Anda di halaman 1dari 63

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah di lingkungan Badan Pertanahan Nasional, dilakukan oleh pegawai BPN yang khusus diberi kewenangan sebagai juru ukur atau Surveyor Berlisensi. Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk mempertahankan kualitas pengukuran dan pemetaan sesuai dengan prosedur, mekanisme dan spesifikasi teknis yang sudah dibakukan dalam PP No.24 Tahun 1997 jo PMNA/Ka.BPN No.3 Tahun 1997. Program Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral diselenggarakan sesuai dengan SK Menteri Negara Agraria No.12 Tahun 1996 dengan tujuan untuk menghasilkan Asisten Surveyor Kadastral yang diharapkan akan mampu bekerja secara profesional di bidangnya. Apalagi di masa sekarang ini kebutuhan akan juru ukur maupun Asisten Surveyor Kadastral bertambah banyak. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat pendaftaran bidang-bidang tanah di Indonesia sehingga terwujud adanya tertib administrasi pertanahan dan diharapkan dapat menekan adanya permasalahan, sengketa, maupun konflik dalam bidang pertanahan. Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Program Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta. Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh mahasiswa karena merupakan salah satu syarat kelulusan dalam mengikuti pendidikan pada Program Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral. Untuk angkatan XV ini kegiatan Praktek Kerja Lapangan di laksanakan di Desa Donotirto dan Desa Tirtomulyo, Kecamatan Kretek, Kab. Bantul, Propinsi D.I Yogyakarta. Sedangkan untuk regu XXXV Praktek Kerja Lapangan (PKL) bertempat di Desa Tirtomulyo. Penyusun menyadari bahwa kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini memberikan andil besar bagi penyusun maupun rekan mahasiswa lainnya dalam mempraktekkan semua ilmu yang diperoleh selama 1 tahun di bangku

kuliah untuk diterapkan di lapangan secara nyata. Selain itu PKL ini wajib dilaksanakan sebagai perwujudan Tri Dharma Pergururan Tinggi yang ketiga yaitu mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, bila hasil PKL kami nantinya ditindak lanjuti Kantor Pertanahan Bantul untuk penerbitan sertipikat HAT. Tujuan lainnya untuk peningkatan kemampuan motorik dalam pengukuran dan pemetaan kadastral untuk persiapan menjadi Asisten Surveyor Kadastral. Di samping itu, telah diketahui bahwa selama ini praktek yang diberikan di bangku kuliah dilakukan terpisah, sedangkan kegiatan PKL ini merupakan penggabungan semua praktek mata kuliah yang telah dilakukan, yang meliputi: Ilmu Ukur Tanah, Peralatan Survey, Survey Kadastral, Kerangka Dasar Pemetaan, Pembuatan Gambar Ukur dan Pengembalian Batas, Praktek Pendaftaran Tanah, dan Praktek Profesional yang dirangkum menjadi satu paket kegiatan. Sehingga kita dapat menerapkan berbagai ilmu tersebut secara keseluruhan di dalam masyarakat karena lingkup kerja kita nantinya setelah lulus dari Program Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral ini tidak terlepas dari kehidupan masyarakat. B. Maksud dan Tujuan  Maksud diselenggarakan PKL ini adalah : 1. Untuk memenuhi syarat kelulusan pada Program Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral Sekolah Tinggi Pertanahan Yogyakarta. 2. Mempersiapkan mahasiswa dalam bekerja di lapangan sesuai dengan bidang tugasnya.  Tujuan diselenggarakannya PKL ini adalah : 1. Memberi bekal kepada mahasiswa Program Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral Sekolah Tinggi Pertanahan Yogyakarta, agar dapat menerapkan ilmu (teori) yang didapatkan pada saat kuliah.

2. Memantapkan perolehan data pertanahan, terutama status HAT, kepemilikan, penetapan batas di lapangan dan mengadministrasikan data pertanahan di tingkat desa. 3. Melakukan pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah di lokasi praktik sehingga dihasilkan Peta Dasar Pendaftaran. 4. Melatih mahasiswa untuk lebih memahami prosedur pekerjaan di lapangan, baik pekerjaan teknis maupun non teknis, sehingga nantinya dapat bekerja secara profesional. 5. Untuk membantu menyediakan data pelayanan pertanahan di tingkat Kantor Pertanahan. Metode Penulisan Penyusunan hasil Praktek Kerja Lapangan Program Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral Sekolah Tinggi Pertanahan Yogyakarta secara deskriptif yaitu menggambarkan kegiatan lapangan kemudian menuangkaannya dalam tugas akhir. Bahan penulisan Tugas Akhir ini datanya diperoleh melalui : 1. Studi Pustaka Untuk membantu peyusunan laporan maka kami menggunakan petunjuk panduan teknis penyelenggaraan Praktek Kerja Lapangan Program Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral, Petunjuk Teknis PMNA No.3 Tahun 1997 dan UUPA No.5 Tahun 1960. 2. Observasi Laporan disusun berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan selama PKL di Dusun Karangweru, Desa Tirtomulyo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 3. Wawancara Metode ini adalah cara untuk mendapatkan data dengan cara menanyakan secara langsung kepada pemilik tanah yang bersangkutan mengenai data-data yang diperlukan mengenai status kepemilikan bidang tanah dalam rangka pembuatan Tugas Akhir ini.

C.

4. Pengukuran Langsung Pengukuran Langsung dilakukan dengan cara mengambil data ukuran secara langsung dari lapangan dengan menggunakan metode metode pengukuran tertentu. Dalam hal ini kami menggunakan metode polar.

BAB II PERENCANAAN Sebelum Praktek Kerja Lapangan dimulai, terlebih dahulu dilakukan suatu perencanaan yang benar-bnar matang baik dari aspek teknis maupun non teknis. Perencanaan tersebut dilakukan sebagai pedoman atau acuan bagi pelaksanaan kegiatan selanjutnya agar dapat berjalan secara teratur dan dapat memperoleh hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam kegiatan pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan, segala sesuatu yang menyangkut pendataan, pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dibuatkan suatu perencanaan. A. Lokasi Praktek Kerja Lapangan mahasiswa Program Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional tahun akademik 2010/2011 secara umum dilaksanakan di lokasi : Desa Dusun di Desa Donotirto : Donotirto dan Tirtomulyo : Metuk, Greges, Mriyan, Kalipakel, Gadingharjo, Colo, Palangjiwan, Sruwuh, Tegalsari, Gadingdaton, Busuran, Gading lumbung, dan Mersan. Dusun di Desa Tirtomulyo : Jebugan, Karangweru, Genting, Gaten, Soropadan, Jetis, dan Punduhan. Kecamatan Kabupaten Provinsi : Kretek : Bantul : Daerah Istimewa Yogyakarta

Pada Praktek Kerja Lapangan ini penyusun termasuk dalam regu Bidang XXXV. Lokasi PKL di Desa Tirtomulyo tepatnya di Dusun Karangweru dengan jumlah bidang yang diukur adalah 145 bidang tanah yang merupakan 64 tanah persawahan dan 81 tanah pekarangan. Dengan berbatasan :

Utara Timur Selatan Barat

: Sungai : Regu XXXIV : Jalan Celep : Saluran air

B. Jenis dan Volume Pekerjaan 1. Jenis Kegiatan Secara garis besar jenis kegiatan yang dilakukan oleh kelompok XXXV terdiri dari: 1. Melakukan orientasi lapangan 2. Membuat sketsa bidang tanah 3. Pengukuran dan penghitungan TDT 4. Melakukan pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah 5. Pengisian Gambar Ukur (DI 107 A) 6. Pendataan serta pengisian Risalah Penelitian Data Yuridis dan Penetapan Batas (DI 201) dan Daftar Pengumuman Data Fisik dan Data Yuridis Bidang Tanah (DI 201 C) 7. Melakukan perhitungan luas bidang-bidang tanah 8. Pembuatan Peta Bidang Tanah dan Peta Dasar Pendaftaran 2. Volume Pekerjaan meliputi : a. Pengukuran Bidang ; Jumlah : 6.000 bidang. b. Pengukuran dan Pemasangan TDT orde -4 ; Jumlah : 200 buah. c. Patok Batas Bidang ; Jumlah : 1500 buah. d. Volume pekerjaan REGU XXXV berjumlah 145 bidang tanah yang semuanya merupakan 81 bidang tanah pekarangan dan 64 bidang tanah sawah. C. Spesifikasi Teknis Pengukuran bidang-bidang tanah menggunakan alat-alat ukur yaitu : theodolit digital dengan ketelitian baca 20, pita ukur dan jalon. Pengisian DI 6

201 berkaitan dengan Risalah Penelitian Data Yuridis dan Penetapan Batas. Gambar Ukur yang digunakan adalah Gambar Ukur Sporadik (DI 107 A) dan pengukuran dilakukan secara Sistematik. Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran dilakukan bersama dengan pengukuran bidang-bidang tanah dan dibuat pada kertas HVS ukuran A0 dengan skala 1:1000. a) Gambaran Umum Jenis pekerjaan yang dilaksanakan adalah pembuatan Peta Dasar Teknik dan Peta Dasar Pendaftaran. Peta Dasar Teknik yaitu peta yang menggambarkan distribusi titik dasar teknik dalam suatu wilayah tertentu. Peta tersebut dibuat dalam skala 1: 5000. Peta Dasar Pendaftaran adalah peta yang memuat bidang-bidang tanah baik yang sudah bersertipikat atau belum, titik dasar teknik dan unsur-unsur geografis seperti sungai, jalan, batas administrasi dan sebagainya. Peta ini dibuat dengan skala 1:1000. Selanjutnya Peta Dasar Pendaftaran tersebut dipakai sebagai bahan untuk Peta Pendaftaran, Peta Bidang (saat proses pengumuman di Kantor Pertanahan) dan pada akhirnya digunakan untuk penerbitan sertipikat. Demi menjamin kepastian hukum, Peta Dasar Pendaftaran dibuat dengan teliti. Untuk proses pembuatan Peta Dasar Teknik dan Peta Dasar Pendaftaran diuraikan dalam pembahasan berikutnya. b) Pembuatan Sketsa Bidang Sketsa adalah gambar kasar mengenai bidang tanah yang diperlukan untuk identifikasi subjek dan objek berkaitan dengan subjek dan objek sekitarnya. a. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sketsa bidang 1) Garis batas bidang tegas. 2) Terorientasi kearah utara. 3) Bentuk Proporsional. 4) Jumlah segi bidang sesuai dengan keadaan di lapangan. 5) Dapat dengan mudah diidentifikasi di lapangan.

6) Tercantum nama detail alam/buatan manusia yang menonjol. b. Alat Dan Bahan Yang Diperlukan 1) Peta atau gambar yang sudah ada, misalnya Peta Blok PBB 2) Daftar pemilik atau daftar wajib pajak dengan catatan bahwa pembayar pajak bukan atau belum tentu sebagai pemilik. 3) Alat tulis berupa pensil, karet penghapus, rapido, sablon, dan penggaris. 4) Kertas Crumcut ukuran A0 dan A3 sebagai penggambaran sket lapangan. Teknik Membuat Sketsa Bidang Tanah adalah: a. Mensurvei daerah yang akan disketsa serta memastikan batas wilayah kerja dengan regu lain yang bersebelahan; b. Mengidentifikasi detail yang menonjol, contohnya persimpangan jalan, tugu, bangunan penting, kuburan, dan lainnya; c. Memastikan patok tanda batas kepemilikan telah terpasang. Jika belum, dipasang terlebih dahulu dengan mendatangkan pemilik dan tetangga yang berbatasan (asas contradictoire delimitatie); d. Mengukur keliling blok (wilayah) dengan pita ukur, serta mengorientasikan sisi-sisi blok terhadap arah utara; e. Setelah gambar blok diperoleh, selanjutnya menggambar bidang per bidang; f. Mengadakan orientasi bidang per bidang terhadap arah utara; pita ukur, cukup 2 sisi saja yang diukur (jika bidang berupa persegi empat maka sisi lainnya dengan perkiraan); h. Menggambar bidang-bidang tanah lainnya sehingga diperoleh 1 blok; i. Menggambar jalan dan detail-detail penting untuk menggabungkan dengan blok lainnya; g. Mengukur sisi bidang tanah tidak semuanya harus diukur dengan

j.

