Anda di halaman 1dari 8

KEPEMIMPINAN NASIONAL ORDE BARU CITA DAN VISI-MISI YANG MONUMENTAL

(REFLEKSI SEJARAH NASIONAL UNTUK DIHAYATI HIKMAHNYA) *

I.

DASAR PIKIRAN DAN WAWASAN NASIONAL

Kita menyaksikan bagaimana peran kepemimpinan nasional dalam sejarah nasional khususnya perjuangan kemerdekaan Indonesia Raya. Kepemimpinan nasional PPKI, istimewa tokoh Soekarno-Hatta sungguh monumental. Bersama PPKI dan the founding fathers, kepemimpinan dan pengabdian mereka kita syukuri dengan kebanggaan dan dengan semangat untuk setia mewarisi dan meneruskan cita-cita mereka. Cita dan citra kepemimpinan seorang tokoh bersumber dari nilai fundamental yang menjiwai kepribadiannya: agama, filsafat hidup, akal-budi nuraninya; cinta dan ketulusannya melahirkan kebijakan, strategi dan tindakan sebagai amal kebajikan pengabdiannya. Sejarah Indonesia Raya memasuki abad XXI ternyata membuktikan bahwa visi-misi kebangkitan Orde Baru: Melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekuen, tetap valid, bahkan mendesak lebih-lebih untuk mereformasi reformasi (1998) yang sesat (=menyimpang dari Dasar Negara dan Ideologi Nasional Pancasila) sebagaimana tergelar dalam UUD 2002 (Perubahan I dan IV UUD 45) yang menjadi asas konstitusional era reformasi!. Dalam kondisi era reformasi demikian, ternyata NKRI sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 bahkan dalam tantangan yang makin meningkat terutama budaya neo-liberalisme (demokrasi liberal, ekonomi liberal, HAM liberal) sinergis dengan kebangkitan neo-PKI-atheisme dan terorisme + NIIyang dihormati atas nama demokrasi dan HAM oleh Pemerintah Reformasi!. Dalam sejarah nasional kepemimpinan nasional Bung Karno sebagai Presiden pertama RI, secara sosio-politik, filosofis-ideologis dan konstitusional dilanjutkan oleh tahap sejarah nasional Kebangkitan Orde Baru. Semangat dan ruh perjuangan dimaksud adalah bagaimana Orde Baru melaksanakan amanat kepemimpinan Presiden Soekarno (sebagai amanat nasional), terutama melalui Surat Perintah 11 Maret 1966yang terkenal sebagai Supersemar. Nilai fundamental dari Supersemar, terutama: Menegakkan Integritas Dasar Negara Pancasila dan UUD 45 sebagai Landasan Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45!. Analisis historis dan normatif di atas, terutama melalui Supersemar, integritas dasar negara (ideologi nasional, ideologi negara) Pancasila yang manunggal dalam UUD Proklamasi 45 sesungguhnya menjadi murni (sublimasi) dan sesuai dengan hakekat fundamental filsafat Pancasilasejak dimusyawarahkan dan dimufakati di dalam PPKI yang berpuncak dengan pengesahan UUD Negara Proklamasi pada 18 Agustus 1945!
) Refleksi dan apresiasi untuk meningkatkan integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45, 8 Juni 2011 (HUT 90 tahun Presiden (ke 2) RI, HMS) diselenggarakan di Jakarta
*

