Anda di halaman 1dari 5

Filsafat islam filsafat menurut pandangan para ulama hubungan antara filsafat dengan ajaran agama islam ilmu

lmu filsafat diharamkan oleh para ulama dan dianggap ilmu sesat pandangan islam terhadap ilmu filsafat
Posted on Februari 14, 2009 by Situs islam: www.almanhaj.or.id , www.alsofwah.or.id , www.muslim.or.id Filsafat islam filsafat menurut pandangan para ulama hubungan antara filsafat dengan ajaran agama islam ilmu filsafat diharamkan oleh para ulama dan dianggap ilmu sesat pandangan islam terhadap ilmu filsafat ============================== Para ulama yang menganggap filsafat sebagai ilmu sesat adalah para ulama arab saudi dan seluruh ulama di dunia ini yang beraliran salafy/wahaby/ ahlus sunnah wal jamaah. Dalam berbagai buku dan majalah dikatakan bahwa filsafat adalah ilmu sesat yang bertentangan dengan ajaran islam. Namun harus diingat bahwa definisi ilmu filsafat yang dianggap sesat adalah ilmu filsafat yang bertentangan dengan ajaran islam. Imam Ghazali telah menulis buku yang mengkritik filsafat dan menyatakan kafirnya berbagai ajaran fisafat. Namun kemudian Ibnu Rusyd (pengarang kitab bidayatul mujtahid) menulis buku yang membantah buku Imam Ghazali tersebut, dikabarkan bahwa Ibnu Rusyd membela filsafat, mungkin filsafat yang dibela ibnu rusyd adalah filsafat yang tidak bertentangan dengan ajaran islam. Demikianlah kira-kira yang tercantum dalam buku pelajaran agama islam untuk SMA/ SMP, saya agak lupa. Dengan demikian bisa dibilang bahwa ilmu filsafat itu terdiri dari dua bagian, bagian pertama yang tidak bertentangan dengan ajaran islam dan bagian kedua yang bertentangan dengan ajarn islam. Dan patut diingat bahwa dalam beragama kita tidak memerlukan filsafat karena nabi dan para sahabatnya juga tidak mengajarkan ilmu filsafat. Ar-Roziy berkata dalam kitab Aqsaamul Ladzdzat : Saya telah menelaah buku-buku ilmu kalam dan manhaj filsafat, tidaklah saya mendapatkan kepuasan padanya lalu saya memandang manhaj yang paling benar adalah manhaj Al-Quran(dan seterusnya). Abu Hamidz Al-Ghozali berkata di awal kitabnya Al-Ihya : Jika kamu bertanya : Mengapa dalam pembagian ilmu tidak disebutkan ilmu kalam dan filsafat dan mohon dijelaskan apakah keduanya itu tercela atau terpuji ? maka ketahuilah hasil yang dimiliki ilmu kalam dalam pembatasan dalil-dalil yang bermanfaat, telah dimiliki oleh Al-Quran dan Hadits (Al-Akhbaar) dan semua yang keluar darinya adakalanya perdebatan yang tercela dan ini termasuk kebidahan dan adakalanya kekacauan karena kontradiksi kelompok-kelompok dan berpanjang lebar menukil pendapat-pendapat yang kebanyakan

adalah perkataan sia-sia dan ingauan yang dicela oleh tabiat manusia dan ditolak oleh pendengaran dan sebagiannya pembahasan yang sama sekali tidak berhubungan dengan agama dan tidak ada sedikitpun terjadi di zaman pertama (dan seterusnya). ========================================= Berikut ini saya kutipkan makalah Syaikh Mansyhur bin Hasan Ali Salman yang mengharamkan filsafat: Sumber : http://www.almanhaj.or.id/content/1936/slash/0 Haram Menjual Buku-Buku Filsafat Dan Ilmu Kalam Ibnu Katsier berkata dalam Al Bidayah wan Nihayah 11/69 ketika membeberkan kejadian-kejadian pada tahun 279H: Dalam tahun ini diumumkan tentang terlarangnya penjualan buku-buku filsafat, ilmu kalam dan debat. Itu merupakan keinginan Abul Abbas Al Mutadhid, penguasa Islam. Hafizhuddin bin Muhammad yang terkenal dengan sebutan al-Kardiry (w.872H) menceritakan sebuah hikayat yang bagus untuk menjelaskan nilai buku-buku ini (filsafat) disisi para shahabat Nabi. Beliau berkata : Diceritakan, ketika Amr bin Al-Ash menguasai kota Iskandariyah, disana ada seorang ahli filsafat bernama Yahya, yang digelari Thumathikus -yaitu ahli ilmu nahwu- , dan penduduk Iskandariyah melaknat dirinya. Ia menganut sekte AlYaqubiyah dalam masalah trinitas, kemudian ia meninggalkan trinitas. Maka penduduk Mesir yang beragama Nasrani mendebatnya dan menjatuhkan martabatnya di tengahtengah masyarakat. Takkala Iskandariyah dikuasai Amr, maka ia selalu menyertai Amr dan suatu hari ia berkata kepada Amr: Engkau telah mengetahui rahasia penduduk negeri ini, dan engkau menyegel seluruh gudang yang ada, dan engkau tidak mau mengambil menfaat darinya, padahal dalam hal ini tidak seorangpun yang menentangmu. Dan apa-apa yang tidak engkau manfaatkan maka lebih baik diserahkan kepada kami saja!. Maka Amr berkata :Apa yang kau butuhkan? Yahya berkata :Buku-buku filsafat yang ada di gudang. Itu tidak mungkin kecuali dengan ijin dari Amirul mukminin, jawab Amr. Kemudian Umar menulis (jawaban) kepada Amr: Adapun buku-buku yang telah kau ceritakan ,jika sesuai dengan Kitabullah, maka Kitabullah sudah mencukupinya, jika tidak sesuai dengan Kitabullah maka tidak diperlukan.(Oleh karena itu) Lenyapkanlah buku-buku itu. Maka Amr membagikan buku-buku tersebut pada perapian-perapian di Iskandariyah dan memerintahkan untuk membakar buku-buku tersebut, sehingga selesailah pemusnahan buku-buku filsafat dalam jangka 6 bulan. Haram Menjual Buku-Buku Karya Al-Hallaj, Ibnu Arabi Dan Tokoh-Tokoh Sufi Lainnya Al-Malik Al-Muayyib Ismail Abu Fida dalam Akhbar Al-Basyar 4/79 :Ketika tahun 744H, di tahun itu kami mengkoyak-koyak dan mencuci (melunturkan tinta) Kitab