Mengeplotkan gambar blok lengkap dengan menggunakan kertas A3.

Teknik Membuat Sketsa Per Bidang : a. Mencantumkan nama pemilik dan pemilik berbatasan pada sebelah utara, barat, selatan, timur, kecuali berbatasan dengan jalan, sungai, saluran irigasi, dan lain-lain; b. Menebalkan garis batas bidang pemilik; c. Membuat sketsa per bidang pada formulir DI. 201; Memberi Nomor Bidang Tanah Penomoran bidang berkaitan erat dengan Nomor Identifikasi Bidang Tanah (NIB) dicantumkan baik dalam pembuatan sketsa, pembuatan DI 107 (Gambar Ukur) maupun DI 201 (Risalah Penelitian Data Yuridis dan Penetapan Batas). Nomor Identifikasi Bidang Tanah (NIB) itu sendiri, telah diatur dalam Peratuan Menteri Negaga Agraria / Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997, Pasal 23. NIB merupakan nomor yang unik perdesa terdiri atas 13 digit, dan berurutan dan dimulai masing-masing dua digit untuk kode provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa. Selebihnya lima digit terakhir merupakan nomor bidang tanah perdesa yang berurutan dimulai dari angka 00001 sesuai dengan waktu dibuatnya. Namun pada saat praktek, NIB dibuat berurutan berdasarkan jumlah bidang tanah yang diukur untuk setiap satu kelompok, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Bidang diberi nomor urut dari arah utara-barat berbentuk spiral dari mulai nomor 00001 sampai dengan nomor terakhir sebanyak lima digit. b. Mencantumkan nomor regu atau kelompok yang mengukur. c. Dibawah nomor diberi garis dan diberi nama pemilik. d. Penomoran dilakukan menghadap kearah utara. e. Penomoran menghadap arah utara; contoh penomoran bidang: 00021/XXXV : Nomor Bidang 21, Regu XXXV.

Gambar 1. Contoh Sketsa per-Blok U

Partorejo

Rayem

Firman

Gito

Ngatijan Gambar 2. Contoh Sketsa per-Bidang Dalam pembuatan sketsa bidang ini regu XXXV PKL mengalami beberapa hambatan yakni dalam penggambaran bidang tanah, terjadi perubahan dikarenakan penggabungan bidang tanah. Untuk solusi yang ditempuh adalah dengan cara menanyakan secara langsung keadaan di lapangan kepada para penduduk atau pemilik tanah. Tidak lupa juga mengcross cek keterangan dari narasumber yang satu dengan yang lain agar tidak ada salah informasi. D. Bahan dan Peralatan Alat dan bahan yang dipersiapkan untuk keperluan setiap regu bidang antara lain:

10

1. Peta Kerja (Peta Pajak Bumi dan Bangunan dan Peta Desa) 2. Theodolit digital NIKON 250 dengan ketelitian 20 dan statif : 1 set (dari Laboratorium) 3. Jalon sebanyak 2 buah (dari Laboratorium) 4. Unting-unting 2 buah (dari Laboratorium) 5. Pita ukur fiber glass 2 buah, dengan panjang 50 m (dari Laboratorium) 6. Paku payung, patok kayu dan palu. 7. Payung 1 buah 8. Formulir Daftar Isian 103 (Data Ukuran Poligon/Detail) sebanyak 10 lembar (dari Sekretariat DI) 9. Formulir Daftar Isian 107 A (Gambar Ukur) sebanyak 26 lembar (dari Sekretariat DI) 10. Formulir Daftar Isian 201 (Risalah Penelitian Data Yuridis dan Penetapan Batas) sebanyak 120 lembar (dari Sekretariat DI) 11. Alat tulis (pensil dan penghapus) dan alat hitung (kalkulator) 12. Field board dan stempel Bahan dan peralatan yang digunakan untuk penggambaran di Studio antara lain : 1. Kertas Crumcut 1 lembar ukuran A0 2. Kertas HVS 1 lembar ukuran A3 3. Buku hitungan luas 4. Penggaris 1 set 5. Formulir Daftar Isian 104 (Hitungan Koordinat Poligon)sebanyak 3 lembar (dari Sekretariat DI) 6. Formulir Daftar Isian 201 C (Daftar Data Fisik dan Data Yuridis Bidang Tanah) sebanyak 20 lembar (dari Sekretariat DI) 7. Rapido dan Sablon ukuran 0.2, 0.3, dan 0.5 8. Laptop 2 unit 9. Pulpen, pensil, penghapus, dan spidol

11

E. Tenaga Pelaksana 1. Mahasiswa Tenaga pelaksananya adalah mahasiswa Program Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral (PPK) Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Tahun Akademik 2010/2011 Yogyakarta Angkatan XV dengan jumlah siswa keseluruhan sebanyak 339 orang terdiri dari 114 putri dan 225 putra. Dari 339 mahasiswa Program Diploma I PPK dibagi dalam 57 regu, terdiri dari 6 tim TDT dan 51 tim bidang. Regu XXXV merupakan tim bidang, dengan susunan anggota sebagai berikut: 1. I Made Oka Pariawan *) 2. A.Ahmad Arianto 3. Fery Haposan Manurung 4. Firmansyah Ary Jona 5. Khiesawa Darwa Mataram ( * : Koordinator Regu) 2. Instruktur dan Asisten Instruktur Staf Pengajar Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional. Adapun Koordinator Instruktur untuk Regu XXXIX, yaitu Bapak Agung Nugroho Bimasena, S.T, sebagai Koordinator teknis dan Bapak I Gusti Nyoman Guntur, A.Ptnh, M.Si, sebagai Koordinator yuridis, serta saudari Eni Retnaningsih selaku Asisten Instruktur yang membantu dan memberi arahan kepada mahasiswa, serta langsung turun langsung ke lapangan. 3. Tenaga Pembantu Aparat Desa Tirtomulyo, Pegawai STPN dan masyarakat Desa Tirtomulyo yang bersedia menunjukkan batas-batas bidang tanah sesuai dengan asas kontradiktur delimitasi. NIM 10/DI/3565 NIM 10/DI/3543 NIM 10/DI/3557 NIM 10/DI/3559 NIM 10/DI/3567

12

F. Jadwal Kegiatan Secara menyeluruh kegiatan PKL dilaksanakan mulai tanggal 11 juli s.d 31 Juli 2011 dengan rincian kegiatan pelaksanaan sebagai berikut : 1. Tanggal 4 s.d 11 Juli 2011 2. Tanggal 11 Juli 2011 3. Tanggal 11 s.d 13 Juli 2011 4. Tanggal 14 s.d 24 Juli 2011 5. Tanggal 15 s.d 27 Juli 2011 6. Tanggal 16 s.d 21 Juli 2011 : Persiapan / Pembekalan : Pemberangkatan ke lokasi PKL : Orientasi Lapangan dan Pembuatan Sketsa Bidang : Pengukuran bidang : Pengumpulan data yuridis : Pemasangan titik poligon, sislah, dan titik pemotongan kemuka, sekaligus penghitungannya. 7. Tanggal 20 s.d 24 Juli 2011 8. Tanggal 25 s.d 27 Juli 2011 9. Tanggal 28 s.d 29 Juli 2011 10. Tanggal 30 s.d 31 Juli 2011 : Pengikatan bidang : Pembuatan GU dan Penghitungan luas : Edge matching peta digital dengan regu lain. : Finishing

Sedangkan secara khusus, waktu pelaksanaan dari kegiatan PKL itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Kegiatan pengukuran bidang tanah I, berlangsung antara pukul 07.00 s/d 12.00 WIB; 2. Istirahat, berlangsung antara pukul 12.00 s/d 13.30 WIB; 3. Kegiatan pengukuran bidang tanah II, berlangsung antara pukul 13.30 s/d 17.00 WIB; 4. Kegiatan penghitungan, penggambaran dan pengadministrasiandokumen yang dilaksanakan malam harinya pada basecamp dari jam 19.00 s.d 22.00 WIB.

13

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PELAKSANAAN A. Gambaran Umum Wilayah Lokasi Praktek Kerja Lapangan (PKL) DI PPK-STPN tahun akademik 2010/2011 bertempat di Desa Donotirto dan Desa Tirtomulyo. Desa Donotirto dan Desa Tirtomulyo terletak di Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Kretek adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang berada pada bagian selatan Kabupaten Bantul. (berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di sebelah selatan) yang sebelah timurnya berbatasan dengan Kecamatan Pundong, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sanden dan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bambanglipuro. Di kecamatan ini terdapat obyek wisata yang tidak jauh dari lokasi PKL yaitu Pantai Samas dan Pandansari atau Goa Cemara. Dari segi kondisi alamnya berupa dataran rendah dengan tinggi dari permukaan laut + 4 - 20 meter. Kecamatan Kretek terdiri dari 5 desa yaitu: Tirtohargo, Parangtritis, Donotirto, Tirtosari dan Tirtomulyo. Sedangkan dari REGU XXXV Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Desa Tirtomulyo. Dari segi wilayah, Desa Tirtomulyo terbagi atas beberapa dusun (pedukuhan) yakni, Jebugan, Karangweru, Genting, Gaten, Soropadan, Jetis, Punduhan. Untuk REGU XXXV lokasi pelaksanaan PKL bertempat di Dusun Karangweru. Sedangkan, jika dilihat dari aspek Ekonomi sebagian besar penduduk di Desa Tirtomulyo bekerja di sektor pertanian dan sebagian penduduk bekerja sebagai buruh serta ada juga penduduknya bekerja sebagai pegawai negeri. Meskipun sebagian besar penduduk di Desa Tirtomulyo bekerja sebagai petani, Desa Tirtomulyo juga merupakan desa yang cukup maju di bidang ekonomi dan teknologi ini terlihat adanya supermarket, toko, laundry, pasar,

14

lembaga penyalur kredit (bank BRI), warnet dan lain sebagainya. Penduduk di Desa Tirtomulyo termasuk tipe orang yang bekerja keras ini terlihat dari selain sebagai petani juga bekerja sebagai buruh serta berdagang hal ini dilakukan untuk menambah perekonomian keluarganya. Dari segi sosial terlihat bahwa penduduk di Desa Tirtomulyo kehidupannya sangat harmonis, tentram, saling menghormati. Masyarakat di Desa Tirtomulyo ini sangat ramah dengan siapa saja, kehidupan di Desa Tirtomulyo ini sangat mencerminkan saling tolong menolong dan kekeluargaan, ini dibuktikan dengan rasa memiliki antarwarga meskipun pemilik rumah yang satu ada yang sangat jauh namun warga ingat nama pemilik, alamat dan sebagainya. Jika dilihat dari segi budaya, dapat dilihat begitu kental dengan adanya rumah adat daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan itu maka desa Tirtomulyo ini memiliki banyak aspek kehidupan. Desa Tirtomulyo merupakan daerah yang masih erat dengan sifat yang kedaerahan. Sehingga banyak masalah yang dihadapi mengenai kepemilikannya maupun dalam proses pengukurannya. Dimana, sebagian besar bidang-bidang tanah di daerah ini digunakan untuk persawahan dan pemukiman penduduk. Batas desa merupakan batas alam, seperti sungai. Sedangkan, batas kepemilikannya berupa patok tanda batas yang sebagian sudah terpasang, dan sebagian lagi dipasang pada saat pengambilan data yuridis dan penetapan batas. Sehingga, memudahkan dalam pelaksanaan pengukuran. Dusun Karangweru merupakan daerah yang tergolong dekat dari jalan raya, akan tetapi masih banyak tanah pekarangan yang masih kosong dan banyak pepohonan yang kurang dimanfaatkan secara maksimal. Umumnya warga yang memiliki tanah membiarkannya karena tidak adanya biaya/modal untuk mengolah tanah tersebut. Namun demikian seluruh warga masyarakat dusun Mriyan hidup harmonis, tenteram dan aman. Seluruh warga saling mengenal satu sama lain. Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah petani, bahkan banyak sekali yang menjadi buruh tani/tidak tetap karena tidak memiliki sawah.

