Makalah Agam1
Makalah Agam1
2011 / 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul JIHAD. Makalah ini di tulis untuk memenuhi nilai UTS karena ujian tersebut digantiakan dengan pembuatannya mekalah ini pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Andalas.
Dalam menyelesaikan makalah penulis dapat berbagai kesulitannya dalam penyusunan isi makalah dan pengeditannya. Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan ilmu yang baru dari Lukman.Spd yang sebentar lagi akan wisuda di Universitas Bung Hatta.
Penulis menayadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih kurang dari yang di harapakan karena sebelumnya penulis belum pernah membuat suatu makalah. Namun demikian penulis mengharapaka semoga makalh ini mendatangkan manfaat bagi pembaca dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Amin.
Penulis
B.
TUJUAN Makalah ini bertujuan untuk memberiakan akan makna jihat sebenarnya di mata ISLAM Rahmatan Lil Alamin kepada pembaca agar tidak keliru lagi akan apa yang dikatakan JIHAD itu sebenarnya.
Makna jihad menurut bahasa (lughawi) adalah kemampuan yang dicurahkan semaksimal mungkin; kadang-kadang berupa aktivitas fisik, baik menggunakan senjata atau tidak; kadangkadang dengan menggunakan harta benda dan kata-kata; kadang-kadang berupa dorongan sekuat tenaga untuk meraih target tertentu; dan sejenisnya. Makna jihad secara bahasa ini bersifat umum, yaitu kerja keras. Al-Quran telah mengarahkan makna jihad pada arti yang lebih spesifik, yaitu: Mencurahkan segenap tenaga untuk berperang di jalan Allah, baik langsung maupun dengan cara mengeluarkan harta benda, pendapat, memperbanyak logistik, dan lain-lain. Tidak kurang dari 26 kata jihad digunakan dalam ayat-ayat Madaniyah. Semuanya mengindikasikan bahwa jihad disini mengandung muatan makna perang menentang orang-orang kafir dan keutamaan orang yang pergi berperang dibandingkan dengan orang yang berdiam diri saja. Pengertian semacam ini diwakili oleh firman Allah Swt: [ ]
Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan diri kalian di jalan Allah. Yang demikian adalah lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. (TQS. at-Taubah [9]: 41) Jihad dengan makna mengerahkan segenap kekuatan untuk berperang di jalan Allah juga digunakan oleh para fuqaha. menurut mazhab Hanafi, jihad adalah mencurahkan pengorbanan dan kekuatan untuk berjuang di jalan Allah, baik dengan jiwa, harta benda, lisan dan sebagainya. Menurut mazhab Maliki, jihad berarti peperangan kaum Muslim melawan orang-orang kafir dalam rangka menegakkan kalimat Allah hingga menjadi kalimat yang paling tinggi. Para ulama mazhab Syafii juga berpendapat bahwa jihad berarti perang di jalan Allah.
Sekalipun kata jihad menurut bahasa memliki arti mencurahkan segenap tenaga, kerja keras, dan sejenisnya, tetapi syariat Islam lebih sering menggunakan kata tersebut dengan maksud tertentu, yaitu berperang di jalan Allah. Artinya, penggunaan kata jihad dalam pengertian berperang di jalan Allah lebih tepat digunakan ketimbang dalam pengertian bahasa. Hal ini sesuai dengan kaidah yang sering digunakan para ahli ushul fiqih: Makna syariat lebih utama dibandingkan dengan makna bahasa maupun makna istilah (urf). Dengan demikian, makna jihad yang lebih tepat diambil oleh kaum Muslim adalah berperang di jalan Allah melawan orang-orang kafir dalam rangka meninggikan kalimat Allah. Pengaburan makna jihad dalam pengertian syariat ini, dengan cara mengalihkannya ke pengertian yang lebih umum, seperti jihad pembangunan, me untut ilmu, mencari nafkah, berpikir keras mencari penyelesaian, dan sejenisnya yang dianggap sebagai aktivitas jihad- merupakan upaya untuk menghilangkan makna jihad dalam pengertian al-qitl, al-harb, atau al-ghazwu, yaitu berperang (di jalan Allah). Untuk menentukan bahwa suatu pertempuran itu tergolong jihad fi sabilillah (sesuai dengan definisi diatas) atau termasuk perang saja, maka kita perlu mencermati fakta tentang jenis-jenis peperangan yang dikenal dalam khasanah Islam. Di dalam Islam terdapat kurang lebih 12 jenis peperangan,
