Anda di halaman 1dari 15

BEHAVIORAL OF AUTISM

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Klinis Dosen Pengampu : Rahma Kusumandari S.Psi, M.Si.

Disusun Oleh : Novina Eky Dianti Sugiarti Indriani Suci Wulandari Almiradiva Giovanni Intan Pratiwi ( F. 100090046 ) ( F. 100090052 ) ( F. 100090060 ) ( F. 100090080 ) ( F. 100090186 )

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
a. Pengertian Autisme Kata autis berasal dari bahasa Yunani auto yang berrti sendiri karena jika diperhatikan maka kita akan mendapat kesan bahwa penyandang autisme itu seolah-olah hidup di dalam dunianya sendiri. Pemakaian istilah autis diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvad ( Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact ) pada tahun 1943 walaupun sebenarnya dari berbagai bukti yang ada diketahui bahwa kelainan ini sudah ada sejak jauh sebelum itu namun hanya istilahnya saja yang relatif masih baru. Autisme Masa Kanak adalah gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya sudah tampak sebelum usia anak tersebut mencapai umur 3 tahun. Anak yang menderita autism mempunyai gangguan metabolisme pada tubuhnya. Sehingga menyebabkan anak-anak tersebut tidak dapat bersosialisasi dengan orang lain. Sebagian ahli menduga bahwa autisme disebabkan oleh gangguan organik otak. Tiga lokasi di otak yang mengalami kelainan anatomis yaitu: cerebellum, system limbic, dan lobus parietalis. Ada dua tipe dasar autisme :autisme sejak lahir (autisme klasik yang pernah dikenal dengan nama sindrom Kanners) dan autisme regresif yang biasanya muncul antara usia 12 sampai 24 bulan setelah periode perkembangan dan tingkah laku normal. Jumlah anak yang menderita autis semakin meningkat di berbagai belahan dunia. Autis dapat terjadi pada semua elemen masyarakat. Penyebab autis hingga saat ini masih belum dapat diketahui secara pasti, karena adanya banyak faktor ( multifactor ) yang diperkirakan dapat menjadi penyebab seorang anak bisa menderita autis . Para ahli menyimpulkan penyebab autis berdasarkan dasar keilmuannya masing-masing namun secara garis besar dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu :

Faktor Genetik Ditemukannya gen pembawa autis yang diturunkan dari orang tua

beberapa anak autis. Faktor Lingkungan Lingkungan yang terkontaminasi oleh zat-zat beracun, makanan yang mengandung bahan pengawet aupun pewarna, vaksinasi tetapi hal ini masih dipertentangkan pengaruhnya. b. Pengertian Behaviorisme Aliran behaviorisme lahir sebagai reaksi aliran instropeksionisme (menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif ) dan juga aliran psikoanalisis ( berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak ). Behaviorisme hanya menganalisa perilaku yang nampak saja yang dapat diukur dan dilukiskan dan diramalkan. Teori dari aliran ini dikenal dengan teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Asumsi dasar dari aliran ini adalah seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar artinya perubahan perilaku organisme adalah akibat dari pengaruh lingkungan. Behaviorisme mempersoalkan bagaimana perilaku manusia dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, kami tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Behavioral of Autism

B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian kami adalah : 1. 2. 3. penyandang autis. Mengerti lebih banyak mengenai penyakit Autis pada anak. Melihat secara langsung perilaku anak penyandang autis. Untuk dapat lebih memahami cara menangani perilaku anak

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca khususnya mengenai Autisme 2. a) Manfaat Praktis Bagi Mahasiswa Dengan hasil penelitian yang dicapai diharapkan dapat menjadi referensi maupun informasi tambahan bagi mahasiswa agar dapat lebih mengerti perilaku anak penyandang autis serta penanganannya dengan tepat. b) Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan tambahan untuk penelitian lebih lanjut.

