Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH AGAMA PELAJARAN AGAMA ISLAM

DI SUSUN : O L E H PUTRA RAMADANI 1110832025

` FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK ( FISIP )

2011 / 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul JIHAD. Makalah ini di tulis untuk memenuhi nilai UTS karena ujian tersebut digantiakan dengan pembuatannya mekalah ini pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Andalas.

Dalam menyelesaikan makalah penulis dapat berbagai kesulitannya dalam penyusunan isi makalah dan pengeditannya. Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan ilmu yang baru dari Lukman.Spd yang sebentar lagi akan wisuda di Universitas Bung Hatta.

Penulis menayadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih kurang dari yang di harapakan karena sebelumnya penulis belum pernah membuat suatu makalah. Namun demikian penulis mengharapaka semoga makalh ini mendatangkan manfaat bagi pembaca dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Amin.

Padang, oktober 2011

Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG


Dengan adanya tugas PAI ini yang disuruh membuat makalah yang ada sangkut Pautannya dengan islam. Saya terfikir dengan apa yang terjadi tentang anggapan orang terhadap agama islam saat ini, mengenai ISLAM ITU TERORIS yang sudah sangat tidak asing lagi terdengar ditelinga kita semua. Semestinya Islam adalah Agama yang sempurna (QS Al Maidah: 3) dan agama yang membawa perdamaian di jagad raya ini. Mendengar dan melihat dari berbagai media massa yang beredar , saya sangat tidak setuju dengan kabar tersebut. Pelaku yang selalu tertangkap bahkan MATI , sering mengatakan bahwa mereka itu sedang ber- JIHAD dijalan allah. Pernyataan tersebut mendapat komentar dari para pemimpin / ulama di dunia, tidak tidak hanya mereka , tapi semua penganut islam di muka bumi ini. saya ingin memberitahukan sebagian informasi tentang apa itu JIHAD yang saya dapatkan dari berbagai sumber di internet dan sebagian isi makalah ini adalah ilmu yang saya dapatkan dari guru-guru ngaji saya dahulunya. yang benar itu hanya milik allah dan yang salah itu datangnya dari saya sendiri.

B.

TUJUAN Makalah ini bertujuan untuk memberiakan akan makna jihat sebenarnya di mata ISLAM Rahmatan Lil Alamin kepada pembaca agar tidak keliru lagi akan apa yang dikatakan JIHAD itu sebenarnya.

MAKNA JIHAD MENURUT ISLAM

Makna jihad menurut bahasa (lughawi) adalah kemampuan yang dicurahkan semaksimal mungkin; kadang-kadang berupa aktivitas fisik, baik menggunakan senjata atau tidak; kadangkadang dengan menggunakan harta benda dan kata-kata; kadang-kadang berupa dorongan sekuat tenaga untuk meraih target tertentu; dan sejenisnya. Makna jihad secara bahasa ini bersifat umum, yaitu kerja keras. Al-Quran telah mengarahkan makna jihad pada arti yang lebih spesifik, yaitu: Mencurahkan segenap tenaga untuk berperang di jalan Allah, baik langsung maupun dengan cara mengeluarkan harta benda, pendapat, memperbanyak logistik, dan lain-lain. Tidak kurang dari 26 kata jihad digunakan dalam ayat-ayat Madaniyah. Semuanya mengindikasikan bahwa jihad disini mengandung muatan makna perang menentang orang-orang kafir dan keutamaan orang yang pergi berperang dibandingkan dengan orang yang berdiam diri saja. Pengertian semacam ini diwakili oleh firman Allah Swt: [ ]

Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan diri kalian di jalan Allah. Yang demikian adalah lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. (TQS. at-Taubah [9]: 41) Jihad dengan makna mengerahkan segenap kekuatan untuk berperang di jalan Allah juga digunakan oleh para fuqaha. menurut mazhab Hanafi, jihad adalah mencurahkan pengorbanan dan kekuatan untuk berjuang di jalan Allah, baik dengan jiwa, harta benda, lisan dan sebagainya. Menurut mazhab Maliki, jihad berarti peperangan kaum Muslim melawan orang-orang kafir dalam rangka menegakkan kalimat Allah hingga menjadi kalimat yang paling tinggi. Para ulama mazhab Syafii juga berpendapat bahwa jihad berarti perang di jalan Allah.