Fushulul Hikam karya Muhyidin Ibnu Arabi di Madrasah Al-Ush-furiyah di Halb sesudah pelajaran (didepan murid) sebagai peringatan haramnya menelaah dan memiliki kitab tersebut dan aku berkata : Kitab Fushuh ini sebenarnya tidaklah berharga .Aku membaca goresan-goresannya. Ternyata isinya adalah sebaliknya (dari judulnya) [Disalin dari Majalah As-Sunnah edisi 12/Th.IV/1421-2000. Diterjemahkan secara ringkas oleh Aris Munandar bin.S.Ahmadi al-Lamfuji, Penerbit Yayasn Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Purwodadi Km 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183] ================================================ Di antara sebab perpecahan paling dominan sejak dulu sampai sekarang adalah banyaknya umat Islam yang terpengaruh ideologi serta filsafat yang datang dari negerinegeri kafir. Apapun jenis pemikiran, ideologi dan filsafat tersebut, tetap dinyatakan berbahaya selama berkaitan dengan masalah agama, kebudayaan, hukum dan etika. Dan menerima barang-barang impor tersebut termasuk mengikuti tradisi orang-orang sebelum kita sebagaimana yang disitir Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits beliau. Artinya : Kalian bakal mengikuti tradisi orang-orang sebelum kamu [Al-Hadits] Oleh sebab itul pula setiap firqah (kelompok) dalam Islam membuat-buat sebagian besar prinsip-prinsipnya dari sekte-sekte terdahulu, Kelompok Rafidhah mengambil prinsip mereka dari Yahudi dan Majusi, kelompok Jahmiyah dan Mutazilah mengambil prinsipprinsip ajaran mereka dari Ash-Shaibah dan filsafat Yunani. Kelompok Qadariyah mengambil prinsip ajaran mereka dari Nasrani. Begitulah seterusnya. [Disalin dari kitab Al-Iftiraaq Mafhumuhu ashabuhu subulul wiqayatu minhu, edisi Indonesia Perpecahan Umat ! Etiologi & Solusinya, oleh Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-'Aql, terbitan Darul Haq, penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari] Sumber : http://www.almanhaj.or.id/content/1027/slash/0 ========================================================== Inilah Ibnu Taimiyah. Dia telah menulis bantahan kepada Asyariyah dan Mutakallimin (ahli filsafat) dalam kitab-kitab yang besar. Diantaranya, kitab bantahan kepada Fakhruddin Ar-Razi yang telah membangun madzhabnya yang menyimpang dalam sebuah kitab, yang dinamakan dengan At-Tasis. Ibnu Taimiyah menulis bantahan kepadanya sebanyak 4 jilid. Kitab yang dibantah tersebut sekitar kurang lebih seratus halaman. Dibantah oleh Ibnu Taimiyah dengan kitab sebanyak 4 jilid. Berisi tentang penjelasan kesesatan Jahmiyah dan pembongkaran dasar-dasar bidah halamiyah (filsafat). Kitab tersebut, dua jilid besar telah dicetak dan selebihnya insya Allah akan dicetak dalam waktu dekat. [Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun VI/1423H/2002M, Diambil dari materi ceramah Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halabi Tanggal 3-6

Muharram 1423H di Mahad Ali Al-Irsayd Surabaya dengan judul Alam Dakwah Salafiyah Diterjemahkan oleh Azhar Rabbani dan Muslim Atsari]

4 Tanggapan
1. ugi, on Februari 25, 2009 at 6:55 am said: tapi bagaimana kalo dengan filsafat justru menuju makin gambalng, makin lurus, makin imanbla bla. apakan masih dilarang???? dengan mengkhawatirkan filsafat bisa menyesatkan, kok ada kecurigaan bahwa kita nggak yakin dengan iman kita ya? buktinya takut kalo2 dengan filsafat malah sesat
o

xxxx, on September 6, 2009 at 4:40 am said: kita kaji dari awal, filsafat merupakan buah pemikiran dari seseorang tentang kebjaksanaan, sedangkan agama merupakan ajaran mengenai kehidupan baik dunia maupun akhirat yang sudah jelas pedomannya yaitu al quran. jelas sudah bahwa pemikiran bisa saja menyeleweng dari alquran dan hal ini yang ditakuti.

