Anda di halaman 1dari 6

Aktivitas Pertanian Kurang Diminati Generasi Muda Berkualitas

Written by Aditya Nugroho Monday, 29 March 2010 15:17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian adalah kegiatan manusia melakukan pembukaan tanah dan menanaminya dengan berbagai jenis tanaman. Bertani adalah bercocok tanam ( menanam tumbuh tumbuhan ) dengan maksud agar : a. Tumbuh tumbuhan dapat berkembang biak menjadi lebih banyak. b. Untuk diambil hasilnya. Budaya bertani telah ada sejak zaman dahulu kala dan turun temurun. Hal ini terbukti sejak dahulu kala hingga sekarang. Manusia zaman sekarang masih terus melakukan kegiatan bertani. Salah satu faktor yg mendukung kegiatan pertanian adalah lahan yg luas dan subur. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yg memiliki luas wilayah yg termasuk lebih bila dibandingkan dengan negara negara tetangga. Karena memilik iklim tropis, sehingga iklim di Indonesia sangat mendukung dilakukannya pertanian. Pada masa sekarang ini, budaya bertani mungkin masih dapat ditemui. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan dampak revolusi industri mungkin untuk beberapa tahun kedepan budaya bertani akan semakin pudar. Hal tersebut diakibatkan generasi muda berkualitas zaman sekarang enggan lagi untuk mengelola lahan pertanian dan akhirnya lahan pertanian tersebut direlokasi sebagai bangunan perumahan hingga bangunan bertingkat. Padahal jika generasi muda ingin dan mau meneruskan mengelola pertanian tersebut, mungkin masalah kelaparan dan kemiskinan di Indonesia akan terhapuskan bahkan Indonesia ias menjadi Negara eksportir hasil pertanian, namun apa yang terjadi kini, banyak masyarakat Indonesia yang menjadi korban kemiskinan, kelaparan, busung lapar, dsb. Hal tersebut tentu hal yang ironis sekali, Negara yang memiliki potensi besar dalam hal pertanian namun masih banyak masyarakatnya yang mengalami kasus busung lapar, kemiskinan, dsb. Itu semua tentu jelas diakibatkan karena kurangnya minat

para generasi muda yang berkualitas terhadap pengelolaan pertanian. 1.2 Tujuan Penulisan makalah ini bertujuan untuk : - Menambah pengetahuan kepada para pemuda akan pentingnya pertanian terhadap hidup orang banyak. - Meningkatkan kesadaran masyarakat terutama para generasi muda akan pentingnya pertanian. - Menjadikan pertanian Indonesia lebih berkembang dibandingkan sebelumnya. - Meningkatkan kebanggaan pemuda akan Indonesia sebagai Negara agraris. - Menambah pengetahuan lebih akan manfaat dari pertanian. - Sebagai sumber masukkan untuk melihat keadaan pertanian Indonesia. 1.3 Sasaran Pada saat ini yang menjadi sebuah sasaran dalam permasalahan ini adalah generasi muda, karena di masa sekarang sangat sedikit generasi muda yang berminat pada bidang pertanian, yang merupakan hasil pangan terbesar di negara Indonesia. Dengan demikian, untuk meningkatkan aktivitas pertanian di Indonesia sangat dibutuhkan peranan generasi muda yang berkualitas. Sehingga diharapkan perlahan lahan permasalahan ini dapat terselesaikan.

BAB 2 PERMASALAHAN Ada beberapa faktor penyebab untuk bisa menjawab kenapa program studi pertanian sepi peminat. Pertama, adanya imaji negatif yang mengaitkan pertanian adalah pekerjaan yang tidak memiliki prospek cerah untuk menjamin masa depan. Mulai dari keluarga sebagai pranata terkecil, orang tua menyosialisasikan anak-anak harus menjadi dokter, pilot, dan bidang kerja lain yang nonpertanian. Memilih jalan menjadi sarjana pertanian dianggap sama dengan memilih mendapat status kemiskinan dan pengangguran. Kedua, sektor nonpertanian lebih menjanjikan lapangan pekerjaan dan jaminan

kesejahteraan lebih bervariasi. Hal ini bisa kita lihat dengan mata telanjang di kolom lowongan kerja di berbagai media massa yang sangat jarang membutuhkan lulusan dari fakultas pertanian. Pada 2008, ada 940 perusahaan/jasa membutuhkan tenaga kerja, tetapi hanya tiga perusahaan atau sekitar 0,31 persen dari total perusahaan/jasa yang membutuhkan sarjana pertanian. Ketiga, pengembangan sektor pertanian oleh pemerintah berjalan setengah

