Anda di halaman 1dari 10

Alasan Biaya Logistik RI Tinggi Idris Rusadi Putra - Okezone Kamis, 10 November 2011 18:31 wib 0 0 Email0

Ilustrasi. Corbis. JAKARTA - Biaya logistik Indonesia sekarang ini masih tinggi. Bahkan rating biaya logistik Indonesia dari gross domestic bruto (GDP) mencapai 26 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dari Thailand yang hanya sekitar 20 persen. Sedangkan Jepang sudah di angka 16 persen, "Kita tidak kejar Jepang, berbeda. Kita juga tidak bisa disamakan dengan negara-negara kontinen, kita negara kepulauan, targetnya kira-kira turun, yang menurut kita realistis adalah kita bisa menurunkan biaya terhadap GDP itu menjadi sekitar 20-22 persen," jelas Wamendag Bayu Krisnamurti ketika ditemui di JHCC, Jakarta, Kamis (10/11/2011). Bayu menjelaskan, guna menurunkan biaya logistik dapat dilakukan dengan bermacam cara, salah satunya adalah membereskan hal-hal yang tidak membutuhkan investasi besar dengan cara menelisik satu-persatu dari seluruh biaya logistik. "Bagian terdalam adalah masalah peraturan dan waktu dari tunggu kapal. Kalau itu memang dari aturan bisa dikurangi, itu bisa menambah bunga dan biaya," jelas Bayu Adapun cara lainnya yakni dengan investasi bidang logistik. Kementerian Perdagangan (Kemendag), kata Bayu, diharapkan

punya strategi yang jelas untuk sitem logistik. "Mirip jaringan telekomunikasi, listrik atau air. Contohnya seharusnya transportasi Jakarta ke Surabaya berbeda dengan Jakarta-Bandung," jelasnya Dia mencontohkan, Surabaya yang merupakan basis logistik sehingga dibutuhkan sistem pengiriman logistik yaitu menggunakan kereta api double track, kontainer, atau menggunakan kapal laut. "Tapi bagi kota yang mempunyai logistik yang lebih kecil, misalnya Surabaya Jakarta menggunakan kontainer, lalu Jakarta Bogor menggunakan truk," tambahnya Setelah cara tersebut direalisasikan, nantinya baru Bea Cukai yang akan melakukan pengawasan. "semua akan mengikuti," tambah dia. Bayu mentargetkan, pada 2014 sampai 2015 biaya logistik dapat turun menjadi 22 persen, "Itu targetnya, actionnya, itu bisa ditanyakan semuanya, impor nggak ada, banyak di Bea Cukai, di Kemendag cuma di ijin perusahaannya sebelum jadi logistik, tapi lebih ke kementerian lain," pungkasnya. (mrt) (rhs) Arus Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Priok Akhir Tahun 2011 Capai Lima Juta TEUs November 21, 2011 | Posted in News Pelindo II dukung pemerintah segera membangun terminal peti kemas untuk mendukung kelancaran arus barang dari dan ke Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, 18 November 2011 Pelabuhan Tanjung Priok sebagai salah satu pintu gerbang utama keluar masuk barang memegang peranan penting dalam roda perekonomian dan perdagangan di Indonesia. Hal ini terlihat dari trafik peti kemas internasional dan domestik di Pelabuhan Tanjung Priok yang tumbuh 24,5 persen pada 2009 hingga 2010 dan 27,6 persen pada tahun 2010 hingga 2011, serta peningkatan rata-rata 26 persen per tahun. Untuk arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok sendiri, pada tahun 2009 tercatat mencapai 3,7 juta TEUs dan pada tahun 2010 mencapai 4,7 juta TEUs. Angka ini kembali meningkat dimana terhitung pada bulan November 2011, arus peti kemas mencapai kapasitas maksimum pelabuhan yaitu lima juta TEUs. Besar arus peti kemas yang mendekati kapasitas maksimum pelabuhan membuat urgensi pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok menjadi semakin tinggi. Menanggapi hal tersebut, General Manager PT Pelindo II cabang Tanjung Priok Cipto Pramono mengatakan, Peningkatan

