Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah

Pembagunan kesehatan sebagaian dari upaya membangun manusia seutuhnya, antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya. Perwujudan kualits sumber daya manusia merupakan proses jangka panjang yang harus dilalui sejak janin dalam kandungan sampai usia lanjut sehingga diperoleh manusia produktif, sehat, kreatif, mandiri dan tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan zaman (Depkes RI, 2003).

Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, dengan memasukan kuman atau produk kuman yang sudah dilemakan atau dimatikan. Dengan memasukan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan Eat Anti yang pada akhirnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh (Marimbi, 2010).

Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu. Imunisasi adalah memberi vaksin kedalam tubuh berupa bibit penyakit, yang di lemahkan yang menyebabkan tubuh memproduksi antibodi tetapi tidak menimbulkan

penyakit,bahkan anak menjadi kebal (Profil Kesehatan Profinsi Jawa Tengah,2003)

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan.Imunisasi diberikan pada bayi antara umur 0 - 12 bulan,yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT, (1,2,3), polio (1,2,3,4), Hepatitis B (1,2,3),dan campak. (Pedoman penyelngaraan Imunisasi,2005)

Imunisasi

lanjutan

adalah

imunisasi

ulangan

untuk

mempertahankan tingkat kekebalan di atas ambang perlindungan atau untuk memperpanjang Imunisasi,2005) masa perlindungan.(Pedoman penyelenggara

Imunisasi

adalah

upaya

yang

dilakukan

dengan

sengaja

memberikan kekebalan tubuh(imunitas) pada bayi atau anak,sehingga terhindar dari penyakit. Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak.Kebanyakan dari imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak.(dr. Suririnah,2007).

Imunisasi adalah cara untuk menentukan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu Ag yang serupa, tidak terjadi penyakit (Astaqauliyah. Com, imunnisasi, 2008).

Imunisasi yang didapat merupakan suatu system imun yang didapatkan melalui pemberian imunisasi (adaptive imuno system), pada system pertahanan tubuh ini,antibody memegang peran penting dan utama,dalam hal reseptor yang dipakai untuk mengenal jasad renik tersebut dibentuk dengan cara menyatukan atau menempelkan beberapa segmen dari gen sehingga terbentuk suatu reseptor yang unik untuk jasad renik tertentu Imunisasi adalah proses merangsang sistem kekebalan tubuh dengan cara memasukan (bias dengan disutik atau diminumkan virus atau bakteri hidup yang dilemahkan,virus atau bakteri hidup yang dibunuh,bagian-bagian tubuh dari bakteri atau virus atau racun dari bakteri yang sudah di

modifikasi.Tujuannya agar tubuh kita tidak kagetdan siap untuk melawan bila bakteri atau virus sungguhan menyerang ,(www.dokteranakku.com) Imunisasi adalah pelalian adalah pemberian vaksin kepada seorang untuk melindunginya dari pada beberpa penyakit tertentu.Antibodi daripada ibu akan memberi perlindungan semntara selama lebih kurang enam bulan sahaja,maka bayi perlu diberi imunisasi supaya terlindung daripada penyakit. Imunisasi yang diberi pada kepada kanak-kanak serta bayi merupakan cara yang berkesan dan kos efektif untuk melindungi mereka dari penyakit turbeculosis (TB),difteria,pertusis (batukis kokol),tetanus (kancing

gigi),poliomyelitis,campak,rubella, dan hepatitis B. suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap antigen sehingga bila kelak terpanjan pada antigen yang serupa tida terjadi penyakit (Ranuh,2005)

Imunisasi adalah memberi vaksin kedalam tubuh berupa bibib polio yang dapat dicegah setiap tahunnya.Vaksinasi terhadap 7 penyakit telah direkomendasikan EPI sebagai imunisasi rutin di negara berkembang: BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh kurang energi protein (KEP), kurang vitamin A (KVA), gangguan akibat kurang yodium (GAKY), dan anemia. Gizi buruk merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Pemerintah melalui program gizi berupaya menurunkan prevalensi gizi buruk, namun demikian, kecenderungan kasus gizi buruk meningkat (Depkes RI, 2000). B. Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada Hubungan Status Imunisasi dan status gizi anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas Haekesak Kecamatan Raihat Timur ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan status imunisasi dan status gizi anak balita di wilayah puskesmas Haekesak Kecamatan Raihat Kabupaten Belu Propinsi Nusa Tenggara Timur. 2. Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi status imunisasi anak balita. 2. Mengetahui gambaran pemberian imunisasi pada anak balita. Kabupaten Belu Propinsi Nusa Tenggara

3.

