Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola secara baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut dapat tercapai dengan memilih model pembelajaran yang tepat. Upaya meningkatkan mutu, efisiensi, dan efektifitas pendidikan nasional tidak hanya ditentukan oleh jumlah tenaga pengajar dan kualitas yang memadai secara profesional, tetapi juga peran perangkat pembelajaran yang digunakan, bahkan mungkin termasuk salah satu faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan pendidikan nasional. Untuk mendapatkan hasil pendidikan yang mampu mencetak tenaga profesional yang berkualitas dan memiliki kepekaan terhadap lingkungan, mampu berfikir logis dan sistematis, maka pelaksanaan pendidikan harus dilaksanakan dengan terarah dan sebaikbaiknya. SMK Negeri 2 Merangin adalah bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sekolah menengah kejuruan kelompok teknologi indusri terdiri dari beberapa jurusan diantaranya adalah jurusan teknik mesin. Salah

satu mata diklat yang diberikan pada SMK N 2 Merangin jurusan teknik mesin adalah mata diklat Membaca Gambar Teknik (MGT). Mata diklat MGT ini mempelajari tentang materi menggambar dasar meliputi menggambar garis, huruf, proyeksi dan sebagainya yang sangat dibutuhkan bagi peserta didik. Masalah utama dalam pembelajaran saat ini ialah penggunaan metode atau model pembelajaran secara tepat yang memenuhi muatan tatanan nilai agar dapat diinternalisasikan pada diri siswa serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, tampaknya belum memenuhi harapan yang diinginkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey awal, bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa kelas X SMK Negeri 2 Merangin, dalam mata diklat MGT dua tahun terakhir ini tidaklah memuaskan, masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah standar KKM yaitu 70. Ini bisa dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Hasil ujian semester mata diklat MGT pada tahun ajaran 2009/2010dan 2010/2011 sebelum diremedial. HASIL UJIAN SEMESTER 2009/2010 2010/2011 Nilai XTP1 XTP2 XTP1 XTP2 0-50 3 5 8 13 2 2 0 5 9 10 4 1 1 8 6 9 5 2 0 51-60 7 61-70 16 71-80 3 81-90 1 91-100 0 sumber: Guru mata diklat MGT

Berdasarkan hasil informasi dari guru SMK N 2 Merangin, menunjukkan bahwa mata diklat membaca gambar teknik merupakan salah satu mata diklat yang sering dikeluhkan siswa. Hal ini dikarenakan materinya sulit dipahami dan model pembelajaran yang digunakan guru masih kurang menarik dan cenderung memakai metode konvensional (metode ceramah dan penugasan). Tidak adanya perangkat pembelajaran yang memadai, seperti buku penunjang pembelajaran juga menjadi salah satu faktor penyebab pembelajaran berlangsung kurang menarik dan membosankan sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Selain itu faktor lain disebabkan oleh faktor sarana dan prasana penunjang dalam pembelajaran MGT, seperti meja gambar, kursi, serta alat-alat untuk menggambar. Mengatasai hal tersebut berbagai metode, strategi dan pendekatan telah di temukan oleh para ahli salah satunya yaitu pengajaran individual. Dimana pengajaran individual merupakan salah satu upaya memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, peserta didik kecepatan dan caranya sendiri. Perbedaan individual antara perlu mendapat perhatian dan dimanfaatkan, untuk

mendorongnya agar dapat mencapai tingkat perkembangan yang optimal seperti yang diungkapaan oleh Blomm dalam Soenarwan (2002: 33). Salah satu model pengajaran individual adalah pengajaran dengan modul. Modul merupakan satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa kepada dirinya sendiri, setelah siswa melakukan satuan yang satu, dia melangkah maju mempelajari satuan berikutnya

(Winkel:1999). Setiap modul merupakan suatu unit program belajar mengajar terkecil yang secara terinci menggariskan tujuan belajar, peranan guru, alatalat serta sumber yang dipakai, kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa secara berurutan dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya, siswa diberikan tes formatif untuk mengevalusi pemahaman siswa tentang modul yang
dipelajarinya, yang nantinya siswa mendapat umpan balik segera setelah

