Anda di halaman 1dari 13

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Seperti diketahui bahwa buah-buahan adalah bahan pangan yang sangat penting sebagai sumber vitamin dan mineral. Peranannya sangat banyak, di antaranya turut meningkatkan pendapatan petani. Pisang merupakan salah satu tanaman buah yang bias dijumpai hamper di setiap pekarangan rumah, kebun, atau tegalan. Ada yang tertanam rapih dan di rawat dengan baik, tetapi ada pula yang hanya di tanam secara asal dan dibiarkan hidup secara alami. Sebenarnya, jika tanaman pisang dibudidayakan secara komersial, terutama untuk tujuan ekspor, keuntungannya tentu tidak akan kalah dengan tanaman lain. Penggalan ekspor nonmigas, seperti buah-buahan, ikut mencetuskan minat pengusaha untuk menanamkan modalnya pada usaha budi daya tanaman buah, tak terkecuali pisang. Dengan demikian, pisang tidak hanya menjadi komoditas yang penanamannya hanya sebatas di pekarangan rumah.Sangat di sayangkan saat ini banyak hasil buah pisang yang terbuang begitu saja karena penanganan pasca panennya yang kurang hati-hati. Hal ini menyebabkan buah pisang yang di panen sering mengalami kerusakan, baik mekanis, fisiologi, maupun mikrobiologis. Sebenarnya, jika tanaman pisang dibudidayakan secara komersial, terutama untuk tujuan ekspor, keuntungannya tentu tidak akan kalah dengan tanaman lain. Melihat kebutuhan dalam penanganan budi daya, pascapanen, dan pemasaran buah pisang, penulis tergerak untuk berbagi informasi mengenai hal-hal tersebut sehingga bias dijadikan sebagai pegangan/pedoman bagi petani, pengusaha, maupun hobis. Segala macam perlakuan, baik sebelum penanaman hingga masa penanaman turut mentukan berhasil tidaknya buah pisang yang bisa dipanen. Penyiangan dan penggemburan tanah, pemberian air, perlakuan masa berbunga, sampai perlakuan masa berbuah merupakan beberapa kegiatan yang dilakukan dalam perawatan pisang.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah kami uraikan maka masalah yang saya bahas : 1. Bagaimana morfologi buah pisang? 2. Bagaimanakah budi daya buah pisang? 3. Bagaimana upaya untuk mengatasi hama dan peyakit pada buah pisang?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut : 1 2 3 Untuk mengetahui morfologi buah pisang Untuk mengetahui budi daya buah pisang Untuk mengetahui cara mengatasi hama dan penyakit pada buah pisang

1.4 Ruang Lingkup


Karya tulis ini membatasi masalah hanya pada budidaya tanaman pisang.

1.5 Metode Penelitian


Metode yang saya gunakan adalah :

1. Studi kepustakaan : yaitu penulis membaca buku-buku dan kumpulan mata pelajaran untuk pelajaran yang berkaitan dengan penelitian ini.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1

Buah Pisang
Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari Kawasan Asia Tenggara

(termasuk Indonesia). Tanaman buah pisang telah ada sejak manusia ada. Namun, saat itu, pisang masing merupakan tanaman liar yang tidak dibudidayakan. Hal itu karena manusia di awal kebudayaan hanya berperan sebagai pengumpulan makanan dari alam (food gathering) tanpa merasa perlu untuk menanamnya kembali. Namun, pada saat kebudayaan pertanian menetap dimulai, pisang termasuk dalam golongan tanaman pertama yang dipelihara. Dikalangan masyarakat Asia Tenggara, di duga pisang telah lama dimanfaatkan, terutama tunas dan pelepahnya yang di olah sebagai sayur. Saat ini, bagian-bagian dari tanaman pisang pun juga telah dimanfaatkan. Sampai saat ini, produksi pisang terus dikembangkan di Indonesia. Salah satu cara untuk mempertahankan daya simpan buah pisang adalah dengan mengolahnya lebih lanjut. Selain lebih tahan lama, pengolahan akan membuat rasa pisang menjadi lebih bervariasi. Buah pisang yang tidak mungkin disajikan sebagai buah segar karena alas an seperti ukuran buah kecil atau kulit buah cacat, tetap dapat diolah menjadi berbagai macam olahan yang bercitra rasa enak dan berpenampilan menarik. 1. Pisang mentah Tidak hanya pisang matang yang dapat diolah, tetapi pisang mentah juga dapat diolah menjadi : tepung, pati, keripik, saus, dan sambal. 2. Pisang Matang Selain pisang mentah, pisang matang juga dapat diolah menjadi sari buah, sirup buah, sale, selai, tepung, anggur, keripik, dodol, dan permen.