C. Perang melawan kelompok pengacau (al-hirabah atau quth at-thuruq) dari kalangan perompak dan sejenisnya.
Kelompok pengacau adalah mereka yang melakukan tindak kriminal dalam wujud sekumpulan orang bersenjata dan memiliki kekuatan. Tujuannya adalah merampok, menyamun, membunuh, menebar teror atau ketakutan terhadap masyarakat umum. Para pelakunya bisa terdiri dari empat jenis: (1) orangorang murtad; (20 orang kafir ahlu dzimmah; (3) orang-orang kafir mustaman; (4) orang Islam. Jika di dalam Daulah Islamiyah muncul kelompok semacam ini, mereka wajib diperintahkan untuk meletakkan senjata dan menyerahkan diri, setelah sebelumnya diberikan nasehat. Apabila mereka tidak mengindahkan seruan negara, maka mereka wajib diperangi. Daulah Islamiyah wajib melenyapkan ancaman mereka atas kaum Muslim. Perang melawan mereka dapat dimasukkan ke dalam golongan jihad fi sabilillah, jika sasarannya adalah orang-orang murtad, ahlu dzimmah dan orang-orang kafir mustaman. Sebaliknya, jika sasarannya adalah kaum Muslim yang melakukan kekacauan, peperangan melawan mereka tidak tergolong sebagai jihad fi sabilillah16.
D. Perang mempertahankan kehormatan secara khusus (jiwa, harta benda dan kehormatan).
Para fuqaha memberinya istilah lain dalam peperangan jenis ini, yaitu as-siyl. As-Siyl adalah tindakan ancaman atas harta benda, jiwa dan kehormatan. Ketiga perkara tersebut merupakan perkaraperkara yang harus dijaga. Hukum mempertahankan ketiga jenis perkara tersebut disyariatkan oleh Islam. Jika pihak yang merampas kehormatan, harta benda, atau pun jiwa itu adalah orang-orang kafir, maka peperangan melawan mereka dimasukkan sebagai jihad fi sabilillah. Akan tetapi jika pihak yang mertampas kehormatan, jiwa dan harta benda kaum Muslim adalah juga dari kaum Muslim, maka jenis peperangan melawan mereka tidak digolongkan sebagai jihad.
E. Perang mempertahankan kehormatan secara umum (yang menjadi hak Allah atau hak masyarakat).
Sekalipun obyeknya sama dengan jenis peperangan sebelumnya, yaitu mencakup kehormatan, harta benda dan jiwa, akan tetapi terdapat perbedaan yang mendasar dalam perkara ini. Perang dalam rangka mempertahankan kehormatan secara umum, ditujukan kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran atas kehormatan, harta benda dan jiwa, yang dimilikinya sendiri. Misalnya, sekelompok orang yang melacurkan diri, mengambil harta orang lain secara sukarela untuk berjudi, atau sekelompok orang yang bermaksud membunuh diri mereka sendiri. Inilah yang dimaksud dengan pelanggaran terhadap hak-hak Allah dan hak-hak masyarakat, karena dapat merusak kesucian jiwa dan kebersihan hidup masyarakat. Berperang untuk mengikis habis pelanggaran hak Allah dan hak masyarakat ini, di dalam fiqih Islam lebih dikenal dengan taghyir al-munkar. Negara wajib memelihara kesucian jiwa dan kebersihan hidup masyarakat dengan memerangi mereka yang akan membinasakan kehormatan, harta benda dan jiwa mereka sendiri. Perang dalam rangka ini tidak termasuk ke dalam aktivitas jihad.
