Anda di halaman 1dari 4

Edisi : 01/GULA/01/2011

Tinjauan Pasar Gula Pasir Informasi Utama :



11.500

Harga gula secara nasional relatif stabil dengan koefisien keragaman harga bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Januari 2011 sebesar 3,9 persen; Harga gula di pasar domestik pada bulan Januari 2011 naik sebesar 0,3 persen dibandingkan dengan Desember 2010, namun mengalami penurunan sebesar 1,10 persen dibandingkan dengan Januari 2010; Disparitas harga gula antar wilayah pada bulan Januari 2011 relatif rendah dengan rasio koefisien keragaman antar wilayah yang sebesar 6,1 persen. Harga gula dunia terus naik karena permintaan yang tinggi dari Indonesia, Rusia, Belarusia dan Kazahktan, serta pasokan yang berkurang dari Australia dan Brasil.
900
US$/ton

No 1 2 3 4 5 6 7 8

11.000

Domestic Sugar (LHS)

800

700 10.500

600

10.000

Raw Sugar (RHS)

500

9.500

Refined Sugar (RHS)


400

2010 Januari Desember Jakarta 11.545 11.470 Bandung 10.523 11.171 Semarang 10.869 10.554 Yogyakarta 10.555 10.415 Surabaya 10.485 10.502 Denpasar 11.413 10.248 Medan 11.400 10.500 Makassar 10.538 10.425 Rata-rata 33 kota 11.304 11.150 Nama Kota

2011 Perubahan Januari'11 Januari Thd Jan'10 Thd Des'11 11.160 -3,3 -2,7 10.965 4,2 -1,8 10.519 -3,2 -0,3 10.480 -0,7 0,6 10.515 0,3 0,1 10.550 -7,6 3,0 11.025 -3,3 5,0 10.775 2,3 3,4 11.179 -1,1 0,3

9.000

300

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun 2010

Juli

Aug

Sep

Okt

Nov

Dec

Jan 2011

Tabel 1. Harga Rata-rata Mingguan gula di Beberapa Kota di Indonesia (Rp/Kg)


Ket: * Perubahan bulan Januari 2011 terhadap bulan Januari 2010 ** Perubahan bulan Januari 2011 terhadap bulan Desember 2010 Sumber : Dinas Perindag, 2010-2011 (diolah)

Gambar 1. Perkembangan Harga Bulanan Gula


Sumber: BPS, Disperindag 2000-2011 (diolah)

Kebijakan Terkait :
Usulan Revisi SK Menteri Perindustrian dan Perdagangan No:524/MPP/Kep/9/2004 tentang Ketentuan Impor Gula yaitu: (i.)Usulan penetapan HPP gula diubah menjadi HPP tebu (dipersiapkan SK kementan); (ii.) Gula dengan tingkat ICUMSA < 80 IU diperkenankan beredar di daerah tertentu dan waktu tertentu sesuai permintaan Kepala Daerah setempat; (iii.) Penurunan persentase kuantitas penyerapan tebu dalam rangka memperluas kesempatan bagi Importir Terdaftar Gula; (iv.) Pengaturan ekspor untuk mengantisipasi kelebihan produksi gula rafinasi apabila peruntukkan GKR hanya untuk industri. (sumber: bahan sidang kabinet)

Disusun oleh Nugroho Ari dan Kumara Jati, Tim Komoditi Spesialis Gula Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

Perkembangan Harga Harga rata-rata gula di 33 kota pada Januari 2011 naik sebesar 0,3 persen jika dibandingkan dengan Desember 2010. Sedangkan jika dibandingkan dengan Januari 2010, terjadi penurunan harga sebesar 1,1 persen. Rata-rata harga gula pada Januari 2011 mencapai Rp.11.179,-/kg, sedangkan pada Desember 2010 sebesar Rp.11.150,- /kg Secara rata-rata nasional, fluktuasi harga gula relatif stabil yang diindikasikan oleh koefisien keragaman harga bulanan untuk periode bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Januari 2011 sebesar 3,4 persen. Hal ini berarti perubahan rata-rata harga bulanan adalah sebesar 3,4 persen. Jika dilihat per kota, fluktuasi harga berbeda antar wilayah. Kota Jayapura, kota Palu dan kota Jakarta adalah contoh kota-kota yang perkembangan harganya sangat stabil dengan koefisien keragaman di bawah 5% persen yaitu sebesar 1,8; 2,9, dan 3,3. Di sisi lain, kota Makasar, kota Mamuju, dan kota Banjarmasin adalah beberapa kota dengan harga yang paling bergejolak dengan koefisien keragaman harga lebih dari 9 persen yaitu sebesar 10,5; 9,8 dan 9,3 persen (IKU koefisien keragaman Kementerian Perdagangan 5-9). Koefisien keragaman harga antar wilayah pada bulan Januari 2011 sebesar 6,1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara nasional disparitas harga gula antar wilayah relatif rendah. Wilayah yang harganya relatif tinggi adalah kota Manokwari dengan tingkat harga sebesar Rp.13.550,-/kg dan kota Pekanbaru dengan tingkat harga sebesar Rp.12.500,-/kg. Wilayah yang tingkat harganya relatif rendah adalah kota Kendari, kota Yogyakarta dan kota Pontianak dengan harga sebesar Rp. 10.500,-/kg, Rp.10.480,-/kg, dan Rp.9.769,-/kg. (sumber: disperindag, Januari 2011)

