Anda di halaman 1dari 42

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoritis 1. Mata Pelajaran Geografi Peletak dasar Geogarfi adalah Erathothenes (276-198 SM). Menurutnya Geografi berasal dari kata Geographica yang berarti (penggambaran bumi) dan beliau berpendapat bahwa Geografi adalah ilmu yang mempelajari/ mengkaji bumi dan segala sesuatu yang ada diatasnya, seperti penduduk, fauna, flora, iklim, udara dan segala interaksinya, tanpa mengabaikan setiap gejala yang merupakan bagian dari keseluruhan itu. Pengajaran Geografi menurut Sumaatmadja (2001), hakikatnya adalah memberikan fasilitas dan bantuan kepada manusia (peserta didik) untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, dimanapun dia berada. Pengajaran Geografi adalah pengajaran tentang aspek-aspek keruangan

permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya. Proses penyesuaiannya itu, diarahkan untuk menciptakan keseimbangan baru, dan atau keharmonisan interaksi antara manusia dengan lingkungannya, sehingga manusia dan lingkungan dapat berdaya secara maksimal. Bintarto (dalam Bayong 1999) mengungkapkan bahwa Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan bentuk, mempelajari corak yang khas mengenai

12

13

penghidupan, dan berusaha mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu. Sementara itu Lambert (dalam Wardiyatmoko 2004) mengemukakan Geografi merupakan mata pelajaran yang bernilai dalam kurikulum sekolah. Karena Geografi dapat memberi kontribusi pada kita dalam memahami dunia (atau bagian-bagian dari dunia). Sebagai contoh dalam memahami suatu daerah, Geografi menyumbangkan suatu pendekatan dengan pertanyaan-pertanyaan: siapa yang hidup di daerah tersebut, dari mana asal mereka, apa yang mereka lakukan untuk hidupnya? Pertanyaan-pertanyaan ini menimbulkan pandangan bahwa suatu daerah berhubungan dengan daerah lain di bumi ini. Di antara pandangan para ahli tersebut kiranya dapat ditemukan kesamaan titik pandang tentang Geografi yaitu merupakan ilmu yang mengkaji tentang bumi sebagai tempat tinggal, hubungan manusia dengan lingkungannya

(interaksi), dimensi ruang dan dimensi historis serta pendekatannya, spasial (keruangan), ekologi (kelingkungan) dan regional (kewilayahan).

a. Deskripsi Mata Pelajaran Geografi Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial, dan ekologis dari eksistensi manusia. Bidang kajian Geografi meliputi bumi, aspek dan proses yang membentuknya, hubungan kausal dan spasial manusia dengan lingkungan, serta interaksi manusia dengan tempat. Sebagai suatu disiplin integratif, Geografi memadukan dimensi alam fisik dengan dimensi manusia dalam menelaah keberadaan dan kehidupan manusia di tempat dan lingkungannya.

14

Bidang kajian Geografi meliputi muka bumi dan proses-proses yang membentuknya, hubungan antara manusia dengan lingkungan, serta pertalian antara manusia dengan tempat-tempat. Sebagai suatu disiplin integratif, Geografi memadukan dimensi-dimensi alam dan manusia di dunia, dalam menelaah manusia, tempat-tempat, dan lingkungannya. Fungsi pelajaran Geografi adalah sebagai berikut: (1) mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola keruangan dan proses yang berkaitan, (2) mengembangkan keterampilan dasar dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan Geografi, dan (3)

menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan sumber daya serta toleransi terhadap keragaman sosial-budaya masyarakat. Tujuan pembelajaran Geografi meliputi ketiga aspek sebagai berikut: (1) Pengetahuan: (a) mengembangkan konsep dasar Geografi yang berkaitan dengan pola keruangan dan proses-prosesnya, (b) mengembangkan pengetahuan sumber daya alam, peluang dan keterbatasannya untuk dimanfaatkan, (c) mengembangkan konsep dasar Geografi yang berhubungan dengan lingkungan sekitar, dan wilayah negara/dunia, (2) Keterampilan: (a) mengembangkan keterampilan mengamati lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan binaan, (b) mengembangkan keterampilan mengumpulkan, mencatat data dan informasi yang berkaitan dengan aspek-aspek keruangan, (c) mengembangkan keterampilan analisis, sintesis, kecenderungan dan hasil-hasil dari interaksi berbagai gejala geografis, (3) Sikap: (a) menumbuhkan kesadaran terhadap perubahan fenomena geografi yang terjadi di lingkungan sekitar, (b) mengembangkan sikap melindungi dan tanggung jawab terhadap kualitas lingkungan hidup, (c) mengembangkan kepekaan terhadap permasalahan dalam pemanfaatan sumber daya, (d) mengembangkan sikap

15

toleransi terhadap perbedaan sosial dan budaya, (e) mewujudkan rasa cinta tanah air dan persatuan bangsa. Ruang lingkup mata pelajaran Geografi meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) konsep dasar, pendekatan, dan prinsip dasar Geografi, (2) konsep dan karakteristik dasar serta dinamika unsur-unsur geosfer mencakup litosfer, pedosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer dan antroposfer serta pola persebaran spasialnya, (3) jenis, karakteristik, potensi, persebaran spasial Sumber Daya Alam (SDA) dan pemanfaatannya, (4) karakteristik, unsur-unsur, kondisi (kualitas) dan variasi spasial lingkungan hidup, pemanfaatan dan pelestariannya, (5) kajian wilayah negara-negara maju dan sedang berkembang, (6) konsep wilayah dan pewilayahan, kriteria dan pemetaannya serta fungsi dan manfaatnya dalam analisis geografi, (7) pengetahuan dan keterampilan dasar tentang seluk beluk dan pemanfaatan peta, Sistem Informasi Geografi (SIG) dan citra penginderaan jauh. Standar Kompetensi mata pelajaran adalah kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran Geografi di SMA dan MA yaitu: (1) memahami ciri-ciri fisik dan sosial budaya secara keruangan, (2) memahami interaksi antara lingkungan fisik dan sosial budaya wilayah tertentu, (3) menggunakan konsep wilayah dalam menginterpretasikan keragaman bumi, (4) menggunakan peta dan tampilan geografis lainnya untuk mengelola informasi fisik dan sosial budaya dalam konteks keruangan. Mata pelajaran Geografi di SMA dan MA berisi pokok bahasan sebagai berikut: (1) Konsep, pendekatan, prinsip dan aspek geografi, (2) perkembangan jagad raya dan pembentukan bumi, (3) dinamika lithosfer serta dampaknya terhadap kehidupan, (4) atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan, (5) hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan, (6) biosfer dan aspek sebaran

16

hewan dan tumbuhan, (7) antroposfer dan aspek kependudukan, (8) persebaran sumber daya alam di Indonesia, (9) lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan, (10) pelestarian lingkungan hidup, (11) prinsip-prinsip dan keterampilan dasar peta, (12) kawasan industri dan pertanian, (13) pemanfaatan citra penginderaan jauh, (14) Sistem Informasi Geografi dalam kajian geografi, (15) pola persebaran dan interaksi spasial antara desa dan kota, (16) konsep wilayah dan perencanaan pembangunan, (17) menganalisis wilayah maju dan berkembang Mata pelajaran Geografi membangun dan mengembangkan pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi. Peserta didik didorong untuk memahami aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial ekologis di permukaan bumi. Selain itu peserta didik dimotivasi secara aktif dan kreatif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah. Dengan demikian siswa diharapkan bangga akan warisan budaya dengan memiliki kepedulian kepada keadilan sosial, proses-proses demokratis dan kelestarian ekologis, yang pada gilirannya dapat mendorong siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan di lingkungannya pada masa kini dan masa depan. Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dalam mata pelajaran Geografi, diharapkan membentuk siswa yang mampu mengembangkan darma baktinya untuk menjalin kerjasama dan mengurangi konflik, sehingga siswa dapat bertindak secara sosial, spasial dan ekologis serta bertanggung jawab, sebagai bekal hidupnya di masyarakat dalam menghadapi fenomena lingkungan yang makin terancam dan perekonomian global yang semakin kompetitif serta