Dalam bahasa berarti "Berusaha keras" atau "Berjuang" Dalam konteks Islam bermakna "Berjuang menegakkan syariat Islamiah"
Bentuk Jihad : Ber-Jihad tidak selalu harus identik dengan ber-perang secara lahiryah / fisik , sebab Jihad , antara lain , dapat berbentuk :
y y y
Perjuangan dalam diri sendiri untuk menegakkan syariat Islamiah Perjuangan terhadap orang lain , baik lisan , tulisan atau tindakan Jihad dalam bentuk pertempuran : QITAL (Contoh: At-Taubah - Ayat 111 , disebut sebagai "qital" dengan arah : "fisabilillah" - Perang dijalan Allah , tidak disebut "jihad" dengan arah "fisabilillah") Islam membenci peperangan , tetapi mewajibkan berperang , jika dan hanya jika , muslim diserang (karena agama) terlebih dahulu dan diusir dari negeri-nya ( sampai suatu batas mutlak yang ditentukan . Terlalu luas untuk dijabarkan disini ).
Surat An Nisaa - 4:84 Maka berperanglah ( qatil ) kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri . Kobarkanlah semangat para mumin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya) Al Mumtahanah 60:9 Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu , dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Saat ber-Jihad : Jihad harus dilakukan setiap saat , dalam kesadaran 24 jam sehari , sepanjang tahun , seumur hidup . Kerena didalamnya (antara lain) termasuk
y y
Perjuangan untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh allah SWT Berjuang untuk mau menjalankan perintahnya-perintahnya Seperti melawan rasa kantuk dan dingin yang menghalangi Shalat Subuh , atau bersabar untuk mengendalikan amarah, dsb .
Sering kita mendengar kata JIHAD , dan diartikan sebagai "Perang Suci" . Hal ini tidak dapat disalahkan , namun makna kata "Perang" disini sering di-baur-kan dengan pengertian perang dalam arti fisik . Ini yang harus diluruskan . Jihad dalam bahasa Arab bermakna "berjuang" atau "berusaha keras" , dan ini dapat diberlakukan bagi siapa saja , baik muslim maupun bukan muslim . Contoh : Surat Al Ankabuut - Ayat 8 Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu (jahadaka) untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Disini dilakukan oleh orang tua yang memaksakan ( berusaha keras ) agar anak-nya yang muslim kembali kepada ke-kafir-an . Dalam banyak terjemahan , jihad diartikan sebagai Perang Suci , sementara dalam Islam sendiri dilarang untuk memulai suatu peperangan , kecuali bila sudah tidak dapat dielakkan , atau memang bisa dipertanggung jawabkan secara agama (eg: untuk membela diri , atau karena diserang terlebih dahulu ). "Perang Suci" bila diterjemahkan dalam bahasa Arab adalah : "harbun muqaddasatu" (atau "al-harbu almuqaddasatu") . Tidak ada dalam Al-Qur'an atau kumpulan Hadits (asli) yang meng-arti-kan kata "jihad" sebagai "Perang Suci" , melainkan "perjuangan" atau "berusaha keras" .
Amat disayangkan bahwa banyak penulis Islam yang terpengaruh atas propaganda penterjemah barat yang mengartikan jihad sebagai "Perang Suci". Bisa saja dalam literatur barat mereka salah mengartikan jihad sebagai suatu bentuk semacam "Perang Salib" dalam sejarah Nasrani . Sekali lagi , Tidak !. Jihad bukan ber-konotasi "Perang" . Sebab perang dalam bahasa Arab adalah : "HARB" atau "QITAL" , dan ini disebutkan dalam Al-Qur'an dan Hadits sebagai kata "perang dalam arti fisik" . Bagi muslim , jihad berarti "perjuangan" atau "beruasaha dengan keras" . Yang kemudian bertransformasi sebagai kata yang mempunyai makna atau arti khusus , "membela agama" . Hal ini tentunya karena kata jihad yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Hadits , seperti contoh dalam beberapa ayat sebagai berikut : Contoh : Surat At Taubah - Ayat 24 : Katakanlah: "jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari ber-jihad di jalan-Nya , maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. Jelas disini bahwa "jihad" merupakan kata-kerja "berjuang" . Yang mana tentunya harus ditunjukkan arah atau sifat "perjuangan"-nya , yaitu : "di-jalan-Nya", jalan kebenaran membela ajaran Allah" . Sebab bisa saja "ber-jihad" membela negara . Seandainya "jihad" berarti "Perang Suci" , maka kiranya cukup disebutkan "ber-Jihad" , tanpa "di jalan-Nya"( Silahkan buka Al-Qur'an dalam tulisan / bahasa Arab-nya ) Contoh : Surat Al Furqaan - Ayat 52 : Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah (jahidhum) terhadap mereka dengan Al Qur'an dengan jihad (jihada) yang besar.