MNS; Lab.Pancasila UM, 2011

karena tidak lagi ada polusi ideologi NASAKOM jiwaku yang memberi peluang separatisme ideologi bagi marxisme-komunisme-atheisme (PKI, neo-PKI/KGB). Dengan kebijakan Presiden Soekarno memberikan Supersemar kepada Letjen (TNI) Soeharto, dimulailah era Orde Baru. Integritas NKRI sebagai Sistem Kenegaraan PancasilaUUD Proklamasi 45, tersurat dan tersirat dalam thema, dan visi-misi Kebangkitan Orde Baru: Melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekuen Nilai filosofis-ideologis yang menjiwai thema, dan visi-misi Kebangkitan Orde Baru bukan hanya sebagai antithesa terhadap tindakan makar G30S/PKI 1 Oktober 1965, melainkan sebagai amanat filosofis-ideologis dan konstitusional dari Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 yang dalam dinamika revolusi Indonesia mengalami tantangan internal dan eksternalsehingga belum dapat melaksanakan amanat kebangsaan dan kenegaraan Indonesai Raya itu secara murni dan konsekuen. Peristiwa G30S/PKI 1 Oktober 1965, secara historis dan fenomenal dirasakan sebagai tragedi nasional yang ditandai gugurnya enam pahlawan revolusi dan amat banyak korban rakyat di nusantara. Namun, tragedi nasional ini, tetap mengandung hikmahsebagai: a blessing in disguiseddengan meningkatnya kesadaran rakyat Indonesia sebagai bangsa dan negara untuk makin menghayati bagaimana nilai luhur Dasar Negara Pancasila-UUD Proklamasi 45 sebagai integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 yang kita yakin akan tetap menjamin masa depan Indonesia Raya yang jaya, adil dan bermartabat! Bangsa Indonesia bersyukur dan bangga bahwa Dasar Negara Pancasila berakar dari pandangan hidup bangsa (filsafat hidup, Weltanschauung) sekaligus sebagai jiwabangsa (Volksgeist), jatidiri nasional yang memancarkan integritas kepribadian dan sebagai asas kerokhanian dan moral martabat nasional Indonesia Raya. Dinamika nasional dan internasional senantiasa mengalami pasang-surut, bahkan tantangan sekarang tantangan dinamika globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme yang sinergis dengan politik supremasi ideologi yang bermuara neo-imperialisme!--. Tantangan ini menjadi lengkap dengan makin meningkatnya gerakan neo-liberalisme baik melalui politik, maupun sosial-ekonomi; juga sinergis dengan Kebangkitan Neo-PKI/KGB, termasuk ekstrem kanan (terorisme dan NII)! Keprihatinan nasional tetap meningkat, justru karena kepemimpinan nasional dalam era reformasi hanya lebih mementingkan kebebasan atas nama demokrasi dan HAMtanpa visi-misi bagaimana mengawal integritas Sistem Kenegaraan PancasilaUUD Proklamasi 45, yang pada hakekatnya bagaimana membudayakan nilai Dasar Negara Pancasila dan UUD Proklamasi 45 sebagaimana diamanatkan PPKI (the founding fathers)! Kepemimpinan nasional Orde Baru sesungguhnya adalah bagian integral dari ksatria pejuang Indonesia Raya yang menyelamatkan amanat Proklamasi yang pernah dibelokkan oleh 2
MNS; Lab.Pancasila UM, 2011