D. Tempat dan waktu penelitian


1. 2. 3. Tempat Penelitian Tanggal Penelitian Waktu Penelitian : Yayasan Sosial Setya Dharma Lembaga : 12 Mei 2010 : 08.00 12.00 WIB Pendidikan Luar Biasa

BAB II ISI
A. Daftar Riwayat Hidup a) Identitas Anak 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama Lengkap Tempat tanggal lahir Jenis Kelamin Kewarganegaraan Agama Jumlah saudara Anak nomor Alamat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama Ayah Pekerjaan Pendidikan Terakhir Alamat Nama Ibu Pekerjaan Alamat : Luthfiyah Tsabitah Jauharatul Faizah : Surakarta, 5 November 2002 : Perempuan : Indonesia : Islam :1 :1 : Bayan RT 04/27 Kadipiro, Surakarta : Baskoro Julendra, S.Pd. : PNS : S1 : Desa Tluwah, rt03/1, Juwana, Pati : Hardiyanti Dwi Lestari : Guru : Bayan RT 04/27 Kadipiro,

b) Keluarga

Surakarta c) Riwayat Perkembangan a. 1. 2. 3. 4. 5. Anak Dalam Kandungan Usia ibu waktu mengandung : 25 tahun Pernah mengalami sakit Lama mengandung Biasa periksa pada : Radang paru-paru, kejang : 9 bulan : Bidan, Dokter, Puskesmas

Gerakan bayi dlm kandungan : Banyak

b. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. c. 1. 2. 3. 4. a. b. c. d. Kelahiran bayi di

Waktu Kelahiran : RS : Biasa : Normal : Baik, Lengkap : Cepat menangis : Sehat : Usia krg lbh 2 bln panas, kejang Setelah Kelahiran Lama minum asi Air susu ibu Gerakan anak Perkembangan / pertumbuhan Dapat duduk : 1,5 tahun Dapat berjalan : 2 thn 3 bln Dapat :Ada kelainan : wicara bicara : 48 bln : Cukup : Biasa Waktu melahirkan Cara melahirkan Keadaan bayi Setelah bayi lahir Kesehatan bayi Ket Lain

Berat dan Panjang bayi : 2 Kg ; 48 cm

B. Diagnosis Hasil pemeriksaan psikologis : Nomor Nama Tgl lahir Kelas : 01/AN/TK-UM/X/08 : Lutfiyah Tsabitah Jauharatul Faizah : 05 November 2002 : TK

Sekolah Alamat sekolah Tgl pemeriksaan Hasil yang diperoleh Angka kecerdasan Tingkat kecerdasan Kepribadian : No 1 2 3 4

: TK Solo : Solo : 09 Oktober 2008 : : IQ = 54 : sangat rendah Ciri kepribadian Kematangan motorik Kemandirian Penyesuaian diri Kepercayaan diri Kategori Kurang Agak kurang Agak kurang Agak kurang

Hasil tes kesiapan sekolah : No 1 2 3 4 Keterangan Kestabilan emosi Konsentrasi Tanggung jawab Penalaran Kategori Rendah Rendah Rendah Rendah

Dari tes yang dilakukan, Lupi belum memiliki kesiapan belajar karena fungsi motorik halusnya yang belum berkembang serta kemampuan verbalitasnya yang mengalami gangguan (keterlambatan bicara) membuat daya nalar dan logikanya menjadi terhambat. Diagnosa sementara adalah Autisme dan ADHD (gangguan konsentrasi) C. Hasil penelitian Gejala -gejala autisme : a) b) c) d) tidak dapat bicara atau lambat bicara berceloteh tanpa arti hiperaktif tidak adanya kontak mata

e)

cuek atau acuh pada orang tua maupun lingkungan sebelum berusia tiga

tahun. Beberapa symptom atau gejala yang muncul 1) Gangguan Komunikasi a. Anak menolak menatap mata orang lain. b. Tidak menengok bila dipanggil. c. Tidak mau menjawab dan menjauh bila diajak bicara. d. Bila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan seseorang yang berada paling dekat dengan dirinya tanpa perduli siapa pemilik tangan tersebut . e. Menolak untuk dipeluk maupun dibelai. 2) Gangguan Interaksi Sosial a. Anak penyandang autis teman sebaya. b. Mereka lebih suka bermain sendiri. 3) Gangguan dalam Persepsi Sensori a. Anak suka mencium-cium atau menggigit mainan atau benda apa saja b. Bila mendengar suara tertentu langsung menutup telinga c. Tidak menyukai rabaan atau pelukan serta merasa tidak nyaman bila bahan pakaian yang dikenakan termasuk kasar. 4) Gangguan Bicara dan Bahasa a. Lambatnya kemampuan bicara anak b. Anak cenderung suka mengoceh dengan bahasa yang sulit dimengerti orang lain. c. Bila kemampuan bicaranya berkembang kadang ia tidak mengerti apa yang diucapkannya. d. Cara bicaranya biasanya monoton tanpa intonasi. e. Ia berbicara untuk dirinya sendiri. f. Sering membeo pertanyaan yang diajukan. 5) Gangguan Perilaku a. Anak suka berjalan berjinjit-jinjit dan berputar-putar. b. Suka mengulang-ulang gerakan. tidak dapat bermain secara interaktif dengan

c. Kadang hanya duduk diam dan bengong. d. Lekat pada suatu benda. e. Anak tidak mengerti cara memainkan suatu permainan sehingga cenderung monoton.