arus peti kemas melalui Pelabuhan Tanjung Priok menunjukkan sinyal positif atas volume perdagangan di Indonesia. Bersamaan dengan hal itu, kami menerapkan strategi jangka pendek diantaranya melalui penambahan alat bongkar muat, penerapan sistem layanan berbasis online serta kerja sama dengan pihak eksternal. Dengan demikian, kami berharap dapat efisiensi layanan dapat terus ditingkatkan sehingga kegiatan bongkar muat dapat berjalan lancar. Pada pertengahan tahun 2011 ini, PT Pelindo II cabang Tanjung Priok menanamkan investasi penambahan alat bongkar muat (crane) yang akan didatangkan secara bertahap hingga tahun 2012. Alat bongkar muat ini terdiri atas 2 unit Quay Container Crane (QCC) dan 11 unit Luffing Container Crane (LCC). Untuk mendukung investasi crane tersebut, Pelindo II juga mengadakan kerja sama dengan PT Telkom diwujudkan melalui Indonesia Logistic Community Service (ILCS) yang berbasis information and communication technology dalam menciptakan platform online terintegrasi. Platform ini diharapkan dapat memudahkan para pengguna layanan logistik baik dalam maupun luar negeri memonitor dan mengatur dengan baik aliran barang, dokumen dan pembayaran serta melakukan tata kelola aset pengguna layanan (seperti kapal, truk, kargo, kontainer) dengan mudah murah dan aman kapanpun dan dimanapun sehingga dapat menekan biaya logistik dan waktu. Siaran Pers PT Pelindo II (Persero) 2 Seiring dengan penambahan alat bongkar muat dan efisiensi layanan kepelabuhanan, Pelindo II menargetkan penambahan volume peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok sebesar rata-rata satu juta TEUs pada tahun mendatang. Ketersediaan infrastruktur yang memadai tentunya menjadikan pelabuhan ini menarik untuk disinggahi kapalkapal dengan muatan besar yang dengan rute perjalanan langsung ke tempat tujuan. Hal ini diharapkan dapat merangsang pertumbuhan bisnis dan ekonomi di Indonesia karena berarti biaya logistik dapat ditekan karena kapal-kapal tersebut tidak perlu singgah di pelabuhan lain untuk memindahkan muatan, ujar Cipto. Sebagai gambaran, peti kemas di beberapa hub port lainnya seperti di Pelabuhan Antwerp Belgia mencapai 8,4 juta TEUs pada 2010 dari 7,3 juta TEUs di tahun 2009 dan 7 juta TEUs tahun 2004. Sementara di Pelabuhan Hamburg arus peti kemas pada 2010 mencapai 7,91 juta TEUs dari 7 juta TEUs di tahun sebelumnya. Belajar dari pelabuhan-pelabuhan di luar negeri, sebagai operator pelabuhan Pelindo II terus berupaya memaksimalkan potensi yang dimiliki Pelabuhan Tanjung Priok