Sekalipun kata jihad menurut bahasa memliki arti mencurahkan segenap tenaga, kerja keras, dan sejenisnya, tetapi syariat Islam lebih sering menggunakan kata tersebut dengan maksud tertentu, yaitu berperang di jalan Allah. Artinya, penggunaan kata jihad dalam pengertian berperang di jalan Allah lebih tepat digunakan ketimbang dalam pengertian bahasa. Hal ini sesuai dengan kaidah yang sering digunakan para ahli ushul fiqih: Makna syariat lebih utama dibandingkan dengan makna bahasa maupun makna istilah (urf). Dengan demikian, makna jihad yang lebih tepat diambil oleh kaum Muslim adalah berperang di jalan Allah melawan orang-orang kafir dalam rangka meninggikan kalimat Allah. Pengaburan makna jihad dalam pengertian syariat ini, dengan cara mengalihkannya ke pengertian yang lebih umum, seperti jihad pembangunan, me untut ilmu, mencari nafkah, berpikir keras mencari penyelesaian, dan sejenisnya yang dianggap sebagai aktivitas jihad- merupakan upaya untuk menghilangkan makna jihad dalam pengertian al-qitl, al-harb, atau al-ghazwu, yaitu berperang (di jalan Allah). Untuk menentukan bahwa suatu pertempuran itu tergolong jihad fi sabilillah (sesuai dengan definisi diatas) atau termasuk perang saja, maka kita perlu mencermati fakta tentang jenis-jenis peperangan yang dikenal dalam khasanah Islam. Di dalam Islam terdapat kurang lebih 12 jenis peperangan,

A. Perang melawan orang-orang murtad.


Murtad, menurut Imam Nawawi, adalah orang yang keluar dari agama Islam, mengeluarkan katakata atau tindakan kekufuran, dengan disertai niat, baik niatnya mencela, karena kebencian, atau pun berdasarkan keyakinan. Orang yang murtad di beri batas waktu, bisa tiga hari atau pun lebih untuk bertobat. Jika jangka waktu yang diberikan berakhir, sementara yang bersangkutan tetap tidak berubah, maka ia wajib dibunuh. Jika yang murtad itu merupakan satu komunitas, baik didukung oleh negara kafir atau pun berdiri sendiri, hukumnya juga sama, yaitu wajib diperangi sebagaimana halnya memerangi musuh, bukan seperti memerangi bught.

B. Perang melawan para pengikut bught.


Bughat adalah mereka yang memiliki kekuatan, kemudian menyatakan keluar atau memisahkan diri dari Daulah Islamiyah, melepaskan ketaatannya kepada negara (Khalifah), mengangkat senjata, dan mengumumkan perang terhadap negara. Tidak dibedakan lagi apakah mereka memisahkan diri dari Khalifah yang adil atau zhalim; baik mereka memisahkan diri karena adanya perbedaan (penafsiran) dalam agama atau mungkin ada motivasi dunia. Semuanya tergolong bughat selama mereka mengangkat senajata atau pedang terhadap kekuasaan Islam. Oleh karena itu, perang melawan bughat tidak tergolong ke dalam aktivitas jihad fi sabilillah. Ada dua alasan penting: (1) yang diperangi adalah kaum Muslim; (2) korban yang terbunuh dalam peperangan ini tidak termasuk syahid

