Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

Dalam suatu Negara dan Masyarakat yang sedang membangun segala ilmu dan amal wajib disatuarahkan dan didayagunakan untuk menyumbang dan menunjang Pembangunan yang sedang dihayati itu. Hukum islam yang lahir 1408 tahun yang lalu, dengan pimpinan Rasullulllah Muhammad SAW tercinta, serta dukungan dan kesadaran penuh dari para sahabat yang setia, diiringi pengalaman secara murni dan konsekwen terhadap hukum islam itu secara nyata, dalam masa yang relatif sangat pendek menjadi fakta, telah merubah bangsa yang bodoh dan bergelimang dosa menjadi bangsa yang maju peradabannya dan menjadi puncak perhatian dari segala bangsa. Ini bukan suatu impian dan khayalan. Melainkan suatu fakta dan realita. Apakah gerangan yang menyebabkan hal demikian itu? Jawabannya ialah, karena agama islam yang bersumber kepada : Firman-firman Allah-Tuhan Yang Maha Esa, tuntunan rasullullah Muhammmad SAW tercinta, serta pengerahan daya akal murni yang disinari pancaran wahyu illahi itu memiliki hukum-hukum yang tegas dan tangguh, memiliki ketentuan-ketentuan dan tuntunan-tuntunan yang ampuh yang diamalkan secara murni dan teguh, memiliki prinsip-prinsip yang mampu membina Aqidah (keyakinan agama), Akhlak Karimah (moral utama) dan Amaliyah (perbuatan nyata) individu-individu pendukungnya secara utuh, mampu membangun materiil dan menjamin perkembangannya secara utuh, mampu membangun materiil dan menjamin perkembangannya secara penuh, serta sanggup mengadakan perubahan dan pembangunan sosial secara menyeluruh. Rasul Allah Muhammmad SAW secara tekun dan gigih mempelopori perubahan sosial dan pembangunan nasional di jazirah arab dengan ibukota Madinah Munawwarah atau Madinatun Nabi dalam rangka menciptakan Balbatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur (Negara yang baik dan Tuhan Yang Maha

Pegampun) dan beliau merintis hubungan-hubungan internasional dalam rangka menciptkan perdamaian dunia. Menurut sunnatullah dan Sunnaturrasul, perubahan sosial dan

pembangunan nasional terwujud melalui perubahan dan pembinaan keyakinan hidup, pandangan hidup, moral hidup serta kegiatan-kegiatan hidup yang positif dan menyeluruh, diiringi perlindungan dan keridhoan Allah SAW. Ikhtiar dan qadar berjalan sejajar. Hukum islam yang meliputi hukum-hukum tentang aqidah, akhlaq, dan amaliyah. Hukum-hukum amaliyah ini meliputi hukum-hukum peribadatan, keorangan,pergaulan, kehartaan, perkawinan, kewarisan, perekonomian,

ketatanegaraan, kemasyarakatan, kepidanaan, peradilan, hubungan antar golongan dan hubungan internasional, memiliki idea-idea dan prinsip-prinsip membangun manusia dan kehidupannya disepanjang masa. Hubungan antara agama dan Negara sepanjang sejarah Islam merupakan masalah penting, tidak terkecuali di Indonesia. Sebagai warga Negara, disamping terikat pada hukum agamanya, juga terikat pada hukum negaranya. Dalam hubungan ini menurut Rifyal Kabah, bahwa : Hukum menurut Quran adalah ketentuan, keputusan, dan perintah yang berasal dari Allah dan legislasi manusia yang bertujuan untuk menegakkan keadilan dalam kehidupan pribadi, masyarakat, dan Negara. Bagi para pemeluk agama islam, ketentuan-ketentuan dalam hukum islam adalah merupakan suatu hal yang sangat besar arti dan pengaruhnya terhadap setiap amal perbuatan yang mereka lakukan. Islam diyakini oleh pemeluknya mencakup segala hal dalam kehidupan manusia, termasuk masalah-masalah duniawi seperti Negara. Namun demikian, apa yang disebut hukum Islam itu ada yang langsung bersumber dari Al-quran dan As-sunnah sehingga disepakati, dan ada juga yang ersumber dari pemahaman manusia terhadap al-quran dan as-Sunnah (produk ijtihad) sehingga membuka peluang munculnya perbedaan pendapat.