6)

Gangguan Perasaan atau Emosi a. Anak tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain. b. Tertawa sendiri. c. Menangis atau marah tanpa sebab. d. Sering mengamuk tidak terkendali (agresif dan destruktif)

Sumber Stimulus dan Tindakan yang Merefleksikan Emosi pada Anak Autis Emosi Positif Tindakan-tindakan emosional anak penyandang autis dalam merespon stimulus tertentu adalah senang, sayang, rindu, dan malu. 1. Senang Respon : tersenyum, tertawa, bertepuk tangan, bergaya, melihat dalam waktu yang sama, dll. 2. Sayang Respon : mencium, memeluk, memegang tangan, mendekati, melirik orang yang disayang, dll. 3. Rindu Respon : menangis diam-diam di tempat tidur, melamun, memanggil-manggil subjek (ibu), dll. 4. Malu Respon : menunduk, mengalihkan pandangan, menjauh, berlari, mondarmandir, dll. 1. Emosi Negatif Marah Stimulus yang dapat memunculkan emosi ini pada suatu subjek adalah :

Dilarang melakukan kegiatan yang diinginkan Disuruh melakukan hal yang tidak disukai Hak milik dilanggar Tindakan atau ucapan diralat orang lain Respon : merengek, menjerit, berontak, menendang dan mendorong,

menggigit dan memelintir tangan orang ,membanting benda didekatnya, membenturkan kepala, dll. 2. Takut Sumber stimulus yang dapat menyebabkan munculnya emosi ini adalah manusia dan situasi atau kegiatan tertentu. Sumber stimulus dari manusia seperti dimarahi atau dipukul ,bertemu dengan orang yang memarahi atau memukul mereka dapat menjadi stimulus munculnya emosi ini . Stimulus seperti kepekaan berlebihan terhadap rangsang, kegelapan, kesendirian berada pada situasi yang dianggap menakutkan olehmereka Respon : Menjerit menghindar, menangis, memeluk orang, memukul meja, menutup telinga. 3. Sedih Dalam kelompok emosi negatif emosi ini belum banyak dibahas pada literatur mengenai emosi anak autis. Perasaan sedih muncul berkaitan dengan sosok ibu, apabila ibu belum datang mengunjungi mereka maka mereka akan memperlihatkan perilaku seperti :melamun menangis dalam diam, dan memanggil-manggil ibunya. 4. Terkejut Berdasarkan hasil penelitian, emosi terkejut muncul pada saat subjek ketahuan oleh orang lain sedang melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan seperti makan makanan yang menjadi pantangan dan mengambil barang tertentu. Respon yang diberikan adalah meletakkan benda yang diambil atau meninggalkan kegiatan yang dilarang, dan cepat-cepat menjauh.

D. Intervensi Subjek yang kami teliti lahir dengan kondisi normal dan tidak memiliki kelainan apapun. Pada waktu subjek berusia kurang lebih 2 bulan mengalami demam tinggi hingga kejang-kejang. Kemudian subjek dibawa oleh orang tunya ke rumah sakit. Di sana subjek diberi penanganan yaitu dengan memberikan terapi pijat. Setelah terapi beberapa bulan orang tua subjek memutuskan untuk hanya menggunakan obat-obatan tradisional. Dokter tidak pernah memvonis subjek menderita autis sehingga disaat orang tua dipindah tugaskan ke Pati, subjek diputuskan untuk tinggal bersama neneknya di Solo. Di Solo subjek di sekolahkan di SLB-C YSSB. Disana subjek menjalani beberapa test seperti test intelegent, test IQ, dan beberapa test lainnya. Setelah itu baru diketahui bahwa subjek menderita autism hiper. Selama 2 tahun sekolah disana, subjek mengalami sedikit perubahan seperti bersedia duduk, mengucapkan beberapa kata (ao:bakso, au:sinau, ale-ale:ale-ale, dll), melakukan isyarat-isyarat (melipat tangan jika ingin pulang). Untuk melatih saraf motorik halusnya memaksimalkan kerja otak maka subjek menjalani privat di rumah subjek. Pada saat menjalani les privatnya subjek dilatih dan diajak bermain beberapa permainan yang dapat melatih saraf motorik halus maupun saraf motorik kasarnya. Penanganan agar subjek merasa tenang, subjek diberikan beberapa permainan seperti permainan bongkar pasang, puzzle, bola warna-warni dll. Setengah tahun ini subjek mengalami peningkatan yang cukup signifikan seperti sudah dapat duduk tenang di dalam kelas, dapat mengenakan sepatu sendiri, telah dapat merespon adanya kehadiran orang lain dengan cara berteriak, bertepuk tangan, berdiri, memukul-mukul meja, mau berjabat tangan dengan orang asing. Perilaku subjek dapat berubah sewaktu-waktu menjadi agresif tanpa adanya sebab yang jelas. Contohnya subjek tiba-tiba dapat memukul temannya, menangis, menyobek-nyobek kertas, menumpahkan makanan yang diberikan oleh neneknya,