15

B. Pelaksanaan Pelaksanaan pekerjaan lapangan dimulai tanggal 11 Juli 2011 hingga 31 Juli 2011. Sebelum PKL dilaksanakan diadakan pembekalan pada tanggal 09 Juli 2011 oleh dosen yang didampingi oleh para asisten instruktur. Namun sebelum pembekalan dilakukan maka dilaksanakan pembagian kelompok terlebih dulu. Kami ternyata mendapatkan kelompok XXXV. Pembekalan dilaksanakan selama 1 hari dan serentak untuk seluruh kelas dari A sampai H. 1. Persiapan Dan Pembekalan Peserta PKL juga diberi pembekalan berupa peralatan-peralatan teknis dan bahan-bahan yang dianggap perlu pada pelaksanaan PKL. Alat dan bahan tersebut meliputi Formulir-formulir data yuridis ( DI 201 dan DI 201 C ), alat pengukuran (theodolith, pita ukur, jalon, patok, dll) dan alat-alat penunjang kelancaran praktek kerja lapangan lainnya. Sedangkan persiapan objek meliputi persiapan bidang-bidang tanah yang akan dijadikan lahan praktek pengukuran oleh peserta PKL, selain itu juga diadakan penyuluhan terhadap warga setempat mengenai PKL yang akan dilaksanakan demi kelancaran pelaksanaan PKL. Materi 1 disampaikan oleh Bapak Arief Syaifullah, ST., M.Si, yang membahas tentang : 1) Tiap hari ditargetkan dapat mengukur 5 bidang tanah lengkap dengan penghitungan luas dan kartirannya. 2) Kegiatan pada hari pertama adalah orientasi lapangan. Malam harinya membuat sketsa wilayah kerja. 3) Penggambaran pada Gambar Ukur menggunakan peraturan terbaru 4) Cara pengkartiran pada halaman 3 Gambar Ukur adalah secara digital. 5) Setiap mahasiswa wajib membuat catatan lapangan (field note) 6) Setiap regu agar tetap menjaga kekompakan dan kesehatan.

16

Materi 2 disampaikan oleh Bapak Ir. Eko Budi Wahyono,M.Si, yang membahas tentang: 1) Kegiatan orientasi lapangan dan pengisian DI 201 2) Tata cara pengisian DI 201. 3) Kegiatan pada pagi hari adalah kegiatan lapangan (mengukur dan pencarian data yuridis) dan malam harinya adalah kegiatan di dalam ruangan (menghitung luas, mengkartir, merekap daftar isian). 4) Larangan mahasiswa-mahasiswi memasang tanda batas sendiri tanpa dilandasi asas kontradiktur delimitasi. Orientasi Lapangan Orientasi lapangan ini dilaksanakan setelah diadakannya penerimaan oleh kepala Desa Tirtomulyo, dimana Orientasi lapangan merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui keadaan lapangan atau lokasi seperti keadaan bidang tanah yang akan diukur, mengidentifikasi detail yang ada di lapangan, dan untuk mengetahui regu lain yang berbatasan, agar memperlancar kegiatan selanjutnya. Kegiatan orientasi lapangan dilaksanakan dengan cara : a. Memperhatikan batas-batas bidang tanah dalam lokasi tersebut sesuai dengan panduan peta PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) b. Setiap regu harus mengetahui keadaan wilayah kerjanya sehingga dapat merencanakan metode yang sesuai dalam pengukuran di lapangan. c. Orientasi lapangan dilakukan oleh setiap regu d. Dalam orientasi lapangan perlu diperhatikan lokasi yang akan diukur, hal ini berguna dalam merencanakan pemasangan titik bantu maupun penetuan metode yang akan digunakan. e. Dalam orientasi lapangan perlu diperhatikan batas-batas lokasi wilayah kerja untuk tiap-tiap regu.

2.

17

Perencanaan metode pengukuran yang akan digunakan. Dari kegiatan orientasi lapangan yang dilakukan oleh regu XXXV diperoleh gambaran metode pengukuran yang digunakan yaitu metode polar. Pada Metode Polar menggunakan cara sudut-jarak serta jarak-azimuth. Jumlah Titik Dasar Teknik yang digunakan oleh Regu XXXV sebanyak 9 buah, yaitu TDT BPN-STPN 022, TDT BPN-STPN 023, TDT BPN-STPN 024, TDT BPN-STPN 025,TDT BPN-STPN 026, TDT BPN-STPN 027, TDT BPNSTPN 028, TDT BPN-STPN 029, TDT BPN-STPN 030, TDT BPN-STPN 031. Pembuatan Sketsa Bidang Tanah Pembuatan sketsa bidang digunakan sebagai dasar yang dijadikan sebagai acuan peta kerja yang akan mempermudah dalam proses pelaksanaan pengukuran bidang-bidang tanah dan pendataan data yuridis. Hasil pembuatan sketsa bidang yaitu dibuat pada 1 lembar kertas crumcut dengan skala pendekatan 1:1000. Sketsa bidang sangat membantu untuk penyelesaian bidang pengukuran dan pemetaan bidang tanah. Sketsa bidang digunakan untuk : a. Mengecek jumlah bidang dilapangan dengan jumlah bidang menurut peta PBB (Pajak Bumi dan Bangunan); b. Pembuatan perencanaan Gambar Ukur (DI 107 A); c. Membantu pengisian DI 201. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sketsa : y y y y y y Garis batas bidang tegas Terorintasi ke arah utara Bentuknya proporsional Jumlah segi sesuai dengan keadaan di lapangan Dapat dengan mudah diidentifikasi di lapangan Tercantum nama detil alam/buatan manusia yang menonjol.

3.

18

Hal-hal yang ada dalam sketsa per-bidang : y y y Bidang-bidang tanah digambar secara proporsional. Digambarkan pula jalan dan detail-detail penting untuk penggabungan dengan blok milik regu lainnya. Mencantumkan nama pemilik dan pemilik-pemilik berbatasan sebelah utara, selatan, barat, timur, kecuali berbatasan dengan jalan, selokan besar, sungai dan lain-lain. y Disetiap bidang tanah diberi nomor urut mulai dari arah utarabarat berbentuk spiral dari mulai nomor terakhir y Penomoran menghadap ke utara. Contoh penomoran bidang ini: 00001/XXXV (nomor urut bidang per regu / regu). y y Dibuatkan sketsa perbidang pada formulir DI 201. Dibuat sketsa bidang-bidang pada formulir DI 107A. nomor satu sampai dengan

6.

Pendataan dan Pengisian Data Isian DI 201 Daftar isian 201 adalah formulir yang digunakan untuk meneliti data yuridis dan penetapan batas bidang tanah yang akan dilakukan pendaftaran pertama kali. Daftar isian 201 digunakan sebagai dasar penetapan subjek hak atas tanah. Mengisi ruang judul DI.201 meliputi: Desa atau Kelurahan dan Nomor Identifikasi Bidang Tanah (NIB). Ruang I, Mengidentifikasi bidang tanah yang berkepentingan: a. Bidang tanah, letak tanah; Mengisi nama jalan, jika diluar area yang tidak ada nama jalannya maka diisi nama kampung, dukuh, blok beserta nomor RT/RW letak bidang tanah tersebut, diisi RT/RW, contoh : 08/09. b. Pemilik yang berkepentingan;

19

1) Mengisi nama yang menjadi pemegang hak, atau yang mewakili disertai surat kuasanya; 2) Nomor KTP/NOPEN pemegang hak/yang mewakili, catat tanggal lahir yang berkepentingan, misalnya : 11-05-1968; 3) Pekerjaan, diisi pekerjaan yang berkepentingan; 4) Alamat pemegang hak/yang mewakili sesuai dengan KTP; 5) Apabila yang berkepentingan lebih dari 1 (satu) orang atau Badan Hukum, DI.201 diberi lampiran dan ditandatangani oleh pemegang hak yang lain. c. Sketsa Bidang Tanah; Mencantumkan tanda panah arah utara dan bentuk bidang tanah yang bersangkutan. Contoh : U

Partorejo

Rayem

Firman

Gito

Ngatijan

Gambar 1. d. Persetujuan Batas Bidang Tanah; Meliputi nama tetangga yang berkepentingan disertai tanda tangan, dengan mengurutkan nama sesuai dengan letaknya.

Ruang II. Data tentang pemilikan dan penguasaan hak atas tanah 1). Pemilikan/Penguasaan Tanah

20

a) Bukti-bukti pemilikan /penguasaan (1) Sertifikat, coret yang tidak perlu (a) Atas nama, diisi nama yang tercantum pada sertifikat nama yang terdaftar tidak perlu dengan gelar kesarjanaan, namun tidak disingkat. (b) No, diisi nomor hak, contoh : M.12534 (c) Tanggal, diisi tanggal penerbitan sertifikat tersebut (bukan tanggal pencatatan peralihan hak). Yang dicantumkan adalah pemegang hak terakhir. (d) Ruang I.a ini hanya diisi bila bidang tanah tersebut bersertifikat, bila belum ruang I.a dicoret dengan garis melintang. (2) Warisan (a) Diisi nama / tahun / tempat meninggal pewaris. (b) Surat Wasiat, dicoret yang tidak perlu. (c) Keterangan Waris, diberi tanda pada kotak jika ada keterangan waris. (3) Hibah (a) Diisi nama pemberi hibah. (b) Dilakukan dengan, coret yang tidak perlu. (c) Tanggal, diisi tanggal dibuatnya surat dibawah tangan atau akta PPAT (nomor akta PPAT) maupun pernyataan lisan tersebut. (4) Pembelian (a) Dilakukan dengan, coret yang tidak sesuai dan lampirkan buktinya.