C. Perang melawan kelompok pengacau (al-hirabah atau quth at-thuruq) dari kalangan perompak dan sejenisnya.
Kelompok pengacau adalah mereka yang melakukan tindak kriminal dalam wujud sekumpulan orang bersenjata dan memiliki kekuatan. Tujuannya adalah merampok, menyamun, membunuh, menebar teror atau ketakutan terhadap masyarakat umum. Para pelakunya bisa terdiri dari empat jenis: (1) orangorang murtad; (20 orang kafir ahlu dzimmah; (3) orang-orang kafir mustaman; (4) orang Islam. Jika di dalam Daulah Islamiyah muncul kelompok semacam ini, mereka wajib diperintahkan untuk meletakkan senjata dan menyerahkan diri, setelah sebelumnya diberikan nasehat. Apabila mereka tidak mengindahkan seruan negara, maka mereka wajib diperangi. Daulah Islamiyah wajib melenyapkan ancaman mereka atas kaum Muslim. Perang melawan mereka dapat dimasukkan ke dalam golongan jihad fi sabilillah, jika sasarannya adalah orang-orang murtad, ahlu dzimmah dan orang-orang kafir mustaman. Sebaliknya, jika sasarannya adalah kaum Muslim yang melakukan kekacauan, peperangan melawan mereka tidak tergolong sebagai jihad fi sabilillah16.

D. Perang mempertahankan kehormatan secara khusus (jiwa, harta benda dan kehormatan).
Para fuqaha memberinya istilah lain dalam peperangan jenis ini, yaitu as-siyl. As-Siyl adalah tindakan ancaman atas harta benda, jiwa dan kehormatan. Ketiga perkara tersebut merupakan perkaraperkara yang harus dijaga. Hukum mempertahankan ketiga jenis perkara tersebut disyariatkan oleh Islam. Jika pihak yang merampas kehormatan, harta benda, atau pun jiwa itu adalah orang-orang kafir, maka peperangan melawan mereka dimasukkan sebagai jihad fi sabilillah. Akan tetapi jika pihak yang mertampas kehormatan, jiwa dan harta benda kaum Muslim adalah juga dari kaum Muslim, maka jenis peperangan melawan mereka tidak digolongkan sebagai jihad.

E. Perang mempertahankan kehormatan secara umum (yang menjadi hak Allah atau hak masyarakat).
Sekalipun obyeknya sama dengan jenis peperangan sebelumnya, yaitu mencakup kehormatan, harta benda dan jiwa, akan tetapi terdapat perbedaan yang mendasar dalam perkara ini. Perang dalam rangka mempertahankan kehormatan secara umum, ditujukan kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran atas kehormatan, harta benda dan jiwa, yang dimilikinya sendiri. Misalnya, sekelompok orang yang melacurkan diri, mengambil harta orang lain secara sukarela untuk berjudi, atau sekelompok orang yang bermaksud membunuh diri mereka sendiri. Inilah yang dimaksud dengan pelanggaran terhadap hak-hak Allah dan hak-hak masyarakat, karena dapat merusak kesucian jiwa dan kebersihan hidup masyarakat. Berperang untuk mengikis habis pelanggaran hak Allah dan hak masyarakat ini, di dalam fiqih Islam lebih dikenal dengan taghyir al-munkar. Negara wajib memelihara kesucian jiwa dan kebersihan hidup masyarakat dengan memerangi mereka yang akan membinasakan kehormatan, harta benda dan jiwa mereka sendiri. Perang dalam rangka ini tidak termasuk ke dalam aktivitas jihad.

F. Perang menentang penyelewengan penguasa.


Peperangan jenis ini, dalam fiqih Islam dikenal dengan beberapa istilah, seperti al-khurj (pemisahan diri), ats-tsaurah (pemberontakan atau kudeta), an-nuhdl (kebangkitan), al-fitnah (fitnah), qitl azh-zhulmah (memerangi kezhaliman), qitl al-umar (memerangi penguasa), inqilb (revolusi), harakat tahririyah li tashh al-auda (gerakan pembebasan untuk perbaikan), harb ahliyah (perang saudara), dan lain-lain. Yang perlu diingat, peperangan jenis ini berada dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah, yakni tatkala di dalamnya tampak penyelewengan penguasa dalam: 1. Meninggalkan shalat, puasa, atau rukun Islam lainnya. 2. Tidak menegakkan rukun Islam di tengah-tengah masyarakat. 3. Melakukan kemaksiatan secara terang-terangan. 4. Melakukan kekufuran secara terang-terangan. Peperangan jenis ini memerlukan burhn (bukti) yang pasti bahwa Khalifah benar-benar telah menyimpang dari hukum Islam yang qathi dengan menjalankan kekufuran. Dalam kondisi semacam ini, seorang Khalifah harus dilengserkan dan dianggap murtad. Jika ia melawan, maka perang melawannya dapat dikategorikan sebagai jihad. Jika Khalifah hanya melakukan penyelewengan saja, tidak sampai melakukan kekufuran secara terang-terangan tetapi mengharuskan dirinya dilengserkan dari kedudukannya sebagai Khalifah, sementara ia tidak bersedia diturunkan, maka perang melawannya sama dengan melawan bught, tidak dikategorikan sebagai jihad.

G. Perang fitnah (perang saudara).


Perang saudara disini maksudnya adalah perang antara dua pihak atau lebih yang melibatkan kaum Muslim yang tidak dibenarkan oleh syariat Islam. Contoh yang paling mudah untuk perang saudara ini adalah apa yang terjadi dan dialami oleh kaum Muslim di Afghanistan (pada masa pemerintahan Thaliban). Perang saudara semacam ini tidak digolongkan sebagai jihad fi sabilillah. Bahkan, banyak hadits yang melarangnya, sementara para pelakunya diancam akan dimasukkan ke dalam neraka.

H. Perang melawan perampas kekuasaan


Kekuasaan itu ada di tangan rakyat (umat). Demikian kesimpulan dari berbagai hadits yang menyangkut baiat. Baiat berasal dari umat yang diberikan kepada Rasulullah saw, atau para Khalifah setelah beliau. Artinya, orang yang memperoleh kekuasaan bukan melalui tangan umat atau melalui paksaan dianggap sebagai pihak yang merampas kekuasaan. Perang melawan pihak yang merampas kekuasaan tidak digolongkan sebagai jihad. Meskipun demikian, dalam kasus ini, terdapat dua pendapat yang berbeda di kalangan sahabat. Ali bin Abi Thalib ra menganggapnya sebagai jihad. Sikap beliau diwujudkan dalam tindakannya, yakni tidak memandikan jenazah para sahabatnya yang gugur dalam perang Shiffin. Sebaliknya adalah pendapat Asma binti Abubakar. Ia memandikan anaknya, yakni Abdullah bin Zubair tatkala berperang melawan pihak yang merampas kekuasan, yaitu Marwan bin Hakam.

I. Perang melawan ahlu dzimmah.


Ahlu dzimmah adalah setiap orang non muslim yang menjadi rakyat (warga negara) Daulah Islamiyah dan dibiarkan memeluk agamanya. Ahlu dzimmah adalah orang yang terikat perjanjian dengan Daulah Islamiyah serta memperoleh dzimmah (jaminan) dari negara atas jiwa, kehormatan dan harta bendanya. Oleh karena itu, pelanggaran terhadap perjanjian tersebut dapat menggugurkan status dzimmah mereka. Pelanggaran tersebut mencakup setiap perkara yang mengganggu atau menghilangkan harta benda, jiwa dan kehormatan kaum Muslim, seperti : (1) membantu menyerang kaum Muslim, (2) membunuh kaum Muslim, (3) merampok harta benda kaum Muslim, (4) menjadi perusuh, (5) membocorkan rahasia kaum Muslim kepada musuh, (6) menodai kehormatan wanita muslimah, (7) mempengaruhi kaum Muslim agar memeluk agama mereka yang kafir. Berbagai pelanggaran ini jika dilakukan oleh ahlu dzimmah dapat menggugurkan dzimmah (jaminan) negara atas keselamatan harta benda, kehormatan dan jiwa mereka. Perang melawan ahlu dzimmah semacam ini termasuk jihad fi sabilillah. Alasannya, status mereka pada kondisi demikian telah berubah menjadi kafir harbi, karena mereka telah kehilangan dzimmahnya. Kasus semacam ini akan dihadapi jika mereka benar-benar melakukan konspirasi bersama dengan orang-orang kafir harbi untuk menyerang kaum Muslim.