Setiap muslim yang taat pasti berkeinginan untuk melaksanakan hukum Islam sebagai kewajiban agama. Wujud ketaatan itu bukan hanya

melaksanakannya dalam kehidupan pribadi, melainkan juga mendakwahkannya kepada orang lain. Salah satu bentuk dakwah itu adalah memperjuangkannya kepada orang lain. Salah satu bentuk dakwah itu adalah memperjuangkan hukum islam agar menjadi (bagian dari) hukum nasional. Hukum islam atau Syariah, menurut teori klasik adalah perintah Tuhan yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Hukum Islam merupakan sistem ketuhanan yang mendahului Negara Islam dan tidak didahului olehnya, mengontrol Masyarakat Islam dan tidak dikontrol olehnya. Hanya Allah semata yang merupakan penguasa bagi Negara Islam. Dialah yang memberikan kepada Negara kekuatan tertinggi untuk mengontrol, demikian pula otoritas mutlak dan independen. Islam adalah tatanan dunia dan berusaha mereformasi semua masyarakat dengan membawa mereka ke dalam kontrol-kontrolnya. Masyarakat islam terorganisasi dengan baik, karena hukum bukan hanya faktor utama tetapi juga faktor pokok yang memberikannya bentuk. Disamping itu, masyarakat islam secara ideal harus sesuai dengan kitab hukum, sehingga tidak ada perubahan sosial yang mengacaukan atau karakter tidak bermoral dalam masyarakat islam yang harus berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip moralitas seperti yang dinyatakan oleh islam. Tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam di Indonesia adalah unsur paling mayoritas. Dalam tataran dunia Islam internasional, umat Islam Indonesia bahkan dapat disebut sebagai komunitas muslim paling besar yang berkumpul dalam satu batas teritorial kenegaraan. Oleh Karena itu, menjadi sangat menarik untuk memahami alur perjalanan sejarah hukum Islam di tengah-tengah komunitas Islam terbesar di dunia itu. Pertanyaan-pertanyaan seperti seberapa jauh pengaruh kemayoritasan kaum muslimin Indonesia itu terhadap penerapan hukum Islam di Tanah Air ? Maka dapat dijawab dengan memaparkan sejarah hukum Islam sejak komunitas muslim hadir di Indonesia. Di samping itu, kajian tentang sejarah
3

hukum Islam di Indonesia juga dapat dijadikan sebagai salah satu pijakan bagi umat Islam secara khusus untuk menentukan strategi yang tepat di masa depan dalam mendekatkan dan mengakrabkan bangsa ini dengan hukum Islam. Proses sejarah hukum Islam yang diwarnai benturan dengan tradisi yang sebelumnya berlaku dan juga dengan kebijakan-kebijakan politik-kenegaraan, serta tindakantindakan yang diambil oleh para tokoh Islam Indonesia terdahulu setidaknya dapat menjadi bahan telaah penting di masa datang. Setidaknya, sejarah itu menunjukkan bahwa proses Islamisasi sebuah masyarakat bukanlah proses yang dapat selesai seketika. Dalam membicarakan Hukum Islam di Indonesia, pusat perhatian akan ditujukan pada kedudukan hukum Islam dalam sistem hukum Indonesia. Yang dimaksud dengan sistem hukum Indonesia adalah sistem hukum yang berlaku di Indonesia. Sistem hukum Indonesia adalah sistem hukum yang majemuk, karena di tanah air kita berlaku berbagai sistem hukum yakni Adat, Islam dan Barat (Kontinental). Untuk itu akan dibicarakan (1) Hukum Adat, Hukum Islam dan Hukum Barat, (2) hubungan Hukum Adat dengan Hukum Islam, (3) Hukum Islam dalam tata hukum Indonesia, (4) Hukum Islam dan pembinaan hukum nasional, (5) Peradilan Agama, (6) Kompilasi Hukum Islam.

