Anda di halaman 1dari 20

4

BAB II
TEORI PENUNJANG

Untuk menunjang pembahasan pada bab selanjutnya, pada bab ini akan
dibahas beberapa definisi, teorema dan contoh yang mendukung materi pokok.
Bab ini terdiri dari tujuh subbab yaitu hasil kali Kartesius, fungsi, titik tetap, nilai
mutlak, determinan, vektor di R-3, ruang metrik, infimum dan supremum.

2.1.1 Hasil Kali Kartesius
Dalam subbab ini dibahas hasil kali Kartesius (Cartesian product) yang
merupakan dasar dari pembahasan berikutnya. Untuk lebih jelas berikut diberikan
definisi dari hasil kali Kartesius.

Definisi 2.1 [3]
Misalkan Adan B adalah dua himpunan tak kosong. Hasil kali Kartesius antara A
dan B, dinotasikan dengan A B, adalah himpunan semua pasangan terurut (o, b)
dengan o e A dan b e B. Secara matematis dapat dituliskan dengan
A B = {(o, b)|o e A uan b e B]

Contoh 2.1
Misalkan A = {1, 2} dan B = {3, 4, 5}, maka
A B = {(1, 3), (1, 4), (1, 5), (2, 3), (2, 4), (2, 5)}

5

B A = {(3, 1), (3, 2), (4, 1), (4, 2), (5, 1), (5, 2)}
Dari contoh di atas terlihat bahwa pada umumnya A B = B A, kecuali untuk
A = B.

2.2 Fungsi
Dalam subbab ini akan dibahas tentang fungsi. Istilah fungsi ini digunakan
dalam pembahasan selanjutnya, misalnya seperti pada konsep fungsi metrik,
fungsi 2-metrik dan fungsi 2-metrik semi quasi.

Definisi 2.2 [1]
Misalkan A dan B adalah dua himpunan tak kosong. Suatu fungsi dari
himpunan A ke himpunan B, ditulis : A - B, adalah suatu aturan yang
memasangkan setiap elemen dalam himpunan A dengan hanya satu elemen dalam
himpunan B.

Jika fungsi memasangkan elemen o dengan elemen b, maka ditulis
(o) = b yang mengatakan bahwa b adalah bayangan (image) dari o karena (o)
adalah nalai dari pada o.
Himpunan A disebut daerah asal (domain) dari fungsi dan himpunan B
disebut daerah kawan (kodomain) dari fungsi , sedangkan himpunan dari semua
bayangan di B disebut daerah hasil (range) dari fungsi .


6

Contoh 2.2
Misal A = {,,,,] dan B = {,,,,8,,]. Definisikan (o) = o untuk
o e A. Diberikan himpunan = {(,), (,), (,), (,8), (,)] A B,
sehingga merupakan fungsi dari A ke B, karena untuk setiap o e A terdapat
dengan tunggal b e B sedemikian hingga (o, b) e .






2.3 Titik Tetap
Dalam suatu fungsi terdapat kasus khusus di mana suatu elemen dari
sebarang himpunan tak kosong dipasangkan terhadap dirinya sendiri. Elemen
yang mempunyai sifat ini disebut dengan titik tetap fungsi.

Definisi 2.3 [4]
Misalkan adalah suatu himpunan tidak kosong dan adalah fungsi dari ke .
Titik e disebut titik tetap dari jika dan hanya jika = .

Contoh 2.3
Diberikan himpunan semua bilangan real . Fungsi : - yang didefinisikan
dengan =
2
untuk setiap e mempunyai dua titik tetap, yaitu 0 dan 1.
Gambar 2.1 Contoh fungsi dari himpunan A ke himpunan B
0
12
A
B
1
2
3
4
5
2
4
6
8
10

7

Contoh 2.4
Diberikan himpunan semua bilangan real . Akan ditunjukkkan bahwa fungsi
: - yang didefinisikan dengan =
2x+1
untuk setiap e tidak
mempunyai titik tetap.
a) Jika -
1
2
maka
2x+1
sehingga diperoleh

2x+1
- - -
1
2

2x+1
-
3
2

b) Jika < -
1
2
maka <
2x+1
< . Mengingat < -
1
2
jika dan hanya jika
- >
1
2
dan
2x+1
> untuk setiap e maka
2x+1
- >
1
2
.
Jadi nilai dari
2x+1
- selalu positif (definit positif). Oleh karena itu, persamaan

2x+1
- = tidak mempunyai penyelesaian. Hal ini menunjukkan bahwa
fungsi =
2x+1
tidak mempunyai titik tetap.