J. Perang untuk menegakkan Daulah Islam.


Untuk mengetahui pakah perang jenis ini temasuk jihad fi sabilillah atau bukan, harus dicermati dulu faktanya. Pertama, jika sasaran perang dalam rangka menegakkan Daulah Islamiyah itu berasal dari kalangan kaum Muslim yang tidak setuju dengan tegaknya Daulah Islamiyah, maka perang jenis ini dimasukkan ke dalam perang melawan bughat. Kedua, perang melawan ahlu dzimmah yang tidak mau tunduk kepada Daulah Islamiyah yang baru berdiri, maka peperangannya dianggap sebagai jihad melawan orang-orang kafir harbi. Ketiga, perang melawan negeri-negeri Islam yang tidak mau bergabung dalam naungan Daulah Islamiyah. Perang jenis ini dimasukkan sebagai perang melawan bught. Keempat, perang melawan penjajah atau negara-negara kafir yang tidak ingin melihat berdirinya Daulah islamiyah. Perang jenis ini digolongkan sebagai jihad fi sabilillah.

K. Perang untuk menyatukan negeri-negeri Islam.


Perang untuk menyatukan negeri-negeri Islam pada dasarnya tergolong perang untuk menegakkan kalimat Allah. Meskipun demikian, perlu dicermati sasarannya. Jika yang diperangi adalah orang-orang kafir atau ahlu dzimmah yang telah mencampakkan perjanjiannya, maka melawan mereka dikategorikan sebagai jihad. Akan tetapi, jika yang diperangi adalah sesama kaum Muslim yang teguh pada nasionalisme atau kebangsaannya, sementara mereka dijadikan alat oleh negara-negara kafir untuk melawan sesama kaum Muslim, maka perang melawan mereka tidak dikategorikan sebagai jihad fi sabilillah. Berdasarkan uraian singkat ini, kaum Muslim bisa lebih berhati-hati dalam menyikapi provokasi, ajakan, maupun seruan-seruan jihad yang disalahgunakan oleh banyak pihak yang didasarkan pada kepentingan politik tertentu. Alih-alih mengharapkan mati syahid, yang diperoleh ternyata mati konyol. Naudzi billahi min dzalika.

Arti dan Makna :


y y

Dalam bahasa berarti "Berusaha keras" atau "Berjuang" Dalam konteks Islam bermakna "Berjuang menegakkan syariat Islamiah"

Bentuk Jihad : Ber-Jihad tidak selalu harus identik dengan ber-perang secara lahiryah / fisik , sebab Jihad , antara lain , dapat berbentuk :
y y y

Perjuangan dalam diri sendiri untuk menegakkan syariat Islamiah Perjuangan terhadap orang lain , baik lisan , tulisan atau tindakan Jihad dalam bentuk pertempuran : QITAL (Contoh: At-Taubah - Ayat 111 , disebut sebagai "qital" dengan arah : "fisabilillah" - Perang dijalan Allah , tidak disebut "jihad" dengan arah "fisabilillah") Islam membenci peperangan , tetapi mewajibkan berperang , jika dan hanya jika , muslim diserang (karena agama) terlebih dahulu dan diusir dari negeri-nya ( sampai suatu batas mutlak yang ditentukan . Terlalu luas untuk dijabarkan disini ).

Surat An Nisaa - 4:84 Maka berperanglah ( qatil ) kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri . Kobarkanlah semangat para mumin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya) Al Mumtahanah 60:9 Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu , dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Saat ber-Jihad : Jihad harus dilakukan setiap saat , dalam kesadaran 24 jam sehari , sepanjang tahun , seumur hidup . Kerena didalamnya (antara lain) termasuk
y y

Perjuangan untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh allah SWT Berjuang untuk mau menjalankan perintahnya-perintahnya Seperti melawan rasa kantuk dan dingin yang menghalangi Shalat Subuh , atau bersabar untuk mengendalikan amarah, dsb .