BAB II PEMBAHASAN

2.1.

HUKUM ADAT, HUKUM ISLAM DAN HUKUM BARAT Didunia sekurang-kurangnya ada lima sistem hukum besar yang hidup dan

berkembang. Sistem-sistem hukum tersebut adalah : (1) Sistem Common Law Sistem ini dianut di Inggris dan bekas jajahannya kini, yang pada umumnya bergabung dalam Negara-negara persemakmuran. (2) Sistem Civil Law Sistem ini berasal dari hukum Romawi, yang dianut di Eropa Barat kontinental. (3) Sistem Hukum Adat di Negara-negara Asia dan Afrika Sistem ini terdapat di negara-negara Asia dan Afrika. (4) Sistem Hukum Islam Sistem ini dianut oleh oleh orang-orang yang memeluk agama islam dimanapun mereka berada. (5) Sistem Hukum Komunis/Sosialis Sistem ini berada di Negara-negara komunis/sosialis seperti Uni Soviet.

Saat ini, di Negara kita terdapat tiga sistem dari kelima sistem diatas, yaitu sistem hukum Adat, hukum Islam, dan hukum Barat.

A.

Keadaannya Ketiga sistem hukum tersebut telah berlaku di Indonesia walaupun

keadaan dan saat mulai berlkunya tidaklah sama. Hukum adat adalah sistem hukum yang tertua dan paling lama berlaku di Indonesia. Hukum Islam baru dikenal di Indonesia setelah agama Islam disebar ditanah air kita. Para ahli memiliki perbedaan pendapat kapan tepatnya islam
5

masuk di Indonesia. Ada yang mengatakan pada abad ke-1 Hijriah atau abad ke-7 Masehi, dan atau pada abad ke-7 Hijriah atau abad ke-13 Masehi. Ketika Belanda menjajah nusantara, perkembangan hukum Islam dikendalikan dan sesudah tahun 1927, tatkala teori resepsi mendapat landasan peraturan perundangundangan (IS,1925,1929), perkembangan hukum islam dihambat ditanah air.

Hukum Barat diperkenalkan di Indonesia bersamaan dengan kedatangan orang-orang Belanda untuk berdagang di Nusantara ini. Pada mulanya hukum ini berlaku bagi orang-orang Belanda dan Eropa, tetapi kemudian melalui berbagai upaya peraturan perundang-undangan, hukum barat ini dinyatakan juga berlaku bagi mereka yang disamakan dengan orang orang Eropa, orang Timur Asing (terutama Cina) dan orang Indonesia. Sebagai hukum golongan yang berkuasa pada waktu itu di Nusantara, keadaan hukum barat menjadi lebih kuat, lebih baik dan menguntungkan.

Hukum Adat dan Hukum Islam adalah hukum bagi orang-orang Indonesia asli dan mereka yang disamakan dengan penduduk Bumi Putera. Keadaan ini diatur oleh Pemerintah Hindia Belanda dan terus berlangsung dari tahun 1854 sampai mereka meninggalkan Indonesia pada tahun 1942.

B.

Bentuknya Pada dasarnya, Hukum Adat adalah hukum yang tidak tertulis. Ia

tumbuh, berkembang, dan hilang sejalan denan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat. Pada waktu ini sedang diadakan usaha-usaha untuk mengankat hukum adat menjadi hukum perundang-undangan dan dengan begitu diikhtiarkan menjadi hukum tertulis. Contohnya : Undang-undang Pokok Agraria tahun 1960. Tetapi hukum adat yang telah menjadi hukum tertulis menjadi lain bentuknya dari hukum adat sebelumnya. Kini ia menjadi hukum perundang-undangan. Hukum Islam juga merupakan hukum tidak tertulis. Artinya, hukum islam tidak tertulis dalam peraturan perundang-undangan. Hukum islam dalam
6