17

saling bertautan. Pada tingkat pendidikan dasar mata pelajaran Geografi diberikan sebagai bagian integral dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), sedangkan pada tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Melihat kompleksnya materi pelajaran Geografi di SMA, sering kali siswa mengalami kesulitan untuk memahami materi yang disampaikan. Dilihat dari segi penyampaian oleh guru kepada siswa dalam proses pembelajaran juga mengalami kesulitan dalam penyampaian materi secara efektif, apalagi dalam hal menyampaikan tentang materi dinamika lithosfer yang objeknya terlalu besar yang tidak mungkin dibawa ke alam ruang kelas, serta gerak lempeng lithosfer yang tidak bisa diamati secara kasat mata, memyebabkan materi yang disampaikan sulit untuk dipahami. Sejalan dengan hal-hal yang telah diuraikan, alternatif penggunaan media pembelajaran interaktif dapat diterapkan sebagai berikut: (1) sebagai media

pembelajaran yang efektif dimana guru dapat memanfaatkannya sebagai media pembelajaran yang dapat mempermudah proses pembelajaran agar materi pelajaran dapat disampaikan dengan cara yang lebih efektif, (2) membantu siswa dalam penguasaan materi pelajaran, karena media pembelajaran interaktif dapat mendukung sistem pembelajaran secara individual, dimana didalam media pembelajaran interaktif terdapat materi, rangkuman, soal latihan, balikan serta pembahasan sehingga siswa dapat mengetahui kesalahannya dalam menjawab soal-soal dan dapat mengetahui jawaban yang benar melalui pembahasan.

18

b. Karakteristik Mata Pelajaran Geografi Purwanto (dalam Waldopo 2002) mengemukakan bahwa Geografi mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) Geografi terutama merupakan

kajian tentang fenomena alam, dan kaitannya dengan manusia di permukaan bumi, (2) Geografi mempelajari fenomena geosfer, yaitu litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer dan antroposfer, (3) pendekatan yang digunakan dalam Geografi adalah pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan maupun analisis kompleks wilayah, (4) tema-tema esensial dalam Geografi dipilih dan bersumber serta merupakan perpaduan dari cabang-cabang ilmu alam dan ilmu sosial atau humaniora, cabang-cabang ilmu alam seperti: Geologi, Geomorfologi, Hidrologi, Morfologi, Oseanografi, Meteorologi, Klimatologi, dan Astronomi, cabangcabang ilmu sosial seprti Sosiologi, Demografi, maupun Ekonomi. Tema-tema esensial tersebut terkait dengan peristiwa alam dan sosial sehari-hari seperti bencana gempa bumi, meletusnya gunung berapi, banjir, tanah longsor, badai, angin topan, tsunami, kekeringan dan gerhana, tema-tema sosial seperti masalah kependudukan kemiskinan, ketenagakerjaan, kerusuhan, dan sebagainya, (5) dalam teknik penyajian menggunakan cara identifikasi, inventarisasi, analisis, sintesis, klasifikasi dan evaluasi, dengan bantuan peta, teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi. Perlu diperhatikan bahwa dalam mengkaji suatu permasalahan, Geografi terbagi menjadi Geografi fisis dan Geografi manusia yang keduanya tidak dapat dipisahkan. Bahkan masing-masing cabang Geografi saling membutuhkan dan saling melengkapi. Untuk lebih jelasnya, tentang objek Geografi dapat dilihat pada gambar skema berikut.

19

Keruangan

Alami - Kawasan iklim - Kawasan bentangan - Kawasan air

Manusiawi - kawasan budaya - kawasan penduduk - kawasan administrasi

Hubungan Timbal Balik

Gerakan Penduduk - migrasi - mobilitas - interaksi sosial

Daerah Permukiman - Permukiman Desa - Permukiman Kota

Mata pencaharian: - pertanian - perdagangan - petenakan - kehutanan - industri - perkebunan

Gambar 1: Objek Studi Geografi Geografi mengkaji tentang aspek ruang dan tempat pada berbagai skala di muka bumi. Penekanan bahan kajiannya adalah gejala-gejala alam dan kehidupan yang membentuk lingkungan dunia dan tempat-tempat. Gejala alam dan kehidupan itu dapat dipandang sebagai hasil dari proses alam yang terjadi di bumi, atau sebagai kegiatan yang dapat memberi dampak kepada mahluk hidup yang tinggal di atas permukaan bumi. Untuk menjelaskan pola-pola gejala geografis yang terbentuk, dan mempertajam maknanya, disajikan dalam bentuk deskripsi, peta dan tampilan geografis lainnya. Pembelajaran Geografi memperhatikan aspek keruangan, kelingkungan dan kompleks wilayah. Pengorganisasian materi dimulai dari pengenalan fenomena geografis dengan memanfaatkan bentang alam sekitarnya sebagai

20

sumber informasi geografis. Bersamaan dengan kemajuan teknologi informasi, Geografi mengembangkan sistem informasi dari yang konvensional ke dalam penyajian mutakhir dalam bentuk teknologi sistem informasi geografis. Siswa diharapkan secara bertahap melakukan penyesuaian dalam penyajian informasi geografis mulai dari mendeskripsi ulang dan menggambar ulang dengan bantuan berbagai alat sehingga mampu menuangkan gagasan dalam bentuk peraga. Dalam pembelajaran Geografi, lapangan merupakan sumber materi dan sekaligus media belajar langsung. Lapangan sebagai sumber informasi merupakan tantangan yang penuh dengan permasalahan yang menuntut jawaban dan penyelesaiannya. Untuk memahami fenomena geografis para siswa seyogyanya diajak melakukan kontak langsung dengan lapangan dalam kegiatan kerja lapangan (fieldwork). Melihat karakteristik mata pelajaran Geografi yang sedemikian rupa maka media pembelajaran interaktif dengan Macromedia Flash 8.0 sangat sesuai untuk digunakan dalam proses pembelajaran Geografi agar pebelajar dapat memperoleh informasi yang mereka inginkan. Melalui media pembelajaran interaktif dengan macromedia flash ini fenomena geosfer yang tak dapat dilihat dengan kasat mata dapat dipergakan dalam bentuk animasi-animasi sehingga pebelajar dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan. 2. Media Pembelajaran Interaktif Berkaitan dengan pengembangan instruksional dimana tujuan akhirnya adalah memudahkan pebelajar untuk belajar, media pembelajaran sangat diperlukan. Salah satu pengertian dari media pembelajaran yang cukup popular adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses

21

pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh sebab itu, media pembelajaran adalah suatu bagian yang integral dari proses pendidikan. Dan karena itu menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh setiap guru yang professional. Karena bidang ini telah berkembang sedemikian rupa berkat kemajuan ilmu dan teknologi dan perubahan sikap masyarakat, maka bidang ini telah ditafsirkan secara lebih luas dan mepunyai fungsi yang lebih luas pula serta memiliki nilai yang sangat penting dalam dunia pendidikan di sekolah. Kata media didefinisikan dengan multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas. Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud, dan tujuannya. AECT (Association for Education and Communication Technology) (dalam Haryoso 2002) memaknai media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA (National Education Association) memaknai media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Purwanto (1994) menyimpulkan beberapa pandangan tentang media dari berbagai pendapat ahli, diantaranya Gagn yang menempatkan media sebagai komponen sumber, mendefinisikan media sebagai komponen sumber belajar di lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar. Briggs berpendapat bahwa media harus didukung sesuatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar, Briggs mendefinisikan media sebagai wahana fisik yang mengandung materi instruksional. Schramm mencermati pemanfaatan media sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan, di mana ia mendefinisikan media sebagai teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional, sedangkan Miarso(2009) memandang media secara luas