Produksi dan Stok 2011 Hingga 31 Januari 2011, produksi gula nasional sebesar 55.051,2 ton. Stok fisik GKP di gudang sebesar 707.209 ton (67% milik pedagang; 27,7 % milik PG dan 5,3% milik petani). Stok fisik gula eks impor sebesar 22.638,84 ton sehingga jumlah gula secara keseluruhan (ex tebu + ex impor) sebesar 729.847,8 ton. Dengan stok akhir gula ini serta kebutuhan gula rata-rata nasional sebesar 220-240 ribu ton/bulan, maka stok tersebut dapat memenuhi kebutuhan nasional sekitar 3,3 bulan ke depan cukup untuk konsumsi sampai dengan april 2011.
(sumber: bahan sidang kabinet, Januari 2011)

Disusun oleh Nugroho Ari dan Kumara Jati, Tim Komoditi Spesialis Gula Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

Kebijakan Pemerintah Importir Terdaftar Gula agar segera merealisasikan importasi GKP sebelum musim giling 2011. Ijin impor sebanyak 450.000 ton sulit untuk dilaksanakan mengingat harga gula di luar negeri telah mencapai diatas US$ 800/ton. Laporan DGI, stok GKP di gudang produsen per 15 Januari 2011 adalah 876 ribu ton (cukup kebutuhan untuk 4 bulan ke depan). Peningkatan produksi gula, revisi metodologi penghitungan neraca gula, penghitungan ulang konsumsi gula nasional, evaluasi target roadmap swasembada gula (revitalisasi PG) serta penerapan SNI wajib bagi Gula Kristal Putih (GKP).
(Sumber: Bahan Sidang Kabinet, Januari 2011)

Rencana Meningkatkan Rendemen PT Perkebunan Nusantara (PTPN) sepakat untuk meningkatkan rendemen gula pada tahun 2011. Deputi Industri Primer Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menginformasikan bahwa rendemen tebu pada tahun 2011 dapat mencapai 8%. Pada tahun 2010 rendemen gula PTPN hanya sekitar 6% hingga 7% . Hal ini dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) untuk pengadaan benih tebu yang cocok dengan kondisi alam. Dengan ini benih tebu yang akan ditanam adalah benih yang kebal terhadap anomali cuaca. Dewan Komisaris PTPN X mengatakan rendemen tebu petani tahun 2010 di Jawa Timur rata -rata hanya sekitar 6,2% yang terjadi karena perubahan iklim yang ekstrem. Padahal sebelumnya PTPN X bisa menghasilkan rendemen gula tahun 2008 sebesar 8,4% dan tahun 2009 sebesar 7,8%. Rendahnya rendemen tebu petani mempengaruhi kualitas gula yang diproduksi sehingga akan mempengaruhi pada harga beli tebu petani oleh pabrik. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, prediksi produksi gula nasional tahun 2011 sebesar 3,87 juta ton. Tahun 2010 realisasi produksi gula hanya sebesar 2,39 juta ton. Untuk mencapai target 2011 pemerintah terus aktif melakukan revitalisasi pabrik gula untuk mencapai swasembada gula tahun 2014. Meskipun demikian masih adanya kendala luas areal lahan tebu saat ini baru sekitar 10% dari total kebutuhal areal lahan yang sudah berhasil dibebaskan. Total kebutuhan areal lahan tebu untuk mencapai swasembada gula adalah 300.000 hektare lahan. (Sumber: Kontan, Februari 2011)

Disusun oleh Nugroho Ari dan Kumara Jati, Tim Komoditi Spesialis Gula Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

Harga Gula Dunia Terus Naik Harga gula dunia mengalami peningkatan. Faktor yang mempengaruhi peningkatan harga gula dunia antara lain dari sisi permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan antara lain: (i) adanya rencana Indonesia untuk membeli 6.000 ton white sugar dari India dan juga membeli lebih dari 400.000 ton refined sugar pada 2011; (ii) rencana Pemerintah Rusia mengimpor raw sugar akibat menurunnya hasil produksi beet sugar akibat kekeringan yang terjadi di tahun 2010; (iii) rencana Uni Eropa untuk membuka kembali impor gula; Indonesia ingin mengimpor 450.000 ton white sugar tahun ini untuk antisipasi turunnya produksi dalam negeri. Dari sisi penawaran antara lain adalah: (i) belum adanya keputusan berapa besar ekspor gula yang akan dilakukan pemerintah India karena ditundanya ijin ekspor 500.000 ton gula; (ii) stok white sugar Indonesia hanya berjumlah 800.000 ton dikhawatirkan kurang untuk konsumsi rumah tangga. Cuaca Buruk Mengganggu Produksi Gula Produksi gula di beberapa produsen utama mengalami gangguan. Di penghasil gula utama di Queensland bagian Utara di Australia terjadi hujan dengan intensitas sebesar 60-70% diatas rata-rata hujan biasanya. Hal ini menyebabkan wilayah tersebut terkena banjir dimana 20% atau 5,7 juta ton tebu belum dipanen. Begitu juga kondisi cuaca yang buruk di Filipina yang terjadi hujan di awal tahun memaksa produsen gula menunda penggilingan sehingga pasokan berkurang dan harga gula domestik meningkat dalam beberapa minggu terakhir. (Sumber: Reuters, Januari 2011)

Isu terkait :
Harga minyak dunia meningkat menjadi sekitar US$ 90 per barel. Hal ini terjadi karena perekonomian Eropa dan Amerika terus membaik sehingga membuat permintaan minyak bertambah (Sumber: Kontan, Januari 2011). Kenaikan harga minyak ini bisa mengakibatkan kenaikan harga ethanol karena minyak mentah bisa bersubstitusi dengan ethanol dan pada akhirnya bisa memicu kenaikan harga gula pada masa mendatang.

Disusun oleh Nugroho Ari dan Kumara Jati, Tim Komoditi Spesialis Gula Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai