Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

PERENCANAAN REKAYASA INFRASTRUKTUR


Oleh : Elvina Oktaviani NIM : 16611068

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Air merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup terutama manusia, aktivitas manusia akan terhenti apabila tidak ada sumber air. Namun tentu saja air yang dibutuhkan adalah air bersih yang berkualitas baik sehingga membawa banyak keuntungan. Saat ini, kualitas air sudah mulai berkurang karena adanya pencemaran air melalui limbah - limbah. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Limbah dibagi menjadi dua yaitu limbah padat dan limbah cair, kedua macam ini biasanya merugikan dan keberadaannya dapat menggangu ekosistem setempat. Oleh sebab itu, pengelolahan limbah yang baik diperlukan pada era dewasa ini seiring perkembangan industri. Dengan adanya keseimbangan antara perkembangan industri dan pengolahan limbah yang baik maka akan tercipta ekosistem yang baik untuk menunjang kehidupan yang layak bagi mahkluk hidup terutama manusia. Masyarakat di dua desa bermasalah dengan sumber air mereka. Satu desa mengandalkan air sungai untuk keperluan rumah tangga sehari hari serta mengairi sawah sedangkan desa lainnya mengunakkannya untuk keperluan rumah tangga dan industri pengolahan tepung tapioka yang menghasilkan limbah buangan cair dan udara (bau). Masyarakat di kedua desa itu mengandalkan sungai yang sama untuk keperluan sehari-hari mereka, tentu saja akan menjadi permasalahan dengan adanya limbah buangan cair yang tentu dialirkan ke sungai. Hal tersebut akan memicu pencemaran air karena limbah akan dikonversi oleh mikroorganisme yang akan menimbulkan bau yang idak sedap dan menurunkan kandungan oksigen yang terlarut yang dapat menggangu keseimbangan ekosistem air dan menggangu aktivitas masyarakat. Oleh sebab itu diperlukan solusi yang baik dalam penanganan limbah industri tapioka tersebut sehingga sungai sebagai sumber utama air dapat difungsikan secara maksimal oleh masyarakat. Seperti yang telah dibahas pada pendahuluan, air yang mahkluk hidup butuhkan adalah air yang bersih dan berkualitas baik apalagi air sungai tersebut digunakan untuk keperluan sehari-hari. Air dipergunakan untuk minum, masak, mandi, serta keperluan lainnya. Apabila yang dikonsumsi adalah air yang tercemar akan memicu timbulnya banyak penyakit yang

menggangu pencernaan manusia. Dan apabila air yang tercemar digunakan untuk konsumsi ternak, maka hasil ternak tersebut akan tidak baik dikonsumsi atau ternak-ternak tersebut akan mati karena zat-zat berbahaya yang terkandung dalam air. Air tercemar juga bisa menyebabkan berbagai penyakit kulit. Disamping itu, air sungai dipakai untuk irigasi sawah. Air yang bersih dan tidak tercemar diperlukan untuk pengairan sawah agar dihasilkan padi yang terbaik serta sehat untuk di konsumsi masyarakat. Bila air untuk pengairan sawah itu tercemar maka akan memicu gagal panen karena padi terkena zat-zat kimia yang merusak atau bahkan akan dihasilkan padi yang berkualitas tidak baik atau dengan kata lain mengandung zat-zat kimia yang sangat berbahaya bila dikonsumsi manusia (bisa saja memicu kanker). Permasalahan limbah ini harus diatasi dengan baik agar masyarakat dapat menikmati kembali air bersih yang tidak tercemar. Karena permasalahan pengelolahan limbah ini akan membawa permasalahan sosial. Setiap desa memiliki sumber utama pencaharian yang memerlukan sungai sebagai tempat pembuangan limbah industri tapioka atau untuk pengairan sawah, masyarakat di kedua desa ini pasti mengalami permasalahan sosial dimana salah satu harus ada yang mengalah untuk penggunaan sungai apabila tidak ada solusi pengolahan limbah yang baik serta pengolahan limbah yang efisien. Maksud dari pengelolahan limbah yang baik dan efisien adalah dimana pengolahannya tidak memerlukan biaya banyak dan memberi keuntungan untuk masyarakat di kedua belah pihak. Apabila pengolahan limbah memakan biaya yang banyak, maka harga produksi tepung tapioka akan bertambah, hal tersebut akan merugikan masyarakat kembali. Tapioka adalah tepung dengan bahan baku ketela pohon dan merupakan salah satu bahan untuk keperluan industri makanan, industri farmasi, industri tekstil, industri perekat, dll. Industri tepung tapioka ini menggunakan air dalam jumlah banyak guna untuk mencuci singkong, mengetraksi pati, dan mencuci alat. Cara membuat tepung tapioka ialah dari ubi kayu kupas, cuci dan parut ubi kayu segar.Tambahkan air, peras dan saring dengan kain saring. Simpan hasil saringan selama 1 malam untuk mengendapkan patinya. Kemudian buang air di atas endapan dan tiriskan hasil pengendapan. Hasil pengendapan tersebut jemur di bawah sinar matahari sampai kering. Setelah