22

dalam sistem pendidikan sehingga mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Masih dalam bahasa mengenai media, para ahli memberikan beberapa pengertian. Sudjana (1991) menjelaskan bahwa media merupakan alat

komunikasi dan sumber informasi. Kata media yang berasal dari bahasa Latin mengarah kepada segala sesuatu yang membawa informasi dari suatu sumber kepada penerimanya. Purwanto (2004) memberikan kesimpulan atas

pembahasannya mengenai media pembelajaran, bahwa media (1) merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurannya yang ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut, (2) materi ruang yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar. Kemp (1994) mengklasifikasikan media ke dalam beberapa kategori media seperti: (1) Real Things termasuk di dalamnya pembicara tamu, objek dan model yang merupakan stimulasi dari objek sebenarnya, (2) Two Dimensional Display Materials, seperti kertas hasil print atau fotokopi, papan tulis dan flipchart, diagram, chart, gambar, foto, lembar kerja, CD- ROM, dan foto CD, (3) Audio recording, seperti audiocassette recording dan audio CD recording,(4) Projected Still Pictures, termasuk di dalamnya overhead tranparancies, computer-generated images, slides, dan filmstrips, (5) Projected Moving Pictures, seperti film dan videotape, (6) Combinations of media, yang merupakan gabungan dari beberapa media, (7) Interactive Technologies, termasuk Computer-Based Instruction (CBI) dan aplikasi multimedia. Sejalan dengan ini, Smaldino (2008) juga mengemukakan lima tipe dasar media, yaitu (1) text, yang dapat disajikan dalam berbagai format seperti buku,

23

poster, papan tulis, layar computer, dan sebagainya, (2) audio, termasuk di dalamnya segala sesuatu yang dapat didengar seperti suara manusia, music, suara mesin, dan sebagainya, (3) visual, termasuk diagram dalam poster, gambar di papan tulis, foto, grafik di buku, kartun, dan sebagainya, (4) manipulatives, yaitu benda tiga dimensi yang dapat disentuh, dan (5) people, yaitu narasumber seperti guru, siswa, atau ahli bidang studi. Ada dua pendekatan yang dilakukan dalam usaha memilih media pembelajaran, (1) dengan cara memilih media yang telah tersedia di pasaran yang dibeli guru dan langsung dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini sudah tentu membutuhkan banyak biaya untuk membelinya, lagi pula belum tentu media itu cocok untuk penyampaian bahan pelajaran dan dengan kegiatan belajar yang dilakukan siswa. (2) Memilih berdasarkan kebutuhan nyata yang telah direncanakan, khususnya yang berkenaan dengan tujuan yang telah dirumuskan secara khusus dengan bahan pelajaran yang hendak disampaikan. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran sangat membantu keefektifitasan proses pembelajaran dan penyampaian pesan isi pembelajaran pada saat ini. Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, penyajian data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan pemadatan informasi. Dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran, setiap guru dituntut dapat mempersiapkan dan memfungsikan segala unsur yang menunjang kelancaran proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Sebagai salah satu unsur dalam menunjang pembelajaran, guru dituntut agar mengetahui dan merancang pemakaian media pembelajaran serta dapat

24

mengetahui fungsi dan kegunaan media tersebut. Menurut Sadiman (2003) fungsi atau kegunaan media antara lain: (1) membuat konkrit konsep yang abstrak, (2) membawa objek yang berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar. (3) menampilkan objek yang terlalu besar, (4) menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang, (5) mengamati gerakan yang terlalu cepat, (6) memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya, (7) memungkinkan kesegaran pengamatan dan persepsi bagi pengamatan belajar siswa, (8) membangkitkan motivasi belajar, (9) meyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulangi maupun disimpan menurut kebutuhan, (10) menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak, membatasi batasan waktu maupun ruang, dan (11) mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa. Berdasarkan keahlian pengguna media, media dapat dikelompokkan atas: (1) media yang tidak memerlukan keahlian khusus misalnya: papan tulis/ white board, transparansi (OHP), bahan cetak (buku, modul, handout), dan (2) media yang memerlukan keahlian khusus yaitu: program audio visual, program slide, Microsoft Powerpoint dan program internet. Berdasarkan perlu tidaknya guru atau tutor dalam menggunakannya, media dapat dikelompokkan atas: (1) yang tergantung hadirnya guru misalnya: papan tulis/ white board, transparansi (OHP), dan (2) media yang tidak bergantung kehadiran guru misalnya: media rekam bahan belajar mandiri (dapat dipelajari tanpa guru/pengajar). Dalam memilih media yang paling tepat, Dick dan Carey juga mengemukakan beberapa faktor penting dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu: (1) ketersediaan media di lingkungan pembelajaran, (2) kesanggupan ahli memproduksi materi pembelajaran untuk digunakan dengan media yang dipilih, (3) fleksibilitas, waktu, dan kecocokan materi dengan media, dan (4) faktor biaya.

25

Disamping kesesuaian dengan perilaku belajarnya, faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama. Selain itu faktor efektifitas harus tetap diperhatikan sebab faktor efektifitas ini berpengaruh terhadap biaya pemakaian dalam jangka waktu yang panjang. Dengan demikian media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Seperti yang dinyatakan Gagn (dalam Raharjo 1991) media sebagai komponen sumber belajar di lingkungan peserta didik yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Sebagai salah satu jenis media dalam pembelajaran, multimedia pembelajaran terbagi menjadi dua yaitu definisi sebelum tahun 1980-an dan

definisi sesudah tahun 1980-an. Sebelum tahun 1980-an atau pada era 1960-an, menurut Barker dan Tucker (dalam Sunaryo Soenarto 2005), multimedia diartikan sebagai kumpulan dari berbagai peralatan media berbeda yang digunakan untuk presentasi. Dalam pengertian ini multimedia diartikan sebagai ragam media yang digunakan untuk penyajian materi pelajaran, misalnya penggunaan wall chart atau grafik yang dibuat di atas kertas karton yang ditempelkan di dinding. Tan Seng Chee & Angela F.L. Wong (2003) menyatakan bahwa multimedia secara tradisional merujuk kepada penggunaan beberapa media, sedangkan multimedia pada zaman sekarang merujuk kepada penggunaan gabungan beberapa media dalam penyajian pembelajaran melalui komputer.

26

Setelah tahun 1980-an, multimedia didefinisikan sebagai penyampaian informasi secara interaktif dan terintegrasi yang mencakup teks, gambar, suara, video atau animasi. Hackbarth (1996) menekankan bahwa hypermedia dan hypertext termasuk multimedia interaktif berbasis komputer. Media interaktif digolongkan sebagai media konstruktifistik yang terdiri dari pembelajaran, peserta didik, dan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran teknologi seperti komputer, adalah alat dalam multimedia dan jaringan web terluas di dunia yang sangat besar pengaruhnya terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran. Pembelajaran interaktif memiliki karakteristik: (1) dapat digunakan secara tidak urut maupun linier sesuai dengan apa yang dikehendaki peserta didik, (2) konsep disajikan secara realistik dalam konteks pengalaman peserta didik, (3) menerapkan prinsip ilmu pengetahuan dan konstruktifitas dan (4) materi disajikan secara interaktif. Pengertian interaktif terkait dengan komunikasi dua arah atau lebih dari komponen-komponen komunikasi. Komponen komunikasi dalam multimedia interaktif (berbasis komputer) adalah hubungan antara manusia (sebagai user/pengguna produk) dan komputer (software/aplikasi/produk dalam format file tertentu, biasanya dalam bentuk CD). Dengan demikian produk/CD/aplikasi yang diharapkan memiliki hubungan dua arah/timbal balik antara software/aplikasi dengan usernya. Interaktifitas dalam multimedia diberikan batasan sebagai berikut: (1) pengguna (user) dilibatkan untuk berinteraksi dengan program aplikasi, (2) aplikasi informasi interaktif bertujuan agar pengguna bisa mendapatkan hanya informasi yang diinginkan saja tanpa harus melahap semuanya. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa multimedia interaktif adalah suatu tampilan multimedia yang dirancang oleh