Sering kita mendengar kata JIHAD , dan diartikan sebagai "Perang Suci" . Hal ini tidak dapat disalahkan , namun makna kata "Perang" disini sering di-baur-kan dengan pengertian perang dalam arti fisik . Ini yang harus diluruskan . Jihad dalam bahasa Arab bermakna "berjuang" atau "berusaha keras" , dan ini dapat diberlakukan bagi siapa saja , baik muslim maupun bukan muslim . Contoh : Surat Al Ankabuut - Ayat 8 Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu (jahadaka) untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Disini dilakukan oleh orang tua yang memaksakan ( berusaha keras ) agar anak-nya yang muslim kembali kepada ke-kafir-an . Dalam banyak terjemahan , jihad diartikan sebagai Perang Suci , sementara dalam Islam sendiri dilarang untuk memulai suatu peperangan , kecuali bila sudah tidak dapat dielakkan , atau memang bisa dipertanggung jawabkan secara agama (eg: untuk membela diri , atau karena diserang terlebih dahulu ). "Perang Suci" bila diterjemahkan dalam bahasa Arab adalah : "harbun muqaddasatu" (atau "al-harbu almuqaddasatu") . Tidak ada dalam Al-Qur'an atau kumpulan Hadits (asli) yang meng-arti-kan kata "jihad" sebagai "Perang Suci" , melainkan "perjuangan" atau "berusaha keras" .

Amat disayangkan bahwa banyak penulis Islam yang terpengaruh atas propaganda penterjemah barat yang mengartikan jihad sebagai "Perang Suci". Bisa saja dalam literatur barat mereka salah mengartikan jihad sebagai suatu bentuk semacam "Perang Salib" dalam sejarah Nasrani . Sekali lagi , Tidak !. Jihad bukan ber-konotasi "Perang" . Sebab perang dalam bahasa Arab adalah : "HARB" atau "QITAL" , dan ini disebutkan dalam Al-Qur'an dan Hadits sebagai kata "perang dalam arti fisik" . Bagi muslim , jihad berarti "perjuangan" atau "beruasaha dengan keras" . Yang kemudian bertransformasi sebagai kata yang mempunyai makna atau arti khusus , "membela agama" . Hal ini tentunya karena kata jihad yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Hadits , seperti contoh dalam beberapa ayat sebagai berikut : Contoh : Surat At Taubah - Ayat 24 : Katakanlah: "jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari ber-jihad di jalan-Nya , maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. Jelas disini bahwa "jihad" merupakan kata-kerja "berjuang" . Yang mana tentunya harus ditunjukkan arah atau sifat "perjuangan"-nya , yaitu : "di-jalan-Nya", jalan kebenaran membela ajaran Allah" . Sebab bisa saja "ber-jihad" membela negara . Seandainya "jihad" berarti "Perang Suci" , maka kiranya cukup disebutkan "ber-Jihad" , tanpa "di jalan-Nya"( Silahkan buka Al-Qur'an dalam tulisan / bahasa Arab-nya ) Contoh : Surat Al Furqaan - Ayat 52 : Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah (jahidhum) terhadap mereka dengan Al Qur'an dengan jihad (jihada) yang besar.

Dalam ayat ini adalah mengenai ber-jihad (berjuang) internally (dalam diri sendiri) , yaitu dengan kebenaran yang dibekali kepada kita dalam Al-Qur'an , agar tidak sampai terpengaruh atau mengikuti jalan-jalan orang kafir . Dan berhindarlah dengan perjuangan yang besar . Kita harus berjuang agar tidak terpengaruh orang pemikiran kafir , yakinkanlah diri kita akan kebenaran yang ada dalam Al-Qur'an . Yakinkanlah dengan perjuangan akbar . Biarkan mereka jalan pada jalan-nya sendiri , dan kita pada jalan Al-Qur'an.