makar PKI-atheisme (18 September 1948, di Madiun) ditumpas oleh Dwitunggal SoekarnoHatta, dikawal oleh prajurit utama TNI: Panglima Besar Soedirman, dibantu A. H. Nasution dan Soeharto. Ternyata, sejarah nasional mencatat, G30S/PKI 1 Oktober 1965 sebagai makar (lanjutan) juga dihadapi (dan ditumpas) oleh Presiden Soekarno dan dibantu oleh Jenderal (TNI) A. H. Nasution dan Jenderal (TNI) Soeharto. Dunia dan bangsa Indonesia mencatat bagaimana kepemimpinan nasional Indonesia Raya mulai Dwitunggal Soekarno-Hatta; berlanjut dengan Dwitunggal A. H. Nasution dan Soeharto telah (diberkati) untuk menyelamatkan integritas Negara Proklamasi tetap sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45. Makna dari fenomena sejarah nasional ini terutama: bahwa kepemimpinan Dwitunggal Soekarno-Hatta (Pahlawan Proklamator) bersama Tritunggal ksatria-patriot-pahlawan bhayangkari penegak dan penyelamat integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 ialah: Panglima Besar Jenderal Soedirman, Jenderal Besar (TNI) A. H. Nasution dan Jenderal Besar (TNI) Soeharto (HMS) yang membanggakan. Nilai monumental kepemimpinan Orde Baru, terutama oleh peran Presiden (ke 2) RI HMS adalah tekad menegakkan integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dalam wujud: Melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekuen; yang justru awal abad XXI ini (baca: era reformasi yang sarat kontroversial dan degradasi) , kita semua amat prihatin untuk meneruskan bagaimana visi-misi Melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekuen sebagai misi Pembudayaan nilai moral Pancasila dan UUD Proklamasi 45 sebagaimana diamanatkan the founding fathers (PPKI) khususnya. Visimisi ini sebagai wujud kesetiaan dan kebanggaan nasional adalah visi-misi dan pengabdian seluruh rakyat dan bangsa Indonesia Raya selamanya. II. KEPEMIMPINAN NASIONAL ORDE BARU Peristiwa makar G30S/PKI 1 Oktober 1965, laksana gempa dan tsunami politik dalam NKRI yang menggoncangkan integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45, sebagai ujian dan tantangan nasional! Bangsa Indonesia bersyukur, mendapat anugerah dan amanat dari Allah Yang Maha Kuasa mampu menunaikan amanat yang terkandung dalam Pembukaan UUD 45 alenia ketiga: Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.. Amanat sekaligus anugerah ini, ternyata dipercayakan kepada tokoh Jenderal Besar (TNI) Soeharto bersama Jenderal Besar (TNI) Dr. A. H. Nasutionyang selamat dari target pembunuhan oleh G30S/PKI!gerakan makar, bencana dan tragedi 1 Oktober 1965.

MNS; Lab.Pancasila UM, 2011

Dalam kepemimpinan Bapak H. M. Soeharto (HMS) sebagai penegak kepemimpinan Orde Baru, dapat melaksanakan cita dan visi-misinya selama lebih 3 dasawarsa dalam mata rantai sejarah nasional Indonesia Raya. III. BEBERAPA DATA KEBIJAKAN MONUMENTAL KEPEMIMPINAN HMS Sungguh data sejarah yang patut kita syukuri, bahwa dalam kepemimpinan Orde Baru cukup besar bagi nilai kebangsaan, kenegaraan bahkan kemanusiaan yang layak kita banggakan; terutama: A. Kebijakan Budaya Politik Strategis Kebangsaan dan Kenegaraan 1. Melaksanakan asas konstitusional dan institusional (kelembagaan) negara: MPR, DPR, DPA, MA, BPK dan Kepresidenan dengan merintis N-Sistem Nasional. 2. Setiap 5 tahun, Presiden memimpin dan membentuk Kabinet dengan berbagai Program Kabinet (yang ditetapkan) sebagai Kepala Pemerintahan Negara (Presidensial). 3. Mengembangkan asas budaya kenegaraan secara konstitusional: melaksanakan GBHN 4. Mengembangkan dan melaksanakan Pembangunan Nasional, melalui: REPELITA dan Asas Trilogi Pembangunan Nasional. Termasuk merumuskan Program PJP I (1970-1995) dan PJP II (1995-2020). 5. Membangun dan mengembangkan berbagai Badan-Badan Kenegaraan: mulai BUMN dan Bulog, sampai berbagai kelembagaan untuk rakyat: berbagai Yayasan, dan PusatPusat Pelayanan untuk Rakyat; seperti: SD Inpres, Puskesmas, Posyandu, dsb.