Gambar 1. Pisang Goreng dan Sale Pisang

2.2

Manfaat Pisang

Selain sebagai sumber vitamin dan mineral, buah pisang hijau dapat digunakan untuk gurah yaitu menghilangkan dahak dan menyaringkan suara. Buah pisang juga sangat berkhasiat untuk penyembuhan penderita anemia karena dengan mengonsumsi buah pisang dapat mengurangi tekanan stres, menurunkan tekanan darah, menghindari penyumbatan pada pembuluh darah, mencegah stroke, memberikan tenaga untuk berpikir dan menghindari kepikunan atau mudah lupa. Sementara serat pisang bermanfaat dalam membantuorang yang sedang diet, perokok yang ingin menghilangkan pengaruh nikotin, mengontrol suhu badan, menetralkan asam lambung, dll. Tanaman pisang memang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan hidup manusia dan dikenal sebagai tanaman yang multiguna karena selain buahnya, bagian tanaman lain pun bias dimanfaatkan mulai dari bonggol hingga daunnya. Tanaman pisang yang bisa dimanfaatkan antara lain:

1.

Bunga Bunga pisang biasanya dijadikan sebagai sayur karena memiliki kandungan protein, vitamin, lemak, dan karbohidrat yang tinggi. Selain di buat sayur, bunga pisang juga dapat dijadikan manisan, acar, maupun lalapan.
4

2.

Daun Daun pisang yang bagus atau tidak robek kerap di manfaatkan sebagai pembungkus makanan.

3.

Batang Batang pisang banyak dimanfaatkan oleh manusia. Misalnya, untuk membuat lubang pada bangunan, alas untuk memandikan mayat, untuk menutup saluran air bila ingin mengalirkan air atau membagi air, sebagai pembungkus bibit dan bahan untuk membuat kompos.

4.

Buah Buah pisang kerap dijadikan sebagai sumber vitamin dan mineral, sebagai buah meja, atau sebagai produk olahan seperti sale pisang. Selain itu, dengan mengonsumsi pisang juga menghilangkan pengaruh nikotin, membantu system saraf, mencegah stroke, mengontrol suhu badan, dan masih banyak manfaat lainnya.

5.

Kulit Buah Pisang Selain untuk pakan ternak, kulit buah pisang juga dapat dijadikan sebagai bahan campuran cream anti nyamuk. Kulit buah pisang juga dapat diekstrak untuk dibuat pertin. Manfaat lainnya dapat dijadikan sebagai pembunuh larva serangga yakin dengan menambahkan sedikit urea dan pemberian bakteri.

6.

Bonggol Bonggol pisang muda dapat dimanfaatkan untuk sayur dan diolah menjadi kripik yang kaya akan serat. Secara tradisional, air umbi dari batang pisang kapok dipercaya dapat dijadikan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar.

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Morfologi Tanaman Pisang

Morfologi pisang mencakup bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, dan buah. Pertumbuhan bagian tanaman tersebut saling

berkesinambungan satu dengan lainnya. Kendati tanaman pisang tidak terlalu membutuhkan tempat tumbuh yang spesifik, tetap harus diperhatikan tumbuh yang dikehendaki agar hasil yang diperoleh bisa lebih optimal. Bagian-bagian dari morfologi tanaman pisang antara lain:

1. Akar Pohon pisang berakar rimpang dan tidak mempunyai akar tunggang yang berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada di bagian bawah tanah. Akar ini tumbuh menuju bawah sampai kedalaman 75-150cm. Sedang akar yang berada di bagian samping umbi batang tumbuh ke samping atau mendatar. Dalam perkembangannya, akar samping bisa mencapai ukuran 4-5m.