melalui investasi dan pengembangan dari dalam. Pelabuhan Tanjung Priok memiliki potensi dan peran besar dalam rantai logistik Indonesia dimana 75 persen arus barang di Indonesia keluar dan masuk melalui pelabuhan ini. Maka dari itu Pelindo II terus menggenjot produktivitas pelabuhan dan kami memproyeksikan arus peti kemas tahun 2011 ini akan mencapai enam juta TEUs, ujar Cipto. Namun untuk mengantisipasi kenaikan volume barang, perluasan kapasitas lahan pelabuhan tidak bisa dipungkiri lagi untuk mencegah Tanjung Priok dari stagnasi. Menilik situasi beberapa tahun lalu di pelabuhan di Eropa seperti Pelabuhan Antwerp serta Hamburg yang merupakan pelabuhan terbesar kedua dan ketiga di Eropa dari segi arus peti kemas, Pelabuhan Tanjung Priok dengan arus peti kemas saat ini yang diperkirakan rata-rata pertumbuhannya lima ratus ribu hingga satu juta TEUs per tahun dapat disejajarkan dengan kedua pelabuhan tersebut. Pelabuhan Tanjung Priok memiliki potensi besar untuk dapat bersaing dengan pelabuhan lainnya. Di lain pihak, arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok yang mencapai lima juta TEUs akhir 2011 ini menjadi sinyal bahwa pengembangan pelabuhan ini sudah sangat mendesak apabila kita ingin bersaing dengan negara lainnya di kawasan regional. Untuk itu, Pelindo II terus mendukung program pemerintah untuk mempercepat pembangunan terminal peti kemas Kalibaru Utara yang pembangunan tahap pertamanya diproyeksikan dapat mengakomodir arus peti kemas sebesar 1,9 juta TEUs. Bila pengembangan pelabuhan tidak dilakukan saat ini, maka kesempatan pertumbuhan bisnis ini akan diambil oleh negara lain , terang Direktur Utama PT Pelindo II Richard Joost Lino. selesai Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: Rima Novianti Sekretaris Perusahaan PT Pelindo II (Persero) Telp: +6221 4301080 Email: rima_hardiyanto@yahoo.com Continue reading

In@Log sebagai Indonesia Logistics Community Services (ILCS), Sinergi 16 BUMN November 21, 2011 | Posted in News Locally Integrated, Globally Connected menjadi semangat untuk meningkatkan level kompetisi Indonesia di mata dunia usaha.

Menekan biaya logistik menjadi tujuan utama terbentuknya sinergi antara 16 BUMN terkait dalam bidang logistik di Indonesia. Hal ini dilakukan sesuai dengan rencana yang tertuang dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Dijalankan dengan tiga strategi utama yaitu pengembangan potensi ekonomi melalui koridor ekonomi, penguatan konektivitas nasional, dan penguatan kemampuan SDM dan IPTEK Nasional. Jakarta, 15 September 2011 Arahan Presiden RI untuk percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi di Indonesia dengan salah satu programnya adalah penguatan konektivitas Nasional diwujudkan melalui Indonesia Logistics Community Services (ILCS). ILCS adalah layanan logistik secara elektronik yang berbasis soft infrastructure dan telah ditandatangani dalam Memorandum of Understanding (MoU) oleh 16 pimpinan BUMN terkait, disaksikan oleh Sumaryanto Widayatin, Deputi Menteri BUMN bidang Logistik dan Infrastruktur. Sumaryanto Widayatin, mewakili Menteri BUMN dalam sambutannya menyatakan,Sektor logistik nasional dinilai belum siap menghadapi liberalisme ekonomi masyarakat ASEAN (Asean Economic Community 2011) menyusul kenyataan masih kurangnya koneksi antar moda transportasi. Sementara itu, Indonesia tidak bisa tinggal diam menghadapi persaingan di sektor logistik yang semakin ketat terutama setelah implementasi ASEAN Economic Community pada tahun 2015. Untuk itu, dalam empat tahun ke depan pelaku usaha dan jaringan logistik nasional seharusnya berupaya agar dapat lebih kompetitif di sektor ini dengan cara menekan biaya logistik. Saat ini biaya logistik di Indonesia mencapai 30% dari biaya produksi dan menyerap 24% dari total GDP, sementara negara maju yang menjadi tolak ukur kemajuan ekonomi seperti Amerika Serikat atau negara berkembang lainnya Vietnam, Thailand, Malaysia dan China mampu menekan hingga di bawah 10%. Penguatan konektivitas nasional perlu dilakukan, baik secara hard maupun soft infrastructure. ILCS (Indonesia Logistics Community Services) adalah layanan end to-end yang bertujuan mewujudkan konektivitas nasional untuk mendukung pencapaian ketiga objektif konektivitas nasional secara serempak yaitu; menghubungkan pusatpusat pertumbuhan, menghubungkan daerah tertinggal, dan menghubungkan daerah terpencil. Bayangkan juga dampaknya pada