21

(b) Diisi tanggal, contoh : 24-06-2010. (c) Diisi nomor Akta PPAT, bila pembelian tersebut tidak dilakukan dengan akta PPAT, ruang ini diisi dengan garis (d) Sebutkan nama PPAT, atau diisi dengan garis bila pembelian tidak dilakukan oleh PPAT. (5) Pelelangan (a) Isi kotak dengan tanda bila bukti pelelangan

dilampirkan. Isi tahun dan tanggal pelelangan. (b) Diisi tempat kedudukan kantor lelang dan nama kantor lelang yang melaksanakan pelelangan. Contoh : Yogyakarta, Kantor Lelang kelas I. (6) Putusan pemberian hak (a) Diisi jabatan yang menerbitkan keputusan pemberian hak seperti yang tercantum dalam surat bukti yang ditunjukan. Misalnya : Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul. (b) Diisi nomor dan nomor surat keputusan. (c) Persyaratannya : isi kotak yang sesuai. (7) Perwakafan (a) Coret yang tidak perlu, beri kotak dengan tanda dengan tanda untuk

bila bukti ikrar wakaf dilampirkan. Isi nomor akta ikrar wakaf. (b) Isikan tanggal akta (pengganti) ikrar wakaf. (c) Sebutkan nama Nadzir. (8) Lain-lain Sebutkan :

22

Isikan perbuatan hukum atau surat-surat bukti lainnya yang tidak disebut dalam ruang b, c, d, e, f dan g atau sudah tidak cukup ruangan untuk disebut lagi diruang b s.d g tersebut diatas. Contoh : Bukti jual beli lebih dari satu kali. b). Bukti Perpajakan (1) Beri tanda pada kotak yang sesuai diantara a s.d d

perhatikan pula tanda *) agar mencoret yang tidak perlu, dan tanda **) untuk melampirkan surat-surat bukti pajaknya. (2) Sebutkan nama kantor yang menerbitkan suart-surat pajak tersebut diruang 2. c). Kenyataan Penguasaan Tanah (1) Sebutkan nama orang yang menguasai diisi dengan garis mendatar (2) Sebutkan pada tahun berapa bidang tanah tersebut baru dikuasai oleh yang berkepentingan setelah tahun 1960. (3) Sebutkan nama yang berkepentingan yang menguasai bidang tanah tersebut setelah tahun 1960 . (4) Sebutkan cara perolehan bidang tanah tersebut oleh yang berkepentingan . Contoh : menggarap tanah atas ijin Kepala Desa Setempat. d). Kenyataan Penggunaan Tanah (1) Pertanian : Sawah, tegalan, kebun, perkebunan, padang rumput, semak belukar, hutan, kolam ikan, tambak, danau/situ/telaga, Taman, Peternakan/penggembalaan. 23 bidang tanah

tersebut pada tahun 1960. Bila tidak diketahui ruang ini

(2) Non pertanian : Perumahan, Perkampungan, Emplasmen, Lapangan

olahraga, Kuburan, Kawasan Industri, Pertambangan, Industri, Perdagangan, Kantor, Fasilitas Pendidikan, Fasilitas Kesehatan, Fasilitas Ibadah, Fasilitas Umum, Fasilitas Transportasi/Perhubungan. (3) Peruntukan Tanah (Rencana Tata Ruang) Pemukiman, Industri, Pariwisata, Jasa, Perdagangan, Pertanian lahan basah, Pertanian lahan kering, Kawasan hutan. e). Bangunan diatas tanah Isi salah satu kotak dijumpai dilapangan. f). Status tanah (1) Tanah dengan hak adat perorangan : Isi salah satu kotak yang tersedia dengan tanda yang tersedia dengan tanda

mengenai ada tidaknya serta macam bangunan yang

bila dari bukti / surat bukti yang ada, ternyata bahwa bidang tanah yang bersangkutan tanah adat perorangan. (2) Tanah Negara : Isi salah 1 kotak yang tersedia dengan tanda sesuai

dengan bukti / surat bukti yang ditunjukan/ diterima. Perhatikan tanda *) agar dicoret yang tidak sesuai. (3) Tanah Bagi Kepentingan Umum Isi salah satu kotak diperoleh. yang tersedia dengan tanda

sesuai keadaan dilapangan dan bukti / informasi yang

24

(4) Lain-lain sebutkan : Isi ruang ini untuk status tanah diluar status tanah seperti yang diuraikan pada butir a s/d c. g). Beban-beban atas tanah Coret salah satu yang tidak sesuai. Bila salah satu dari beban tersebut ada, sebutkan nomor dan tanggal dibuat oleh PPATnya serta sebutkan bila ada beban-beban lain kecuali yang disebut diatas atau sita dan sengketa. Misalnya : Tanah digadaikan oleh Zainal Abidin h).Bangunan Kepentingan Umum dan Sosial (kalau ada uraikan) i). Sengketa atas tanah Ruang ini diisi bila ada sengketa. Isi salah satu kotak yang tersedia dengan tanda mengenai macam sengketa yang sesuai. Bila ada status penyelesaian sengketa melalui putusan Pengadilan Negeri mengenai sengketa tersebut, agar diisikan tanggal dan nomor keputusan tersebut pada ruang yang tersedia.

Catatan :

Gambar 2. Cara Mengisi ruang kosong DI.201 2). Yang Mengumpulkan Data Dalam PKL ini nama pengumpul data adalah mahasiswa yang bersangkutan dan tanda tangan menggunakan pensil.

25

a) Cantumkan nama jelas dan tanda tangan para petugas pengumpul data. Misalnya nama petugas ukur dan unsur panitia A; Ketua RT/RW; dan nama petugas ukur (dalam PKL ini hanya dicantumkan nama mahasiswa dengan pensil saja) b) Isi nama desa yang bersangkutan dan tanggal ditandatanganinya DI 201 oleh yang berkepentingan/pemilik tanah c) Isi tanda tangan dan nama jelas yang berkepentingan/ pemilik tanah. Apabila wakilnya, dengan melampirkan surat kuasa tertulis pada kolom yang tersedia. 9. Ruang III, Kesimpulan Satgas Yuridis / Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah/ Panitia A (Bila ada pilihan yang disediakan kotak, apabila dipilih diberi tanda dan lainnya diberi tanda x). 1) Pemilik / yang menguasai tanah adalah : Diisi nama pihak yang menurut pendapat Panitia Ajudikasi adalah pemilik bidang tanah yang bersangkutan dengan memperhatikan data yang direkam pada ruang I dan II. Bila ada pihak yang bersangkutan adalah perorangan sebutkan nomor, tanggal lahir misalnya Imam Suwondo; 25101938 2) Status tanahnya adalah : (a) Tanah Hak Diruang ini dicatat bagi bidang tanah yang terdaftar dan / atau bersertifikat saja. Isi salah satu kotak diberi tanda (x). (b) Bekas tanah adat perorangan Diruang ini dicatat bagi bidang tanah yang belum terdaftar, bekas tanah adat. Isi salah satu kotak yang tersedia dengan tanda yang sesuai dan yang lainnya

26

yang tersedia dengan tanda untuk yang sesuai fakta /bukti. (c) Tanah Negara Bila kesimpulan Panitia Ajudikasi bidang tanah yang direkam dalam DI 201 bersangkutan merupakan tanah jabatan atau tanah untuk kepentingan umum agar diisi salah satu kotak yang tersedia dengan tanda yang sesuai fakta/bukti. (d) Lain-lain sebutkan :  Ruang IV: Sanggahan/Keberatan (dikosongkan).  Ruang V: Kesimpulan akhir Panitia Ajudikasi/Kepala Kantor Pertanahan (dikosongkan).  Ruang VI: Keputusan Ketua Panitia Ajudikasi/Kepala Kantor Pertanahan ( dikosongkan).

7.

Pengukuran Blok Pengukuran blok adalah pengukuran tiap-tiap wilayah regu berdasarkan batas pemilikan terluar. Hasil akhir pengukuran blok berupa luas blok dalam satu wilayah regu dan hasil ini dijadikan pembanding dengan hasil pengukuran perbidang yang bersangkutan. Teknis pengukuran blok adalah sebagai berikut : a. Pengukuran pada batas pemilikan terluar b. Spesifikasi alat ukur yang digunakan setara dengan pengukuran poligon perapatan atau yang lebih tinggi. c. Tidak perlu harus membuat poligon perapatan jika di sekitarnya memungkinkan digunakan TDT orde 4. d. Penghitungan luas blok dengan menggunakan metode koordinat.

27

6. Pengukuran Bidang-bidang Tanah Sebelum dilaksanakan pengukuran atas suatu bidang tanah, pemegang hak atas tanah harus memasang tanda batas pada titik-titik sudut batas serta harus ada penetapan batasnya terlebih dahulu. Pengukuran bidang tanah dilaksanakan untuk menentukan letak geografis, bentuk geometris, luas, serta situasi bidang tanah sebagai lampiran sertipikat. Ketentuan pengikatan dan pengukuran adalah sebagai berikut : 1) Pengukuran sudut menggunakan theodolite dengan ketelitian 20, karena menggunakan theodolite semi digital; 2) Jarak diukur dengan pita ukur Fiber Glass; 3) Penentuan posisi titik-titik detail ditentukan dengan metode polar; 4) Untuk titik detail yang sulit dijangkau dari TDT dibuat Poligon Perapatan; 5) Persil-persil yang tidak terjangkau dan tidak memungkinkan maka dilakukan pengukuran persil dengan menggunakan alat pita ukur, dimana sisi-sisi dan diagonal persil diukur, dan selanjutnya blok tersebut diikat ke Poligan Perapatan; 6) Untuk pengukuran bidang tanah, menggunakan formulir DI 107A; 7) Pelaksanakan pengukuran di lapangan secara sistematik dimana detail diukur menggunakan metode offset dan polar yang diikatkan ke TDT sehingga semua bidang tanah dapat digambar dengan benar dan dapat dihitung luasnya. a. Titik Kerangka Dasar Pemetaan Titik-titik yang terpasang di lapangan dinamakan Titik Dasar Teknik yang merupakan jaringan titik kontrol horizontal yang menjadi dasar pengukuran selanjutnya (pengukuran poligon cabang, pengukuran detail bidang-bidang tanah). Pemasangan TDT mengikuti PMNA/Ka. BPN No.3 Tahun 1997 Tentang Pengukuran dan Pemetaan Pendaftaran Tanah.

28

b. Pengukuran Poligon Perapatan Untuk wilayah pengukuran yang tidak terjangkau Titik Dasar Teknik orde-4 dari pengukuran poligon utama dan poligon cabang dapat dibuat poligon perapatan. Poligon perapatan diperlukan untuk pengikatan bidang-bidang tanah dan detail-detail yang diperlukan. Wilayah pengukuran yang tidak terjangkau oleh TDT Orde-4 dari pengukuran poligon utama dan cabang dapat dibuat Poligon Perapatan. Poligon Perapatan diperlukan untuk pengikatan bidangbidang tanah. Syarat yang diperlukan untuk pengukuran Poligon Perapatan ini antara lain : 1. Ukuran sudut menggunakan Theodolite dengan ketelitian minimal dua puluh detik (20); 2. Pembacaan sudut dilakukan 2 seri rangkap. Selisih sudut hasil bacaan Biasa dan Luar Biasa tidak boleh lebih dari tiga puluh detik (30). Beda tiap sudut maksimal sepuluh detik (10); 3. Ujung-ujung poligon perapatan harus terikat sempurna pada Titik Dasar Teknik Orde-4; 4. Titik-titik poligon dapat dibuat dari patok kayu dan paku payung; 5. Jarak diukur dengan pita ukur mutu tinggi; 6. Pelurusan jarak menggunakan jalon, pengukuran jarak dilaksanakan secara pergi-pulang; 7. Jika memungkinkan, target paku langsung dibidik, namun jika tidak target dibidik dengan menggunakan unting-unting yang digantungkan pada 3 batang kayu; 8. Jangan sekali-kali membidik jalon sebagai target, karena pengukuran sudut akan menjadi sangat kasar; 9. Ukuran dan hitungan dituangkan dalam DI. 103 dan DI. 104 ( sesuai dengan PMNA/Ka. BPN No. 3 Tahun 1997 ).