2. Batang Batang pisang sebenarnya terletak di dalam tanah, yakni berupa umbi batang. Di bagian atas umbi batang terdapat titik tumbuh yang menghasilkan daun dan pada suatu saat akan tumbuh bunga pisang (jantung). Sedangkan yang berdiri tegak di atas tanah dan sering di anggap sebagai batang merupakan batang semu. Tinggi batang semu ini berkisar 3,5-7,5m: tergantung dari jenisnya.

3. Daun Helaian daun pisang terbentuk lanset memanjang yang letaknya tersebar dengan bagian bawah daun tampak berlilin. Daun ini diperkuat oleh tangkai daun yang panjangnya antara 30-40cm. Oleh karena tidak memiliki tulang-tulang pada bagian tepinya, daun pisang mudah sekali terkoyak oleh hembusan angin yang kencang.

Gambar 3. Daun Pisang

4.

Bunga Bunga pisang di sebut juga jantung pisang karena bentuknya menyerupai jantung. Bunga pisang tergolong berkelamin satu, yakni berumah satu dalam satu tandan. Daun penumpu bunga biasanya berjejal rapat tersusun secara spiral. Daun pelindung yang berwarna merah tua, berlilin dan mudah rontok berukuran panjang 10-25cm. Bunga tersebut tersusun dalam dua baris melintang, yakni bunga betina berada di bawah bunga jantan (jika ada). Lima daun tenda bunga melekat sampai tinggi dengan panjang 6-7cm. Benang sari yang berjumlah lima buah pada bunga yang berbentuk persegi, sedangkan pada bunga jantan tidak terdapat bakal buah.

Gambar 4. Bunga Pisang

5.

Buah Biasanya, setelah bunga keluar, akan terbentuk satu kesatuan bakal buah yang disebut sebagai sisir. Sisir pertama yang terbentk akan terus memanjang membentuk sisir kedua, ketiga, dan seterusnya. Pada kondisi ini, sebaiknya jantung pisang dipotong karena sudah tidak bisa menghasilkan sisir lagi.

Gambar 5. Buah Pisang

3.2 Budi Daya Pisang


Pada proses budi daya tanaman pisang, ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar tanaman pisang dapat memberikan hasil yang optimal. Langkah-langkah itu diuraikan sebagai berikut : 3.2.1 Bibit Anakan Tanaman pisang umumnya selalu diperbanyak secara vegetatif yakni dengan menggunakan anakan (sucker) yang tumbuh dari bonggolnya. Di antara bibit anakan, bibit anakan dewasa cenderung paling cepat menghasilkan buah, diikuti bibit anakan sedang, anakan muda, dan anakan tunas. Bibit anakan tunas jarang dipergunakan sebagai bibit karena pertumbuhannya lambat serta rentan terhadap kekeringan dan ulat penggerek batang pisang. Bibit anakan muda yang berdaun lebar sebaiknya juga tidak digunakan sebagai bibt.
8

Bibit pisang hendaknya dipilih dari rumpun yang baik dan sehat. Anakan tersebut dibongkar dengan menggunakan pacul atau linggis, kemudian akar dan daunnya dibuang. Ketika membongkar, usahakan agar pohon induk tidak rusak. Anakan yang baik adalah pada bonggolnya tidak terdapat bercak cokelat, hitam, atau lubang bekas serangan hama. Bercak cokelat atau hitam menandakan bahwa tanaman telah terserang penyakit. Setelah diberi perlakuan air panas, anakan yang dijadikan bibit sebaiknya dibiarkan selama 1-2 hari di tempat yang teduh dan lembap. 3.2.2 Bibit Bit Selain dari anakan pisang, bibit juga bisa diperoleh dari belahan bonggol tanaman pisang. Belahan bonggol ini kemudian disebut bit. Terdapat beberapa keuntungan melakukan pembibitan menggunakan bonggol, antara lain sebagai berikut. a. Dalam waktu singkat bisa didapatkan bibit yang seragam dalam jumlah banyak sehingga cocok untuk gerakan penghijauan atau perluasan areal baru. b. Mudah dalam pengiriman dan biayanya cenderung lebih murah. c. Umur panennya lebih pendek disbanding cara pembibitan lainnya dan produksinya lebih tinggi. d. Dapat memanfaatkan bonggol sisa tebangan.