2.4 Nilai Mutlak
Nilai mutlak suatu bilangan adalah panjang atau jarak bilangan tersebut
dari bilangan 0. Nilai mutlak -7 adalah 7, nilai mutlak 0 adalah 0, dan seterusnya.

Definisi 2.4 [5]
Nilai mutlak dari bilangan real , ditulis ||, didefinisikan sebagai:
|| = _
, jika
-, jika <



8

Contoh 2.5
Nilai dari |-8| adalah -(-8) = 8 sedangkan nilai dari || adalah 3.

Teorema 2.1 [5]
Untuk setiap e berlaku :
(a) -|| ||.
(b) Jika o , maka || o = -o o.
(c) Jika o , maka || o = -o atau o.

Bukti:
(a) Dengan menggunakan definisi 2.4 diperoleh:
Jika maka = ||.
Jika < maka = -||.
Sehingga untuk setiap e selalu berlaku -|| ||.
(b) Dengan menggunakan definisi 2.4 diperoleh:
Jika maka || o = o.
Jika < maka || o = - o = -o.
Sehingga berlaku || o = -o o.
(c) Dengan menggunakan definisi 2.4 diperoleh:
Jika maka || o = o.
Jika < maka || o = - o = -o.
Sehingga berlaku || o = -o atau o.

9

Contoh 2.6
Akan ditentukan penyelesaian dari pertidaksamaan | - 9| dan | - | .
1. Dengan menggunakan teorema 2.1 bagian (b) diperoleh:
| -9| = - - 9
=
Jadi, penyelesaiannya adalah { e | }.
2. Dengan menggunakan teorema 2.1 bagian (c) diperoleh :
| - | = ( - ) - atau ( - )
= - atau
= - atau
Jadi, penyelesaiannya adalah { e | - atau }.

2.5 Determinan Matriks
Dalam subbab ini akan dibahas tentang determinan matriks persegi
berordo 2 dan 3 beserta contoh-contohnya. Karena determinan ini merupakan
dasar yang sering dipakai dalam pembahasan selanjutnya. Namun sebagai
permulaan, berikut diberikan definisi dari matriks terlebih dahulu.

Definisi 2.5 [1]
Matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang disusun secara persegi atau
persegi panjang (dalam baris dan kolom). Bilangan-bilangan disebut entri dari
suatu matriks.

10

Contoh 2.7
Diberikan suatu matriks = _
o
11
o
12
o
21
o
22
. o
1n
. o
2n
. .
o
m1
o
m2
. .
. o
mn
_. Matriks ini memiliki
baris dan n kolom, maka ordo dari matriks adalah n.

Terdapat bermacam-macam jenis matriks. Jenis matriks yang menunjang
dalam pembahasan tugas akhir ini diberikan dalam definisi berikut.

Definisi 2.6 [1]
Matriks persegi adalah suatu matriks dimana banyaknya baris sama dengan
banyaknya kolom.

Contoh 2.8
Matriks = _
-
-
-
_ merupakan matriks persegi ordo .

Definisi 2.7 [1]
Jika matriks =
o b
c
maka determinan matriks A ditentukan oleh
uet = uet
o b
c
= (o - bc).

Contoh 2.9
Misalkan matriks =
-
-
maka determinan dari matriks A adalah
uet = uet
-
-
= (-)(-) - =
11

Definisi 2.8 [1]
Jika adalah matriks persegi berordo 3 yang dituliskan dalam bentuk:
= _
o
11
o
12
o
13
o
21
o
22
o
23
o
31
o
32
o
33
_
maka determinan matriks A dituliskan sebagai uet = uet _
o
11
o
12
o
13
o
21
o
22
o
23
o
31
o
32
o
33
_ .

Nilai determinan matriks A dapat ditentukan dengan cara menjabarkan
mengikuti baris atau mengikuti kolom. Misalnya, nilai uet yang dijabarkan
mengikuti baris pertama adalah:
uet = o
11
. uet
o
22
o
23
o
32
o
33
- o
12
. uet
o
21
o
23
o
31
o
33
+o
13
. uet
o
21
o
22
o
31
o
32


Contoh 2.10
Misalkan matriks = _



_ maka determinan dari matriks adalah
uet = uet _



_ = . uet


- . uet


+ . uet



= (. - .) - (. - .) + (. - .)
= -
Jadi, determinan matriks atau uet = -.