27

desainer agar tampilannya memenuhi fungsi menginformasikan pesan dan memiliki interaktifitas kepada penggunanya (user). Karakteristik terpenting pada media pembelajaran interaktif adalah bahwa siswa tidak hanya memperhatikan penyajian atau objek, tetapi dipaksa untuk berinteraksi selama mengikuti pelajaran. Menurut Miarso (2004:465) paling sedikit ada tiga macam interaksi yang dapat diidentifikasi. Pada tingkat pertama siswa berinteraksi dengan sebuah program, misalnya mengisi blanko pada teks yang terprogram. Tingkat berikutnya siswa berinteraksi dengan mesin, misalnya mesin pembelajaran, simulator, laboratorium bahasa, atau terminal komputer. Bentuk ketiga media interaktif adalah yang mengatur interaksi antar siswa secara teratur tetapi tidak terprogram. Berdasarkan uraian definisi, istilah multimedia pembelajaran dapat diartikan sebagai sistem kominikasi interaktif berbasis komputer dalam suatu penyajian secara terintegrasi. Istilah berbasis komputer berarti bahwa program multimedia menggunakan komputer dalam menyajikan pembelajaran. Sedangkan terintegrasi berarti bahwa multimedia pembelajaran dapat menampilkan teks, gambar, audio, dan video atau animasi dalam satu kali tayangan presentasi. Mengacu pada pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa pengembangan media pembelajaran interaktif pada mata pelajaran Geografi merupakan upaya pemecahan masalah pembelajaran Geografi dengan teknologi komputer yang berkembang semakin canggih melalui serangkaian proses desain, produksi, dan evaluasi. Kegiatannya bukan hanya mengembangkan produk pembelajaran Geografi secara terpisah tetapi menyangkut mendesain

pembelajarannya, dan pemanfaatannya. Media pembelajaran interaktif akan

28

menghasilkan penguatan yang tinggi. Salah satu alat bantu untuk mengembangkan media pembelajaran interaktif adalah program macromedia flash professional 8.0.

a. Macromedia Flash Professional 8.0 Flash menjadi software yang paling digemari oleh para desainer untuk membuat suatu situs karena dengan flash kita dapat membuat animasi, games, sound dan lain-lain. Flash memungkinkan seorang desainer untuk berkreasi lebih banyak dengan fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh flash seperti

mengendalikan sound, membuat games dengan drawing tools dari flash atau mengimport ilustrasi dari software lain untuk dijadikan objek dalam games tersebut karena flash memiliki actionscript yang mempermudah dalam membuat program karena flash memang dirancang pertama kali untuk dipakai oleh para desainer. Macromedia Flash merupakan salah satu software animasi yang sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan orang yang berkecimpung dalam pembuatan program animasi. Lukmanul Hakim (2004) menyebutkan bahwa Macromedia Flash Professional 8.0 merupakan alat yang sangat bagus untuk desainer web, praktisi media interaktif, atau praktisi multimedia. Penekanan Flash untuk pembuatan (kreasi) animasi, serta mengimpor dan memanipulasi berbagai tipe media (audio, video, bipmap, vektor, teks, grafik, dan data). Di dalam bukunya yang lain Lukmanul Hakim & Mutmainah (2003), menyebutkan bahwa Macromedia Flash adalah (1) program grafis animasi standar profesional, (2) berbasis vektor, dengan movie flashnya (yang terdiri dari grafik, teks, animasi), (3) mampu untuk menghasilkan halaman web yang menarik, (4) bisa diakses lebih cepat dan terlihat halus pada skala resolusi layar berapapun,

29

(5) karena adanya Actionscript (suatu bahasa pemrograman berorientasi objek) maka bisa memasukkan unsur interaktif dalam movienya, (6) bagi para desainer, Flash menyediakan kemampuan yang lebih tinggi dan mempermudah dengan tool desain yang banyak, sehingga dapat membantu mereka agar lebih cepat dalam menciptakan suatu kreasi karya yang bagus dan berbobot, (7) bagi para pengembang, Flash menyediakan script yang lebih kompleks dan canggih, referensi kode yang lebih banyak, tool debug yang dapat memeriksa kesalahan, dan pendefinisian komponen untuk, aplikasi web, sehingga dapat digunakan untuk membangun aplikasi web yarg lebih menarik dan dapat diandalkan. Fasilitas-fasilitas baru di dalam Macromedia Flash Professional 8.0 semakin memperkaya kemampuan, kreativitas, dan kekuatan Flash. Fitur-fitur terbaru yang ditambahkan cukup banyak. Lukmanul Hakim (2004) membaginya menjadi 4 kategori yaitu: (1) kategori produktifitas meliputi: efek-efek timeline, behaviors, dukungan accessibility yang lebih baik, tambahan template baru, halaman pembuka, sistem help yang terintegrasi, tab dokumen, spell checker (Memeriksa Ejaan), find and replace, (2) Dukungan media yang lebih banyak, meliputi: wizard untuk mengimpor video, mengimpor dengan kualitas tinggi (High-Fidelity), mampu me-render font yang ukurannya kecil, (3) kategori publikasi, meliputi: mendeteksi Flash Player, profil Publikasi, mendukung Unicode, String Panel, keamanan. (4) Fitur-fitur terbaru lainnya, meliputi: mendukung CSS (Cascading Style Sheet), History Panel, Polystar Tool, Free Transform Tool, tambahan komponen (Components) baru, terintegrasi dengan Flash Remoting, Extensions bagi Developer Third-Party, peningkatan pada Timeline, ActionScript versi 2. Pada Action Script ini telah ditambahkan fungsifungsi yang sangat kompleks dan berdaya guna, dukungan penuh terhadap OPP

30

(Object Oriented Programming) atau pemrograman berorientasi objek dan pemprograman standar ECMA (European Computer Manufactures Association). Action Script 2.0 ini akan tampak sangat familiar bagi programmer, dan Flash Player 8. Dalam menggunakan software ini ada beberapa persyaratan sebelum diinstal ke komputer untuk menjamin bahwa program dapat berjalan secara optimum yaitu: (1) komputer dengan processor Intel Pentium II 500 Mhz atau processor terbaru berjalan dalam sistem operasi windows 98, windows 2000, windows NT 4.0, maupun windows XP, (2) memori (RAM) minimal 64 MB atau lebih besar, (3) monitor warna minimal dengan resolusi 800x600, (4) dilengkapi dengan browser seperti Internet Explorer 5.0 atau versi terbaru. Alasan utama mengapa Flash dipilih sebagai authoring tool pada pengembangan media pembelajaran interaktif ini dibanding tool-tool yang lain adalah animasi Flash ini berbasis vektor. Ini menguntungkan karena objek vektor dapat diperbesar dan tetap cantik sempurna tidak pecah, juga cepat downloadnya. Animasi Flash mempunyai ukuran file yang jauh lebih kecil dan bersifat streaming. Artinya, begitu sekian byte data awal file telah didownload, animasi dapat langsung dijalankan. Karena ukuran file (swf)nya yang kecil maka ini akan menguntungkan apabila produk penelitian ini kedepan akan di up-load atau ditaruh di dalam web site sekolah sebagai e-learning. Kemampuan streaming inilah merupakan salah satu alasan mengapa Flash lebih disukai daripada yang lain. Untuk melengkapi tampilan dalam media pembelajaran, selain

menggunakan Program Macromedia Flash, juga digunakan program Photoshop untuk mendesain gambar. Program adobe Photoshop adalah sebuah program pengolah gambar yang digunakan oleh para desainer untuk dapat menghasilkan

31

gambar yang berkualitas. Adobe photoshop memiliki kemampuan untuk dapat mengedit, memanipulasi serta membuat gambar-gambar dengan tingkat kreatifitas yang tinggi baik untuk cetak, web, dan lainnya. Photoshop juga mengenal berbagai jenis format file sehingga memudahkan untuk mengambil atau menghasilkan gambar yang dapat digunakan oleh media yang berbeda. Untuk mempermudah format dan melengkapi hasilnya ke program utama flash digunakan program power point. Untuk menghasilkan animasi teks digunakan program Swis H-Max. sedangkan untuk burning CD digunakan program Nero Smart.

b. Karakteristik Media Pembelajaran Interaktif Dengan Macromedia Flash Professional 8.0 Media pembelajaran interaktif pada mata pelajaran Geografi mengikuti karakteristik program pembelajaran menurut prinsip-prinsip desain pembelajaran (Asri Budiningsih : 2003) yaitu: (1). Bahan Penarik Perhatian Kegiatan awal dari pembelajaran adalah menarik perhatian peserta didik. Sesuai dengan prinsip desain dalam penggunaan alat pemusat perhatian yang mengatakan bahwa jika dalam proses pembelajaran perhatian peserta didik terpusat pada pesan yang dipelajari, maka proses dan hasil belajar akan semakin baik. Perhatian memegang peranan penting dalam kegiatan belajar. Semakin baik perhatian peserta didik, proses dan hasil belajar akan semakin baik pula, sebaliknya jika peserta didik kurang memperhatikan, maka hasil belajar akan menurun.

