Dua orang yang tidak akan mera kenyang, adalah penuntut ilmu dan pencari dunia (HR. Al Bazzar)

Naim bin Hammad, Muhamma bin Ismail ash Shaaigh, Ahmad bin Hambal, Abdullah bin basyar at-Ta Amr ibnul Ula berkomitmen hanya kematian yang menghentikan usaha belajar mereka.

Apakah pantas bagi seorang kakek tua ntuk belajar? Jika kebodohan merupakan kejelekan baginya menuntut ilmu atau belajar akan memperbaiki atau memperindah dirinya.

Siapakah yang paling perlu belajar? Orang yang paling pintar dalam masyarakat. Karena, kesalahan seseorang yang paling pintar merupakan kesalahan paling buruk . Semoga Bermanfaat Ayyub Al Fath Reference : Fiqih Prioritas (Yusuf Qardhawi)

Anda mungkin juga menyukai