Menganalisis hubungan status imunisasi dan status gizi anak balita di Puskesmas Haekesak Kabupaten Belu.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan khususnya keperawatan tentang imunisasi pada anak balita. 2. Secara praktis 1. Bagi Ibu Penelitian ini merupakan masukan informasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya imunisasi BCG pada bayi. 2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan sebagai referensi bagi mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan. 3. Bagi Puskesmas Haekesak Penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur mutu dan evaluasi terhadap pelayanan yang telah diberikan terutama program imunisasi pada anak balita. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai hubungan status pemberian imunisasipada anak balita sudah dilakukan namun sejau pengetahuan penulis belum ada penelitian tentang hubungan status imunisasi dan status gizi anak balita di

wilayah puskesmas Haekesak Kecamatan Raihat Kabupaten Belu Propinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian sebelumnya yang mempunyai topik/tema hampir sama yaitu:

1.

Susana (2009) studi deskriftif tentang evaluasi pelaksanaan imunisasi BCG pada bayi di Puskesmas Buntuk Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional, populasi penelitian adalah seluruh bayi yang telah mendapatkan imunisasi BCG di wilayah kerja Buntok. Sampel penelitian yaitu seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah 30 orang bayi dan 1 orang petugas imunisasi. Variabel penelitian (variabel bebas) adalah evaluasi pelaksanaan imunisasi BCG. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel responden mendapat imunisasi pada usia kurang dari 2 (dua) bulan adalah 21 (70 %) dikategori baik. Dan cara pemberian imunisasi BCG pada variabel pelaksanaan imunisasi sudah tepat 93 % dan dikategorikan baik dan cara penyimpanan vaksin dari 14 indikator terdapat 10 (71,4 %) dikategori baik.

2.

H. Irfani (2009) Gambaran pencapaian imunisasi bayi yang rendah (Non-UCI) di Puskesmas Danau Panggang Kabupaten Hulu Sungai Utara. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian

observasional dengan menggunakan tehnik Cross sectional untuk menggambarkan factor penyebab hasil pencapaian imunisasi bayi yang rendah (Non-UCI) di Puskesmas Danau Panggang Kabupaten

Hulu Sungai Utara. Jumlah sampel adalah 11 orang responden yang terdiri atas 1 orang koordinator imunisasi dan 10 orang bidan Puskesmas Danau Panggang. Hasil penelitian yaitu tidak semua bidan terlibat dalam penyusunan perencanaan, sebagian besar bidan tidak melakukan pemantauan wilayah setempat, kurangnya pengetahuan bidan tentang langkah-langkah penyusunan POA, pelaksanaan imunisasi tidak sesuai jadwal, sebagian besar bidan tidak melakukan pencatatan hasil imunisasi, supervisi belum dilakukan sepenuhnya, kerjasama lintas sektor dan program masih kurang. 3. Faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemanfaatan pelayanan imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas Garuda Kecamatan Andir Kota Bandung Tahun 2002. Metode penelitian berupa penelitian observasional. Populasi penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi berusia 2 - 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Garuda, jumlah sampel sebanyak 100, sampel diambil proporsional random sampling. Hasil penelitian ini memperlihatkan sebanyak 56 % responder memanfaatkan pelayanan imunisasi BCG. Pada basil analisa bivariat dari 9 variabel yang diteliti dan 5 variabel yaitu pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, umur, dan dukungan suami/keluarga berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan

imunisasi BCG, hasil analisa multivariat regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang yang paling dominan berhubungan adalah pengetahuan setelah dikontrol oleh pendidikan dan umur ibu.

Penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan, jenis penelitian ini adalah metode deskriptif analitik, dengan desain penelitian Cross sectional dengan tehnik sampel menggunakan total sampling. variabel bebas adalah status pekerjaan ibu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI 1. IMUNISASI Program imunisasi BCG adalah suatu program yang saat ini sudah dan sedang digalakkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Pelaksanaannya dari pusat sampai ke daerah-daerah diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Program imunisasi ini berupaya untuk meningkatkan kesehatan khususnya bayi baru lahir agar memperoleh kekebalan sejak dini terhadap penyakit yang berbahaya yaitu penyakit infeksi Paru yang sering disebut dengan TBC (Tubercholosis). Bila program ini berhasil secara maksimal pemerintah Indonesia mempunyai harapan kedepan yaitu mempunyai generasi muda yang sehat dari penyakit TBC dimana generasi muda ini merupakan generasi yang kreatif, intelek, serta mempunyai potensi tinggi untuk menjawab tantangan zaman yang semakin maju (Depkes RI, 1992 : 17). Sejak penetapan the Expanded Program on Immunisation (EPI) oleh WHO, cakupan imunisasi dasar anak meningkat dari 5% hingga mendekati 80% di seluruh dunia. Sekurang-kurangnya ada 2,7 juta kematian akibat campak, tetanus neonatorum dan pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat polio yang dapat dicegah setiap tahunnya.Vaksinasi terhadap 7 penyakit telah direkomendasikan EPI sebagai imunisasi rutin di negara berkembang: BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B.

B. Jenis jenis Imunisasi Menurut program imunisasi puskesmas Haekesak, jenis imunisasi bayi yang dilaksanakan di puskesmas Haekesak meliputi HB 0, BCG, DPT HB 1, DPT HB 2, DPT HB 3, Polio 1, Polio 2, Polio 3 dan Campak. Sasaran kegiatan imunisasi Tahun 2011 sebanyak 475 bayi. Target untuk imunisasi HB 0 BCG, DPT HB 1, DPT HB 2, DPT HB 3, Polio 1, Polio 2, Polio 3 dan Campak adalah 99 %

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10

Jenis Immunisasi BCG DPT HB 1 DPT HB 2 DPT HB 3 Polio 1 Polio 2 Polio 3 Polio 4 Campak HB 0

Cakupan Absolut 321 509 504 488 509 504 488 489 489 382

Ket % 68 107 106 102 107 106 102 103 103 81 UCI UCI UCI UCI UCI UCI UCI UCI -

Sumber: Profil Puskesmas Haekesak

Dari data di atas terdapat cakupan imunisasi BCG yang belum memenuhi target dimana ibu sebagai orang tua adalah orang yang pertama berperan aktif membawa bayinya untuk mendapatkan imunisasi BCG yang berhubungan dengan status pekerjaan ibu. C. Jadwal Pemberian Imunisasi Jadwal imunisasi adalah informasi mengenaikapan suatu jenis faksinasi atau imunisasi harus diberikan kepada anak. Jadwal imunisasi suatu Negara dapat

saja berbeda dengan Negara lain tergantung kepada lembaga kesehatan yang berwewenang mengeluarkannya. Umur Saat lahir Vaksin Keterangan Hepatitis HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setela lahir, B-1 dilanjutkan pada umur 1 dan 6. Apabila status Hbs AgB ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabilah semula status Hbs Ag ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu Hbs Ag positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari. Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB /RS polio oral diberikan pada saat bayi dipulangkan (untuk menghindari virus vaksin kepada bayi lain) Hepatitis Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan B-2 HB-2 adalah 1 bulan BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur >3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif. DTP-1 DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwt atau DTtap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T). Hib-1 Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan.Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1 Polio-1 Polio-1 dapat diberikan secarah bersamaan dengan DTP-1 DTP-2 DTP-2 (DTwp atau Dtap) dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T) Hib-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2 Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dngan DTP-2 DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dangan Hib-3 (PRP-T) Hib-3 Apabila mengunakan Hib-OMP,Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3 Hepatitis HB-3 diberikan umur 6 bulan.Untuk mendapatkan B-3 respon imun optimal,interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan,terbaik 5 bulan Campak- Campak-1 di berikan pada umur 9 bulan,campak-2 1 merupakan program BIAS pada SD kelas 1,umur 6