2.6 Vektor di R-3
Vektor di R-3 dapat dinyatakan secara geometrik sebagai garis berarah
atau anak panah. Arah anak panah menunjukkan arah vektor, sementara panjang
12

anak panah menunjukkan besarnya. Ekor anak panah disebut titik awal (initial
point) dari vektor dan ujung anak panah disebut titik akhir (terminal point). Pada
tugas akhir ini, vektor disimbolkan dengan huruf kecil yang diberi tanda panah di
atas huruf itu, misalnya a , k

, v, w dan x .
Jika titik awal dari suatu vektor v adalah A dan titik akhirnya adalah B,
sebagaimana yang tampak pada Gambar 2.2, maka vektor v dapat ditulis sebagai
v = AB

dan panjang (norm) vektor dituliskan sebagai v atau [AB

[.




Definisi 2.9 [1]
Jika v dan w adalah dua vektor sebarang, maka jumlah v + w adalah vektor yang
ditempatkan sedemikian rupa sehingga titik awalnya berimpit dengan titik akhir v.
Vektor v + w diwakili oleh anak panah dari titik awal v hingga titik akhir w .





Pada Gambar 2.3 digambarkan dua penjumlahan, v + w (anak panah
hitam) dan w + v (anak panah putus-putus). Di sini terlihat bahwa v +w = w + v
dan jumlah tersebut berhimpit dengan diagonal paralelogram (jajaran genjang)
B
A
v
Gambar 2.3 Penjumlahan vektor dengan aturan jajaran genjang
w
v v + w
Gambar 2.2 Vektor v sebagai wakil dari vektor AB


13

yang terbentuk oleh v dan w jika kedua vektor ini ditempatkan sedemikian rupa
sehingga keduanya memiliki titik awal yang sama.
Untuk menentukan kedudukan atau letak titik di dalam R-3 dapat
digunakan sistem koordinat dengan sumbu X, Y dan Z dengan masing-masing
sumbu saling tegak lurus dan berpotongan di sebuah titik O, suatu titik P disajikan
dalam pasangan berurutan (, , ) dalam sumbu kartesius seperti pada Gambar
2.4 berikut :









Jarak P sampai bidang YOZ adalah x atau PP
1
= x
p
Jarak P sampai bidang XOZ adalah y atau PP
2
= y
p

Jarak P sampai bidang XOY adalah z atau PP
3
= z
p


Dengan demikian vektor posisi P adalah 0P

yang dapat dinyatakan secara


tunggal sebagai kombinasi linear dari vektor-vektor basis i, j dan k, yaitu r = 0P


= x i + y j + z k dengan i, j dan k merupakan vektor satuan dalam koordinat ruang
Gambar 2.4 Vektor basis di R-3
Z
O
z
p
k
j

P
3
P
2

P
1
X
Y
x
p
y
p
P(x,y,z)
z)
14

(i vektor satuan pada sumbu X; j vektor satuan pada sumbu Y dan k vektor satuan
pada sumbu Z) atau dalam bentuk vektor kolom sebagai 0P

.

Definisi 2.10 [1]
1. Dua vektor u = _

3
_ dan v = _

3
_ pada R-3 disebut sama (equal) jika

1
=
1
,
2
=
2
,
3
=
3
.
2. Jumlah u + v didefinisikan sebagai u + v = _

1
+
1

2
+
2

3
+
3
_
3. Jika adalah suatu skalar sebarang, maka kelipatan skalar u
didefinisikan sebagai u = _

3
_ = _

3
_

Contoh 2.11
Misalkan a = _


-
_ dan b

= _

-

_, maka a + b

= _


-
_ + _

-

_ = _

-

_ dan
a = _


-
_ = _
9

-
_.

Jika titik asal suatu vektor di R-3 tidak di titik 0(,,) maka ruas garis
berarah AB

yang mewakili vektor p (Gambar 2.5) dengan titik asal A(o


1
, o
2
, o
3
)
dan titik akhir B(b
1
, b
2
, b
3
) dapat dinyatakan sebagai berikut:

15







Berdasarkan aturan penjumlahan vektor diperoleh
0B

+ AB

= 0B

= AB

= 0B

- 0A


Oleh karena 0A

mewakili vektor a = _
o
1
o
2
o
3
_ dan 0B

mewakili vektor b

= _
b
1
b
2
b
3
_
maka AB

= b

- a = _
b
1
- o
1
b
2
- o
2
b
3
- o
3
_.
Titik 0(,,) dapat dipandang sebagai vektor nol dan dinotasikan dengan

, semua komponen-komponennya merupakan bilangan nol atau

= _

_.