pertumbuhan ekonomi penyangga di masyarakat ketika ILCS ini telah berjalan, demikian diungkapkan oleh RJ Lino, Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II, di sela-sela penandatangan MoU. ILCS menguatkan konektivitas nasional secara non-fisik berbasis Information Communications Technology (ICT). Bila berjalan semestinya, ILCS akan menjadi Soul of Economic Connectivity yang memiliki tujuan memudahkan para pengguna layanan logistik baik dalam maupun luar negeri, memonitor dan mengatur dengan baik aliran barang, aliran dokumen dan pembayaran, serta melakukan tata kelola aset mereka (seperti kapal, truck, cargo, kontainer) dengan mudah, murah dan aman, kapan pun dan di mana pun. Indonesia membutuhkan sistem logistik terpadu yang multimoda dengan sistem distribusi yang efektif dan efisien, diantaranya; pertama, mengurangi biaya, waktu, transaksi dan mendapat kualitas yang lebih terjamin bagi barang dan jasa. Kedua, pembentukan sistem informasi yang terintegrasi mulai dari pengumpul, pengolah, penyimpan dan penyebar informasi kepada setiap stakeholder yang dilandasi kepercayaan, antara lain dengan mendukung kinerja dari produktivitas masing-masing anggota dalam mata rantai sistem logistik dan transportasi di Indonesia. Pelindo II sebagai penyedia dan pelaksana jasa kepelabuhan di Indonesia telah mempunyai hubungan yang baik dengan penyedia dan pelaksana jasa kepelabuhan di seluruh dunia. Dengan dasar ini, Pelindo II siap untuk berperan aktif dalam pengembangan dan pelaksanaan Indonesia Logistic Community Service (ILCS) Penerapan ILCS menjadi sebuah keharusan dalam peningkatan keamanan dan kepastian transaksi bagi pengguna layanan logistik. Di satu sisi, hal ini dapat membuat Indonesia mampu bersaing dalam kegiatan perdagangan di dunia Internasional sedangkan di sisi yang lain ILCS akan semakin mempersempit kesenjangan kemakmuran antara satu daerah dan ketertinggalan daerah yang lain. Diharapkan program ILCS dapat berjalan dengan baik karena telah mendapat dukungan penuh dan dan partsipasi aktif dari 16 BUMN beserta Pemerintah tutup RJ Lino. selesai

Untuk informasi selanjutnya, hubungi: Hambar Wiyadi Rima Novianti Kepala Humas PT Pelabuhan Indonesia II Sekretaris Perusahaan PT Pelabuhan Indonesia II HP: +62 812 919 3946 Telepon: +62-21-43911710 Email: hambarwiyadi2002@yahoo.com Email: corp_sec@i

Bea Cukai Akan Ada MoU dengan 18 Kementerian Lembaga


Untuk mengurangi biaya yang harus dibayarkan di pelabuhan, Ditjen Bea dan Cukai akan mengadakan memorandum of understanding (MoU) dengan 18 kementerian Lembaga (K/L). Mantan Dirjen Bea Cukai Thomas Sugijata mengatakan untuk meminimalisir biaya yang harus dibayarkan di pelabuhan maka Bea Cukai akan melakukan kerjasama dengan para stakeholder. Stakeholder itu kurang lebih kementerian dan lembaga, itu kan ada delapan belas, pokoknya yang menyangkut dengan pelabuhan kita MOU, kata Thomas di kantor Kementerian Keuagan, Jakarta, Senin malam (25/4/2011). Thomas memberitahukan bahwa perjanjian kerjasama itu diharapkan bisa diselesaikan awal semester dua ini. Dia juga mengklaim dengan adanya perjanjian ini maka bisa meminimalisir atau bahkan menghilangkan pungutan liar. Makanya Bea Cukai untuk tahun ini akan melakukan MoU dengan stakeholderstakeholder yang ada. Targetnya bulan Juli kita mou mengenai masing-masing sepakat untuk tidak ada pungli lagi, ujar dia. Kata Thomas, Mou bukanlah hal yang baru dilakukan oleh Bea Cukai. Bea Cukai sendiri sudah mengadakan perjanjian kerjasama dengan berbagai asosiasi, dan sekarang akan melakukan dengan para stakeholder. Kita mou dengan berbagai instansi yang disebut tadi. KPU sudah melakukan MoU dengan asosiasi, sekarang dengan stakeholder, jelas dia. Thomas optimis dengan perjanjian kerjasama ini akan memperlancar proses keluar masuk barang dipelabuhan Tanjung Priok. Dan itu efeknya pasti tentunya akan menjadi lebih lancar dan itu kita masukkan dalam, tukasnya.

