Anda di halaman 1dari 6

Naga Penjaga Danau

Tak ada yang berani macam-macam di Danau Segara. Danau yang luasnya sejauh pandangan mata, yang kedalamannya entah batasnya. Padang rumput hijau bukit-bukit memanjang di utara, rerimbun semak dan pohonan di sisi selatan, di barat hutan rimba raya, dan sebuah perkampungan kecil di tepian timurnya, terbatasi ladang dan huma yang jadi sumber penghidupan orang-orang kampung itu.

Tak ada orang luar yang bisa menjamah danau itu tanpa sepengetahuan dan seizin penghuni kampung itu. Lagi pula, tak ada yang bisa menuju ke sana tanpa melewati pematang sawah dan ladang para penduduk, yang berpetak-petak, dengan pagar-pagar batu dan tanaman, juga kumpulan-kumpulan ternak bertanduk tajam. Tak ada yang menjamin orang bisa keluar dari sana, menemukan jalan pulang setelah menempuh rute yang berkelok-kelok penuh simpang dan tikungan.

***

Aku tak percaya! seru Bram yang mendengar kisah Reza.

Kalau tak percaya, kenapa air liurmu jatuh pengen datang ke sana? jawab Reza. Teman-temannya yang lain tertawa mendengar olok-olok itu.

Kenapa kampung itu dinamakan Kampung Naga? Kampung itu bukan kampung tempat tinggal naga, bukan?! tanya Ika yang dari tadi matanya membelalak ketakutan.

Boleh juga dibilang seperti itu. Karena orang-orang kampung itu seperti para naga yang menjaga Danau Segara. Tapi itu cerita lain lagi.

Ayo, ceritakan. Ceritakan! Bahrul, Alfis, dan Abrar serempak berteriak.

Bagaimana ya. Tidak bisa, aku tidak boleh menceritakannya pada kalian. Kenapa? Kamu belum mengarang cerita tentang itu ya? ejek Bram.

Aku tidak boleh menceritakannya! Tetua Kampung Naga melarangku menyebarkan cerita itu! jawab Reza tampak marah karena dianggap hanya mengarang cerita bohong.

Jangan bohong, Reza. Tidak ada lagi wilayah terpencil yang tersembunyi dan tidak pernah didatangi orang luar, Lena yang dari tadi diam saja ikut unjuk bicara.

Yang lain jadi ragu-ragu, mereka saling pandang dan kemudian menunggu Reza menyanggah ucapan Lena itu. Tetapi, Reza diam saja.

Iya juga, Za. Aku juga belum pernah mendengar atau membaca kisah daerah itu. Tidak mungkin cerita semenarik itu tidak masuk berita televisi atau koran, kata Gebby mendukung sanggahan Lena.

Lalu terjadilah kehebohan. Reza mengeluarkan bukti kebenaran, sebuah foto yang menunjukkan dirinya berpose di tepi sebuah danau yang sangat luas. Jauh di belakang tampak perbukitan padang rumput. Dan kabut yang putih memenuhi gambar itu, menjadikannya sangat misterius. Anak-anak berebut dan kemudian bergiliran melihat foto itu dengan mata membelalak dan mulut ternganga takjub.

Tapi Putri tidak, keningnya berkerut. Ia seperti pernah melihat gambar pemandangan itu.

Kenapa kamu tega sekali, Za? kata Putri tiba-tiba. Semua memandang putri keheranan. Reza tersenyum-senyum nakal. Anak-anak jadi melongo kebingungan.

Reza mengeluarkan sebuah kertas besar dengan beberapa foto yang menempel di sana. Dibentangkannya kertas itu dan semua jadi bisa melihat rangkaian foto yang ada di sana.

Ini kan Danau Sunter, seru Gebby sambil menunjuk foto paling atas.

Dan ini fotomu oh, ini perubahan gambarnya jadi, jadi ini foto yang diolah dengan komputer, heh! Bram menimpali ucapan Gebby dengan geram.

Ya, benar, jawab Reza sambil mengeluarkan sebuah foto besar rombongan kelas mereka berpose ceria dengan latar belakang Danau Segara.

Itu foto kita dari kunjungan ke Danau Sunter bulan lalu, bukan?!

Ya. Ini memang foto yang diolah dengan komputer. Dan, cerita itu memang hanya karanganku saja. Tapi Danau Sunter di masa lalu bisa jadi seindah Danau Segara

Lalu? tanya Lena.

Aku sedih melihat Danau Sunter yang semakin lama semakin sempit saja. Orang-orang sesukanya menguruk dan mendirikan bangunan, orang-orang membuang sampah seenaknya saja. Seperti kata Bu Guru, semua itu yang menyebabkan banjir melanda kota kita. Ketika aku menceritakan keadaan itu kepada ayahku, dibikinkannya aku foto-foto ini.

Reza mengeluarkan rangkaian foto Danau Sunter yang telah diubah dengan menggunakan program komputer. Pada foto pertama, tampak rombongan kelas mereka berpose

dengan gembira di danau itu, kemudian tampak foto-foto yang semakin lama semakin banyak sampah dan bangunan yang memenuhi danau itu, dan akhirnya foto rombongan kelas mereka yang berpose di atas kubangan kecil air yang hitam tertimbun tumpukan sampah yang menggunung. Terakhir, sebuah foto dari kejadian banjir besar yang melanda kota itu awal tahun lalu.