29

Bila dalam pembuatan poligon perapatan masih belum bisa menjangkau ikatan per patok bidang tanah maka bisa dilaksanakan pembuatan Zijslag dan pemotongan ke muka.  Zijslag itu sendiri adalah metode penambahan titik kontrol dengan cara 2 titik yang sudah diketahui koordinatnya menjadi tempat berdiri alat dan tempat set 0. Pengukuran sudut untuk Zijslag dilaksanakan 3 seri rangkap dan pengukuran jarak titik tempat berdiri alat dengan titik Zijslag sebanyak 4 kali pulang pergi dan diambil reratanya. Misalkan titik yang sudah diketahui koordinatnya adalah A dan B serta titik Zijslag adalah P1 maka skema hasil pengukuran bisa dilihat di bawah ini.  Dalam metode ini tidak ada kontrolnya oleh karena itu untuk mendapatkan titik Zijslag yang bagus haruslah diikatkan ke titik poligon perapatan yang memiliki kualitas bagus juga koordinatnya.. U A Keterangan : A = set 0, 60, 120 B B = berdiri theodolit P1 = titik Zijslag

P1 Gambar 3.Skema Zijslag Yang dihitung adalah besar sudut AB dihitung dengan rumus AB = (( XAB)+( YAB)) BP dihitung dengan meteran 4 x PP BA = atau XA YB / YA YB

30

BP1 = BA + maka XP1= BP1 sin BP1 + XB YP1= BP1 cos BP1 + YB  Pemotongan ke muka adalah metode penambahan titik kontrol hampir sama dengan Zijslag namun di sini dibedakan bahwa titik tempat berdiri alat juga sebagai titik set 0 sehingga nantinya akan didapatkan 2 data pengukuran sudut. Selain itu di dalam pemotongan ke muka tidak dipergunakan meteran untuk mengukur jarak titik tempat berdiri alat ke titik pemotongan ke muka. Misalkan titik yang sudah diketahui koordinatnya adalah A dan B serta titik pemotongan ke mukanya adalah P1 maka skema hasil pengukuran bisa dilihat di bawah ini. U A Keterangan : A = set 0, 60, 120 B B = berdiri theodolit P1 = titik Zijslag

P1 Gambar 4. Skema Pemotongan ke Muka Gambar 4.1

Keterangan gambar 4. 1 AB dihitung dengan rumus AB = (( XAB)+( YAB)) Karena sudut & diketahui maka sudut P1 = 180 / sin P1 BP1/sin = AB/sin P1 maka AB sin

31

BA = (XA YB) / (YA YB) BP1 = BA + maka XP1= BP1 sin BP1 + XB YP1= BP1 cos BP1 + YB U Keterangan : A = set 0, 60, 120 A B = berdiri theodolit P1 = titik Zijslag B

P1 Gambar 4. 2

Keterangan gambar 4. 2 AB dihitung dengan rumus AB = (( XAB)+( YAB)) Karena sudut & diketahui maka sudut P1= 180 / sin P1 BP1/sin = AB/sin P2 maka AB sin AB = (XB XA) / (YB YA) AP1= AB maka XP1 = AP1 sin AP1 + XA YP1= AP1cos AP1+ YA Dalam pemotongan ke muka terdapat kontrol yaitu koordinat P1 yang dicari lewat 2 titik yaitu A dan B haruslah sama atau setidaknya mendekati (tidak berselisih banyak).

32

 Kendala yang dihadapi dalam pembuatan titik ikat ini adalah sebagai berikut :  Titik bantu dipasang di tepi jalan yang cukup ramai, oleh karena itu titik bantu dipasang dengan menggunakan paku payung yang tertancap dengan kuat ke dalam tanah dan diberi tanda sehingga tidak hilang dan tercabut.  Keawaman masyarakat desa yang tidak tahu bahwa pathok berpaku payung yang dipasang adalah titik poligon perapatan, titik Zijslag ataupun titik pemotongan ke muka menyebabkan mereka salah kaprah bahwa patok tersebut patok batas bidang tanah sehingga dipindahkan sekehendak hati atau bahkan mencabut dan membuangnya.  Saat membidik target Zijslag, target terlindung oleh dedaunan pohon kecil / ranting pohon kecil.  Cara kami dalam menyelesaikan masalah tersebut yaitu dengan cara sebagai berikut :  Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk pengukuran poligon perapatan sehingga meskipun keramaiaan tidak begitu menyita waktu.  Memberikan pengertian kepada masyarakat ketika mencari data yuridis bidang tanah maupun ketika ada masyarakat ynag bertanya sehingga tidak terjadi salah kaprah antara patok batas bidang tanah dengan patok titik ikat.  Menempatkan titik bantu di tempat yang tidak terlindung oleh ranting / daun pohon kecil yang melindungi target bidikan dan menempatkannya lebih strategis lagi dari gangguan keadaan lalu lintas sekitar. Beberapa Metode pengukuran, yaitu: a) Metode Offset Untuk pengukuran dengan metode offset, apabila diagonal bidang tanah tidak dapat diukur secara langsung (misal : terhambat

33

bangunan) maka pengukuran diagonal bidang tanah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : y Dengan cara mengukur sudut dengan theodolite, setelah itu baru dicari panjang diagonal bidang tanah dengan rumus : - c2 = a2 + b2 - 2ab cos K - c = panjang diagonal yang dicari - a dan b adalah panjang sisi bidang yang mengapit diagonal. - K adalah sudut yang diukur dengan theodolite. a c K b Gambar 4. Mengukur Sudut Dengan Theodolite y Dengan menggunakan segitiga kecil, dicari besar sudutnya setelah itu baru dicari panjang diagonal bidang tanah D b B d C c a

A A Gambar 5. Metode Offset dengan Trilaterasi Sederhana

Keterangan : y y y y y = arc Cos ((a+ b- c)/ (2.a.b) a = panjang AA b = panjang AC c = panjang AC d= AB+ BC-(2.AB.BC.Cos ) d = diagonal bidang

34

b. Metode Polar Cara ini digunakan untuk mengukur bidang tanah yang luas dan bentuknya tidak beraturan. Cara pengukuran dengan metode polar dilakukan dengan menggunakan alat theodolite. 1) Pengukuran azimut dan jarak VI III U I
AII AI AB

II TDT B

TDT A

Gambar 9. Metode azimut dan jarak

2) Pengukuran sudut dan jarak III VI III II

AII AI BII BI

TDT A TDT B Gambar 10. Metode sudut dan jarak Adapun metode pengukuran yang dilakukan oleh regu XXXV dalam pelaksanaan PKL ini adalah Metode Polar. Dalam melaksanakan kegiatan pengikatan dan pengukuran bidang tanah, permasalahan yang dihadapi yaitu kesulitan dalam mengidentifikasi patok sementara yang tidak permanen. Atau, bisa juga dikatakan patok yang telah di tetapkan telah hilang. Untuk mengatasi masalah tersebut, kami

35

menanyakan kembali kepada pemilik tanah yang bersangkutan dan menyesuaikannya dengan data ukuran yang ada di GU ( Gambar Ukur ). 7. Pembuatan Gambar Ukur 1) Ketentuannya: (a) Gambar ukur sesuai dengan PMNA / KBPN No.3 / Th. 1997 tentang pengukuran dan pemetaan pada prinsipnya adalah dokumen yang memuat data hasil pengukuran batas bidang tanah yang melalui pengukuran jarak, sudut, asimut maupun bidang tanah situasi disekitarnya. (b) Selain data-data tersebut juga dicantumkan keterangan-keterangan lain yang memudahkan dalam penatausahaan gambar ukur. (c) Penggunaan gambar ukur tidak terbatas pada satu bidang tanah saja, tetapi dapat sekaligus beberapa bidang tanah dalam satu gambar ukur. 2) Bentuk/format Gambar Ukur diuraikan sebagai berikut: (a) Gambar ukur menggunakan DI 107A (b) Gambar ukur terdiri dari 4 halaman dan digunakan seluruhnya. (c) Halaman pertama menerangkan mengenai nomor gambar ukur, lokasi bidang tanah, keterangan pengukur, keterangan yang diperlukan dan sket lokasi. (d) Halaman kedua dan ketiga digunakan untuk penggambaran bidang tanah dan legenda yang digunakan. (sesuai PMNA/Ka. BPN No. 3 Tahun 1997). (e) Halaman keempat digunakan untuk mencantumkan nama pemilik tanah dan pemilik yang berbatasan yang bidang tanahnya tergambar pada halaman 2 dan 3 serta untuk membubuhkan tanda tangannya. 3) Tata cara pengisian gambar ukur (a) Halaman pertama (1) Nomor Gambar Ukur

36

Penulisan Nomor dibuat beberapa buah dimaksudkan untuk mengantisipasi pengukuran lebih dari satu bidang (2) Keterangan mengenai lokasi (Desa/Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten/Kota) diperlukan mengingat pembukuan Gambar Ukur dibuat untuk setiap desa. (3) Keterangan Pemohon Ditulis nama pemilik tanah yang kita ukur atau yang tanahnya tertera dalam GU tersebut. (4) Keterangan Pengukur - Nama pengukur dan regu kerja dituliskan untuk masingmasing bidang tanah. - Tanggal pengukuran diisi dengan tanggal pada saat pengukuran. - Tanda tangan pengukur diwakilkan oleh ketua regu. - Kolom keterangan. (5) Sketsa Lokasi, digambar sesuai letak relatif lokasi tersebut, dicantumkan juga keterangan seperti saluran air, tempat ibadah, perkantoran, (b) Halamam kedua (1) (2) (3) Halaman ini digunakan untuk penggambaran bidang-bidang tanah dan lokasi bidang tanah. Didalam masing-masing bidang tanah dicantumkan Nomor Identifikasi Bidang Tanah (NIB). Pada Gambar Ukur digambar pula situasi keliling bidang tanah seperti jalan, sungai, bidang tanah yang bersebelahan dan titik ikat (Titik Dasar Teknik) yang digunakan. (4) Untuk Gambar Ukur yang memuat beberapa bidang tanah sekaligus, maka bidang-bidang tanah tersebut haruslah saling bersebelahan. Tidak diperbolehkan menggambar beberapa bidang tanah yang saling terpisah dalam satu Gambar Ukur. sekolah dan jalan yang digunakan untuk memudahkan identifikasi lokasi.

37

(5)

Dalam gambar bidang tanah tersebut dicantumkan data-data ukuran seperti sudut, sudut jurusan ataupun jarak, juga koordinat TDT (titik ikat) bidang-bidang tanah.

(6) (7) (8) (9)

Penulisan sudut hasil ukuran pada sudut antara dua arah dengan memberi tanda busur sudut. Penulisan sudut jurusan hasil ukuran dilakukan disepanjang suatu garis yang diukur (jurusan). Penulisan jarak dilakukan disepanjang suatu garis. Ukuran penulisan suatu angka, paling kecil adalah 0.3 mm. besi atau patok kayu diberi simbol (sesuai Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional No 3 Tahun 1997).

(10) Untuk titik dasar teknik atau titik ikat berupa tugu beton, patok

(11) Untuk setiap masing-masing jenis patok batas (patok kayu, pilar, tembok, dll) diberi simbol (sesuai Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional No.3 Tahun 1997). (12) Untuk batas yang berupa tembok, pagar atau pematang diberi simbol ( sesuai Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional No.3 Tahun 1997). (13) Penulisan harus menggunakan tinta hitam tahan air (tidak boleh menggunakan pensil ). (14) Penggunaan tanah diberi tanda dengan simbol (sesuai Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional No.3 Tahun 1997). (c) Halaman ketiga (1) Halaman ini digunakan untuk penggambaran halus (pengkartiran bidang tanah hasil ukuran di lapangan) (2) Penggambaran halus adalah penggambaran kembali bidang tanh yang telah diukur dilapangan.

38

(3) Penggambaran bidang tanah harus menggunakan skala dengan ketentuan: Skala 1:500 untuk bidang tanah dengan luas kurang dari 250 m2. Skala 1:1.000 untuk bidang tanah dengan luas antra 250 m2 1000 m2 Skala 1: 2.500 untuk bidang tanah dengan luas antara 1.000 m2 -5.000 m2 Skala 1: 10.000 untk bidang tanah dengan luas antara 5000 m2 80.000 m2 Skala yang lebih kecil sesuai dengan luas bidang yang diukur. (4) Untuk bidang tanah yang sangat luas sehingga penggambarannya di gambar ukur memiliki skala yang lebih kecil dari 1: 50.000 maka gambar bidang tanah tersebut dibuat pada gambar terpisah dan dijilid menjadi satu. (5) Skala peta harus ditulis dibidang tanah yang dikartir. (6) Batas bidang tanah yang didaftar dibuat lebih tebal dibanding batas tanah sekelilingnya. (d) Halaman keempat (1) Halaman ini menerangkan nama pemilik tanah dan pemilik tanah yang berbatasan. (2) Halaman ini dibagi menjadi 4 bagian ; untuk kolom nomor urut, nama, NIB, dan tanda tangan . (3) Penulisan harus menggunakan tinta tahan air. Syarat-syarat Gambar Ukur, yaitu : y y y y Tulisan dalam gambar ukur harus dapat dibaca oleh orang lain. Gambar ukur harus dapat dipetakan. Gambar ukur harus dapat digunakan untuk perhitungan luas. Gambar ukur harus dapat digunakan untuk rekonstruksi batas.