makna hukum fikih islam adalah hukum yang bersumber dan disalurkan dari hukum syariat Islam yang tersapat dalam al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad, dikembangkan melalui ijtihad oleh para ulama atau ahli hukum Islam yang memenuhi syarat untuk berijtihad dengan cara-cara yang telah ditentukan. Hasil ijtihad itu terdapat dalam kitab-kitab fikih. Walaupun hukum Islam (dalam pengertian hukum fikih) ini tidak diberi sanksi oleh para penguasa, namun ia dipatuhi oleh masyarakat Islam karena kesadaran dan keyakinan mereka, terutama keyakinan para pemimpin atau ulama Islam, bahwa hukum Islam adalah hukum yang benar. Kini, hukum Islam seperti halnya hukum adat telah memperoleh bentuk tertulis dalam Kompilasi Hukum Islam. Hukum Barat, dalam praktik di Indonesia , adalah sebagai hukum semu tertulis. Hukum barat yang ada di Indonesia merupakan terjemahan dari bahasa Belanda yang ada didalam undang-undang atau kitab undang-undang. Karena terjemahannya merupakan karya pribadi seorang, maka tidak mempunyai kekuatan mengikat seperti undang-undang. Selain itu, karena terjemahannya ditulis dalam bahasa Indonesia, maka isi dan makna pasal-pasalnya pun telah agak berbeda dengan konsep atau pengertiannya semula.

C.

Tujuannya Hukum Adat, berdasarkan tujuannya yaitu untuk menyelenggarakan

kehidupan masyarakat yang aman, tenteram, dan sejahtera. Hukum Islam mempunyai tujuan untuk melaksanakan perintah dan kehendak Allah serta menjauhi larangan-Nya. Seorang ahli hukum Islam terkemuka, Abu Ishaq asSatibi merumuskan lima tujuan hukum Islam yakni memelihara (1) agama, (2) jiwa, (3) akal, (4) keturunan, (5) harta benda. Jika kelima tujuan islam tersebut terpelihara, maka manusia akan mencapai kebahagiaan hidup dan akhirat. Kemudian, Hukum Barat, sebagaimana yang dinyatakan oleh para ahli teori dan filsafat hukum Barat, adalah kepastian hukum dan keadilan hukum.
7

D.

Sumbernya Mengenai sumber ketiga sistem hukum tersebut, dapat dikategorikan lagi

kedalam tiga sumber, yakni : 1. Sumber Pengenal a. Hukum Adat Menurut Betrand ter Haar, sumber pengenal Hukum adat adalah

keputusan penguasa adat. Menurut Profesor Mohammad Koesno, sumber pengenal Hukum adat

adalah apa yang benar-benar terlaksana didalam pergaulan hukum di dalam masyarakat yang bersangkutan atau dengan kata lain konsep hukum adat itu sendiri. Yang dimaksud dengan pergaulan hidup adalah segala gejala sosial yang secara dikehendaki atau tidak dikehendaki oleh para pihak dalam masyarakat yang bersangkutan yang didalam dirinya terkandung gejala-gejala sosial lain yang menyertainya. Sumber pengenal ini ada di dalam kehidupan sehari-hari berupa tingkah laku yang nyata baik yang sekali sifatnya maupun yang berulang sepanjang waktu.

b. Hukum Islam Dalam pengertian hukum syariat . sumber oengenal hukum Islam adalah

al-Quran dan kitab-kitab Hadis yang mengandung firman Allah dan Sunnah Nabi Muhammad. Dalam pengertian hukum fikih adalah kitab-kitab fikih yang memuat hasil

para ijtihad para ahli hukum Islam berdasarkan al-Quran dan kitab-kitab Hadis tersebut.

c. Hukum Barat Sumber pengenal hukum barat adalah segala peraturan perundang-undangan sejak zaman dahulu beserta segala perubahannya yang dinyatakan dalam Staatsblad atau lembaran Negara.