1 bulan 0-2 bulan

2 bulan

4 bulan

6 bulan

9 bulan

bulan.Apabila telah mendapatkan MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan 15-18 MMR Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan bulan imunisasi campak,MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan Hib-4 Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP) 18 DTP-4 DTP-4 (DTwp- atau DTap) diberikan 1 tahun setelah bulan DTP-3 Polio-4 Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4 2 tahun Hepatitis Vaksin HepA dikomendasikan pada umur .> tahun, A diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan 2-3 Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan tahun untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun 5 tahun DTP-5 DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap) Polio-5 Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5 6 tahun MMR Diberikan untuk catch-up immmunization pada anak yang belum mendapatkan MMR-1 10 dT/TT Menjelang pubertas vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT ) tahun diberikan untuk mendapatkan imunisasi selama 5 tahun. Varisela Vaksin variseladiberikan pada umur 10 tahun

D. Manfaat Imunisasi untuk bayi dan anak Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan teman-teman disekitarnya. Imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak sehingga mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut. Anak yang telah diimunisasi bila terinfeksi oleh kuman tersebut maka tidak akan menularkan ke adik, kakak, atau teman-teman disekitarnya. Jadi, imunisasi selain bermanfaat untuk diri sendiri juga bermanfaat untuk mencegah penyebaran ke adik, kakak dan anak-anak lain disekitarnya (Depkes RI, 2000)

F. Status Gizi a) Pengertian Status Gizi Status gizi merupakan tanda-tanda atau penampilan fisik yang diakibat oleh adanya keseimbangan pemasukan energi dan protein serta

pengeluaran energi dan protein dengan status gizi. Status gizi melalui variabel-variabel tertentu dengan indikator asupan zat gizi mempengaruhi status gizi seseorang (Arjadmo 2003). Status gizi dibedakan antara gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih. Anak balita merupakan kelompok yang paling rawan terjadi kekurangan gizi, kekurangan gizi dapat terjadi dari tingkat ringan sampai tingkat berat. Apabila jumlah asupan gizi balita sesuai dengan kebutuhan disebut seimbang (gizi baik), sedangkan apabila asupan zat gizi lebih rendah dari kebutuhan disebut gizi kurang, dan apabila asupan zat gizi sangat kurang dari kebutuhan disebut gizi buruk. Anak balita yang sehat atau kurang gizi dapat diketahui melalui perbandingan antara berat badan menurut umur dan berat badan menurut tinggi. Apabila sesuai dengan standar anak disebut gizi baik, apabila sedikit dibawah di standar disebut gizi kurang, sedangkan jika jauh dibawah standar disebut gizi buruk.

b) Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan mengumpulkan data penting, baik yang bersifat

obyektif, untuk kemudian dibandingkan dengan buku yang tersedia (Harisman, 2004). Penilaian status gizi adalah interprestasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang beresiko atau dengan status gizi buruk. Metode dalam penilaian status gizi dibagi ke dalam 3 kelompok : Kelompok pertama., metode secara langsung yang terdiri dari penilaian dengan melihat tandatanda klinis, tes laboratorium, metode biofisik dan antropometri. Kelompok kedua, penilaian dengan melihat statistik kesehatan yang biasa disebut dengan penilaian status gizi tidak langsung karena tidak menilai