Hiii menakutkan sekali.

Mengerikan!

Menyedihkan ya Danau Sunter memang dalam bahaya.

Kota kita bisa tenggelam!

Nah, mulai sekarang jangan buang sampah sembarangan.

Kita hemat penggunaan plastik dan barang-barang yang bisa menjadi sampah!

Kita kerja bakti membersihkan sampah!

Anak-anak berebut mengajukan usul. Semua bersemangat dengan kehadiran foto yang menggugah kesadaran itu. Semua ingin ambil bagian dalam menjaga kelestarian alam. Dan kembali Reza yang kebagian tugas untuk merayu ayahnya agar membuat poster dan stiker untuk disebarkan. Tak apa, Reza akan melakukannya dengan lebih bersemangat. Tentu saja, ada banyak teman yang mendukungnya. Semua harus memberi peran, sekecil apapun itu. Sebab, hanya ada satu bumi, dan seluruh umat manusia wajib ikut menjaga kelestariannya. Semua

berhak berjuang untuk keselamatan alam dan lingkungan, yang berarti juga keselamatan dan kelangsungan hidup kita. *****

Dragon Keeper Lake No one dared all sorts of Lake Segara. The extent of the lake as far as the eye, the depth limit either. Meadow green hills stretching to the north, shrubs and trees rerimbun on the south side, in the western jungle forest, and a small village at its eastern edge, a limited field for dry rice cultivation fields and livelihoods so the village people. No one can touch the outside of the lake without the knowledge and permission of the village residents. After all, nobody can go there without passing through rice fields and fields of population, checkered with stone fences and plants, as well as a collection of sharp-horned herd. There's no guarantee that people can get out of there, find their way home after a meandering route full of intersections and corners. - *** "I do not believe it!" Said Bram who heard the story of Reza. "If you do not believe, why water liurmu want to come down there?" Said Reza. Another of his friends laughed at that joke. "Why is the village called Kampung Naga? Village village residence was not a dragon, right? "Said Ika who had been his eyes wide in horror. "That sounds exactly like that. Because the village people were like dragons guarding the Lake Segara. But ... that's another story .... " "Come on, tell me. Tell me! "Bahr, Alfis, and Abrar shouted in unison. "How ya .... No, I can not tell you. "" Why? You have not made up a story about it? "Sneered Bram. "I can not tell! Kampung Naga elders told me not to spread the story! "Said Reza looked angry because they are just making up a false story. "Do not lie, Reza. No more hidden and remote areas never visited by outsiders, "Lena who had been silent join talk show. The others hesitated, they looked at each other and then wait for Lena Reza denied saying it. However, Reza said nothing. "Yeah well, Za. I also have never heard or read the story of the area. It's not as interesting as the story may not get the television news or newspapers, "said Lena Gebby support the rebuttal. Then there was the excitement. Reza issued a proof of the truth, a picture showing him posing on the edge of a vast lake. Far behind the hills of the prairie look. And the white fog meets the picture, making it very mysterious. The children scramble and then turns to see the photo with wide eyes and mouth open in amazement. But the princess did not, his brow furrowed. He had seen a picture like that scene.

"How could you all, Za?" Said the Princess suddenly. All the girls looked surprised. Reza smiling mischievously. Children are so open-mouthed confusion. Reza pulled out a large piece of paper with a few pictures that stick in there. Dibentangkannya the paper and all so you can see a series of photographs that were there. "It's Lake Sunter," exclaimed, pointing Gebby top photo. "And this picture ... oh, it changes the picture ... so, so these images are processed by computer, heh!" Bram replied indignantly Gebby greeting. "Yes, true," Reza said as he pulled out a photograph of the group cheerfully posing with their class background "Lake Segara". "That's our picture from a visit to Lake Sunter last month, is not it?" "Yes. This image is processed by computer. And, the story is just my paper only. But Lake Sunter in the past can be as beautiful as Lake Segara " "Yes," said Lena. "I'm sad to see the Lake Sunter an increasingly narrow course. The people at will bury and put up buildings, people throw garbage offhand. As the teacher said, all that which caused the flooding of our city. When I told my situation to my father, I dibikinkannya these photos. " Reza issued a series of photographs of Lake Sunter who have been altered using a computer program. In the first photo, it appears their class group posing happily in the sea, and pictures appear more and more waste and the building meets the lake, and eventually their class group photos posing on top of a small pool of black water that accumulated pile garbage piled up. Finally, a photograph of the great floods that hit the city early last year. "Hiii ... very scary." "Terrible!" "Sadly yes ... Lake Sunter was in danger." "Our city could drown!" "Well, from now on do not litter." "We are saving the use of plastics and items that could become waste!" "We're working to clean the garbage!" Children scramble to propose. All excited by the presence of an evocative photograph that awareness. Everybody wants to take part in conserving nature. And re-Reza who gets the task to persuade his father to make a poster and stickers for distribution. Never mind, Reza will do it with more vigor. Of course, there are many friends who support them. All should be given a role, however small it is. Therefore, there is only one earth, and all mankind must take to maintain its sustainability. All are entitled to fight for nature and environmental safety, which also means safety and our survival. *****

Anda mungkin juga menyukai