C. Pekerjaan Kantor/Studio a) Penghitungan Koordinat Poligon Perapatan 39

a.

Ketentuan yang harus dipenuhi: a. Salah penutup sudut tidak lebih dari 20n b. Toleransi salah penutup linear 1:3000 Penghitungan poligon perapatan dituangkan dalam blanko data ukuran poligon/detil (DI 103) dan blanko penghitungan koordinat/poligon (DI 104).

Langkah-langkah perhitungan poligon perapatan dengan jenis tertutup terikat sempurna sebagai berikut : 1).Perhitungan azimuth Azimuth awal dihitung dari dua TDT (BPN 09 dan BPN-STPN 718) yang diketahui koordinatnya baik dari poligon cabang dan poligon utama yang terdekat. Azimuth awal dihitung dengan rumus: AB = arctan ((XB-XA) / (YB-YA)) dimana : AB = azimuth awal 2) .Koreksi sudut (fs) Rumus yang digunakan dalam koreksi sudut keseluruhan adalah: fs = S ((N+2)*180) Dimana: fs =Koreksi sudut s=Jumlah sudut ukuran n =Jumlah titik poligon yang diukur sudutnya Pemberian koreksi tiap sudut perapatan diberi koreksi sebesar : K =fs/n dimana K =Koreksi sudut tiap titik 3).Perhitungan untuk sudut jurusan/azimuth Rumus untuk mencari azimuth sebagai berikut: Azimuth ( Dimana: ( ) 1-2 = awal + 1-180 + k 1 ) 1-2 = azimuth dari titik 1 ke titik 2

awal = azimuth awal ( P-Q) 1 = sudut ukuran di titik 1 k 1 = koreksi sudut ukuran untuk titik 1 40

4). Menghitung jarak antara titik poligon Jarak yang diukur adalah jarak yang menghubungkan titik yang satu dengan yang lainnya di mana dalam pengukuran jarak dilakukan dengan pergi pulang, jarak tersebut dihitung rataratanya sehingga diperoleh jarak rata-ratanya. Dari data-data tersebut dapat menentukan posisi titik poligon Fx = d sin Fy = d cos Dimana : Fx = kesalahan penutup absis Fy = kesalahan penutup ordinat Dari hitungan di atas dapat dihitung besarnya salah penutup linear dari poligon tersebut dengan rumus sebagai berikut: FL = (Fx-Fy) FL tersebut tidak boleh melebihi toleransi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.3 Tahun 1997, toleransi untuk poligon perapatan sama dengan FL (1:5000) Koreksi untuk absis dan ordinat diberikan sebagai berikut: Koreksi absis Kxi=((di/d)* Fx) Koreksi ordinat Kyi=((di/d)* Fy) Dimana: pKxi=Koreksi absis yang akan ditentukan Kyi=Koreksi ordinat yang akan ditentukan di =jarak sisi poligon d =jumlah jarak sisi poligon Ketelitiannya FL : d, angkanya harus lebih besar dari 3000 Dari hitungan tersebut diperoleh data koordinat poligon perapatan dan koordinat yang dihasilkan sebagai titik ikat bidang tanah dan dapat digunakan sebagai rekontruksi batas.

41

b)

Hitungan Luas Bidang Tanah Luas bidang tanah yang dimaksud adalah luas bidang tanah pada bidang proyeksi (bidang datar). Ada beberapa metode untuk penghitungan luas. 1). Menggunakan angka-angka ukur 2). Menggunakan angka-angka koordinat 3). Semigrafis 4). Grafis Metode yang digunakan oleh kelompok XXXV adalah metode angka ukur, artinya penghitungan luas bidang-bidang tanah dengan menggunakan angka hasil ukuran yang diperoleh langsung dari lapangan. 1) Metode Angka Ukur Perhitungan luas dengan metode angka ukur, bidang tanah dapat dibagi ke dalam beberapa segitiga-segitiga yang sisi-sisinya di ukur dengan menggunakan pita ukur, kemudian luas bidang tanah yang bersangkutan dihitung dengan menggunakan rumus S. Dalam menggunakan metode angka ukur ini digunakan beberapa teknik penghitungan luas di dalamnya, antara lain ; (a). Metode segi tiga Cara penghitungannya yaitu setiap bidang tanah dibagi-bagi ke dalam beberapa segitiga, kemudian luas bidang tanah yang bersangkutan diperoleh dari jumlah luas dari masing-masing segitiga yang telah dibagi tersebut. a c e d Gambar 11 Penghitungan luas metode segi tiga 42 b

L = S (S-a) (S-b) (S-c) Dimana: S = (a + b + c) Jika salah satu sisi/diagonal tidak dapat diukur secara langsung (pita ukur) karena terhalang oleh bangunan atau tumbuhan maka pengukuran dapat dilakukan dengan cara: (1). Dengan cara mengukur sudut dengan Thedolite, setelah itu baru dicari panjang diagonal bidang tanah A

a b

Gambar12 Metode pengukuran diagonal dengan Theodolit Maka panjang sisi (misal: A) adalah: A = a + b - 2 ab cos E a dan b adalah sisi yang diukur menggunakan pita ukur dari tempat berdiri alat ke patok/tugu yang akan ditentukan panjang sisinya. (2). Mengukur sudut dengan menggunakan segitiga kecil, setelah mendapatkan nilai ukuran sudut baru mencari panjang diagonal bidang tanah dengan rumus : 1. = arc cos (( ad+af-df )/2ad . af )

2. db = ab + ad - 2ab . ad cos

43

Bangunan

a Gambar 13

Metode pengukuran diagonal dengan segitiga kecil Dimana: db = panjang diagonal yang dicari

ad,af,ab = panjang sisi bidang yang mengapit diagonal = sudut yang dibentuk oleh sisi af dan ad atau

(b)

Metode angka-angka koordinat Pengukuran luas dengan cara ini menggunakan koordinat dari masing-masing titik pojok dari bidang tersebut. Dengan A(XA,YA), B(XB,YB), C(XC,YC)

Gambar 12. Penghitungan Luas dengan Angka Koordinat Rumus penghitungan luasnya adalah : L = ( Xn.Yn+1 Xn+1.Yn )

44

(c)

Metode semigrafis Metode semigrafis yaitu penghitungan luas bidang tanah dengan menggunakan angka-angka ukur pengukuran langsung di lapangan dan data yang diambil dari peta. Cara ini dapat dilakukan karena tidak semua sisi bidang tanah dapat diukur secara langsung, yang penting titik batas tersebut mempunyai ikatan yang kuat sehingga dapat diplotkan dalam peta.

Keterangan : : ukuran langsung di lapangaN : ukuran pada peta

Gambar 13. Penghitungan Luas dengan Metode Semigrafis. LTOTAL = LI + LII + LIII Dengan LI, LII, LIII dapat dicari dengan menggunakan rumus S. (d) Metode Grafis Penghitungan luas dengan metode ini menggunakan data-data ukuran yang semua diambil dari peta, sehingga perhitungan luas dengan menggunakan metode ini sangat memiliki ketelitian yang rendah c) Penyelesaian Dokumen Akhir Peta Dasar Pendaftaran Peta Dasar Pendaftaran adalah peta dokumen-dokumen yang menggambarkan penyebaran TDT dan detil alam seperti sungai, bangunan, jalan dan sebagainya. Setelah terkumpul, kemudian dilaksanakan penyatuan batas dimana semua regu terlibat. Ukuran Peta Dasar Pendaftaran adalah 93 cm x 75 cm yang dibatasi dengan garis penuh, dan di dalamnya terdiri atas: tidak direkomendasikan karena

45

a. Muka peta; ukuran muka peta adalah 50 cm x 50 cm b. Bidang gambar; bagian yang melingkupi muka peta dengan titik pusat sama dengan titik pusat muka peta dan dibatasi dengan garis penuh dengan ukuran 70 cm x 70 cm. c. Kotak keterangan; bagian yang berisi judul, keterangan, legenda, dan pengesahan dengan ukuran 15 cm x 70 cm. Kotak keterangan dibagi menjadi 8 kotak yang berurutan dari atas ke bawah, yaitu : 1) Kotak judul, arah utara dan skala, dengan ukuran 15 cm x 14 cm. 2) Kotak lokasi, dengan ukuran 15 cm x 4 cm 3) Kotak penunjuk lembar peta, dengan ukuran 15 cm x 12 cm. 4) Kotak legenda, dengan ukuran 15 cm x 21 cm. 5) Kotak instansi, pembuat dengan ukuran 15 cm x 3 cm. 6) Kotak proyek dan tahun anggaran, dengan ukuran 15 cm x 2 cm. 7) Kotak pengesahan, dengan ukuran 15 cm x 12 cm. 8) Kotak identifikasi pembuat, dengan ukuran 15 cm x 2 cm. Jarak antara bidang gambar dengan kotak keterangan adalah 2 cm dan jarak antara bidang gambar/kotak keterangan dengan batas tepi peta adalah 3 cm. Cara pengisian Peta Dasar Pendaftaran : a. Di dalam batas format peta (di luar bidang gambar dan kotak keterangan) 1) Di sebelah kiri atas bidang gambar ditulis nama propinsi dengan tinggi huruf 0,8 cm dan tebal huruf 0,8 mm. 2) Di sebelah tengah atas bidang gambar ditulis nama kabupaten/ kotamadya dengan tinggi huruf 0,8 cm dan tebal huruf 0,8 mm. 3) Di sebelah kanan atas kotak keterangan ditulis nomor lembar peta dengan tinggi huruf 0,5 cm dan tebal huruf 0,5 mm. 4) Di sebelah bawah bidang gambar ditulis nomor grid yang berupa nilai absis (X), penulisan dilakukan dari bawah ke atas dengan tinggi huruf 0,2 cm dan tebal huruf 0,2 mm.

46

5) Di sebelah kiri bidang gambar ditulis nomor grid yang berupa nilai ordinat (Y), penulisan dilakukan dari kiri ke kanan dengan tinggi huruf 0,2 cm dan tebal huruf 0,2 mm. 6) Nilai grid (absis dan ordinat) yang dicantumkan hanya nilai grid pada permukaan peta, sehingga pojok-pojok bidang gambar tidak perlu diberi nilai grid. b. Di dalam bidang gambar : 1) Di tepi kiri dibuatkan tanda grid setiap selang 10 cm berupa garis lurus dari kiri kekanan dengan tebal 0,2 mm dan panjang 0,4 cm. 2) Di tepi bawah dibuatkan tanda grid setiap selang 10 cm berupa garis lurus dari kiri ke kanan dengan tebal 0,2 mm dan panjang 0,4 mm. c. Di dalam muka peta: 1) Di tepi kiri dibuatkan tanda grid setiap selang 10 cm berupa garis lurus dari kiri ke kanan dengan tebal 0,2 mm dan panjang 0,4 cm. 2) Di tepi bawah dibuatkan tanda grid setiap selang 100 cm berupa garis lurus dari kiri ke kanan dengan tebal 0,2 mm dan panjang 0,4 cm. 3) Di dalam muka peta dengan selang 10 cm dibuatkan tanda grid berbentuk silang dengan tebal 0,2 mm dan ukuran silang 1 cm x 1 cm. 4) Detil-detil (titik dasar teknik, sungai, jalan, jembatan, batas administrasi, bangunan dan bidang tanah) digambar dengan tebal garis 0,2 mm. 5) Bidang tanah digambar secara penuh di dalam muka peta dan di dalam bidang tanah tersebut ditulis nomor masing-masing bidang tanah.