melempar sepatunya, menarik rambut temannya, merebut buku temannya kemudian menyobeknya, mendorong meja hingga jatuh dll. Biasanya setelah melakukan hal-hal tersebut subjek kemudian berteriak sebagai ekspresi kepuasan bagi subjek. Dalam menangani perilaku-perilaku subjek selama ini guru pendamping mengatasinya dengan memberikan perintah yang tegas disertai dengan tindakan yang nyata , melatih subjek untuk dapat fokus pada suatu hal, melatih subjek melakukan kontak mata. Dalam melatih perilaku subjek, guru pendamping membawa subjek ke tempat yang tenang, agar subjek merasa nyaman dan tidak terganggu kehadiran orang asing.

BAB III Penutup

A. Referensi
Yayasan Sosial Setya Darma Lembaga Pendidikan Luar Biasa Jalan Mr. Sartono no. 32 Bibis Baru, Surakarta.

B. Penutup
1. Kesimpulan Autisme adalah suatu gangguan yang muncul pada anak yang terjadi akibat gangguan organik otak serta faktor genetik yang menyebabkan penderita mengalami hambatan dalam perkembangan kognitif, afeksi, serta konasi. Simptom yang muncul yakni : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Gangguan komunikasi Gangguan interaksi sosial Gangguan dalam persepsi sensoris Gangguan bicara dan berbahasa Gangguan perilaku Gangguan perasaan atau emosi Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan :

Sumber stimulus yang diperoleh pada anak autis akan mengakibatkan tindakan yang merefleksi emosi pada dirinya.Tindakan-tindakan yang muncul berupa emosi positif dan emosi negatif. 2. Saran

Untuk mereduksi gejala-gejala emosi negatif pada anak autis maka yang harus dilakukan : 1. Managemen Orang Tua Managemen orang tua (terlebih ibu) control emosi orang tua Melihat kebiasaan di awal bangun tidur (mood) Mendisiplinkan anak tanpa tekanan Terapi awal pada anak autis biasanya dilakukan dengan cara sebelum menghadapi anak autis 2.

meletakkan dua jari kita di depan mata si anak. Anak biasanya memperhatikan selama dua atau tiga detik saja. Dan cara itu akan membuat anak autis merasa tenang.

C. Analisis
Analisis yang dapat kami tangkap selama melakukan penelitian adalah autis terjadi bukan hanya dari faktor genetik tetapi juga disebabkan karena adanya gangguan pada sel syaraf otak. Autisme bukan termasuk dalam penyakit atau gangguan jiwa. Sekitar 30% anak penyandang autis mempunyai kecerdasan di atas rata-rata. Hal yang menyakitkan akan menimbulkan trauma dan ketakutan pada anak penyandang autis karena kemampuan mengingat pada anak autis sangat detail dan unggul. Sehingga hal yang menyenangkan akan terus dicari sampai dia merasa nyaman. Anak penyandang autis satu dengan yang lainnya sangat berbeda. Antara satu dengan yang lain mempunyai ciri-ciri pantangan yang beraneka ragam pula pada setiap anak. Seperti pada pola makan yang dihindari beberapa anak autis. Pada beberapa anak penyandang autis mempunyai alergi masing-masing yang akan meningkatkan keagresifitasan pada penderita. Jadi, penanganan perilaku pada setiap anak autispun juga berbeda-beda.

D. Lampiran
1. Data Pribadi subjek

2. Akte kelahiran subjek 3. Hasil pemeriksaan psikologis subjek 4. Jadwal pelajaran subjek 5. Foto-foto dari subjek 6. Surat keterangan dari kepala sekolah

Anda mungkin juga menyukai