KESIMPULAN : Pada dasar kata arti jihad adalah "berjuang" atau "ber-usaha dengan keras" , namun tidak harus berarti "perang dalam makna "fisik" . Kalau sekarang jihad telah sering diartikan sebagai "perjuangan untuk agama" , memang bisa saja dibenarkan , walau itu tidak harus berarti perjuangan fisik . Bila meng-artikan jihad hanya sebagai peperangan fisik , dan extern , untuk membela agama bisa sangat ber-bahaya , sebab akan mudah di-manfaat-kan , dan rentan terhadap fitnah . Berjihad dengan perang fisik jelas dinyatakan sebagai QITAL . Kalau mau meng-artikan Jihad sebagai "perjuangan membela agama" , maka lebih tepat bila dikatakan bahwa ber-Jihad adalah : "perjuangan menegakkan syariat Islam" . Sehingga berjihad harus -lah dilakukan setiap saat , 24 jam sehari , sepanjang tahun , seumur hidup .
y

Jihad bisa ber-arti ber-juang "Menyampaikan atau menjelaskan kepada orang lain kebenaran Ilahi , walaupun bisa digebukin orang banyak" .

Atau bisa ber-jihad dalam diri kita sendiri untuk "tidak mencuri atau men-jarah walau kita sedang lapar" .

Atau -pun bisa ber-jihad dengan "Tidak ber-riya dalam keadaan banyak rakyat sedang sulit sembako" ,

Bisa saja ber-jihad adalah : "Memaksakan diri untuk bangun pagi dan shalat Subuh , walau masih mengantuk dan dingin"

dsb .

DAFTAR PUSTAKA  di kutip dari http://wisnusudibjo.wordpress.com/2009/03/02/makna-jihad-menurut-islam/

 -----------------http://www.macsonic.org/users/dajjal/jihad.html

BAHAN AJAR PENGANTAR PENDIDIKAN

DITULIS OLEH RIDHOLAMONA PUTRI SUCI RAMADHAN

POGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS BUNG HATA

PENDAHULUAN Pendidikan yang dilakukan saat ini harus sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kehidupan peserta didik dimasa depan. Oleh sebab itu pendidik harus mampu mngantisipasi keadaan masa depan tersebut agar pendidikan yang dilaksanakan betul-betul sesuai dengan masa depan peserta didik.

TUJUAN PEMBELAJARAN YANG AKAN DICAPAI SETELAH MEMPELAJARI TOPIK INI ADALAH: 1. Memperkirakan beberepa kemungkinan dari keadaan masa depan 2. Menjelaskan berbagai upaya pendidikan yang dilakukan dalam mengan tisipasi masa depan

A PERKIRAAN MASAYARAKAT MASADE


Perubahan masyarakat dan kebudayaan dari hari kehari semakin cepat yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Perubahan yang semakin cepat ini merupakan cirri masyarakat masa depan yang dapat dilihat dari kreateristik (1) adanya kecendrungan globalisasi (2)perkembangan iptek yang semakin cepat (3)perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat (4) tuntutan pelayanan yang lebih professional dalam segala kehidupan manusia.

1.

KECENDRUNGAN GLOBALISASI

Globalisasi mempunyai makna bahwa bumi sebagai satu kesatuan yang utuh yang seakan-akan tanpa batas administrasi Negara. Budaya yang kuat dan agresif adalah budaya yang bersifat progresif yang mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: a. Mempunyai cara berpikir yang realistis b. Mempunyai kebiasan membaca yang tinggi. c. Mempunyai kemampuan menyerap dan mengemrbangkan ilmupengetahuan dengan cepat dan banyhak d. Terbuka dan mengembangkan inovasi,bahkan selalu mencari hal-hal baru. e. Mempunyai pandangan hidup yang berdimensi local, nasional dan universal. f. Mampu memprediksi dan merencanakan masa depan.