47

6) Untuk bidang tanah yang melebihi batas muka peta namun sebagian besar luasnya berada pada muka peta, digambar pada muka peta melewati batas muka peta hingga ke bidang gambar. 7) Untuk bidang tanah yang melebihi batas muka peta dan 50% luasnya berada di luar muka peta maka bidang tersebut tidak digambarkan baik dalam muka peta maupun bidang gambar. 8) Jika terdapat bidang atau bidang-bidang tanah yang meliputi sebagian muka peta yang harus digambar pada peta dengan skala berbeda, maka batas dari bidang atau bidang-bidang tanah tersebut digambar dan didalamnya diberi keterangan Lihat Peta Dasar Pendaftaran Nomor .. d. Di dalam kotak keterangan: 1) Kotak judul dan skala : a) Judul yaitu PETA DASAR PENDAFTARAN ditulis dengan tinggi huruf 1,0 cm dan tebal huruf 1,0 mm ditulis pada bagian atas. b) Pada bagian tengah digambarkan arah utara. c) Di bawah arah utara ditulis skala numeris peta dengan tinggi huruf 0,3 cm dan tebal huruf 0,3 mm. Di bawah skala numeris, digambar skala grafis dengan panjang 8 cm, lebar 0,2 cm dan dibagi 5 kolom. 2) Kotak lokasi a) Baris pertama ditulis kecamatan dengan tinggi huruf 0,3 cm dan tebal huruf 0,3 mm. b) Baris kedua ditulis nama desa/kelurahan dengan tinggi huruf 0,3 cm dan tebal huruf 0,3 mm. 3) Kotak petunjuk lembar peta

48

a) Peta

bagian

atas

ditulis

dengan

judul

kotak

yaitu

PETUNJUK LEMBAR PETA dengan tinggi huruf 0,5 cm dan tebal huruf 0,5 mm. b) Pada bagian tengah ditulis diagram lembar peta dengan ukuran 6 cm x 6 cm yang terdiri dari 9 bujur sangkar yang masing-maisng berukuran 2 x 2 cm dengan tebal garis 0,2 mm. c) Bujur sangkar yang terletak di tengah menunjukkan lembar peta dasar pendaftaran bersangkutan dibuat dengan garis lebih tebal dengan ukuran 0,5 mm. d) Bujur sangkar tersebut diberi nomor lembar peta secara keseluruhan, ditulis pada baris pertama dengan tinggi huruf 0,2 cm dan tebal huruf 0,2 mm. e) Bujur sangkar tersebut diberi nomor lembar peta secara keseluruhan, ditulis pada garis pertama dengan huruf 0,2 cm dan tebal huruf 0,2 mm. 4) Kotak legenda a) Pada bagian atas ditulis judul kotak yaitu LEGENDA dengan tinggi huruf 0,5 cm dan tebal huruf 0,5 mm. b) Selanjutnya diiisi simbol-simbol kartografi sesuai PMNA/Ka.BPN No. 3/1997 dengan tinggi huruf 0,2 cm dan tebal huruf 0,2 mm. 5) Kotak Instansi Pembuat Pada kotak ini digambar logo BPN dan dibawahnya ditulis: BADAN PERTANAHAN NASIONAL dengan tinggi huruf 0,6 cm dan tebal huruf 0,6 mm. 6) Kotak Proyek dan tahun anggaran:

49

Pada bagian ini ditulis dalam dua baris, baris pertama ukuran huruf 0,6 cm dan tebal huruf 0,6 mm. Baris kedua dengan ukuran huruf 0,4 cm dan tebal huruf 0,4 mm. PKL PROGRAM DIPLOMA I PPK STPN TAHUN ANGGARAN 2011 7) Kotak Pengesahan Pada bagian atas ditulis tempat dan tanggal pengesahan dengan tinggi huruf 0,3 cm dan tebal huruf 0,3 mm. Di bawah tempat dan tanggal pengesahan ditulis: Untuk Penggunaannya, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul

.............................................. NIP. 8) Kotak Identifikasi Pembuat Kotak untuk menuliskan Nama Program Studi sebagai berikut: PROGRAM DIPLOMA I PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL TAHUN AKADEMIK 2010 / 2011 d) Penyimpanan Data Hasil pengukuran disajikan dalam bentuk digital baik Peta Dasar Pendaftaran, kartiran GU, ataupun hasil edge matching dengan tetangga yang berbatasan.

50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pekerjaan Lapangan Dalam Kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang diselenggarakan di Desa Tirtomulyo, menghasilkan: 1. Hasil Orientasi Lapangan Orientasi atau survei lapangan yang dilaksanakan dalam PKL ini dipandu dengan peta PBB. Hasil yang peroleh oleh regu XXXV dari orientasi lapang ini berupa sketsa kasar bidang yang akan diukur baik sawah maupun pekarangan. Baik yang sudah bersertipikat maupun yang belum bersertipikat. 2. Sketsa Bidang Tanah Setelah melaksanakan kegiatan orientasi lapangan maka akan diperoleh sketsa bidang tanah. Sketsa bidang tanah ini merupakan gambar kasar bidang-bidang tanah dalam satu blok wilayah kerja beserta situasi yang ada disekitarnya, seperti: jalan, bangunan, dan sungai sehingga sangat diperlukan dalam pekerjaan pengukuran selanjutnya, yaitu: 1. Digunakan untuk mengecek jumlah bidang tanah di lapangan dengan jumlah bidang menurut Peta PBB; 2. Digunakan sebagai dasar untuk pembuatan GU, artinya penggambaran bidang-bidang dalam GU dapat disesuaikan dengan sketsa yang telah dibuat; 3. Untuk memudahkan dalam mengidentifikasi lokasi bidang tanah yang akan diukur. 4. Membantu dalam pengisian DI 201. Sketsa bidang tanah dibuat pada kertas ukuran A3 dan A0. Penomoran bidang dimulai dari arah utara timur ke arah kanan, dalam Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, regu XXXV

51

sketsa bidang dicantumkan nama pemilik dan NIB sementaranya. Sketsa bidang tanah dapat di lihat di lampiran 2. 3. Hasil Pengisian Risalah Data Yuridis dan Penetapan Batas (DI. 201) Data yuridis bidang tanah yang dimaksud adalah pengumpulan data yang berkaitan dengan pemegang hak atas tanah, letak bidang tanah, bukti-bukti pendukung seperti SPPT PBB, letter c, serta status tanah dan riwayat kepemilikan tanah. Selain itu dilaksanakan acara penetapan batas yang harus memenuhi asas kontradiktur delimitasi, yaitu kesepakatan penunjukkan batas yang dilakukan oleh pihak pemilik bidang tanah yang bersangkutan bersama pemilik bidang tanah yang berbatasan. Semua hal tersebut diadministrasikan dalam DI.201, yaitu Risalah Penelitan Yuridis dan Penetapan Batas. Pendataan dilaksanakan dengan mendatangi langsung rumah pemilik tanah yang bersangkutan. Pendataan ini dikerjakan dengan pengisian DI.201, yang dalam PKL ini diisi hanya sampai Ruang II. Adapun tata cara pengisian DI.201 adalah: 1. penulisan dengan menggunakan huruf kapital, 2. apabila terjadi kesalahan tidak boleh dihapus, melainkan dicoret kemudian diparaf; 3. untuk kolom yang tidak terpakai dicoret melintang; 4. untuk jawaban pilihan: : untuk jawaban yang benar, Setelah dilakukan pengisian DI 201, pemilik bidang tanah diundang pada hari yang telah ditentukan oleh mahasiswa peserta PKL untuk menunjukkan batas bidang tanah yang bersebelahan. Setelah disepakati, dilakukan pemasangan patok batas yang berdiri di atas bidang tanah tersebut sesuai ketentuan PMNA/KBPN No.3 Tahun 1997, dan penetapan batas dilakukan oleh mahasiswa peserta PKL.

52

Dalam kegiatan PKL kali ini, Regu XXXV menghasilkan 145 buah DI.201. Contoh Daftar Isian 201, dapat dilihat pada lampiran 3. 4. Hasil Pengisian Daftar Data yuridis dan Data Fisik Bidang Tanah ( DI 201C ) Hasil dari data fisik dan data yuridis bidang tanah (DI 201C ) secara garis besar berupa data tentang NIB, luas bidang tanah, nama pemilik, alamat (baik letak tanah tersebut maupun letak pemilik tanah), status kepemilikan, dan keterangan mengenai keadaan tanah. Hasil dari kegiatan ini berupa 5 lembar DI 201 C. Untuk melihat DI 201 C, dapat dilihat pada lampiran 4. 5. Hasil Pemasangan dan Pengukuran Poligon Perapatan Dalam kegiatan PKL ini Regu XXXV membuat jalur Poligon Terbuka Terikat Sempurna dengan 8 titik perapatan. Hal ini dilakukan karena bidang-bidang yang di ukur sebagian besar tidak dapat terjangkau langsung oleh TDT ( Titik Dasar Teknik ) dan Titik Bantu. Untuk melihat DI 103, dapat dilihat pada lampiran 5. Sedangkan DI 104 dapat dilihat pada lampiran 6. 6. Hasil Pengikatan dan Pengukuran Bidang Tanah Pengikatan dan pengukuran bidang tanah yang dilaksanakan oleh Regu XXXV dilakukan dengan cara mengikatkan ke titik ikat yang berupa TDT, dan TDT perapatan. Kegiatan ini menghasilkan data-data ukuran bidang tanah yang akan dipakai dalam proses kegiatan pengukuran dan pemetaan suatu bidang tanah dan untuk rekonstruksi batas. Terutama hasil data-data tersebut digunakan sebagai bahan dalam pengeplotan bidang yang diukur oleh regu XXXV PKL dalam aplikasi autocad.

53

7. Gambar Ukur Daftar isian 107 A atau Gambar ukur adalah dokumen yang memuat data hasil ukuran di lapangan, baik berupa jarak, sudut, azimuth, serta situasi disekitarnya seperti bangunan, jalan, dan sebagainya. Gambar Ukur yang dihasilkan untuk keseluruhan bidang yang oleh kelompok XXXV sebanyak 31 buah. Gambar Ukur yang dibuat telah memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Dapat dihitung luasnya; 2. Dapat dikartir sehingga pengukuran bidang harus diikatkan minimal pada 2 (dua) titik ikat; 3. Dapat direkonstruksi batasnya apabila suatu saat diperlukan. Untuk melihat Gambar Ukur (GU), a. Halaman 1 Halaman 1 Gambar Ukur memuat sketsa lokasi blok atau bidangbidang tanah yang diukur. b. Halaman 2 Halaman 2 Gambar Ukur memuat sketsa bidang blok atau bidangbidang tanah yang diukur, dicantumkan pula data ukuran bidang, azimuth dan koordinat TDT. Syarat pembuatan sketsa bidang sudah diterangkan dalam Bab Pelaksanaan. c. Halaman 3 Halaman 3 Gambar Ukur memuat penggambaran halus atau kartiran dari sketsa bidang pada halaman 2, pengkartiran dapat dilakukan menggunakan print out autocad dengan skala 1 : 1000 dan 1 : 500. Dalam tiap bidang tanah yang sudah terkartir dicantumkan luas bidang tanah dan Nomor Identifikasi Bidang tanah (NIB) sebanyak 5 (lima) digit dan nomor regu. Contoh: 00001/XXXV (Nomor urut bidang/nomor regu). d. Halaman 4 Halaman 4 Gambar Ukur memuat persetujuan batas bidang tanah yang berisikan nama-nama pemilik tanah yang bersebelahan dan