Definisi 2.11 [1]
Norma atau panjang dari suatu vektor u = _

3
_ pada R-3 didefinisikan sebagai
u = _

3
_ =
1
2
+
2
2
+
3
2


Contoh 2.12
Misalkan u = _


-
_, maka u = _


-
_ = ()
2
+ ()
2
+ (-)
2
= .
A
O
X
B
Y
a
Z
p
b


Gambar 2.5 Vektor p sebagai wakil dari vektor AB


16


Definisi 2.12 [1]
Jika u = _

3
_ dan v = _

3
_ adalah vektor-vektor sebarang pada R-3 dan 0 adalah
sudut antara u dan ( 0 n), maka hasil kali titik (dot product) u v
didefinisikan dengan u v = u v cos .






Contoh 2.13
Misalkan panjang dari vektor u dan v berturut-turut adalah 4 dan 5. Jika kedua
vektor itu membentuk sudut , maka nilai dari hasil kali titik antara vektor u
dan v adalah u v = u v cos = cos =.

Teorema 2.3 [1]
Jika u = _

3
_ dan v = _

3
_ adalah vektor-vektor pada R-3 dan adalah suatu
skalar sebarang, maka :
(a) u
(b) u = jika dan hanya jika u merupakan vektor nol atau u =

.
(c) u = ||u
(d) u + v u + v
z
x
y
Gambar 2.6 Hasil kali titik antara vektor u dan v
u(u
1
, u
2
, u
3
)

v(v
1
, v
2
, v
3
)

17

Bukti (a):
u =
1
2
+
2
2
+
3
2

Bukti (b):
u =
1
2
+
2
2
+
3
2
=

1
2
+
2
2
+
3
2
=

1
= ,
2
= ,
3
=
sehingga u = _

_ =

.
Bukti (c):
u = (
1
)
2
+ (
2
)
2
+ (
3
)
2

= ||_
1
2
+
2
2
+
3
2

= ||u
Bukti (d):
Diperhatikan bahwa |u v| = |u v cos | = u v|cos | u v.
Dengan menggunakan hasil ini, maka
u + v
2
= (u + v) (u + v) = (u u ) + (u v) + (v v)
= u
2
+ (u v) + v
2

u
2
+ u v + v
2

= (u + v)
2

= u + v u + v


18

Definisi 2.13 [1]
Jika u = _

3
_ dan v = _

3
_ adalah vektor-vektor pada R-3, maka hasil kali
silang (cross product) u v adalah vektor yang didefinisikan sebagai
u v = uet _

1

2

3

1

2

3
_

Contoh 2.14
Misalkan vektor u = _

-

_ dan vektor v = _


-
_. Maka
1) u v = uet _

-
-
_
= {(-)(-) - .] + {. - . (-)] + {. - (-). ]
= + +
Jadi, u v = + + atau u v = _

_
2) v u = uet _

-
-
_
= {. - (-)(-)] + {(-). - .] + {. (-) - .]
= - - -
Jadi, v u = - - - atau v u = -_

_
Berdasarkan hasil perhitungan pada Contoh 2.10 di atas, dapat dilihat
bahwa u v = -(v u ). Hasil ini menunjukkan bahwa hasil kali silang tidak
komutatif.
19

2.7 Ruang Metrik
Sebarang himpunan tidak kosong yang dilengkapi dengan suatu fungsi
jarak atau metrik akan membangun sebuah ruang yang disebut dengan ruang
metrik.

Definisi 2.14 [4]
Misalkan adalah himpunan tak kosong. Suatu fungsi o: - yang
memenuhi kondisi
M(1) : o(, ) dan (, ) = jika dan hanya jika = , v, e .
M(2) : o(, ) = (, ) untuk v, e .
M(3) : o(, ) o(, ) + o(, ) untuk v, , e .
dikatakan sebagai fungsi jarak atau metrik pada dan pasangan (, o) disebut
ruang metrik.

Contoh 2.15
Misalkan = (
1
,
2
,
3
) dan = (
1
,
2
,
3
) adalah dua elemen di
3
. Akan
diperlihatkan bahwa fungsi o:
3

3
- yang didefinisiskan dengan
o(, ) = (
1
-
1
)
2
+ (
2
-
2
)
2
+ (
3
-
3
)
2

untuk setiap , e
3
merupakan fungsi metrik dan pasangan (
3
, o) merupakan
ruang metrik.
1. Karena (
1
-
1
)
2
+ (
2
-
2
)
2
+ (
3
-
3
)
2
, maka
(
1
-
1
)
2
+ (
2
-
2
)
2
+ (
3
-
3
)
2
= o(, )
dan
20

o(, ) = (
1
-
1
)
2
+ (
2
-
2
)
2
+ (
3
-
3
)
2

= ()
2
+ ()
2
+ ()
2

=
2. o(, ) = (
1
-
1
)
2
+ (
2
-
2
)
2
+ (
3
-
3
)
2

= (
1
-
1
)
2
+(
2
-
2
)
2
+ (
3
-
3
)
2

= o(, )
3. Misalkan = (z
1
, z
2
, z
3
) adalah sebarang titik di
3
, maka untuk setiap
, , e
3
dan dengan menggunakan teorema 2.3 diperoleh
o(, ) = (
1
-
1
)
2
+ (
2
-
2
)
2
+ (
3
-
3
)
2