B. Kebijakan Strategis dalam Visi-Misi Normatif Indonesia Raya 1. Melaksanakan amanat Supersemar dengan Membubarkan PKI yang kemudian dikukuhkan dengan Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 2. Cita dan Visi-Misi: Melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekuen sebagai thema Kebangkitan Orde Baru. 3. Membudayakan Asas Tunggal Pancasila 4. Membudayakan asas: Konstitusional dengan Asas Demokrasi Pancasila 5. Membudayakan Pendidikan Moral Pancasila 6. Memutuskan hubungan diplomatik dengan RRC 4
MNS; Lab.Pancasila UM, 2011

7. Melaksanakan politik luar negeri Bebas-Aktif 8. Melaksanakan kepemimpinan Gerakan Non-Blok (GNB) 9. Merintis dan mengembangkan ASEAN

IV.

KEBIJAKAN STRATEGIS NASIONAL KELEMBAGAAN Presiden sebagai Ketua Dewan Pertahanan Keamanan Nasional (Wanhankamnas), melalui Sekretaris Jenderal (Sesjen), mendorong pengembangan berbagai kebijakan strategis dan melembaga; terutama: 1. Membentuk Team P7 dan BP7 2. Wanhankamnas bekerja sama dengan berbagai PTN/PTS sejak 1973 sampai sekarang (artinya berlanjut sampai sekarang). 3. Berbagai Riset Strategis sebagai Karya Kerjasama dengan berbagai PTN/PTS dalam Bidang Riset Strategis. Khusus dalam karya kerjasama ini, kami sampaikan Catatan (Dokumentasi) Karya Kerjasama Kelembagaan dengan IKIP Malang (in casu: Laboratorium Pancasila IKIP Malang: sekarang: Universitas Negeri Malang/UM); sebagai Terlampir: yang sungguh bernilai mendasar dan cukup monumental.

V.

CITA DAN CITRA KEPEMIMPINAN NASIONAL PRESIDEN (KE 2) RI

Sejarah nasional, bahkan internasional mencatat kehadiran bangsa Indonesia dalam panggung politik dunia yang cukup membanggakan. Sejarah Indonesia Raya dengan Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45, sesungguhnya mendapat pengakuan bahkan penghargaan dalam forum dunia modern, istimewa sebagai tokoh pelopor dalam Gerakan GNB khusunya ASEAN. Sesungguhnya kepemimpinan HMS sebagai Presiden adalah pewaris dan penerus perjuangan the founding fathers, istimewa yang diamanatkan (diwariskan) oleh kepemimpinan Dwitunggal Soekarno-Hattayang menumpas makar PKI-atheisme Madiun, juga ekstrem kanan lainnya!. Asas moral politik demikian, sekali lagi terulang adanya makar PKI-atheisme 1 Oktober 1965 yang menggoncangkan stabilitas nasional Indonesia. Tragedi ini, dikikis melalui kebijakan Presiden Soekarno untuk memberikan amanat dan mandat dengan Supersemar yang semua Bangsa Indonesia mensyukuri dengan kebanggaan nasional. 5
MNS; Lab.Pancasila UM, 2011