Sumber pengenal hukum Islam dan hukum Barat hampir sama yakni tulisan atau dokumen tertulis. Namun, perbedaannya adalah tulisan dalam perundangundangan dalam hukum Barat sifatnya mengikat karena diberi sanksi oleh negara, sedang tulisan dalam kitab-kitab hukum Islam tidak semuanya mempunyai kekuatan mengikat dalam makna diberi sanksi oleh negara.

2. Sumber Isi a. Hukum Adat Sumber isi hukum adat adalah kesadaran hukum yang hidup dalam masyarakat adat.

b. Hukum Islam Sumber isi hukum Islam (syariat) adalah kemauan Allah berupa wahyu yang kini terdapat dalam al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad yang sekarang tertulis dalam kitab-kitab hadis. Kemudian menurut (hukum Islam dalam makna hukum fikih) yakni akal pikiran atau rayu orang yang memenuhi syarat untuk berijtihad dengan mempergunakan ijma, qiyas dan lain-lain sebagai metode untuk menentukan hukum atau menarik garis-garis hukum.

c. Hukum Barat Sumber isi hukum Barat adalah kemauan pembentuk undang-undang dinegeri Belanda masa lalu.

3. Sumber Pengikat Yang dimaksud dengan sumber pengikat adalah sumber yang menjadi kekuatan mengikat orang untuk melaksanakan atau tidak melanggar hukum tersebut.

a. Hukum Adat Sumber pengikat hukum Adat adalah rasa malu yang ditimbulkan oleeh karena berfungsinya sistem nilai dalam masyarakat adat yang bersangkutan atau karena upaya-upaya lain yang pada akhirnya akan mengenai orang yang bersangkutan apabila ia tidak mematuhi hukum yang ada atau dengan kata lain adalah kesadaran hukum anggota masyarakat adat yang bersangkutan.

b. Hukum Islam Sumber pengikat hukum Islam adalah iman dan tingkat ketakwaan seorang muslim.

c. Hukum Barat Sumber isi hukum Barat adalah kekuasaan negara yang membentuk undang-undang itu dahulu yang melalui Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar kita kini dilanjutkan oleh alat kekuasaan Negara Republik Indonesia.

E.

Strukturnya Yang dimaksud dengan struktur dalam hubungan pembicaraan ini adalah

tumpukan logis lapisan-lapisan yang ada pada sistem hukum yang bersangkutan. a. Hukum Adat Berdasarkan teori struktur menurut pandangan ahli-ahli adat setempat, dapat dibedakan ke dalam dua struktur, yaitu : (1) Adat nan Sabana Adat (adat yang sebenar-benarnya) Adalah adat yang tidak dibuat oleh manusia atau nenek moyang manusia, tetapi oleh dan berasal dari alam. Adat ini sering disamakan dengan hukum alam atau sering dikatakan sebagai undang-undang alam, karena alam yang terkembang menjadi guru. Maka dari Adat nan Sabana dapat ditarik pelajaran melalui pengalaman dan pemikiran nenek moyang yang berlanjut sampai kini, dan hasilnya disebut Adat Pustaka.
10

(2) Adat Pusaka Adalah adat atau hukum adat positif yang disusun sejak nenek moyang sampai pada angkatan sekarang. Adat pustaka dapat disebut juga sebagai hukum adat positif, yang dibedakan dalam ketiga kategori , yakni : 1. Adat-Istiadat adalah segala dalil dan ajaran mengenai bagaimana orang bertingkah laku dalam masyarakat. 2. Adat nan teradat adalah ajaran dan dalil yang dituangkan ke dalam bentuk bangunanbangunan adat yang lebih nyata yang menjadi kebutuhan masyarakat sehari-hari seperti (bangunan adat), perkaeinan, kewarisan, jual beli, dan sebagainya. 3. Adat nan Diadakan Adalah motif yang berdiri dibelakang tingkah laku manusia yang disebut perwujudan ada didalam masyarakat.