individu secara langsung. Kelompok ketiga, penilaian dengan melihat variabel ekologi (Achadi, 2007). c) Jenis Parameter untuk Penilaian Status Gizi Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Untuk ukuran tunggal dari tubuh manusia antara lain : umur (U), berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LLA), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak bawah kulit (Supariasa, dkk, 2001). d) Klasifikasi Status Gizi Dalam penentuan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference buku antropometri yang kini digunakan di Indonesia adalah standar baku World Health Organization National Center for Health Statistic (WHO-NCHS) (Supariasa, dkk, 2001). Proses pertumbuhan lebih banyak dinilai pada pemeriksaan antropometri secara berkala. Anak normal akan mengikuti kurva pertumbuhan secara mantap, penyimpangan dari arah kurva normal menunjukkan indikator adanya kelainan baik akibat penyakit, normal atau gizi kurang (Soetjiningsih, 1998). Berat badan merupakan salah indikator antropometri yang digunakan untuk memantau pertumbuhan anak. Pertumbuhan adalah produk dari status gizi dan merupakan gambaran status gizi secara kontinyu. Indikator yang paling sering digunakan untuk mengukur status gizi dan pertumbuhan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan kombinasi dari kedua indikator tersebut yaitu berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Tapi yang sering digunakan pada balita untuk mengetahui status gizi adalah BB/U. Kelebihan indeks BB/U adalah : 1. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum 2. Baik untuk megukur status gizi akut dan kronis

3. Berat badan dapat berfluktuasi 4. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil 5. Dapat mendeteksi kegemukan Kelemahan indeks BB/U adalah : 1. Dapat mengakibatkan interprestasi status gizi yang keliru bila terdapat edema. 2. Memerlukan data umur yang akurat. 3. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran (Supariasa, 2002). Standar baku untuk memantauan status gizi dan pertumbuhan balita di Indonesia adalah berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No. 920/MenKes/SK/VIII/2002 tanggal 1 Agustus 2002. B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Status gizi anak balita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : pertama penyebab langsung yaitu makanan anak balita (zat gizi) dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Kedua penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan anak, seta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga memenuhi kebutuhan pangan seluruh keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental dan sosial. Akar permasalahan adalah terkait dengan tingkat pendidikan pengetahuan dan keterampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan

keterampilan terdapat kemungkinan baik tingkat ketahanan pangan keluarga (Soedirman, 2000).

C. KERANGKA TEORI Kerangka Teori berdasarkan (Sarwono,2004)

Gambar 1. Kerangka Teori Hubungan Status Imunisasi dan Status Gizi Anak Balita

D. KERANGKA PENELITIAN
Status Imunisasi Status Gizi

Gambar 2. Kerangka Penelitian Hubungan Status Imunisasi dan Status Gizi Anak Balita E. HIPOTESA Ada hubungan antara status imunisasi dan status gizi anak balita di Puskesmas Haekesak Kecamatan Raihat,Kabupaten Belu,Propinsi Nusa Tenggara Timur.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan penelitian crosssectional merupakan penelitian epidemiologik analitik yang dilakukan secara observasional, yaitu mengkaji hubungan status imunisasi dan status gizi anak balita dan data dikumpulkan pada waktu yang bersamaan. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Penelitian dilakukan di Wilayah Puskesmas Haekesak, Kecamatan Raihat, Kabupaten Belu, Propinsi Nusa Tenggara Timur. 2. Waktu penelitian dilakukan pada minggu ketiga bulan Februari 2012 sampai dengan minggu pertama bulan Maret 2012. C. Populasi dan Sampel Populasi 1. Populasi Populasi adalah semua balita yang tinggal di wilayah Puskesmas Haekesak, Kecamatan Raihat, Kabupaten Belu, propinsi Nusa Tenggara Timur. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari balita yang bertempat tinggal di wilayah tersebut (Sugiyono, 2004). Sampel penelitian ini adalah sebagian anak balita di posyandu yang berada di wilayah puskesmas Haekesak, Kecamatan Raihat, Kabupaten Belu, propinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut : a) Kriteria inklusi Ibu Balita yang bersedia menjadi responden dan bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Haekesak, Kecamatan Raihat, Kabupaten Belu, Propinsi Nusa Tenggara Timur.

b). Kriteria Exklusi Adanya riwayat penyakit bawaan seperti kelainan atau cacat bawaan, retardasi mental, thalasemia, diare, malaria, hepatitis, TBC, dan Hidrocepalus. 1. Besar Sampel Penentuan besarnya sampel dengan rumus Lameshow (1990), dan metode pengambilan sampel dengan cluster random sampling. Cluster random samping yaitu proses pemilihan secara acak berkelompok dilakukan apabila populasi tersebar secara luas sehingga tidak memungkinkan untuk membuat daftar seluruh populasi. Rumus : Z2 . p.q n! d2 Keterangan : n Za P q d Rumus : n! : Besar Sampel : Tingkat Kepercayaan 95 % : Proporsi :1p : presisi yang ingin dicari Z2 . p.q d2

n!

