Anda di halaman 1dari 3

PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BBRI) Maintain Buy Current Market Price : Rp6.850 Target Price : Rp13.

317 Investment Period : 12 bulan

Q3-2011 : FINANCIAL OVERVIEW Pertumbuhan Income yang signifikan (+23,76% yoy menjadi Rp39.984 milar) menopang pertumbuhan Net Profit (+56,69% yoy menjadi Rp10.430 miliar) PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) selama Q3-2011. Operating Profit before Provision bahkan mencatatkan pertumbuhan yang signfikan (+25,56% yoy menjadi Rp18.253 miliar), walaupun Operating Expense cukup tinggi (+24,70% yoy menjadi Rp11.799 miliar). Ekspansi kredit yang agresif selama periode tersebut berimbas pada meningkatnya likuiditas BRI selama periode tersebut (LDR di level 89,22%). Dengan demikian, secara keseluruhan, kinerja BRI selama Q3-2011 masih cukup solid. Earning Assets dan transaksi perbankan menjadi kontributor utama Income dan NIM : selama Q3-2011 pertumbuhan Income BRI cukup signifikan, yaitu 23,76% yoy menjadi Rp39.984 miliar. Pertumbuhan sebesar 23,76% yoy tersebut ditopang dari pertumbuhan Interest Income dan Other Operating Income (terutama dari Fee and Commissions). Kredit sebagai kontributor utama Earning Assets BRI hingga Q32011 memberi kontribusi cukup positif terhadap Interest Income dan Fee and Commission BRI selama periode tersebut. Selama Q3-2011 pendapatan bunga kredit (+21,94% yoy menjadi Rp31.729 miliar) memberi kontribusi hingga 88,46% terhadap Interest Income BRI selama periode tersebut (+23,21% yoy menjadi Rp35.865 miliar). Tingginya Interest Income BRI selama periode tersebut berhasil meng-cover peningkatan Interest Expense sehingga Net Interest Margin (NIM) BRI meningkat 0,74% yoy menjadi 10,24%. Kegiatan transaksi perbankan juga kredit memberi kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan Fee and Commission BRI selama Q3-2011. Deposit admin fee, loan admin fee dan ATM related fee merupakan kontributor utama Fee and Commission BRI selama periode tersebut, sedangkan fee dari trade finance dan kartu kredit kontribusinya terhadap Fee and Commission BRI selama Q3-2011 hanya dibawah 4%. Agresifnya pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun memicu peningkatan LDR : selama Q3-2011 kredit BRI tercatat Rp276.319 miliar (+20,83% yoy) sejalan dengan pertumbuhan kredit di hampir semua segmen bisnis, kecuali segmen Medium yang mengalami penurunan pertumbuhan 9,43% yoy menjadi Rp14,53 triliun. Dengan pertumbuhan kredit sebesar 20,83% yoy, BRI berhasil menekan NPL-gross sebesar 0,94% menjadi 3,34% di Q3-2011 (NPL-nett tercatat sebesar 0,75%). Pada periode yang sama, Total Deposits BRI mencapai Rp309.713 miliar (+20,50% yoy). Tingginya pertumbuhan Total Deposits BRI selama periode tersebut ditopang dari kontribusi low cost deposits (59,57% dari Total Deposits) juga meningkatnya porsi CASA Account selama periode tersebut. Saving sebagai kontributor utama Total Deposits BRI mencatatkan pertumbuhan sebesar 21,99% yoy

menjadi Rp130.057 miliar. Hal ini mendorong peningkatan LDR selama periode tersebut (+0,24% yoy menjadi Rp89,22%). Ekspansi kredit di segmen yang potensial sehingga NPL-gross dapat ditekan : selama tahun 201, BRI cukup konsisten dalam melakukan ekspansi kredit di segmen Micro (+32,64% yoy menjadi Rp87,81 triliun) ditopang dari bisnis Miro KUR dan BRI Teras. Hanya saja, pada Q3-2011 BRI juga berupaya untuk ekspansi kredit di segmen Corporate (+16,45% yoy menjadi Rp55,21 triliun) dengan mengoptimalkan reseources dan peluang yang ada. Khusus untuk segmen Small Commercial dan Medium, BRI berupaya untuk lebih memperkuat monitoring kredit dan meningkatkan kualitas kredit di segmen tersebut karena tingkat pertumbuhan di segmen Small Commercial hanya 2%, bahkan segmen Medium mengalami penurunan pertumbuhan. Namun demikian, NPL kedua segmen tersebut cukup tinggi, masing-masing 7,25% untuk segmen Small Commercial dan 10,03% untuk segmen Medium. Untuk itu BRI berupaya untuk mengembangkan sistem pengawasan juga meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (loan officers) dengan menjalankan program training secara berkesinambungan. Ekuitas dan Modal cukup aman : BRI cukup berhasil dalam menjaga likuiditas dan permodalannya selama Q3-2011. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekuitas sebesar 37,30% yoy menjadi Rp44.932 miliar. Tier I Capital selama periode tersebut juga meningkat tajam, yiatu 40,96% yoy menjadi Rp35.944 miliar dengan CAR di level 13,46% (+1,76% yoy) dan Total CAR tercatat sebesar 14,84% (+1,48% yoy).