b. Hukum Islam Berdasarkan makna syariat susunannya terdiri dari wahyu dan sunnah. Lapisan pertama adalah wahyu yang tidak dapat diganggu gugat. Ia berlaku mutlak dari ruang dan waktu, tidak tunduk pada kemauan dan cita-cita manusia. Lapisan kedua adalah Sunnah Rasullulah, yang bersifat mutlak sehingga tidak dapat diganti dengan bahan lain. Kemudian, lapisan ketiga yakni pendapat para ahli hukum atau ulama yang terhimpun dalam kitab-kitab fikih berbagai aliran hukum atau mazhab dalam Islam. Perwujudan lapisan keempat ini merupakan lapisan keempat struktur hukum Islam. Dengan demikian, struktur hukum Islam terdiri dari : 1. Nas al-Quran yakni apa yang disebut dalam al-Quran 2. Sunnah Rasullulah (bagi hukum syariat) 3. Hasil ijtihad (pemahaman) manusia yang memenuhi syarat

11

4. Pelaksanaannya dalam konkreto oleh masyarakat islam, baik berupa keputusankeputusan (hakim) maupun berupa amalan-amalan umat Islam (mengenai hukum Islam).

c. Hukum Barat Struktur hukum Barat adalah : 1. Kitab undang-undang yang dibuat oleh lembaga legislatif 2. Kesimpulan-kesimpulan berupa keputusan hukum oleh para petugas hukum dalam arti luas (amalan keputusan) yang ditarik dari kitab undang-undang.

d.

Lingkup Masalah Lingkup masalah yang diatur oleh ketiga sistem hukum tersebut berbeda

pula. Antara hukum Adat dan hukum Barat pada dasarnya terdapat kesamaan ruang lingkup karena keduanya hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia serta pengusasa dalam masyarakat. Sedangkan hukum Islam, selain mengatur hubungan antara manusia dengan manusia serta penguasa, juga mengatur hubungan manusia dengan Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain, hukum Adat dan Barat mengarahkan pandangannya terbatas pada konsekuensi-konsekuensi duniawi saja, sedangkan hukum Islam selain

memandang pada konsekuensi-konsekuensi dunia juga memandang pada konsekuensi-konsekuensi akhirat, yakni konsekuensi hidup setelah kehidupan didunia ini berakhir kelak.

e.

Pembidangan a. Hukum Adat Didalam hukum adat tidak ada pemisahan yang tajam antara kepentingan pribadi (perdata) dengan kepentingan umum (publik). Manusia dalam konsep hukum adat dipandang sebagai pribadi pribadi yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.

12

b. Hukum Islam Dalam hukum Islam terdapat pembidangan antara ibadah dan muamalah . Bidang ibadah mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, bidang muamalah mengatur hubungan manusia dengan manusia dan benda dalam kehidupan bermasyarakat. Sama halnya dengan hukum adat, dalam hukum yang mengatur hubungan manusia dengan manusia didalam masyarakat, hukum islam yang merupakan bagian agama islam itu, tidak membedakan antara hukum perdata dengan hukum publik, sebab dalam soal perdata terdapat segi-segi publik, dalam soal publik ada segi-segi perdatanya.

c. Hukum Barat Didalam hukum barat dikenal pembidangan hukum privat (perdata) dan hukum publik. Hukum perdata adalah aturan hukum yang mengatur serta melindungi kepentingan perdata yang dipertahankan oleh masingmasing individu. Hukum publik adalah aturan hukum yang mengatur dan melindungi kepentingan umum yang dipertahankan oleh (alat kekuasaan) negara.

f.

Hak dan Kewajiban Dalam hak dan kewajiban yang akan dibandingkan hanyalah hukum Islam

dan hukum Barat. Dalam sistem hukum Islam kewajiban lebih diutamakan dari hak, sedangkan hukum Barat hak didahulukan dari kewajiban.

g.