32

Di dalam mengembangkan media pembelajaran interaktif dengan memasukkan prinsip penarik perhatian ini dapat dikembangkan dengan menampilkan gambar, latar belakang layar, tulisan dan animasi yang dapat mendatangkan perhatian peserta didik sehingga termotivasi untuk belajar. (2). Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan rumusan tentang standar kompetensi dari kompetensi dasar apa yang harus dikuasi atau dicapai oleh peserta didik setelah belajar. Tujuan pembelajaran ini juga menganut prinsip desain pesan untuk memberikan motivasi dan kesiapan peserta didik terutama prinsip motivasi. Prinsip kesiapan dan motivasi ini mengatakan bahwa jika dalam kegiatan pembelajaran peserta didik memiliki kesiapan dan motivasi yang tinggi, maka hasil belajar akan lebih baik. Motivasi mengandung pengertian adanya dorongan, baik dari dalam maupun dari luar diri individu yang membuat peserta didik memiliki kemampuan untuk belajar. Dengan memberikan tujuan pembelajaran sebelum memulai materi pembelajaran dalam media pembelajaran interaktif akan dapat memotivasi peserta didik dan membangun harapan dalam diri peserta didik tetang hal-hal yang harus dikuasai setelah belajar. (3). Materi Pembelajaran Geografi Materi pembelajaran Geografi dalam pengembangan media pembelajaran interaktif disusun secara bertahap dengan memanfaatkan fasilitas yang ada dalam perangkat lunak komputer. Prinsip partisipasi aktif ini dapat dilakukan pada materi pembelajaran Geografi berupa proses emosional peserta didik terhadap minat untuk belajar dengan media pembelajaran interaktif. Aktivitas emosional dapat dilihat dari semangat, sikap positif terhadap belajar, dan motivasi dalam

33

mempelajari

produk

paket

pembelajaran

interaktif. Jika

dalam

proses

pembelajaran Geografi peserta didik berpartisipasi aktif, maka proses dan hasil belajar Geografi akan meningkat dengan menggunakan media pembelajaran interaktif. (4). Rangkuman Rangkuman merupakan salah satu komponen penting dalam strategi pembelajaran, karena dengan rangkuman peserta didik dapat meninjau kembali materi Geografi yang telah diajarkan sehingga dapat mencegah kelupaan mengenai apa yang baru dipelajari. Rangkuman dalam pengembangan media pembelajaran interaktif sesuai dengan prinsip-prinsip desain pembelajaran yang telah ada. Prinsip pengulangan ini menyatakan bahwa jika dalam proses pembelajaran digunakan pengulangan, maka proses dan hasil akan lebih baik (the law of exercise). Pengulangan akan menjadi lebih efektif, bila diperhatikan hal-hal tersebut : (1) rangkuman harus singkat dan padat isinya, (2) rangkuman memuat ide-ide kunci, (3) rangkuman harus dapat membangun dan mengembangkan pembelajaran. (5). Latihan Soal Geografi dan Balikan Dalam latihan soal Geografi peserta didik dapat mengerjakan berkali-kali, sampai ia mampu menjawab setiap soal. Setiap soal yang dijawab, oleh komputer akan diberikan balikan apakah jawaban yang diberikan itu benar atau salah. Jika jawaban salah maka komputer akan mengarahkan kepada peserta didik untuk berusaha mencari jawaban yang benar. Kalau jawaban sudah benar maka komputer juga akan memberikan balikan. Setelah selesai menjawab soal komputer memberi skor yang diperoleh, disertai dengan rekomendasi untuk mengulang materi atau melanjutkan ke materi pokok berikutnya.

34

Pengembangan media pembelajaran interaktif yang memberikan latihan soal dan balikan ini juga telah memenuhi syarat dari prinsip desain pembelajaran terutama prinsip umpan balik. Umpan balik adalah informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai keberhasilan atau kemajuan serta kekurangan dalam belajar. Prinsip umpan balik menyatakan bahwa jika dalam proses belajar peserta didik diberitahukan kemampuan atau kelemahan dalam belajarnya, maka hasil belajarnya akan meningkat. Jadi umpan balik berfungsi untuk memberikan konfirmasi atau koreksi terhadap proses dan hasil belajar peserta didik.

B. Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Mata Pelajaran Gografi Pengembangan media pembelajaran interaktif pada mata pelajaran Geografi menerapkan prinsip-prinsip desain pembelajaran yang disajikan dalam bentuk model yang mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pembelajaran agar tercapai pembelajaran yang efektif, efisien, berdaya guna menarik dan humanis. Dalam pengembangan media pembelajaran interaktif pada mata pelajaran Geografi digunakan model pengembangan produk Borg dan Gall (2005), dan untuk mengembangkan recana pembelajarannya dipadukan dengan model pengembangan pembelajaran model Dick & Carey (2005). Model pengembangan Borg dan Gall memuat panduan sistematika langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti agar produk yang dirancangnya mempunyai standar kelayakan. Yang diperlukan dalam pengembangan ini adalah rujukan tentang prosedur produk yang akan dikembangkan. Uraian model pengembangan Borg dan Gall, dijelaskan sebagai berikut; Riset dan

35

pengembangan bidang pendidikan (R & D) adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan mengesahkan produk bidang pendidikan yang dikenal sebagai siklus R & D, yang terdiri dari: pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan validitas komponen-komponen pada produk yang akan dikembangkan, mengembangkannya menjadi sebuah produk, pengujian terhadap produk yang dirancang, dan peninjauan ulang dan mengoreksi produk tersebut berdasarkan hasil uji coba. Borg & Gall (2005) menyatakan bahwa prosedur penelitian

pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua tujuan utama, yaitu: (a) mengembangkan produk sebagai fungsi pengembang, dan (b) menguji keefektifan produk sebagai validasi dalam mencapai tujuan. Dengan demikian, konsep penelitian pengembangan lebih tepat diartikan sebagai upaya pengembangan yang sekaligus disertai dengan upaya validasinya. Terdapat 10 langkah umum yang harus ditempuh dalam pendekatan ini sebagaimana diuraikan dalam gambar berikut:
1
Research and information collecting

3
Develop preliminary form of product

4 Preliminary field testing

Planning

8 Operational field testing

7
Operational product revision

6 Main field testing


1

5 Main product revision


1

9 Final product revision


1

10
1 Dissemination and implementation

Gambar 2:

Prosedur pengembangan Borg & Gall (1983:775)

36

Keterangan: 1) Research and information collecting; studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, dan persiapan untuk merumuskan kerangka kerja penelitian. 2) Planning; merumuskan kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan, dan jika mungkin/diperlukan melaksanakan studi kelayakan secara terbatas. 3) Develop preliminary form of product; mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan, persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat pendukung. 4) Preliminary field testing; melakukan ujicoba lapangan awal dalam skala terbatas dengan melibatkan subjek sebanyak 6 12 subjek. Pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi atau angket. 5) Main product revision; melakukan perbaikan terhadap produk awal yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat mungkin dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draft produk (model) utama yang siap diujicoba lebih luas. 6) Main field testing; uji coba utama yang melibatkan seluruh

mahasiswa/siswa. 7) Operational product revision; melakukan perbaikan/penyempurnaan

terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional yang siap divalidasi.