hati.Pemerintah lebih memihak pada sektor industri yang dianggap lebih cepat memacu pertumbuhan ekonomi. Selain itu, polarisasi pembangunan kota dan desa juga turut menyumbang makin ditinggalkannya sektor pertanian. Kota identik dengan kemakmuran dan sektor industrinya sedangkan desa identik dengan daerah miskin yang tidak punya masa depan bagi pencari kerja. Padahal jika sektor ini berkembang dan didukung penuh pemerintah, akan menarik gerbong minat calon mahasiswa dan lulusan pertanian untuk bekerja di sektor pertanian. Keempat, peran universitas yang belum mampu melakukan transformasi dalam pengembangan sektor pertanian. Lulusan-lulusan pertanian cenderung memiliki kemampuan yang homogen hanya di seputar penguasaan teori. Menurut hasil survei Subdirektorat Kurikulum dan Program Studi yang dilansir 2005, seorang lulusan sarjana pertanian setidaknya dituntut memiliki delapan kompetensi penting, yakni kompetensi umum di sektor pertanian, mengerti dan menguasai kearifan lokal daerah yang menjadi domisili ia berkarier, piawai memanfaatkan ICT (information and communication technology), memiliki kemampuan penyelesaian masalah yang baik, berjiwa entrepreneur, memiliki pengetahuan bisnis, komunikatif, dan mampu bekerja sama serta memiliki jiwa leadership. 2.1 Analisis SWOT Analisis SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisa SWOT adalah semata-mata sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar bagi masalah-masalah yang dihadapi tersebut. Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu : a. S = Strength (kekuatan), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini.

b. W = Weakness (kelemahan), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini. c. O = Opportunity (kesempatan), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang di luar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di masa depan. d. T = Threats (ancaman), adalah situasi yang merupakan ancaman / hambatan bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat menghambat eksistensi organisasi di masa depan. 2.1.1 Strenght (kekuatan) Penduduk Indonesia yang banyak. Perkembangan teknologi yang tepat guna untuk pertanian. Tanah di Indonesia yang subur. Banyak lahan yang bisa digunakan untuk bercocok tanam. Lembaga pendidikan yang mendukung kemajuan pertanian. 2.1.2 Weakness (kelemahan) Makin kurang diminatinya pertanian oleh generasi muda. Sistem pertanian yang kurang didukung oleh pemerintah. Lulusan mahasiswa perguruan tinggi di bidang pertanian makin sedikit. Sistem pertanian kurang dikembangkan dengan teknologi modern. Sarana dan prasarana untuk berbagi informasi mengenai pertanian kurang memadai. Anggapan masyarakat bahwa petani itu pekerjaan kasar dan identik dengan kemiskinan. 2.1.3 Opportunity (kesempatan) Luasnya lahan yang dapat dijadikan lahan pertanian Teknologi yang mendukung pertanian Banyaknya penduduk Indonesia Tenaga kerja yang mencukupi Lembaga pendidikan yang mendukung di bidang pertanian 2.1.4 Threats (ancaman)

Era perdagangan bebas yang mulai masuk ke Indonesia. Pengusaha asing yang mulai mendominasi pasar Indonesia. Budaya asing yang mengubah pemikiran para pemuda terhadap dunia pertanian. Minimnya pikiran generasi muda terhadap pentingnya pertanian. Jumlah penduduk Indonesia yang banyak. Kesenjangan sosial. BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Setelah memperhatikan beberapa permasalahan yang dihadapi para petani di Indonesia, sepertinya wajar aktivitas pertanian di Indonesia semakin menurun, apalagi jika kita melihat generasi muda Indonesia. Sepertinya hanya tinggal menunggu waktu hingga kita benar benar harus mengandalkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dari sektor ini. Namun disamping hal itu, sebenarnya kita masih memiliki kesempatan untuk mengantisipasi masalah masalah tersebut di atas. Beberapa hal antisipasi masalah di atas dapat kita cegah melalui beberapa rekomendasi yang mungkin dapat mengurangi masalah masalah tersebut. 3.2 Rekomendasi Akhirnya penulis membuat suatu rekomendasi untuk menyelesaikan ataupun menangani masalah tersebut. Dengan harapan sektor pertanian di Indonesia dapat terus dipertahankan dan terus menjadi kebanggaan Indonesia sebagai negara agraris, serta terus dapat memenuhi kebutuhan pangan Nasional. Beberapa rekomendasi yang dapat diambil ialah sebagai berikut : Peningkatan sumber daya manusia terutama para generasi muda dalam peran aktif di sektor pertanian. Merubah pola fikir tentang petani itu kasar dan identik dengan kemiskinan dengan tanpa petani kita tidak bisa makan. Peningkatan taraf hidup masyarakat desa sehingga dapat bersaing dengan masyarakat kota.

Mengembangkan sistem pertanian masyarakat desa dengan teknologi modern. Pemuda yang harus lebih aktif dan selektif dalam memilih jurusan di Universitas. Mengembangkan akses informasi tentang pertanian. Pemuda harus bisa lebih giat dalam peningkatan pertanian Indonesia. Pemuda juga harus sadar bahwa kita tidak bisa hidup tanpa adanya petani. REFERENSI [1] [2] [3] [4] [5] http://www.pustaka-deptan.go.id http://hairul29.blogspot.com http://ferdyans.ngeblogs.com http://www.ahmadheryawan.com http://digilib.petra.ac.id

Anda mungkin juga menyukai