(diadaptasi dari http://economy.okezone.com/read/2011/04/26/20/449934/bea-cukaibakal-teken-mou-dengan-18-k-l)

Artikel Lain :

INSA Minta Pemerintah Hanya Buka 4 Pelabuhan Banyak Pelabuhan Tikus di Batam PT ASDP Indonesia Ferry Membeli 6 Ferry Bekas Truk Mogok, 15 Kapal Kargo Tak Bisa Merapat di Pelabuhan Tanjung Priok

April 27, 2011 at 2:48 pm Tidak ada izin impor ikan kembung Profil Agung Kuswandono Direktur Bea Cukai Baru

Post a Comment
Your email is never shared. Required fields are marked * Name * Contoh Artikel Lingkungan Hidup | Contoh Artikel Bencana Alam - Contoh ArtikelBencana Alam, Contohcontoh artikel koran, koran, pencemaran lingkungan: Contoh Artikel Bencana Alam: Ada sekitar 28 tenaga kerja Indonesia (TKI) yanh bekerja sebagai perawat (nurse) dan pekerja perawat (care workers) di daerah tsunami Jepang. 15 Di antaranya belum bisa dikontak. Crisis Centre Kemenakertrans untuk Tsunami Jepang menyatakan hal itu dalam rilisnya berdasarkan hasil pantauan dari Japan International Corporation of Welfare Services (JICWELS) pada pukul 09.30 WIB, Minggu (13/3/2011). Mereka tersebar di beberapa prefektur yang terkena tsunami, sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Miyagi (jumlah nurse 3 dan careworkers 6 orang) Iwate (careworkers 2) Fukushima (nurse 4) Aomori (nurse 4 dan careworkers 9)

"Khusus di Prefektur Aomori semua selamat dan berada di rumah sakit dan panti jompo. Sedangkan di tiga prefektur lain komunikasi belum dapat dilakukan karena jaringan rusak sehingga situasinya belum terpantau jelas," jelas Crisis Center Kemenakertrans. Tim evakuasi KBRI telah tiba melalui jalur darat ke daerah bencana dan pihak JICWELS akan tetap memantau dan menyampaikan laporan keadaan TKI di 3 daerah. Perkembangan terakhir tentang para nurse dan careworkers akan dipantau terus. Kemenakertrans membuka Crisis Centre Tsunami Jepang di nomor 0815 744 7776, 0816 164 2613, 0815 187 3081 dan 0815 187 3081. Juga dapat dibuka website www.pemagangan.com. Contoh Artikel Koran:

Membunuh Media, Mencederai Warga Ditulis oleh Bimo Nugroho Senin, 06 September 2004 00:00 Sumber: Opini - Koran Tempo