37

8) Operational field testing; uji validasi terhadap model operasional yang telah dihasilkan. 9) Final product revision; melakukan perbaikan akhir terhadap model yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final). 10) Dissemination and implementation; menyebarluaskan produk/model yang dikembangkan. Sukmadinata (2010) menjelaskan Jika kesepuluh langkah penelitian dan pengembangan diikuti dengan benar, maka akan dapat menghasilkan suatu produk pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan. Langkah-langkah tersebut bukanlah hal baku yang harus diikuti, langkah yang diambil bisa disesuaikan dengan kebutuhan peneliti. Untuk menghasilkan produk media pembelajaran interaktif diperlukan perencanaan, perancangan pembelajaran yang baik. Dalam pengembangan media pembelajaran interaktif ini digunakan rancangan pembelajaran model Dick dan Carey (2005:9), dimana pengembangan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan tahap-tahap sebagai berikut: 1) Identifikasi tujuan pembelajaran; yakni menentukan tujuan dari sistem yang dibangun. Yang dimaksud dengan tujuan di sini adalah kemampuan yang dapat diperoleh pembelajar setelah menyelesaikan pelajaran. 2) Melakukan analisis pembelajaran, yakni menentukan kemampuan apa saja yang terlibat dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dan menganalisa topik atau materi yang akan dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan diagram tentang keterampilan-keterampilan/ konsep dan menunjukkan keterkaitan antara keterampilan konsep tersebut.

38

3) Identifikasi

perilaku

dan

karakteristik

awal,

yakni

menentukan

kemampuan minimum apa saja yang harus dimiliki pembelajar untuk menyelesaikan tugas-tugas. Ketika melakukan analisis terhadap

keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan apa yang telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting juga untuk diidentifikasi adalah karakteristik khusus siswa yang mungkin ada hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran. Misalnya pembelajar harus memiliki kemampuan membaca, kemampuan

perhitungan dasar atau kemampuan verbal dan spatial. Kepribadian dari pembelajar juga mempengaruhi desain yang akan dibuat. 4) Menulis tujuan kerja, yang bertujuan untuk menguraikan tujuan umum menjadi tujuan yang lebih spesifik pada tiap tahapan pembelajaran. Di tiap tahapan akan ada panduan pembelajaran dan pengukuran performansi pembelajar. 5) Mengembangkan tes acuan patokan, yakni merancang item tes untuk menyediakan kesempatan bagi pebelajar untuk mendemonstrasikan kemampuan dan pengetahuan yang dinyatakan dalam tujuan. 6) Mengembangkan strategi pembelajaran, yakni menentukan aktifitas instruksional yang membantu dalam pencapaian tujuan. Dimana, strategi tersebut akan meliputi aktivitas preinstruksional, penyampaian informasi, praktek dan balikan, testing, yang dilakukan lewat aktifitas. Misalnya membaca, mendengarkan, hingga eksplorasi internet. Aktifitas

instruksional ini dapat dikembangkan oleh instruktur sesuai dengan latar belakang, kebutuhan, dan kemampuan pembelajar atau bisa saja

39

pembelajar menggabungkan pengetahuan yang baru didapatkan dengan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk membentuk pemahaman baru. Proses pembelajaran juga dapat dilakukan secara berkelompok atau individual. 7) Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, di mana berkaitan dengan media yang digunakan untuk proses pembelajaran untuk menghasilkan pengajaran yang meliputi petunjuk untuk siswa, bahan pelajaran, tes dan panduan guru. Media pembelajaran dapat berupa pemberian materi/perkuliahan, pemberian tugas, powerpoint, internet, paket computer-assisted-instruction, dan sebagainya. Permasalahan terletak pada penentuan media yang tepat untuk mencapai tujuan dan hal ini tidak sama untuk setiap pebelajar. 8) Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif, yang bertujuan

menyediakan data untuk revisi dan pengembangan instructional materials. Selain itu, evaluasi ini juga dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana meningkatkan

pengajaran. Evaluasi ini dapat dilakukan, misalnya, dengan cara mewawancarai setiap pebelajar. 9) Merevisi kegiatan pembelajaran, merupakan bagian konstan dalam proses desain. Revisi dilakukan berdasarkan hasil dari tiap komponen model ini. Pada tahap ini, data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta diinterpretasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dari pakar/validator. Mungkin saja tahapan-tahapan pembelajaran kurang

40

efektif dalam pencapaian tujuan akhir, atau aktifitas, media, dan penugasan yang telah ditentukan tidak membantu dalam memperoleh tujuan. 10) Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif, yang bertujuan

mempelajari efektifitas keseluruhan sistem dan dilakukan setelah tahap formatif evaluation. Langkah-langkah pengembangan model Dick & Carey dapat dilihat pada gambar berikut.
Merevisi kegiatan Instruksional Melaksanakan analisis instruksional Identifikasi perilaku dan karakteristik awal

Mengiden tifikasi tujuan umum

Menulis tujuan kinerja

Mengembang kan butir tes acuan patokan

Mengem bangkan strategi instruk sional

Mengem -bangkan dan memilih bahan instruksi onal

Mendesain dan melaksana kan evaluasi formatif Mendesain dan melaksana kan evaluasi Sumatif

Keterangan: _____ : garis tahapan ------- : garis umpan balik dan revisi Gambar 3. Model Pengembangan Desain Instructional Dick & Carey Dipilihnya model pengembangan desain instruksional Dick & Carey tersebut karena model ini memiliki format pembelajaran terprogram, sehingga dapat digunakan untuk keperluan belajar perorangan dan dapat digunakan dalam mengembangkan bahan pembelajaran serta dapat digunakan untuk pembelajaran pada ranah belajar kognitif.

41

Sebagai perencanaan pengembangan media pembelajaran interaktif dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Perencanaan awal pengembangan, (2) merencanakan materi pembelajaran pada media pembelajaran interaktif, (3) menyusun materi pelajaran.

a. Perencanaan Awal Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Menurut Heinich (1996: 48) tahap perencanaan awal dimulai dengan adanya ide atau gagasan untuk menghasilkan suatu produk. Identitas kebutuhan merupakan tahap pertama karena mengembangkan materi pembelajaran baru lebih sulit dan mahal sehingga perlu pertimbangan masak-masak karena terlalu besar risikonya memproduksi suatu program yang belum tentu diminati. Identifikasi pertama dilakukan terhadap (1) tujuan, untuk mengetahui apa yang akan dicapai peserta didik setelah belajar, (2) karakteristik peserta didik, untuk mengetahui apakah mereka memiliki prasyarat pengetahuan dan kemampuan menggunakan media pembelajaran interaktif yang dihasilkan, (3) dana, apakah cukup dana untuk mengadakan program tersebut , (4) keahlian teknis, apakah telah memiliki keahlian untuk mengembangkan media pembelajaran tersebut, dan (5) fasilitas dan peralatan, tersediakah fasilitas dan peralatan untuk menghasilkan dan menggunakan media pembelajaran tersebut. Identitas yang kedua adalah terhadap kurikulum, untuk menentukan materi mana yang akan dituangkan dalam media pembelajaran.

42

b. Merencanakan Materi Pembelajaran Pada Media Pembelajaran Interaktif Materi pembelajaran adalah butir-butir bahan pelajaran yang dibutuhkan peserta didik untuk mencapai kompetensi dasar. Sebagai bahan pertimbangan (1) materi pelajaran harus sesuai dengan tujuan, (2) materi pelajaran dapat dipelajari secara individual tanpa bantuan guru, (3) materi pelajaran yang dipilih hendaknya dibutuhkan oleh banyak pebelajar, (4) materi pelajaran yang terhimpun dalam media pembelajaran interaktif hendaknya dapat digunakan untuk selamannya , (5) guru memakai bermacam-macam sumber, yang dapat dipelajari secara individual maupun dengan bantuan guru. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 Geografi SMA materi pokok telah ditentukan Depdiknas, tugas guru menguraikan materi pokok sesuai prinsip : (1) relevansi, adanya kesesuaian materi pokok dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai, (2) konsistensi, adanya kesesuaian antar materi pokok, kompetensi dasar dan standar kompetensi, dan (3) adekuasi, adanya kecukupan materi pelajaran yang diberikan untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Selama pembelajaran dengan media pembelajaran interaktif ini didukung oleh adanya beberapa komponen pembelajaran yang dapat memudahkan siswa belajar. Komponen-komponen tersebut antara lain: (1) petunjuk penggunaan media pembelajaran interaktif, (2) tujuan pembelajaran yang meliputi standar kompetensi dan kompetensi dasar, (3) epitome/kerangka isi, (4) uraian materi yang dilengkapi dengan gambar, foto, animasi, (5) rangkuman, (6) soal-soal latihan, kunci jawaban soal, dan balikan serta pembahasan, (8) sumber buku bacaan dilengkapi dengan file PDF. Sehingga diharapkan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran interaktif dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