g. Memanfaatkan teknologi yang senan tiasa berkembang. Terdapa empat bidang yang menonjol dan kuat daya dobraknya, yaitu bidang IPTEK, ekonomi, lingkungan hidup dan pendidikan. a. Bidang IPTEK. Gelobalisasi IPTEK mengalami perkembangan yang sangat cepat, terutama dengan pemanfaattan teknologi canggih dalam kehidupan manusia. Berbagai inormasi gelobal yang rinci dan teliti dapat diperoleh melalui pengindraan jarak jauh tanpa mengenal batas Negara, globalisasi IPTEK member orientasi dalam bersikap dan berfikir tanpa batas Negara,

b. Bidang ekonom iGlobalisasi ekonomi mempengaruhi perkembangan ekonoomi yang tidak lagi mengenal lagi batas-betas Negara. Akibatnya perkembangan berbagaei kelompok ekonomi regional seperti

masyarakat ekonomi eropa (MEE), area perdagangan bebas amerika utara (NAFTA), dan area prdagangan bebas asean (AFTA).

c. Bidang lingkungan hidup Lingkungan hidup menjadi bahan perbincangan dalam berbagai pertemuan internasional, seperti yang mencapai puncaknya pada konfrensi tingkat tinggi, bumi atau dengan nama resmi konfrensi PBB mengenai lingkungan hidup dan pembangunan ( UNCED) pada tahun 1992 di rio de jenerio, brazil.

d. Bidang pendidikan Bidang pendidikan khususnya dalam hal budaya nasional dan budaya nusantara mengalami perubahan dan perkembaangan yang semakin menggelobal akibat dari pengaruh buku, radio, televise dan media lainnya.

2. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Salah satu cirri masyarakat masa depan adalah perkembangan IPTEK yang semakin cepat. Perkembangan IPTEK ini dapat berdampak positif maupun negative. Dampak positifnya adalah memudahkan dalam memenuhi kebutuhan pembangunan. Segi negatifnya adalah terjadi jika kondisi social budaya belum mampu menerima perkembangan IPTEK. Untuk mengatesi hal tersebut, dalam masyarakat masa depan perlu diupayakan agar setiap anggota masyarakat melek IPTEK dalam jangkauan yang semakin luas.

3. Perkembangan arus komunikasi yang semakin cepat Semakin maju suatu masyarakat, semakin banyak informasi yang diperlukan dalam waktu yang semakin pendek serta jangkauan yang semakin luas. Miarso (1997) mengemukakan bahwa perkembangan dalam era reformasi ditandai oleh cirri-ciri sebagai berikut: a. Meningkatkan daya muat dalam mengumpulkan informasi, meyniapkan dan menyajikan. b. Meningkatkan kecepatan penyajian informasi. c. Melimpahnya miniaturisasi perangkat keras. d. Keragaman pilihan informasi. e. Biyaya perolehan informasi dari jarak jauh semakin menirun. f. Kemungkinan menggunakan produk informasi.

g. Distribusi informasi semakin luas. h. Meningkatnya kegunaan informasi.

4. Tuntutan layanan professional Profesi pada dasarnya adalah suatu lapangan pekerjaan dengan persyaratan tertentu yaitu suatu bidang pekerjaan khusus yang ditandai dengan ke ahlian dan tanggung jawab. Suatu profesi mempunyai cirri sebagai berikut: a. Lebih mengutamakan pelayanan kemanusiaan yang ideal ysng dilakukan oleh pemaku profesi. b. Terdapet sekumpulaqn bidang ilmu yang men jadi landasan dari sejumlah teknik dan prosedur yang unik , serta diperlukan waktu yang relative apanjang untuk mempelajarinya. c. Terdapat suatu mekanisme saringan kualifikasi tertentu, sehingga hanya yang kompeten yang diperoleh melaksanakan layanan profesi itu. d. Terdapat kode etik profesi yang mengatur keanggotaan serta tingkah laku, sikap dan cara kerja anggotanya. e. Terdapaty profesi informasi yang bengsi meningkatkan layanan profesi dan melindungi anggotanya. f. Pemangku profesi memandang profesiy sebagai suatu karir.

Anda mungkin juga menyukai