Norma atau Kaidah Hukum Dalam sistem hukum Barat yang berasal dari hukum Romawi itu, dikenal

tiga norma atau kaidah yakni (1) impere (perintah), (2) prohibere (larangan), (3) premittere (yang dibolehkan). Dalam sistem hukum Islam ada lima macam kaidah atau norma hukum yang dirangkum dalam istilah al-ahkam al-khamsah. Kelima

13

kaidah itu adalah (1) fard (kewajiban), (2) sunnat (anjuran), (3) jaiz atau nubah atau ibahah (kebolehan), (4) makruh (celaan), (5) haram (larangan).

Demikianlah dalam garis-garis besarnya telah dibandingkan ketiga sistem hukum yang berlaku sekarang ditanah air kita.

Sebelum uraian mengenai hukum adat, hukum Islam dan hukum Barat ini diakhiri tidak ada salahnya dikemukakan pula catatan berikut. Didalam kehidupan Indonesia sekarang, ketiga sistem hukum tersebut tumbuh dan berkembang. Ketiganya telah saling mempengaruhi dalam konsep dan pengertian. Berbagai konsep dan pengertian yang berasal dari hukum Islam dan hukum Barat telah ditafsirkan menurut perasaan dan kesadaran hukum yang terdapat dalam hukum adat.

2.2.

HUBUNGAN HUKUM ADAT DENGAN HUKUM ISLAM Hukum Islam dan hukum adat memiliki hubungan yang sangat erat

sehingga tidak bisa terpisahkan. Menurut T.M Hasbi Ash-Siddieqy, didalam kitab-kitab fikih Islam banyak sekali garis-garis hukum yang dibina atas dasar urf atau adat sebagai salah satu alat atau metode pembentukan hukum Islam. Pernyataan Hasbi ini sesuai dengan salah satu patokan pembentukan garis hukum dalam Islam, yaitu aladatu muhakkamat, yang artinya : adat dapat dijadikan hukum Islam. Yang dimaksud dengan adat dalam hubungan ini adalah kebiasaan dalam pergaulan hidup sehari-hari yang tercakup dalam istilah muamalah (kemasyarakatan), bukan mengenai ibadah. Sebab, dalam ibadah orang tidak boleh menambahkan atau mengurangi apa yang telah ditetapkan oleh Allah seperti yang tertulis dalam al-Quran dan yang telah diatur oleh Sunnah Rasul-Nya seperti yang termuat dalam kitab-kitab Hadis yang sah. Agar dapat dijadikan hukum Islam, beberapa syarat harus dipenuhi. Menurut Sobhi Mahmassani, syarat-syarat tersebut adalah :
14

1. Adat itu dapat diterima oleh perasaan dan akal sehat serta diakui oleh pendapat umum ; 2. Sudah berulangkali tejadi dan telah pula berlaku umum dalam masyarakat yang bersangkutan ; 3. Telah ada pada waktu transaksi dilangsungkan ; 4. Tidak ada persetujuan atau pilihan lain anatara kedua belah pihak ; 5. Tidak bertentangan dengan nas al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad atau dengan kata lain tidak bertentangan dengan syariat Islam.

2.3.

KEDUDUKAN

HUKUM

ISLAM

DALAM

TATA

HUKUM

INDONESIA

Dalam judul diatas terdapat kata kedudukan dan tata hukum. Yang dimaksud dengan kedudukan adalah tempat dan keadaan, dan tata hukum adalah susunan atau sistem hukum yang berlaku disuatu daerah atau negara tertentu. Sistem hukum Indonesia, sebagai akibat dari perkembangan sejarahnya bersifat majemuk. Disebut demikian karena sampai sekarang ini di Indonesia berlaku beberapa sistem hukum yang mempunyai corak dan susunannya sendiri. Sistem hukum yang dimaksud adalah sistem hukum adat, sistem hukum Islam, dan sistem hukum Barat. Di Indonesia saat ini hukum Islam yang disebut dan ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dapat berlaku langsung tanpa harus melalui hukum adat. Dalam sistem hukum di Indonesia, negara (Republik Indonesia) dapat mengatur sesuatu masalah sesuai dengan hukum Islam, sepanjang pengaturan itu hanya berlaku bagi pemeluk agama Islam. Kedudukan hukum Islam dalam sistem hukum Indonesia adalah sama dan sederajat dengan hukum adat dan hukum Barat, karena itu hukum Islam juga menjadi sumber pembentukan hukum nasional yang akan datang disamping hukum adat, hukum Barat dan hukum lainnya yang tumbuh dan berkembang dalam Negara Republik Indonesia.