mengerjakan tes formatif. Jika tes formatif tidak memuaskan siswa dapat mengulang (remedial) kembali modul tersebut setelah memperoleh hasil yang bagus baru bisa melanjutkan pada modul berikutnya. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dikutip dari skripsi Muhammad Roziqin (2009), tentang pengembangan modul Mata Kuliah Instrumentasi dan Kendali berbasis computer interactive and assisted learning pokok bahasan PLC (Suhermanto, 2007), diperoleh hasil sebagai berikut: 1) hasil penilaian dosen ahli dan mahasiswa terhadap modul yang dikembangkan adalah baik (3,39), sehingga modul yang dikembangkan dapat diujicobakan. 2) modul instrumentasi dan kendali yang dikembangkan adalah efektif untuk digunakan dalam perkuliahan instrumentasi dan kendali. Hasil pengamatan aktivitas dosen dan mahasiswa yang paling dominan selama mengikuti ujicoba adalah menggunakan modul selama perkuliahan, yaitu pada waktu dosen menjelaskan materi maupun pada waktu mahasiswa bekerja menggunakan alat bantu. Hasil dari tes belajar mahasiswa menunjukkan tercapainya ketuntasan belajar seluruh mahasiswa (100%) setelah mengikuti perkuliahan menggunakan modul instrumentasi dan

kendali. Seluruh mahasiswa (100%) juga berpendapat adanya modul mata kuliah instrumentasi dan kendali dapat membantu mahasiswa di dalam memahami materi perkuliahan dan meningkatkan motivasi mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan. Dengan memperhatikan hasil 2 (dua) penelitian diatas maka bisa disimpulkan beberapa rujukan permasalahan antara lain: 1) Hasil penelitian di atas menunjukkan keefektifan pembelajaran modul, dan dari penelitian terdahulu juga mencantumkan saran agar pembelajaran modul juga diterapkan pada mata diklat yang lain. 2) Proses belajar mengajar pada mata diklat yang tidak mengintegrasikan dengan penggunaan modul ajar. Untuk selanjutnya diarahkan pada lingkup yang lebih luas serta penggunaan perangkat pembelajaran lain yang lebih kompleks dan bervariatif. Menyikapi kondisi diatas maka sebuah pendekatan dalam

pembelajaran secara individual untuk Proses Belajar Mengajar (PBM) yang menggunakan modul ditawarkan salah satu solusi untuk mengatasi kendalakendala dan keterbatasan yang muncul pada kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan penjabaran diatas maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Pembelajaran Modul dan Non Modul Pada Mata Diklat Membaca Gambar Teknik (MGT) di SMK N 2 Merangin.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu: 1. Materi pelajaran MGT yang sulit dipahami oleh siswa. 2. Model pembelajaran yang digunakan guru masih kurang menarik dan cenderung memakai metode konvensional (metode ceramah dan penugasan). 3. Tidak adanya perangkat pembelajaran pembelajaran berlangsung yang memadai sehingga dan

menyebabkan membosankan.

kurang

menarik

4. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata diklat Membaca Gambar Teknik (MGT). 5. Kurangnya sarana prasarana penunjang dalam pembelajaran mata diklat MGT.

C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas serta untuk mencapai sasaran penelitian serta mengingat akan keterbatasan waktu, kemampuan dan luasnya permasalahan, maka penulis memberikan batasan-batasan tentang ruang lingkup penelitian, yaitu: 1. Model pembelajaran yang digunakan guru masih kurang menarik dan cenderung memakai metode konvensional (metode ceramah dan penugasan).

2. Tidak

adanya

perangkat pembelajaran

pembelajaran berlangsung

yang

memadai

sehingga dan

menyebabkan membosankan.

kurang

menarik

D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Seberapa Besar Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan Pembelajaran Modul Dan Pembelajaran Non Modul Kelas X Teknik Pemesinan Pada Mata Diklat Membaca Gambar Teknik Di Smk Negeri 2 Merangin?

E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran modul dan non modul kelas X Teknik Pemesinan pada mata diklat membaca gambar teknik di SMK N 2 Merangin. 2. Untuk mengetahui Apakah pembelajaran menggunakan modul ini efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

F. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Penulis a) Sebagai tambahan pengalaman dalam rangka penerapan media modul untuk menunjang mata diklat membaca gambar teknik.

b) Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 di Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang jurusan Teknik Mesin. 2. Bagi Guru Mata Diklat Sebagai penunjang dan bantuan bagi guru dalam mengajar mata diklat membaca gambar teknik di kelas, sehingga dapat membantu Guru dalam menjelaskan materi mata diklat membaca gambar teknik menjadi lebih mudah, cepat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3. Bagi Siswa Dapat menambah dan meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa terhadap materi mata diklat Teori Kejuruan sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat dan siswa lebih semangat di dalam mengikuti materi kompetensi membaca gambar teknik yang dijelaskan Guru. 4. Bagi Universitas Sebagai tambahan referensi ilmiah dalam mengembangkan perangkat pembelajaran sehingga dapat bermanfat bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya dalam penerapan modul ajar.

Anda mungkin juga menyukai