54

tanda tangan yang bersangkutan. Bagi pemilik tanah yang tidak bisa tanda tangan digunakan cap jempol tangan yang bersangkutan. Gambar Ukur dapat dilihat pada lampiran 7. B. Pekerjaan Studio 1. DI 104 (Daftar hitungan koordinat poligon) Hasil pengisian DI 104 ini sebanyak 1 lembar yang berisi hasil perhitungan koordinat perapatan yang diperoleh dari data ukuran dalam DI 103 2. Hasil Perhitungan Luas Bidang Tanah Luas bidang tanah yang dimaksud adalah luas bidang tanah pada bidang proyeksi (bidang datar). Dalam penentuan luas bidang tanah, Regu XXXV menggunakan metode angka ukur dan autoCAD. Rumus yang dipakai dalam perhitungan luas bidang tanah oleh Regu XXXV dalam PKL ini, yaitu: L = S.(S-a).(S-b).(S-c) dimana : S = (a+b+c) Contoh perhitungan luas dengan menggunakan rumus S, dapat dilihat pada lampiran 6. Untuk melihat tabel rincian luas keseluruhan bidang tanah yang diukur oleh regu XXXV, dapat dilihat pada lampiran 8. 3. Peta Manuskrip Peta manuskrip menghasilkan gambar bidang tanah secara keseluruhan beserta situasi disekitarnya yang masuk dalam nomor lembar peta tersebut. Skala yang digunakan yaitu 1:1000. Peta manuskrip digunakan untuk mengecek apakah bidang tanah tersebut bisa digunakan,

55

bisa digambar dan apakah bidang tersebut overlap dengan bidang lain yang wilayahnya berdekatan. Peta manuskrip juga digunakan sebagai dasar pembuatan Peta Dasar Pendaftaran. Peta manuskrip dibuat dengan menggunakan bahan dan alat yang disediakan oleh panitia PKL, dan tercantum di BAB II (Perencanaan). Beberapa a. c. hal yang diperhatikan sehubungan dengan teknik penggambaran: Pengecekan jarak antara titik dasar teknik yang telah diplotkan; Penggambaran manuskrip Peta Dasar Pendaftaran sesuai dengan lembar petanya; d. Seni menggambar, ketelitian dan kerapian hasil. 4. Print Out Peta Dasar Pendaftaran Merupakan penggambaran bidang-bidang tanah dalam proyeksi TM-30. Dalam pembuatan peta dasar pendaftaran, bidang-bidang tanah tersebut tidak boleh overlap, baik dengan bidang sendiri maupun dengan bidang regu XXXV, yang berbatasan dengan kami. Penggambaran dilakukan secara digital. Dalam bidang tanah yang terdapat di Peta Dasar Pendaftaran yang ditampilkan adalah NIB baik sementara bila belum bersertipikat dan yang sudah bersertipikat maka menggunakan NIB sertipikat. Kedua di tampilkan status bidang tanahnya sawah (S) atau (P) untuk pekarangan kemudian yang terakhir adalah luasnya. Penulisan di dalam bidang tanahnya harus Arial dengan tinggi 1 cm dan semua warna layer dimatikan atau berwarna putih polos. Untuk pembuatan Peta Dasar Pendaftaran semua regu melakukan kerjasama dalam penyatuan hasil khususnya yang berbatasan. Dari hasil yang didapatkan maka berhasil diperoleh 2 lembar Peta Dasar Pendaftaran oleh regu XXXV yaitu, 49.1-43.057-03-8 dan 49.1-43.05703-5. dapat dilihat pada lampiran 7. b. Pengecekan posisi tanda batas terhadap titik-titik ikatnya;

56

C.

Hambatan Dan Penyelesaianya. Pada BAB III dalam melaksanakan pekerjaan lapang telah diuraikan mengenai permasalahan yang dihadapi oleh regu XXXV adapun garis besar permasalahan yang kami hadapi selama proses Praktek Kerja Lapangan berlangsung, di antaranya yaitu : 1. Sulitnya mengidentifikasi wilayah area kerja, karena proses identifikasi berdasarkan Peta PBB, sedangkan peta tersebut berbeda kenyataannya di lapangan. Kesulitan mengidentifikasi lokasi juga muncul diakibatkan cukup luasnya areal pengukuran. 2. Titik-titik dasar teknik yang telah dipasang tidak menjangkau wilayah areal kami, sehingga perlu dilakukan pembuatan titik perapatan di beberapa lokasi yang strategis untuk pengikatan bidang-bidang tanah. 3. Banyak bentuk bidang tanah yang rumit karena separuh wilayah kami berupa pekarangan sehingga pengukuran perlu proses yang cukup lama dikarenakan banyaknya pengikatan. 4. Pada proses pengumpulan data yuridis, kesulitannya yaitu adanya beberapa pemilik tanah yang tidak bisa dijumpai karena tidak tinggal di tempat, sedangkan kerabat yang bersangkutan tidak dapat memberikan keterangan. 5. Waktu pengukuran di persawahan yang memerlukan bentangan pita ukur yang cukup panjang, angin sangat mengganggu saat hendak membaca pita ukur khususnya siang dan sore hari. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut dilakukan beberapa cara diantaranya : 1. Minta bantuan kepada Pak Dukuh yang lebih mengetahui informasi mengenai penduduk yang membayar pajak sesuai dengan bidang tanahnya. Sehingga dapat diketahui letak tanah sesuai dengan pemilik tanah di Peta Blok PBB. Dengan begitu memudahkan kami untuk mengidentifikasi area yang akan dilaksanakan pengukuran.

57

2. Untuk membuat titik perapatan, kami menggunakan alat ukur Total Station, sehingga pengambilan data-data ukuran maupun sudut dapat dilakukan dengan cepat dan mudah dibandingkan dengan alat ukur sudut kami yang hanya memiliki ketelitian 20 dan meteran sebagai alat ukur jarak. 3. Untuk mengukur bidang-bidang yang rumit untuk diukur, kami mengkonsultasikan kepada instruktur maupun asisten instrukur. 4. Meminta informasi melalui kepada Pak Dukuh mengenai tanah-tanah yang bersangkutan. 5. Melaksanakan pengukuran di pagi hari karena bidang kami merupakan tanah persawahan semua.

58

BAB V PE NUTUP A. Kesimpulan Kelompok XXXV berhasil melaksanakan pengukuran sebanyak 145 bidang tanah yang semuanya merupakan tanah persawahan dan pekarangan. Selain kegiatan pengukuran terhadap bidang-bidang tanah tersebut kami juga mengumpulkan data yuridis yang dituangkan dalam DI 201. Penyelenggaraan kegiatan PKL ini sangat bermanfaat bagi para mahasiswa program DI PPK STPN Yogyakarta karena melalui kegiatan ini mahasiswa lebih memahami berbagai masalah kompleks yang semula tidak pernah kami duga ataupun yang hanya kami terima lewat bangku kuliah saja. Hasil PKL ini bermanfaat bagi BPN dan masyarakat karena memberikan kemudahan bagi kedua belah pihak khususnya dalam hal pendaftaran tanah dalam rangka penerbitan sertipikat. Berdasarkan hasil dan pembahasan, penyusun dapat mengambil kesimpulan : 1. Kegiatan PKL merupakan suatu proses dalam rangka pendaftaran tanah yang disertai dengan pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah beserta penghitungannya. Keseluruhan kegiatan PKL tersebut menghasilkan Peta Dasar Teknik dan Peta Dasar Pendaftaran yang disertai dengan Gambar Ukur dan dapat digunakan untuk proses pendaftaran tanah/hak atas tanah untuk daerah yang bersangkutan, maupun instansi pemerintah yang berkepentingan. 2. Khusus bagi BPN, peta hasil di lapangan beserta tugu-tugu kerangka dasar pemetaan yang telah terpasang, dapat dimanfaatkan sebagai titik referensi pengukuran lainnya, dan pengambilan batas di kemudian hari. 3. Kegiatan ini merupakan sarana untuk melatih mahasiswa untuk bekerja sama dalam kelompok (team work) secara profesional, berwibawa, bertanggung jawab, dalam mengabdikan diri kepada masyarakat sehingga benar-benar menjadi tenaga siap pakai. 4. Hasil PKL yang diperoleh dari Regu XXXV antara lain:

59

a. b.

Sketsa bidang tanah dalam A3 dan A0, Daftar Isian 201 (Risalah Penelitian Data Yuridis dan Penetapan Batas), yang dalam kegiatan PKL kali ini, Regu XXXV menghasilkan 145 buah DI.201.

c. Daftar Isian 103 (Data Ukuran Poligon Detail) sebanyak 1 lembar. d. Daftar Isian 104 (Hitungan Koordinat poligon) sebanyak 1 lembar. e. Daftar Isian 107A (Gambar Ukur) sebanyak 9 buah. f. Daftar Hitungan Luas. sebanyak 5 lembar. h. Peta Dasar Pendaftaran sebanyak 2 lembar. i. Peta Bidang Tanah, sebanyak 2 lembar. Hasil kegiatan PKL tersebut diharapkan nantinya dapat dimanfaatkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul, dan mahasiswa nantinya lebih siap dalam bekerja di lapangan. B. Saran 1. Sebelum diadakan Praktek Kerja Lapangan, hendaknya dilakukan penyuluhan tepat pada waktunya. Sehingga proses Praktek Kerja Lapangan dapat dikerjakan tepat pada waktunya dan diharapkan penduduk telah mengerti maksud diadakannya Praktek Kerja Lapangan serta pemasangan tanda batas bidang tanah yang memenuhi asas kontradiktur delimitasi sehingga membuat prosesnya lebih efektif dan efisien. 2. Sebelum praktek di lapangan, mahasiswa hendaknya diberi petunjuk / pengarahan dan berdiskusi secara bersama-sama tentang hal-hal yang akan dikerjakan di lapangan; 3. Perlu peningkatan koordinasi antara Instruktur dan lembaga yang mengurusi program DI PPK dengan Kantor Pertanahan Bantul supaya tidak ada perbedaan persepsi yang dapat membingungkan peserta PKL. g. Daftar Isian 201C (Daftar Data Fisik dan Data Yuridis Bidang Tanah)

60

4. Sarana dan prasarana dalam pelaksanaan PKL agar terus diperbanyak / diperbaharui, demi memperlancar proses kegiatan. Misalkan meteran yang digunakan standard yaitu meteran baja bukan fiberglass yang notabene akan mudah melar bila sering digunakan. Theodolit yang dipinjamkan kepada setiap regu hendaknya dicek lagi dengan teliti sehingga tidak ada kejadian bacaan piringan horizontal maupun vertikal tidak terbaca lewat lup.

61

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1997, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. , 1997, Petunjuk Teknis Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Menteri Pengukuran dan Pemetaan Pendaftaran Tanah, Kantor Menteri Negara Agraria / Badan Pertanahan Nasional, Jakarta. , 2010, Panduan dan Petunjuk Teknis Praktek Kerja Lapangan Program Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Yogyakarta. Petunjuk Teknis, 2002, Petunjuk Teknis PMNA/KBPN Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengukuran dan Pemetaan Pendaftaran Tanah, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Jakarta.

62 62

BIODATA PENYUSUN

Nama Nim Tempat Tanggal Lahir Alamat Agama Riwayat Pendidikan      

: Firmansyah Ary Jona : 10/DI/3559 : Lhokseumawe, 12 0ktober 1988 : Jl. Samudera, Kp. Jawa Lama, Aceh. : Islam. :

SD Muhammadiyah Kota Lhokseumawe SLTP Negeri 17 Kota Pekanbaru. SMK Muhammadiyah 01 Kota Pekanbaru. SMA Negeri 2 Kota Lhokseumawe. Diploma III Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe. Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Yogyakarta (Saat Ini)

63

Anda mungkin juga menyukai