Dalam ayat ini adalah mengenai ber-jihad (berjuang) internally (dalam diri sendiri) , yaitu dengan kebenaran yang dibekali kepada kita dalam Al-Qur'an , agar tidak sampai terpengaruh atau mengikuti jalan-jalan orang kafir . Dan berhindarlah dengan perjuangan yang besar . Kita harus berjuang agar tidak terpengaruh orang pemikiran kafir , yakinkanlah diri kita akan kebenaran yang ada dalam Al-Qur'an . Yakinkanlah dengan perjuangan akbar . Biarkan mereka jalan pada jalan-nya sendiri , dan kita pada jalan Al-Qur'an.
KESIMPULAN : Pada dasar kata arti jihad adalah "berjuang" atau "ber-usaha dengan keras" , namun tidak harus berarti "perang dalam makna "fisik" . Kalau sekarang jihad telah sering diartikan sebagai "perjuangan untuk agama" , memang bisa saja dibenarkan , walau itu tidak harus berarti perjuangan fisik . Bila meng-artikan jihad hanya sebagai peperangan fisik , dan extern , untuk membela agama bisa sangat ber-bahaya , sebab akan mudah di-manfaat-kan , dan rentan terhadap fitnah . Berjihad dengan perang fisik jelas dinyatakan sebagai QITAL . Kalau mau meng-artikan Jihad sebagai "perjuangan membela agama" , maka lebih tepat bila dikatakan bahwa ber-Jihad adalah : "perjuangan menegakkan syariat Islam" . Sehingga berjihad harus -lah dilakukan setiap saat , 24 jam sehari , sepanjang tahun , seumur hidup .
y
Jihad bisa ber-arti ber-juang "Menyampaikan atau menjelaskan kepada orang lain kebenaran Ilahi , walaupun bisa digebukin orang banyak" .
Atau bisa ber-jihad dalam diri kita sendiri untuk "tidak mencuri atau men-jarah walau kita sedang lapar" .
Atau -pun bisa ber-jihad dengan "Tidak ber-riya dalam keadaan banyak rakyat sedang sulit sembako" ,
Bisa saja ber-jihad adalah : "Memaksakan diri untuk bangun pagi dan shalat Subuh , walau masih mengantuk dan dingin"
dsb .
-----------------http://www.macsonic.org/users/dajjal/jihad.html
POGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS BUNG HATA
PENDAHULUAN Pendidikan yang dilakukan saat ini harus sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kehidupan peserta didik dimasa depan. Oleh sebab itu pendidik harus mampu mngantisipasi keadaan masa depan tersebut agar pendidikan yang dilaksanakan betul-betul sesuai dengan masa depan peserta didik.
TUJUAN PEMBELAJARAN YANG AKAN DICAPAI SETELAH MEMPELAJARI TOPIK INI ADALAH: 1. Memperkirakan beberepa kemungkinan dari keadaan masa depan 2. Menjelaskan berbagai upaya pendidikan yang dilakukan dalam mengan tisipasi masa depan
1.
KECENDRUNGAN GLOBALISASI
Globalisasi mempunyai makna bahwa bumi sebagai satu kesatuan yang utuh yang seakan-akan tanpa batas administrasi Negara. Budaya yang kuat dan agresif adalah budaya yang bersifat progresif yang mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: a. Mempunyai cara berpikir yang realistis b. Mempunyai kebiasan membaca yang tinggi. c. Mempunyai kemampuan menyerap dan mengemrbangkan ilmupengetahuan dengan cepat dan banyhak d. Terbuka dan mengembangkan inovasi,bahkan selalu mencari hal-hal baru. e. Mempunyai pandangan hidup yang berdimensi local, nasional dan universal. f. Mampu memprediksi dan merencanakan masa depan.