Cita-cita perjuangan kemerdekaan telah melembaga dalam wujud Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 yang potensial berkembang sebagai bangsa dan negara yang jaya, adil dan bermartabat! Keyakinan demikian, dilandasi oleh kesetiaan dan kebanggaan nasional yang terkandung dalam visi-misi Kebangkitan Orde Baru: Melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekuen sebagai pelaksanaan amanat UUD Proklamasi 45 seutuhnyaistimewa Pembukaan UUD 45 alenia 3!. Hari ini, kita bersyukur dapat berdoa untuk semua the founding fathers dan para pahlawan pejuang kemerdekaan Indonesia Raya; istimewa bagi para pemimpin pengabdi dan penegak (serta penyelamat) integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dalam semua tantangan; terutama: 1. Dwitunggal Soekarno-Hatta bersama Panglima Besar Jenderal Soedirman; berkat kepemimpinan mereka telah memberikan keteladanan dan kepemimpinan bagi: 2. Tokoh penerus dan penyelamat (dari bencana makar PKI) Jenderal Besar (TNI) Dr. A. H. Nasution dan Jenderal Besar (TNI) H. Muhammad Soeharto (HMS). Semoga semua jasa pengabdian dan kepemimpinan mereka memberikan berkah dan keteladanan bagi generasi penerus untuk tetap setia dan bangga menegakkan Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 terutama melalui visi-misi Melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekuen yang dalam misi pendidikan nasional, terutama visi-misi: Membudayakan Nilai Dasar Negara dan Ideologi Nasional Pancasila Integral dengan UUD Proklamasi 45. Semoga Allah Yang Maha Rahman dan Rahim memberkati para pemimpin bangsa dan rakyat serta generasi muda sebagai generasi penerus dengan semangat pengabdian sebagai pewaris perjuangan dan pengabdian para pemimpin the founding fathers kita yang kita cintai dan banggakan. Amin. Malang, 8 Juni 2011 Laboratorium Pancasila Universitas Negeri Malang (UM) Ketua, Prof. Dr. Mohammad Noor Syam, S.H (Guru Besar Emeritus UM) LAMPIRAN DATA KARYA KERJASAMA KELEMBAGAAN LAB. PANCASILA UM DENGAN DEWAN PERTAHANAN KEAMANAN NASIONAL 1. Pengertian, Pengamalan dan Penghayatan Pancasila (1975)* 6
MNS; Lab.Pancasila UM, 2011

2. Pokok-pokok Pengertian, Penafsiran, Pengamalan Pancasila (1975)* 3. Norma Dasar Penghayatan Pancasila dan UUD (1976)* 4. Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia (1976) 5. Filsafat Pendidikan Pancasila (1976) 6. Pola Pendidikan Nasional Berdasarkan Pancasila (1977) 7. Filsafat Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Pandangan Hidup Bangsa (1978) 8. Penerapan (Implementasi) Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (1978)* 9. Pancasila sebagai Ideologi Negara dan Bagsa Indonesia (Peranan, Ideologi Pancasila Bab IV) (1976-1978) 10. Pengisian Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional (1980-1981) 11. Hak-hak Asasi Manusia (Berdasarkan) Filsafat Pancasila: dilaksanakan 1983 1993 ** 12. Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Bangsa Indonesia (1982) 13. Asas-asas Pembangunan Nasional (1982) *** 14. Konsepsi PJP I (1970-1995) 15. Konsepsi PJP II (1995-2020) 16. Wawasan Nasional Pemantapan, Pengertian, Kedudukan dan Pokok-pokok Pikiran Dalam Kerangka Dasar (1982) 17. Pokok-pokok Pembahasan Pancasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia (1986) 18. Ideologi Pancasila (1986) 19. Konsepsi Hak-hak Asasi Manusia Berdasarkan Pancasila (Menyongsong Era Globalisasi Suatu Alternatif Pemikiran) (terbitan khusus) (1986) Catatan: Ide dalam thema semua karya kerjasama ini bagaimanapun pancaran dari visi-misi Ketua Dewan Hankamnas (Presiden ke 2 RI) HMS yang kemudian dilembagakan dan dikembangkan/dibudayakan; terutama: *) = Kemudian menjadi TAP MPR RI No. II/MPR/1978 tentang: Prasetya Pancakarsa (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila/P4) **) = Kemudian ditetapkan sebagai Pedoman dalam Kelembagaan Komnas HAM melalui Kepres RI No. 50 th. 1993 tentang Komisi Nasional HAM 7
MNS; Lab.Pancasila UM, 2011

***) = Sebagai Konsepsi dan Sistematika GBHN mulai 1973 1993 (setiap 5 tahun direvisi/dikembangkan) Memorandum Semua karya kerjasama di atas termasuk kategori Confidential. Sekretariat Lab. Pancasila UM

MNS; Lab.Pancasila UM, 2011

Anda mungkin juga menyukai