OUTLOOK AND VALUATION Keberhasilan BRI dalam melanjutkan ekspansi kredit di tahun ini untuk mencapai target pertumbuhan kredit 22% yoy cukup menentukan pertumbuhan Net Profit BRI di tahun ini karena kredit merupakan komponen utama Earning Asset BRI yang memberi kontribusi cukup signifikan terhadap Income BRI, baik dari Interest Income maupun dari Fee Income. Dengan mempertimbangkan hasil kerja selama Q32011 dan rencana ekspansi BRI di tahun ini, Maintain Buy untuk BBRI dapat dilakukan dengan ekspektasi target price dalam 12 bulan kedepan berada pada level Rp13.317. Ekspansi kredit pada segmen bisnis yang potensial : fokus ekpansi kredit BRI di tahun ini masih di segmen Micro karena segmen tersebut memberi kontribusi paling signifikan terhadap total kredit BRI, baik dari sisi pertumbuhan maupun kontribusi, namun tingkat NPL cukup rendah (pada Q3-2011 NPL tercatat hanya 1,6%). Untuk itu, BRI berencana untuk membuka lebih banyak lagi outlet di luar Jawa agar micro banking BRI jangkauannya semakin luas. Selama Q3-2011 BRI cukup berhasil dalam melakukan ekspansi kredit di segmen Corporate dengan mengoptimalkan resources dan peluang yang ada. Dengan demikian, diperkirakan target pertumbuhan kredit sebesar 22% yoy di tahun ini akan tercapai. Pengembangan sistem pengawasan kredit untuk menekan NPL : selain fokus untuk melakukan ekspansi kredit, upaya BRI untuk mengembangkan sistem pengawasan kredit dan mempersiapkan Sumber Daya

Manusia (loan officers) dengan program pelatihan secara berkesinambungan (untuk meningkatkan skill dan pengetahuan) berperan penting dalam upaya BRI untuk menekan NPL, terutama di segmen Small Commercial dan Medium (pada Q3-2011 tingkat NPL di kedua segmen tersebut cukup tinggi). Potensi meningkatnya expense akibat realisasi ekspansi : dengan adanya rencana ekspansi dan pengembangan sistem pengawasan kredit dikhawatirkan ada potensi meningkatnya expense. Hal itu dikhawatirkan akan mempengaruhi cost efficiency ratio BRI (pada Q3-2011 Cost Efficiency Ratio BRI turun 1,53% yoy menjadi 38,47% akibat meningkatnya operating expense sebesar 24,79% yoy menjadi Rp11.799 miliar). Dengan adanya rencana ekspansi, dikhawatirkan ada lonjakan pada komponen utama biaya, yaitu Personnel Expense dan G&A Expense karena BRI juga berencana untuk melakukan perbaikan di sisi human capital. Biaya promosi juga diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan pembukaan outlet-outlet Micro di luar Jawa.

Maintain Buy-Rp13.317 : dengan menggunakan DCF method pada tingkat pertumbuhan 18,57% yoy, discount rate sebesar 20,26% dan dividend payout ratio di level 20%, target price BMRI berada di level Rp13.317 (targeted EPS sebesar Rp1.112,08-annualized, targeted PER sebesar 11,87 kali dan PBV sebesar 7,31 kali). Beberapa faktor berikut akan mempengaruhi tercapainya target price BBBRI : Faktor eksternal : issue krisis kredit di Uni Eropa dan potensi perluasan krisis kredit di kawasan Eropa lainnya, kondisi ekonomi di AS dan Asia (khususnya China) merupakan issue utama yang berpotensi mempengaruhi pergerakan bursa secara keseluruhan. Efek psikologis yang ditimbulkan dari issue tersebut sangat berpengaruh terhadap pergerakan di bursa (termasuk pergerakan harga saham BRI). Efek psikologis itu bisa saja menjadi negative trigger aksi sell-off bila krisis kredit di Eropa berimbas ke risiko sistemik perbankan di Eropa. Faktor Internal : tingkat pertumbuhan ekonomi RI (6,5%), rendahnya inflasi sehingga BI kembali menurunkan BI rate sebesar 50bps pada November ini menjadi 6% juga volatilitas Rupiah merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan. Secara keseluruhan kondisi ekonomi RI saat ini masih cukup baik. Turunnya BI rate ke level 6% bisa saja akan respon dengan turunnya sukubunga kredit. Dengan demikian perbankan akan lebih mudah melakukan ekspansi kredit dan cost of fund akan turun. Hanya saja, BRI perlu menjaga kualitas kreditnya ditengah ancaman krisis kredit di Eropa. Faktor Teknikal : BBRI berpeluang membentuk trend baru di area bullish ketika penguatan berlanjut diatas Rp7.100-Rp7.250 (level tertinggi selama 2011). Hanya saja, dalam jangka pendek, ada potensi konsolidasi ketika penguatan tertahan di Rp7.050 (imbas sell-off ketika bursa Global drop (akibat issue politik di Itali). Diperkirakan area konsolidasi tidak akan membuat bullish trend terhenti kecuali BBRI melemah dibawah reversal area (Rp6.350) dan perkiraan area bottom di (Rp6.000). Breakout di level tersebut, dikhawatirkan bullish momentun terhenti (MACD di area negatif).

Anda mungkin juga menyukai