3.3 Upaya Untuk Mengatasi Hama dan Penyakit pada Pisang


Hama dan penyakit adalah salah satu factor penyebab menurunnya kualitas hasil panen pisang. Oleh karena itu, perlu adanya pengendalian yang terpadu untuk mencegah atau mengatasi hama dan penyakit. Jenis-jenis hama yang umum menyerang tanaman pisang antara lain ulat gulung, uret, kumbang penggerek umbi, nematode, kepik penggerek batang, ulat buah, kumbang daun pisang, kudis buah pisang, lalat buah pisang, ngengat buah pisang, lalat buah pisang, kutu daun pisang, bekicot, dan codot.

3.3.1 Pengendalian Hama Pisang Untuk mencegah serangan hama pada pisang. Kita dapat menjaga kebersihan disekitar tanaman. Sisa tanaman dipotong-potong lalu di timbun dengan tanah. Daun pisang yang tua dan bagian batang yang kering hendaknya dibersihkan. Perlu juga dilakukan penjarangan anakan secara teratur. Sementara untuk mengendalikannya bisa menggunakan potongan-potongan batang pisang yang telah disemprot dengan insektisida, seperti Dieldrin 20EC, Gusadrin 150 WSC, Furadan 3G, Decis 2,5EC, Hopcin 50 EC, Hostathion 40EC, atau Ambush 5 ULV. Pada pertanaman baru tanaman dapat dilindungin dengan Dieldrin 20 EC atau Sevidol 4/4 G. 3.3.2 Pengendalian Penyakit Pisang Suhu, kelembapan, serta bahan kimia adalah beberapa hal yang bisa mempengaruhi perkembangan penyakit pascapanen pada buah pisang. Suhu rendah dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan menunda proses kematangan buah, sementara suhu tinggi akan menyebabkan mikroba terbunuh tanpa merusak penampilan buah. Perlakuan pada suhu yang terlalu rendan atau terlalu tinggi akan memperlambat kemasakan buah sehingga buah tidak bisa matang optimal. Selain itu, akan terjadi kerusakan sel pada daging buah dan membuat kulit buah berwarna kehitaman sehingga penampilan pisang menjadi tidak menarik. Kelembapan yang tingginya lebih dari 90% juga akan mendorong meluasnya infeksi penyakit yang terjadi. Apabila kulit terluka, jamur dan bakteri yang sangat menyukai kondisi seperti ini akan segara melakukan kegiatannya. Penggunaan bahan kimia yang berfungsi memepercepat kematangan buah, seperti gas ethylene da acethylene ternyata bisa mendorong timbulnya infeksi. Sebaliknya, bahan kimia yang berfungsi menunda kematangan, seperti 2,4 D asam giberelat dan auksin dapat menghambat terjadinya serangan penyakit.

10

Gambar 6. Pisang Rusak

11

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

4.1

SIMPULAN Pisang termasuk salah satu jenis buah yang nilai gizinya cukup tinggi. Kandungan vitamin dan mineralnya dipercaya mampu menyuplai cadangan energy secara cepat sehingga mudah diserap tubuh ketika dibutuhkan. Dalam hal budi dayanya pun, pisang tergolong jenis tanaman yang mudah di jumpai di mana saja, baik di pekarangan rumah, pinggir jalan, tepi sawah, atau di kebun-kebun. Di Indonesia, ada sekitar ratusan kultivar pisang yang dapat tumbuh subur dan dapat menjadi komoditas yang diandalakan bila dibudidayakan secara tepat dan optimal. Dengan demikian, hasil yang diperoleh bisa berkualitas baik. Melalui diversifikasi pengolahan, hasil panen buah pisang juga cukup berpotensi untuk diolah menjadi beragam produk yang berdaya jual lebih tinggi dan target pasar yang lebih luas. Buku ini mengungkapkan seluk beluk mengenai pisang, mulai dari cara budi daya, penanganan panen dan pascapanen, hingga prospek pemasaran buah pisang segar maupun olahannya.

4.2

SARAN

12

DAFTAR PUSTAKA

Supriyadi Ahmad dan Suya. 2004. Budidaya dan Pengendalian Penyakit pada Tanaman Pisang. Bogor : Penebar Swadaya.

13

Anda mungkin juga menyukai