Apakah kita memiliki kebebasan? Apakah kita merasa memiliki kebebasan? Apakah kita cuma seolah-olah merasa memiliki kebebasan? Kebebasan secara esensial membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain. Oleh karena itu, kebebasan menjadi asasi manusia, baik hak maupun kewajiban. Jadi, jawaban atas pertanyaan pertama menjadi haqul mutlak adanya: ya, kita memiliki kebebasan. Apakah kita merasa memilikinya atau tidak, itu ditentukan oleh tingkat kesadaran sosial-politik tiap individu. Maka, muncullah gradasi kebebasan yang perbedaannya secara halus dipengaruhi oleh pendidikan, bacaan, dan pergaulan seseorang. Orang berjuang keras supaya berpendidikan, kaya, dan punya jaringan luas, ujungujungnya toh, memperbanyak pilihan untuk bebas. Sebaliknya, orang bisa mengabaikan sekolah, kekayaan, dan koneksi luas, karena ia merasa tanpa itu semua ia sudah menjadi manusia bebas. Kekayaan dan kekuasaan tidak mempunyai nilai ketika keduanya tak menambah pilihan bebas. Bahkan kekayaan dan kekuasaan bisa menjadi mengerikan tatkala menindas kebebasan. Pada saat manusia menindas kebebasan, pada titik itulah sesungguhnya ia cuma seolah-olah merasa memiliki kebebasan. Ini adalah sebuah kesadaran palsu. Sebab, ketika ia membunuh kebebasan, setali tiga uang pula ia sedang mencederai kemanusiaannya. Kasus Bambang Harymurti Pengadilan atas Bambang Harymurti dan dua wartawan Tempo hari ini, juga peristiwa-peristiwa yang menimpa lembaga pers lainnya seperti majalah Trust, harian Rakyat Merdeka, dan Jawa Pos, bukanlah semata-mata kasus hukum, melainkan terlebih merupakan kasus pembunuhan atas kebebasan dan pencederaan terhadap asasi kemanusiaan. Mengapa demikian? Analogi kerja jurnalis seperti halnya kerja seorang dokter barangkali bisa menerjemahkan filsafat kebebasan dengan kata-kata yang sederhana dalam tulisan yang singkat ini. Tugas jurnalis sama dengan tugas dokter, yaitu menyelamatkan manusia untuk hidup bebas. Dokter memeriksa, menelisik, dan memberi obat, bahkan bila perlu melakukan operasi bedah. Jurnalis mewawancara, mencari, dan memberi informasi, bahkan bila perlu melakukan investigasi. Dokter mempunyai prosedur standar kerja dan kode etik, jurnalis pun wajib bekerja sesuai dengan prosedur standar dan kode etiknya. Jika tidak, keduanya bisa dituduh malapraktek dan dipecat dari profesinya. Apakah dengan mengikuti prosedur standar dan kode etiknya, dokter dan jurnalis dipastikan dapat menyelamatkan manusia untuk hidup bebas? Apakah dokter yang baik pasti menjamin pasiennya tak akan mati? Apakah wartawan yang baik pasti menjamin khalayak mendapat informasi yang tak terbantahkan? Belum tentu. Pasien mungkin mati dan informasi bisa salah. Tetapi, dokter dan jurnalis tak bisa dihukum jika ia sudah bekerja sesuai dengan prosedur standar dan kode etiknya. Siapa yang mau jadi dokter dan jurnalis jika dalam setiap proses kerjanya bisa diganggu gugat atau dikriminalisasi? Setiap intervensi dari siapa pun terhadap kerja mereka justru bisa mengacaukan hasil dan independensi pekerjaannya. Di situlah dokter dan jurnalis mempunyai kebebasan otonom dalam kerja profesinya. Kebebasan itu diberikan bukan untuk enak-enakan, kerja semaunya, melainkan demi menjamin kemaslahatan hidup manusia. Nah, bagaimana jika semua standar kerja dan kode etik sudah diikuti, toh pasien mati atau berita ternyata salah? Pergulatan manusia dengan kebebasan telah menemukan sebuah konsep yang dikenal luas: kebebasan memperoleh informasi. Pihak yang dirugikan dapat mengajukan klaim atas kebenaran informasi, dan dokter atau jurnalis wajib memberikan jawaban kepada pihak yang berhak tersebut. Indonesia belum memiliki UU Kebebasan Memperoleh Informasi dan lembaga yang memfasilitasi warga seperti Komisi Informasi. Tetapi, ada Ikatan Dokter Indonesia dan Dewan Pers yang bisa menjadi forum arbitrase untuk klaim atas kebenaran informasi. Bila proses arbitrase ini dijalankan, khususnya untuk kasus pers, kita bisa meyakini bahwa sesungguhnyalah kita memiliki kebebasan pers dan memang merasa memiliki kebebasan pers. Sebaliknya, kriminalisasi pers dengan tuntutan di pengadilan hingga membunuh media (bahkan overkilling!) hanya menunjukkan kesadaran palsu akan kebebasan.