g. Memanfaatkan teknologi yang senan tiasa berkembang. Terdapa empat bidang yang menonjol dan kuat daya dobraknya, yaitu bidang IPTEK, ekonomi, lingkungan hidup dan pendidikan. a. Bidang IPTEK. Gelobalisasi IPTEK mengalami perkembangan yang sangat cepat, terutama dengan pemanfaattan teknologi canggih dalam kehidupan manusia. Berbagai inormasi gelobal yang rinci dan teliti dapat diperoleh melalui pengindraan jarak jauh tanpa mengenal batas Negara, globalisasi IPTEK member orientasi dalam bersikap dan berfikir tanpa batas Negara,
b. Bidang ekonom iGlobalisasi ekonomi mempengaruhi perkembangan ekonoomi yang tidak lagi mengenal lagi batas-betas Negara. Akibatnya perkembangan berbagaei kelompok ekonomi regional seperti
masyarakat ekonomi eropa (MEE), area perdagangan bebas amerika utara (NAFTA), dan area prdagangan bebas asean (AFTA).
c. Bidang lingkungan hidup Lingkungan hidup menjadi bahan perbincangan dalam berbagai pertemuan internasional, seperti yang mencapai puncaknya pada konfrensi tingkat tinggi, bumi atau dengan nama resmi konfrensi PBB mengenai lingkungan hidup dan pembangunan ( UNCED) pada tahun 1992 di rio de jenerio, brazil.
d. Bidang pendidikan Bidang pendidikan khususnya dalam hal budaya nasional dan budaya nusantara mengalami perubahan dan perkembaangan yang semakin menggelobal akibat dari pengaruh buku, radio, televise dan media lainnya.
2. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Salah satu cirri masyarakat masa depan adalah perkembangan IPTEK yang semakin cepat. Perkembangan IPTEK ini dapat berdampak positif maupun negative. Dampak positifnya adalah memudahkan dalam memenuhi kebutuhan pembangunan. Segi negatifnya adalah terjadi jika kondisi social budaya belum mampu menerima perkembangan IPTEK. Untuk mengatesi hal tersebut, dalam masyarakat masa depan perlu diupayakan agar setiap anggota masyarakat melek IPTEK dalam jangkauan yang semakin luas.
3. Perkembangan arus komunikasi yang semakin cepat Semakin maju suatu masyarakat, semakin banyak informasi yang diperlukan dalam waktu yang semakin pendek serta jangkauan yang semakin luas. Miarso (1997) mengemukakan bahwa perkembangan dalam era reformasi ditandai oleh cirri-ciri sebagai berikut: a. Meningkatkan daya muat dalam mengumpulkan informasi, meyniapkan dan menyajikan. b. Meningkatkan kecepatan penyajian informasi. c. Melimpahnya miniaturisasi perangkat keras. d. Keragaman pilihan informasi. e. Biyaya perolehan informasi dari jarak jauh semakin menirun. f. Kemungkinan menggunakan produk informasi.
4. Tuntutan layanan professional Profesi pada dasarnya adalah suatu lapangan pekerjaan dengan persyaratan tertentu yaitu suatu bidang pekerjaan khusus yang ditandai dengan ke ahlian dan tanggung jawab. Suatu profesi mempunyai cirri sebagai berikut: a. Lebih mengutamakan pelayanan kemanusiaan yang ideal ysng dilakukan oleh pemaku profesi. b. Terdapet sekumpulaqn bidang ilmu yang men jadi landasan dari sejumlah teknik dan prosedur yang unik , serta diperlukan waktu yang relative apanjang untuk mempelajarinya. c. Terdapat suatu mekanisme saringan kualifikasi tertentu, sehingga hanya yang kompeten yang diperoleh melaksanakan layanan profesi itu. d. Terdapat kode etik profesi yang mengatur keanggotaan serta tingkah laku, sikap dan cara kerja anggotanya. e. Terdapaty profesi informasi yang bengsi meningkatkan layanan profesi dan melindungi anggotanya. f. Pemangku profesi memandang profesiy sebagai suatu karir.