43

c. Menyusun Materi Pelajaran Pada Media Pembelajaran Interaktif Setelah perencanaan awal pengembangan produk dan merencanakan materi pembelajaran, langkah selanjutnya adalah menyusun materi pelajaran pada media pembelajaran interaktif. Dalam penyusuan materi pelajaran ini terlebih dahulu ditetapkan materi mana yang akan dikembangkan, kemudian melakukan tahap pengembangan pembelajaran dengan rancangan Dick & Carey. Penjelasan penyusunan materi pelajaran dijelaskan sebagai berikut. (1). Menyusun Petunjuk Penggunaan Media Pembelajaran Interaktif Langkah pertama sebelum meyusun komponen lainnya dalam media pembelajaran interaktif adalah menyusun petunjuk penggunaan media

pembelajaran. Isi petunjuk penggunaan media pembelajaran adalah menjelaskan tahap demi tahap dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Rancangan petunjuk secara khusus berisi instruksi- instruksi pemakaian media pembelajaran interaktif, menguraikan langkah-langkah yang akan dilalui dalam pembelajaran secara umum dan petunjuk apa yang harus dilalui pada tahap awal dan akhir tiap tahap kegiatan pembelajaran. Dengan adanya petunjuk diharapkan pebelajar dapat mempelajari materi pelajaran dengan lebih baik. (2). Menyusun Tujuan Pembelajaran Langkah berikutnya setelah menyusun petunjuk penggunaan media pembelajaran interaktif adalah menyusun tujuan pembelajaran yang meliputi standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar kompetensi menggambarkan kemampuan peserta didik yang sifatnya terukur yang dikembangkan selama

pembelajaran. Standar kompetensi berisi dimensi isi (content standard) dan dimensi penampilan (performance standard), sehingga dalam merumuskan digunakan kata kerja operasional.

44

Setelah menetapkan standar kompetensi, perlu diadakan analisis. Mukminan (2004: 38) menyatakan bahwa menganalisis berarti merinci suatu standar kompetensi menjadi kompetensi dasar setelah mendapat rincian standar kompetensi, tugas berikutnya adalah mengurutkan kompetensi dasar tersebut. Cara mengurutkan dapat menggunakan pendekatan prosedural maupun hierarkikal atau gabungan dari keduanya. Dick & Carey (2005) mengemukakan bahwa kompetensi dasar adalah uraian tentang apa yang dicapai pebelajar setelah selesai mengikuti unit pembelajaran tertentu. Dick & Carey menegaskan bahwa kompetensi dasar merupakan komponen kunci suatu program pembelajaran. Rumusan tujuan ini merupakan petunjuk bagi upaya memilih materi, penstrukturan kegiatan pembelajaran, serta menjadi referensi pada saat mengembangkan instrumen evaluasi. Kompetensi dasar yang disusun harus mengandung tiga komponen, yaitu: (1) menyebutkan keterampilan atau tingkah laku yang diidentifikasikan ke dalam analisa pembelajaran, yakni apa yang akan dikerjakan pebelajar (behaviour) harus disebutkan dengan jelas, (2) memerlukan kondisi yang menjadi syarat, yang hadir pada waktu pebelajar bekerja (condition), dan (3) menyebutkan kriteria yang akan digunakan untuk menilai unjuk kerja pebelajar sesuai dengan maksud dan tujuan (degree). Berdasarkan kajian-kajian teori yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa kompetensi dasar merupakan satu bagian dari langkah-langkah pembelajaran yang merupakan deskripsi spesifik tentang tingkah laku yang diharapkan siswa mengikuti kegiatan belajar. Sedangkan standar kompetensi diartikan sebagai pernyataan tentang pengetahuan, kemampuan, keterampilan,

45

sikap, dan nilai yang diharapkan dapat dicapai oleh pebelajar setelah mengikuti proses pembelajaran. (3). Menyusun Epitome/Kerangka Isi Langkah berikutnya setelah penyusunan tujuan pembelajaran adalah menyusun kerangka isi/epitome yang mencakup sebagian kecil isi mata pelajaran yang nantinya akan berfungsi sebagai konteks atau kerangka dari isi-isi mata pelajaran yang lebih rinci Degeng (1992). Struktur penyusunan epitome dapat berupa struktur konseptual, struktur prosedural, atau struktur teoritik. Epitome dapat berfungsi sebagai konteks bagi informasi-informasi yang lebih rinci. Dalam penyusunan epitome pada pengembangan media pembelajaran interaktif disesuaikan dengan pokok bahasan tertentu yang akan disajikan, sehingga sub-sub pokok bahasan tersebut merupakan perincian dari kerangka isi yang akan disajikan, dan diharapkan dengan adanya epitome pebelajar akan lebih mudah belajar sesuai dengan urutan yang dipelajari. (4). Menyusun Uraian Materi/Isi Pelajaran Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator .

46

Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut. Agar guru dapat membuat persiapan yang berdaya guna dan berhasil guna, dituntut memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan materi pembelajaran, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip, maupun prosedur pengembangan materi serta mengukur efektifitas persiapan tersebut. Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi

pembelajaran adalah kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy). Relevansi atau kesesuaian; materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain. Konsistensi atau keajegan; jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Adequacy atau kecukupan; materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum . Adapun dalam pengembangan materi pembelajaran guru harus mampu mengidentifikasi materi pembelajaran dengan mempertimbangkan hal-hal di

47

bawah ini: (1) potensi peserta didik, (2) relevansi dengan karakteristik daerah, (3) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik, (4) kebermanfaatan bagi peserta didik, (5) struktur keilmuan, (6) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran, (7) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan (8) alokasi waktu. Dengan beberapa kajian teori terhadap pengorganisasian isi pelajaran yang ditata sesuai dengan urutan yang logis akan mendapatkan kemudahan dalam pemahaman mata pelajaran tertentu, maka dalam pengembangan media pembelajaran interaktif pada mata pelajaran Geografi ini, pengorganisasian isi materi pelajaran ditata sesuai dengan metode pengurutan yang logis agar lebih mudah dipelajari. (5). Menyusun Rangkuman Langkah selanjutnya setelah menyusun uraian materi pelajaran adalah menyusun rangkuman. Rangkuman merupakan pengulangan secara singkat susunan dan hubungan dari isi yang dipelajari (Degeng; 1989). Banyak penelitian telah dilaksanakan untuk menguji pengaruh rangkuman sebagai komponen strategi pembelajaran. Dansereau (1978), demikian pula Ross dan Divesta (1976) menemukan bahwa siswa-siswa yang diajar atau disuruh membuat rangkuman tentang apa yang telah dibaca, memperlihatkan unjuk kerja yang lebih baik dalam tes mengingat isi teks dari pada mereka yang hanya membaca teks berulang-ulang tanpa membuat rangkuman. Spurlin, Dansereau, dan Brooks (1980) menyimpulkan bahwa belajar dengan rangkuman lebih efektif daripada tanpa rangkuman. Mereka juga menyimpulkan bahwa rangkuman yang memusatkan pada organizing content lebih efektif daripada rangkuman yang memusatkan pada isi yang lebih rinci.