Mereka yang melakukannya barangkali tak menyadari bahwa membunuh media berarti mencederai warga, termasuk kemanusiaannya sendiri. Penulis mendukung pernyataan Komite Antikriminalisasi Pers yang meminta supaya majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang mengadili kasus Tempo membebaskan Bambang Harymurti dan dua jurnalisnya. Lebih dari sekadar persoalan Tempo, kasus ini, seperti halnya yang menimpa media-media lain, merupakan persoalan bersama dalam upaya menegakkan demokrasi dan kebebasan. Sebagai warga, kita telah dicederai karena media-media tak lagi bebas memberikan informasi yang kita butuhkan. Pilihan informasi yang kita punya pun makin terbatas. Citizen Lawsuit, Sekali lagi sebagai warga, kita tak bisa membiarkan kasus-kasus kriminalisasi pers ini makin banyak dan makin merugikan publik. Bagaimana caranya? Paling tidak ada dua: cara preman dan cara nonpreman atau yang beradab. Mau gunakan cara preman? O, gampang, pakai saja kekerasan, intimidasi, sabotase, bahkan kalau perlu gunakan isu suku, agama, ras, dan antargolongan, seperti provokasi-provokasi yang telah meluluhlantakkan berbagai wilayah negeri ini. Mau cara yang lebih halus, cari pengacara yang lincah, main suap jaksa dan hakim sehingga keputusan pengadilan bisa diatur. Di luar pengadilan, terbitkanlah media cetak atau curilah izin frekuensi untuk bikin radio atau TV yang isinya mendukung upaya kita menggebuk lawan. Tetapi, saudara-saudara, cara-cara preman tersebut justru akan menjauhkan kita dari kebebasan dan kemanusiaan kita sendiri. Jadi, tak usahlah dipakai karena hasilnya hanya akan menjadikan kita seolah-olah merasa memiliki kebebasan. Bagaimana dengan jalan nonpreman? Dalam aktivitas penulis bersama beberapa program LBH Pers, ada salah satu alternatif jalan hukum yang bisa ditempuh untuk melawan kriminalisasi pers, yaitu Citizen Lawsuit. Sebagai warga negara kita bisa menuntut perubahan kebijakan yang wajib dilakukan oleh lembaga-lembaga negara untuk menghentikan kriminalisasi pers. Sayang, tulisan ini punya keterbatasan ruang untuk menerangkan sisik-melik Citizen Lawsuit, tetapi pada intinya Anda bersama rekan-rekan Anda (termasuk saya) dapat meminta Mahkamah Agung (MA) untuk mengeluarkan Peraturan MA (Perma) yang mengikat jajaran hakim di seluruh Indonesia untuk menggunakan UU Pers Nomor 40/1999 sebagai aturan khusus dalam menyelesaikan permasalahan akibat pemberitaan pers. UU Pers itu memang tidak sangat sempurna, tetapi paling tidak menjamin kita sebagai warga negara untuk mendapatkan informasi lewat pers. Dengan kebebasan pers, tidak berarti media dan pekerjanya bisa seenakenaknya melansir berita karena ada standar kerja dan kode etik yang harus mereka ikuti. Jadi, kalaupun beritanya salah, kita bisa melakukan klaim lewat Dewan Pers, karena kita punya hak dan kebebasan untuk memperoleh informasi, tanpa harus membunuh medianya. Karena membunuh media berarti mencederai diri kita sendiri sebagai warga negara. Itulah contoh-contoh artikel bencana alam da

Anda mungkin juga menyukai