= x - y
= x - z + z - y
x - z + z - y
= o(, ) + o(, ).
= o(, ) o(, ) +o(, )
Sehingga o merupakan fungsi jarak atau fungsi metrik dan pasangan (
3
, o)
merupakan ruang metrik.

2.8 Infimum dan Supremum
Berikut ini diperkenalkan konsep tentang infimum dan supremum. Namun
sebelumnya, akan diberikan terlebih dahulu definisi dari batas atas dan batas
bawah dari suatu himpunan semua bilangan real .

21

Definisi 2.15 [3]
Misalkan A suatu himpunan bagian tak kosong dari .
(i) Suatu bilangan o e disebut batas atas A apabila o untuk semua e A.
(ii) Suatu bilangan b e disebut batas bawah A apabila b untuk semua
e A.
(iii) Himpunan A dikatakan terbatas apabila A memilki batas atas dan batas
bawah.

Berdasarkan definisi di atas, jika A memiliki batas atas, maka A akan
memiliki tak terhingga batas atas sebab jika o merupakan batas atas A maka setiap
bilangan c yang lebih besar dari o akan merupakan batas atas A juga. Demikian
juga jika A memiliki batas bawah, maka A akan memiliki tak terhingga batas
bawah.

Contoh 2.16
a. Himpunan A = {,,,,9]. Bilangan 1 dan sebarang bilangan yang
lebih kecil dari 1 merupakan batas bawah A, kemudian bilangan 19 dan
sebarang bilangan yang lebih besar dari 19 merupakan batas atas dari A,
artinya A merupakan himpunan terbatas.
b. Himpunan B = { e | < ] adalah himpunan terbatas ke atas, bilangan
5 dan sebarang bilangan yang lebih besar dari 5 merupakan batas atas B.
22

c. Himpunan C = { e | > ] adalah himpunan terbatas ke bawah,
bilangan 3 dan sebarang bilangan yang lebih kecil dari 3 merupakan batas
bawah C.
d. Himpunan D = { e | < atau > 9] bukan merupakan himpunan
terbatas karena tidak memiliki batas atas maupun batas bawah. Sebarang
bilangan b e bukan merupakan batas atas, karena terdapat e D
sehingga b < . Demikian juga untuk sebarang bilangan o e bukan
merupakan batas bawah, karena terdapat e D sehingga o > .

Selanjutnya akan diberikan definisi tentang infimum dan supremum dari
sebuah himpunan bagian dari bilangan real.

Definisi 2.16 [3]
Misalkan A suatu himpunan bagian tak kosong dari .
(i) Sebuah bilangan e disebut supremum (batas atas terkecil) A,
dinotasikan dengan sp A, apabila
a) batas atas A,
b) jika batas atas A, maka .
(ii) Sebuah bilangan e disebut infimum (batas bawah terbesar) A,
dinotasikan dengan n A, apabila
a) batas bawah A,
b) jika batas bawah A, maka .

23

Contoh 2.17
a. Himpunan A = {,,,,9]. Bilangan 1 merupakan n A karena e A
dan merupakan batas bawah A. Bilangan 19 merupakan sp A karena
9 e A dan merupakan batas atas A.
b. Himpunan B = { e | < ] tidak mempunyai batas bawah sehingga
tidak memiliki infimum. Bilangan 5 merupakan batas atas B. Untuk
menunjukkan bahwa 5 = sp B tinggal ditunjukkan syarat kedua, yaitu
jika sebarang batas atas B maka 5. Andaikan terdapat batas atas
B sedemikian sehingga < 5. Karena < 5, terdapat = ( + 5) / 2 e B
sedemikian hingga < < 5. Akibatnya bukan batas atas. Karena
diambil sebarang, jadi jika batas atas maka 5.
c. Dengan cara yang sama pada Contoh 2.7 bagian b, diperoleh bahwa
himpunan C = { e | > ] tidak memiliki supremum dan 3 adalah
infimum-nya.
d. Karena himpunan D = { e | < atau > 9] tidak memiliki batas
atas maupun batas bawah, maka D tidak memiliki supremum maupun
infimum.

Anda mungkin juga menyukai