Anda di halaman 1dari 2

Hadis-Hadis Tentang Perempuan Dilarang Memakai Parfum Dra. Nurmahni, M.Ag.

Program Studi Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan Abstrak Keberadaan hadis-hadis tentang larangan perempuan memakai parfum menarik untuk diteliti karena beberapa alasan. Pertama hadis ini terkesan bertentangan dengan semangat keadilan jender karena memperlakukan laki-laki dan perempuan secara berbeda dalam hal pemakaian parfum. Kedua, hadis-hadis ini tampak bertentangan dengan hadishadis lainnya yang justeru memperlakukan laki-laki dan perempuan sama misalnya hadis yang melarang laki-laki dan perempuan memakai parfum pada saat melaksanakan ibadah haji dan umrah. Ketiga, hadis -hadis tampak sangat mendeskriditkan perempuan karena menilainya sebagai pezina hanya karena memakai parfum. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui kualitas sanad dan matan hadis-hadis tersebut dan pemahaman terhadapnya. Fokus utama penelitian ini adalah hadis-hadis tentang perempuan dilarang memakai parfum terdapat dalam kutub al-tis'ah (sembilan kitab hadis induk). Metode yang digunakan di sini adalah metode takhrij al-hadis dan ma'ani al-hadis. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan digunakan sumber data primer yaitu: Kutub al-Tis'ah (sembilan kitab hadis induk), kitab-kitab Rijal al-Hadis, dan kitab Syarh Hadis. Di samping sumber primer juga digunakan sumber sekunder berupa kitab tafsir, kitab fiqh, buku-buku dan juga artikel-artikel yang berkaitan dengan masalah penelitian. Sedangkan kamus-kamus digunakan sebagai sumber pembantu. Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan metode takhrij al-hadist dan metode ma'ani al-hadits, sedangkan untuk menganalisa datanya digunakan metode deskriptif analisis. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa kualitas sanad hadis tentang larangan perempuan memakai parfum memiliki nilai yang bervariasi. Hadis dengan lafaz bernilai shahih; hadis dengan lafaz bernilai dha'if; dan hadis dengan lafaz bernilai shahih. Hadis-hadis dinilai shahih karena sanad dan matan-nya memenuhi kriteria ke-shahih-an sanad dan matan hadis. Adapun hadis yang dinilai dha'if disebabkan karena tidak memenuhi kriteria ke-shahih-an sanad, dalam hal ini ada rawi yang dinilai tidak adil dan dhabith. Pemahaman terhadap hadis tentang larangan perempuan memakai parfum telah dilakukan oleh ulama hadis dan fiqh. Ulama hadis dan fiqh terbagi menjadi dua kelompok dalam memahaminya. Kelompok pertama cenderung memahami hadis-hadis secara tekstual dengan melarang perempuan memakai parfum secara mutlak. Sedangkan kelompok kedua lebih memahami hadis-hadis tersebut secara kontekstual, bahwa larangan perempuan memakai parfum tidak bersifat mutlak melainkan tergantung pada 'llat-'illat tertentu, meliputi: jenis parfum, motivasi, waktu dan tempat pemakaian parfum. Pemahaman alternatif yang coba ditawarkan peneliti adalah memahami hadis ini secara kontekstual dengan menginterpretasi ulang kata-kata kunci dalam matan hadis; menjelaskan maksud hadis di antara hadis-hadis lain yang berada dalam satu tema; dan posisi Nabi SAW ketika menyampaikan hadis-tersebut. Bahwa

hadis-hadis tersebut disampaikan Nabi SAW dalam rangka membentuk perempuan muslim menjadi perempuan terhormat dan bermartabat. Kata Kunci: Hadis, Perempuan, Parfum, keadilan gender.

Anda mungkin juga menyukai