2. ading Nashrulloh, on Agustus 2, 2009 at 3:27 am said: Berfilsafat adalah berfikir. Berfikir selevel dengan membaca. Keduanya memiliki fungsi penting untuk mengantarkan manusia pada ilmu. Ilmu adalah apa-apa yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Jadi berfilsafat bermanfaat untuk mengantarkan manusia kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Jika kemudian timbul fllsuf tidak beriman kepada kedua kitab itu, tidak lantas berarti filsafat menjadi sesat. Sebab bukankah, sesat itu pilihan. Pilihan timbul dari pemahaman. Pemahaman timbul dari berfilsafat, berfikir dan membaca. Jika kita membunuh potensi manusia untuk memilih, berfilsafat, berfikir dan membaca, bagaimana mungkin agama ini bisa diterima manusia. Akal itu, atau katakanlah filsafat itu, bisa mengenal kebenaran, tetapi tidak mampu meraih kebenaran, karena itu akal harus dipandu oleh wahyu supaya bukan cuma mengenal, tapi juga sampai pada kebenaran. Kita memang menyesalkan orang-orang yang ahli filsafat tetapi kemudian ia meninggalkan agamanya, dan memilih cara hidup yang oleh wahyu dikatakan sesat dan haram. Mereka adalah manusia berakal, tetapi tidak menerima wahyu. Saya setuju kalau ada yang berpendapat bahwa tokoh pertama pemuja akal adalah syetan. Tetapi ini tidak berati bahwa akal itu harus dibunuh, dikerdilkan, dikucilkan. Agama, adalah untuk yang berakal. Agama menaruh perhatian yang besar terhadap akal. Seharusnya seorang ulama, itu harus melampoi para filsuf baik dalam pengetahuannya terhadap filsfat, maupun dalam sistematika berfikirnya. Beruntunglah ulama yang akalnya disinari cahaya wahyu, sumber kebenaran yang tak dapat dilampoi akal manusia. Tetapi, tidaklah bijak kita mengkritik filsafat

tanpa melihat akan fungsi dan perannya yang besar dalam membuka cakrawala manusia terhadap keagungan Allah yang ada pada alam semesta, yang ada pada diri manusia sendiri. Filsafat bisa menyesatkan. Ya, itu betul. Filsafat bisa meluruskan, itu juga betul. Ini bukan suatu kontradiksi. Filsafat itu alat. Alat itu mengikuti siapa yang menggunakannya. Kita mengenal para filsuf Barat, semuanya bukan muslim. Apalagi, tokoh-tokoh abad modern, hampir semuanya merupakan tokoh-tokoh matrealisme, yang menolak keberadaan Allah.Mereka manusia besar tetapi tidak bersanding dengan Islam. Ini tak perlu disayangkan. Yang patut kita sayangkan, kita Muslim, tetapi tidak berfikir besar, yang diakui oleh peradaban ilmiah zaman sekarang. KIta sudah punya agama yang besar, tetapi pemeluknya masih tidur-tiduran. Jumlah muslim 1 miliar, tapi konon Arab Saudi, tempat ulama salafi itu berasal, tak punya nyali untuk berperang membela negara tetangganya, yakni Palestina. Kemana suara ulama salafi dalam membela rakyat palestina? Dan penulis surat ini, sebetulnya belum sama sekali berbuat banyak untuk agama ini, apalagi untuk Palestina. Ini tanda kita miskin, daya jihad, my brother. Kutulis tulisan ini, sebagai tanpa cinta. 3. uno, on Oktober 12, 2009 at 8:08 pm said: saya setuju filsafat di katakan haram kenapa karena dalam pelajarannya menanyakan apakah benar ada keberadaan tuhan itu ?? memang ini akan membuat kita merasa beriman dan merasa tuhan memang ada tapi suatu saat didalam hati kita pasti bertanya apakah memang ada. itu saja sudah musrik takabur karena mengajarkan bahwa semua itu kita yang menentukan karena kita yang menjalankan ga ada namanya tuhan di situ. itu aja udah ga bagus kan lalu orang jadi ber-tanya2 jika seseorang yang rapuh ke imanannya jelas akan terpengaruh jd pesannya tetap berhati hati dalam mempelajari sesuatu karena kiamat nanti adalah dimana sudah banyak orang yang sudah tidak percaya akan keberadaan sang pencipta

Anda mungkin juga menyukai