itu Jadilah tepung yang dinamakan tepung tapioka. Selama pengolahan tersebut akan dihasilkan limbah padat dan limbah cair. Limbah cair industri tapioka dihasilkan dari proses pembuatan, baik dari pencucian bahan baku sampai pada proses pemisahan pati dari airnya atau proses pengendapan. Sedangkan limbah padat berasal dari proses pengupasan ketela pohon dari kulitnya, yaitu berupa kotoran dan kulit pada waktu pemrosesan yang berupa ampas yang sebagian besar berupa serat dan pati. Limbah cair industri tepung tapioka masih mengandung karbohidrat 1,9-2,5%, glukosa 4251850mg/L, total nitrogen 97-182mg/L, dan pH 4-5. Penanganan yang kurang tepat terhadap hasil buangan padat dan cair akan menghasilkan gas yang dapat mencemari udara. Dari proses pengolahan singkong menjadi tepung tapioka, dihasilkan 2/3 bagian atau sekitar 75% dari bahan mentahnya. Limbah ini biasa disebut onggok. Limbah ini mengeluarkan bau yang sangat tak sedap. Dalam keadaan kering sekalipun limbah ini sudah mengeluarkankan bau tak sedap, apalagi dalam keadaan basah. Seperti latar belakang dari masalah ini ialah limbah industri tapioka ini dibuang langsung ke perairan.Zat organik limbah tersebut akan dikonversi oleh mikroorganisme yang akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan menurunkan kandungan oksigen terlarut yang dapat mengganggu keseimbangan biota perairan. Bahaya limbah industri tapioka apabila tidak diolah dengan baik dan benar dapat menimbulkan berbagai masalah yaitu penyakit gatal-gatal. Air limbah bila masuk kedalam tambak akan merusak tambak sehingga ikan mati. Sehingga air sungai yang berada disekitar industri akan tercemar.

Didalam kegiatan pengendalian pencemaran limbah, tidak hanya dilakukan pengolahan limbah saja, namun kegiatan untuk mengurangi jumlah limbah yang keluar dari industri juga merupakan suatu langkah yang akan membantu menurunkan beban pencemaran. Penanganan limbah tersebut sudah harus dimulai dari tahap pemilihan bahan baku hingga akhir proses produksi, disamping itu juga pengendalian dampak setelah proses produksi. Maka dibutuhkan informasi pemilihan bahan baku yang bersih dari bahan pencemar,

teknologi proses yang bersih yang mampu menghasilkan limbah yang sedikit, efisiensi energi dalam proses, serta didukung teknologi daur ulang bahan buangan dan penanganan limbah yang sangat diperlukan. Menurut saya solusi dalam penyelesaian masalah tepung tapioka ini dengan cara mengolah hasil limbahnya. Hasil air yang sudah terkontaminasi dengan limbah bisa kita olah menjadi Nata de Cassava. Produk Nata yang sudah mendominasipasar selama ini adalah nata de coco. Nata de coco pembuatannya mempunyai permasalah dalam keterbatasan bahan bakunya yang berupa air kelapa. Dengan bahan bakunya yang berasal dari limbah tepung tapioka, nata de cassava akan muncul menjadi produk yang kokoh karena bahan baku yang berasal dari cassava. DImana di Indonesia terdapat banyak sekali cassava, sehinggal untuk ketersediaan bahan baku, nata de cassava tidak akan menjadi masalah. Proses nata de cassava ini lebih ekonomis dikarenakan tidak dibutuhkan adanya penambahan gula. Selama ini pembuatan nata de coco masih membutuhkan penambahan gula, sehingga untuk skala produksi nata de cassava lebih ekonomis dan efisien. Nata yang dihasilkan lebih kenyal, tebal, dan lebih putih dibandingkan nata de coco. Cara membuat nata de cassaa, pertama dengan cara merebus onggok (limbah padat) dan limbah cair tapioka pada suhu 100oC selama 2 jam. Satu kg limbah padat membutuhkan 5 sampat 6 liter limbah cair. Setelah dingin kemudia disaringnya rebusat tersebut, unutk memisahkan air dan apas. Kemudian ditambahkannya pupuk ZA ke dalam air rebusan itu. Setiap satu kg air rebusan, dibutuhkan 2 gram ZA sebagai sumber nitrogen bagi pertumbuhan bakteri fermentor. Campuran ini direbus kembali hingga mendidih. Setelah dinginm air rebusan dituangkan ke atas nampan plastik. Kemudian nampan tersebut ditutup dengan kertas Koran. Tujuannya untuk menghindari kontaminasi selama fermentasi itu berlangsung. Dua belas jam setelah nya, tambahkan bakteri fermentor, Acetobacter xylinum ke atas larutan nata yang sudah ada di dalam nampan.Setelah itu nampan diletakkan di ruang yang bersuhu 25 sampai 28oC. Satu minggu kemudian didalam nampan tersebut terbentuk lembaran putih, itulah yang disebut nata de

cassava. Dalam proses pembuatan nata de cassava sama sekali tidak menghasilkan aroma tak sedap. Keunggulain nata de cassava dari nata yang lain ialah bahan baku yang berkadar gula tinggi sehingga tidak memerlukan penambahan gula. Selain itu limbah cari tapioka ini sudah bersifat asam pH 3 sampai 4 sehinggal sesuai dengan lingkungan tumbuh bakteri fermentor Acetobacter xylinum. Keunggulan dari memproduksi nata de cassava ialah biaya produksi yang murah sehinggal limbah dari tepung tapioka juga bisa dimanfaatkan dan mendapatkan hasil juga dari limbah limbah tersebut. Dengan adanya nata de cassava dapat memberi solusi bisnis dengan meningkatkan nilai ekonomis limbah tapioka sebagai variasi produk nata.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.sinartani.com/Peluang-Usaha/MEMANFAATKAN-LIMBAH-CAIRTAPIOKA-MENJADI-NATA.html http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6b30 http://kabar-agro.blogspot.com/2011/11/proses-pengolahan-nata-decassava.html

Anda mungkin juga menyukai