48

Eksperimen yang dilakukan oleh Reder dan Anderson (1980) menyimpulkan bahwa membaca rangkuman teks lebih efektif daripada membaca teksnya. Ditemukan juga bahwa transfer menjadi lebih baik, apabila rangkuman suatu teks dipelajari lebih dulu baru kemudian mempelajari teksnya yang asli. Merrill dan Stolurow (1966) menyimpulkan bahwa pemberian rangkuman yang ditata secara hirarkhis sebelum penyajian keseluruhan isi, menyebabkan siswa belajar konsep-konsep lebih cepat dan transfer yang lebih baik. Hasil penelitian lain, yang dilakukan oleh Grotelueschen dan Sjogren (1968), mendukung temuan Merrill dan Stolurow (1966). Disimpulkan bahwa siswa yang, sebelum belajar, membaca rangkuman yang berisi prinsip dasar dari semua prinsip yang akan dipelajari, memperlihatkan hasil belajar dan transfer yang lebih baik, jika dibandingkan dengan siswa yang langsung membaca keseluruhan teks. Hamid (1992) dengan menggunakan rancangan eksperimen menemukan bahwa pemberian rangkuman, apakah itu rangkuman verbal atau diagram, lebih mampu meningkatkan perolehan belajar daripada tanpa rangkuman. Keunggulan rangkuman konsisten ditemukan, baik untuk mahasiswa yang memiliki gaya kognitiffield independence maupun untuk mahasiswa yang memikili gaya kognitif field dependence. Temuan yang serupa juga dikemukakan oleh Mambraku (1992). la menemukan bahwa mahasiswa yang belajar disertai dengan rangkuman lebih tinggi perolehan belajarnya jika dibandingkan dengan mereka yang belajar tanpa disertai dengan rangkuman. Dari deskripsi ini, secara umum, dapat disimpulkan bahwa pemberian rangkuman telah teruji memiliki pengaruh yang efektif pada perolehan belajar. Mengingat pentingnya kegunaan rangkuman dalam materi pelajaran, maka dalam pengembangan produk media pembelajaran interaktif pada mata pelajaran Geografi ini rangkuman diletakkan di akhir pokok bahasan.

49

Dengan adanya rangkuman diharapkan pebelajar akan memperoleh ingatan yang kuat di setiap pokok bahasan yang dipelajari serta dapat meningkatkan perolehan hasil belajar.

(6) Menyusun Soal-Soal Latihan, Kunci Jawaban Soal, dan Balikan Langkah selanjutnya setelah menyusun rangkuman adalah menyusun soal latihan, kunci jawaban soal dan balikan sesuai dengan pencapaian kompetensi dasar. Dengan soal-soal latihan diharapkan akan menambah pengetahuan pebelajar terhadap materi yang disajikan pada setiap pokok bahasan. Soal latihan merupakan bagian dari proses pembelajaran, bukan merupakan tes. Melalui latihan soal pebelajar dapat lebih aktif terhadap materi yang dipelajari. Soal latihan yang dikerjakan dilengkapi dengan koreksi atas kesalahan yang dibuatnya. Latihan soal dapat diulang seperlunya disertai dengan tawaran melihat pembahasan yang disediakan dalam media pembelajaran sehingga siswa dapat menyelesaikannya dengan benar tanpa bantuan guru. Meriam (1987) berpendapat bahwa soal-soal latihan yang dilengkapi dengan penyelesaiannya akan mempermudah si pebelajar untuk memahami isi pelajaran. Soal latihan berfungsi untuk mengukur sejauh mana ketercapaian

kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Ada beberapa prinsip dasar yang perlu di cermati di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut dapat mengukur kemampuan peserta didik yang diharapkan, setelah menyelesaikan suatu pengajaran unit tertentu. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :(1) tes hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah di tetapkan sesuai dengan tujuan insruksional. Kejelasan mengenai pengukuran hasil belajar yang di kehendaki akan memudahkan bagi guru dalam menyusun butir-

50

butir soal tes hasil belajar, (2) butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap mewakili seluruh performance yang telah di peroleh selama peserta didik mengikuti suatu unit pengajaran, (3) bentuk soal yang di keluarkan harus bervariasi, sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu sendiri, (4) tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaanya untuk memperoleh hasil yang diinginkan artinya desain tes harus disusun relevan dengan kegunaan yang dimiliki oleh masing- masing jenis tes.

C. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan berkaitan dengan pemanfaatan media pembelajaran interaktif, yaitu: 1. Mursid (1997) dalam pengembangan buku ajar gambar teknik dengan menggunakan rancangan pembelajaran model Dick dan Carey, menyimpulkan bahwa buku ajar gambar teknik hasil pengembangannya layak dipakai sebagai sumber belajar untuk matakuliah gambar teknik semester I di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK IKIP Medan. Dalam pengembangannya digunakan model pengembangan pembelajaran Dick dan Carey. 2. Hasil penelitian tentang penggunaan media pembelajaran interaktif online dan offline terhadap hasil belajar kimia yang dilakukan oleh Hendra (2011), menyimpulkan bahwa media pembelajaran interaktif online dapat,

meningkatkan hasil belajar kimia yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan skor yang signifikan antara penggunaan media pembelajaran interaktif online dengan media pembelajaran interaktif offline.

51

3.

Penelitian yang dilakukan oleh Julismin (2009) tentang identifikasi hasil belajar Meteorologi dan klimatologi pada mahasiswa jurusan Geografi Universitas Negeri Medan yang berkesimpulan bahwa mahasiswa yang diajar dengan menggunakan media grafis peta memperoleh hasil lebih baik daripada mahasiswa yang diajar dengan menggunakan media grafis sketsa.

4. Hasil penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Multimedia Pembelajaran dan Kecerdasan Emosional Siswa Terhadap Hasil Belajar TIK yang dilakukan oleh Sony (2011), menemukan bahwa penggunaan multimedia CD interaktif lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan penggunaan multimedia VCD terhadap hasil belajar TIK. 5. Hasil penelitian tentang penggunaan media pembelajaran interaktif berbasis komputer dan sikap inovatif terhadap hasil belajar TIK yang dilakukan oleh Resien (2010), menemukan bahwa siswa yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran interaktif berbasis komputer memperoleh hasil belajar yang lebih baik khususnya pada mata pelajaran TIK. 6. Ida Hamidah (2010) mengembangkan media pembelajaran berbasiskan finite element method laboratory (FEMLAB) untuk pembelajaran fisika di perguruan tinggi. Tujuan khusus yang ingin dicapai dengan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah Fisika dan menghasilkan seperangkat media pembelajaran interaktif berbasiskan

FEMLAB untuk pembelajaran Fisika.

52

D. Kerangka Berpikir Dengan mencermati karakteristik mata pelajaran Geografi yang masih dianggap sulit dan kurangnya minat peserta didik untuk mempelajari Geografi, sulitnya memperoleh media pembelajaran yang efektif serta arus globalisasi teknologi dan informasi sekarang ini, maka perlu dilakukan pengembangan media pembelajaran interaktif pada mata pelajaran Geografi untuk mengatasi masalah yang telah diuraikan. Pemakaian media pembelajaran interaktif dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran interaktif juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Media pembelajaran interaktif haruslah mudah digunakan yang memuat navigasi-navigasi sederhana yang memudahkan pengguna. Selain itu harus

menarik agar merangsang pengguna tertarik menjelajah seluruh program, sehingga seluruh materi pelajaran yang terkandung di dalamnya dapat terserap dengan baik. Materi pelajaran yang terkandung didalamnya juga harus

disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, sesuai dengan kurikulum dan mengandung banyak manfaat. Harapannya setelah peserta didik selesai mengikuti paket pembelajaran interaktif ini selain memiliki kompetensi Geografi juga terbiasa memanfaatkan teknologi.

53

Untuk memperolah media pembelajaran yang efektif, dan berdaya tarik, peneliti menggunakan prinsip-prinsip desain pembelajaran dan desain media dalam mengembangkan media pembelajaran interaktif. Media pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan masukan pada kegiatan analisis kebutuhan untuk memperoleh informasi bahwa media pembelajaran interaktif yang dikembangkan memang dibutuhkan dan dapat memberi kemudahan bagi peserta didik dan guru sebagai user. Oleh karena itu uji coba dan revisi harus dilakukan sebagai prosedur untuk menghasilkan media pembelajaran interaktif yang layak. Hasil yang dikembangkan berupa CD Interaktif untuk pembelajaran Geografi. Dengan demikian peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar dan dapat meningkatkan minat serta ketertarikan peserta didik dalam belajar sehingga diharapkan dapat juga meningkatkan prestasi dalam belajar.

E. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Media pembelajaran interaktif dengan Macromedia Flash Professional 8.0 yang dikembangkan pada mata pelajaran Geografi layak untuk digunakan. 2. Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar peserta didik dengan penggunaan media pembelajaran interaktif dan buku teks pada mata pelajaran Geografi.

Anda mungkin juga menyukai