15

2.4.

HUKUM ISLAM DAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL Hukum Islam adalah hukum yang bersifat universal, karena ia merupakan

bagian dari agama Islam yang universal sifatnya. Hukum Islam ini berlaku bagi orang islam dimanapun ia berada, apapun nasionalitasnya. Hukum nasional adalah hukum yang berlaku bagi bangsa tertentu disuatu negara nasional tertentu. Hukum Islam berdasarkan kedudukannya yaitu sebagai salah satu sumber bahan baku dalam pembentukan hukum nasional, hukum Islam sesuai dengan kemauan dan kemampuan yang ada padanya, dapat berperan aktif dalam proses pembinaan hukum nasional. Kemauan dan kemampuan hukum Islam itu harus ditunjukkan oleh setiap orang Islam, baik pribadi maupun kelompok yang mempunyai komitmen terhadap Islam berlaku bagi umat islam dalam Negara Republik Indonesia.

16

BAB III KESIMPULAN

Perkembangan Hukum Islam dinegara-negara Islam dan Negara-negara yang mayoritas penduduknya mayoritas beragama Islam dimasa yang akan datang, menunjukkan keanekaragaman dan kesatuan. Jika dilihat dari segi hukum Islam sendiri, keanekaragaman itu akan terlihat pada bidang-bidang hukum ekonomi, perdagangan internasioanal, asuransi, perhubungan (laut, adarat, udara), perburuhan, acara, susunan dan kekuasaan peradilan, administrasi dan lain-lain bidang hukum yang kurang lebih bersifat netral. Namun mengenai hukum keluarga yakni hukum perkawinan dan hukum kewarisan, kendati pun di sana sini akan terdapat atau kelihatan nuansa-nuansa, secara keseluruhan akan

menunjukkan ciri-ciri kesatuan. Dalam sistem hukum ini, bagaimanapun besarnya pengaruh sekularisasi akibat penetrasi hukum Barat selama berabad-abad dinegara yang penduduknya beragama Islam, hukum Islam menegnai keluarga akan tetap kelihatan dlam in toto (dlam keseluruhan). Dalam konteks hukum nasional Indonesia, keanekaragaman hukum (fikih) Islam untuk negara-negara Islam dan negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam akan menjadi satu dan merupakan kesatuan hukum nasional yang dituangkan dalam kodifikasi-kodifikasi yang berlaku bagi seluruh warga negara dan penduduk Indonesia. Sedangkan kesatuan bagi umat islam di manapun mereka berada, jika diterapkan dalam situasi dan kondisi Indonesia, akan merupakan keanekaragaman, karena adanya keanekaragaman huku agama yang dipeluk oleh umat beragama dalam Negara Republik Indonesia.

17

DAFTAR PUSTAKA

Ali Daud Mohammad. H. Prof., SH. 2000. Hukum Islam (Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Jazuni, Dr.,S.H.,M.H. 2007. Legislasi Hukum Islam Di Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Hamid Zahri.H., Drs. 2007. Prinsip-Prinsip Hukum Islam Tentang Pembangunan Nasional di Indonesia. Yogyakarta : Bina Cipta.

Muslehuddin Muhammad.,Dr. 2007. Filsafat Hukum Islam dan pemikiran oientalis (Studi Perbandingan Hukum Islam). Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya.

Wahidin Samsul., SH dan Abdurrahman, S.H. 1984. Perkembangan Ringkas Hukum Islam di Indonesia. Jakarta : Akademika Pressindo.

18

LAMPIRAN

19

20

Anda mungkin juga menyukai