Z 2 . p.(1  q ) d2 1,96 2 .0.14.0,86 0,12

n!

n ! 46 Balita

2.

Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel merupakan upaya penelitian untuk mendapat sampel yang representative (mewakili) yang dapat

menggambarkan populasinya.. cluster random sampling D. Variabel dan Definisi Operasional 1). Definisi variabel bebas dan terikat a. variabel bebas Status Imunisasi adalah dikategorikan lengkap apabilah imunisasi diberikan sesuai umur balita. Status imunisasi dikatogorikan menjadi lengkap apabila bayi/balita telah mendapatkan imunisasi yang dibutuhkan sesuai umur. tidak lengkap apabila: LIHAT KMS!!!!! b. variabel terikat Status Gizi adalah keadaan tubuh pengguna zat gizi yang dinilai dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U) berdasarkan standar WHO Antropometri 2005. Parameter BB Kurang BB Sangat kurang Gizi Baik BB Lebih Gemuk Skala : : - 2 SD : - 3 SD : >- 1 SD s/d + 1 SD : >+ 2 SD : >+ 3 SD : Ordinal

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden yang dilakukan dengan perhitungan, observasi dan wawancara, yang meliputi : a. Identitas balita (nama, umur, jenis kelamin). b. Berat badan c. Status Imunisasi dan status Gizi anak balita. 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yang dilakukan dengan mencatat data yang telah tersedia di wilayah Puskesmas Haekesak atau mewawancara pihak terkait, meliputi : a) Gambaran umum wilayah penelitian. b) Jumlah anak Balita di wilayah Puskesmas Haekesak, Kecamatan Raihat, Kabupaten Belu, Propinsi Nusa Tenggara Timur. D. Jalannya Penelitian 1. Tahap prapenelitian a. Melakukan survei pendahuluan untuk mendapatkan gambaran umum tempat penelitian dan subyek penelitian. b. Menyerahkan surat izin penelitian beserta proposal penelitian kepada Kepala Puskesmas Haekesak. c. Penyamaan persepsi antara peneliti dan pihak puskesmas. 2. Tahap penelitian 1) Mendatangi Puskesmas posyandu untuk melakukan penimbangan Balita yang akan dijadikan sampel penelitian. 2) Meminta kesediaan orang tua balita khususnya ibu untuk menjadi responden penelitian. E. Instrument Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Soekidjo Notoadmodjo, 2002), meliputi :

1. Timbangan (Kapasitas dan ketelitian) 2. Formulir penelitian LAMPIRKAN!! F. Rencanan Pengolahan dan analisa data Pengolahan data dalam penelitian ini adalah menggunakan beberapa langkah sebagai berikut : 1) Editing yaitu memberikan data yang telah dikumpulkan 2) Coding yaitu memberikan kode pada variabel bebas dan variabel pengganggu untuk mempermudah penggolahan data. 3) Tabulasi adalah menyusun data kedalam master data. 4) Entri adalah memasukan data kedalam computer. 5) Penyusunan penelitian. 1) Analisis Univariat Tujuan analisi univariat adalah untuk melakukan analisis terhadap setiap variabel dari hasil penelitan. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Yaitu untuk mendeskripsikan data masing-masing variabel penelitian. 2) Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk Mengetahui hubungan status imunisasi dan status gizi anak balita. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan chi square (X), uji ini adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis

bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas (Sugiyono, 2008). Skala dalam penelitian ini yaitu ordinal dengan rumus :
k

X2 !
i !1

( fo  fh) 2 fn

Keterangan : X2 = Chi square fo = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi yang diharapkan


TAMBAHKAN TULISAN BAGAIMANA KALAU MENERIMA ATAU MENOLAK HIPOTESA.

Anda mungkin juga menyukai