Anda di halaman 1dari 30

Mata Kuliah METODOLOGI PENELITIAN

Materi: PROPOSAL_2

Fakultas/Jurusan EKONOMI / AKUNTANSI

TATAP MUKA KE: 14

Penyusun: YUDHI HERLIANSYAH

UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2008 METODOLOGI PENELITIAN PROPOSAL_2

Pokok Bahasan: 1. Proposal-2

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

PERTEMUAN-14 PROPOSAL_2 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Auditor adalah profesi yang bertugas untuk melayani kepentingan masyarakat yaitu dengan melaksanakan audit atas laporan keuangan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam tugasnya memeriksa laporan keuangan perusahaan, auditor dituntut untuk bersikap profesional yang akan memberikan pendapatnya sesuai dengan kenyataan yang ditemuinya selama audit berlangsung. Seorang auditor sebagai penyedia laporan keuangan auditan dalam melaksanakan audit tidak semata-mata hanya untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan auditan. Profesi auditor mendapat kepercayaan dari klien untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan kliennya. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan auditan lainnya maka auditor dituntut menjadi seorang ahli. Pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik (SK Menkeu No. 43/KMK.017/1997). Namun penelitian tentang pengaruh pengalaman kerja akuntan publik (auditor) terutama mengenai penggunaan bukti tidak relevan dalam auditor judgment belum banyak dilakukan. Tidak semua informasi relevan untuk setiap keputusan seorang auditor dalam suatu audit finansial seorang klien. Dan kehadiran informasi yang tidak relevan memperlemah implikasi informasi yang relevan terhadap auditor judgment. Hal ini tentu saja sangat diperlukan pengalaman, keahlian dan pengetahuan yang luas dari auditor itu sendiri. Dengan argumen tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan auditor senior akan berbeda dengan kemampuan auditor pemula dalam mengambil keputusan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

Keberadaan informasi yang tidak relevan terhadap sasaran mengurangi kesamaan antara sasaran dan keadaan hipotesis yang disarankan oleh informasi yang relevan. Literatur dalam psikologi dan auditing menyarankan bahwa efek dilusi dalam auditing bisa berkurang karena struktur pengetahuan yang baik dari auditor yang berpengalaman menyebabkan mereka mengabaikan informasi yang tidak relevan. Dengan kata lain kompleksitas tugas yang dihadapi oleh seorang auditor akan menambah pengalaman serta pengetahuannya. Pendapat ini didukung oleh Abdolmohammadi dan Wright (1987) yang menunjukkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang lebih berpengalaman. Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih (Christ,1993). Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dalam tugasnya. Boner dan Walker (1994), mengatakan bahwa peningkatan pengetahuan yang muncul dari pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan tersebut berupa kegiatan-kegiatan, seperti seminar, simposium, lokakarya pelatihan itu sendiri dan kegiatan penunjang ketrampilan lainnya. Melalui program pelatihan para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ditemui. Pengetahuan auditor yang berkenaan dengan informasi relevan dan tidak relevan mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan auditor ataupun dengan bertambahnya pengalaman auditor itu sendiri. Penulisan skripsi ini difokuskan pada keputusan yang sedang berlangsung (Going Concern Judgment). Satu alasan untuk memilih hal itu adalah bahwa auditor senior dan auditor pemula menghadapi persoalan situasi yang sedang berlangsung dalam prakteknya. Auditor senior memiliki struktur kemampuan yang baik untuk tugas yang sedang berlangsung (Going Concern Task), dan itulah mengapa auditor senior tidak terpengaruh dengan informasi yang tidak relevan. Maka penulis merasa tertarik untuk memilih judul dalam penulisan skripsi ini PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PENGGUNAAN BUKTI TIDAK RELEVAN DALAM AUDITOR JUDGMENT.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

B. Perumusan Masalah Setelah melihat begitu pentingnya pengalaman auditor dalam memprediksi kinerja akuntan publik dan menjadi salah satu persyaratan dalam memperoleh ijin untuk menjadi akuntan publik, maka penulis lebih menitikberatkan pembahasan skripsi ini pada pengalaman akuntan publik terhadap penggunaan bukti tidak relevan dalam auditor judgment. Dari penjelasan diatas, penulis mengidentifikasikan pokok masalah pada skripsi ini adalah : Apakah pengalaman auditor dapat mempengaruhi kemampuan auditor terhadap penggunaan bukti tidak relevan dalam auditor judgment? C. Tujuan Penelitian Tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah : 1. judgment. 2. Untuk mengetahui apakah perbedaan auditor yang berpengalaman dan yang tidak berpengalaman dalam auditor judgment dapat dikaitkan pada perbedaan dalam kemampuan kerelevansian. 3. Memberikan saran dan input yang bermanfaat bagi auditor dan mahasiswa yang berminat untuk bekerja di Kantor Akuntan Publik. Untuk mengetahui apakah pengalaman auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan bukti tidak relevan dalam auditor

D. Kegunaan Penelitian 1. 2. 3. Memberikan wawasan yang lebih luas tentang kemungkinan yang dapat Untuk mengembangkan fikiran dan kemampuan penulis dari apa yang Sebagai bahan perbandingan dalam menimba ilmu pengetahuan terjadi selama melaksanakan proses pemeriksaan. telah didapat selama perkuliahan. ekonomi umumnya dan khususnya dibidang akuntansi terutama dalam melakukan pemeriksaan (auditing).

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI A. berikut : Auditing adalah suatu proses sistematik untuk meperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Menurut Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf (1997:2), pengertian auditing adalah sebagai berikut : Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independent untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan criteria-kriteria yang ditetapkan. Menurut Sukrisno Agoes (1999:1), pengertian auditing adalah : Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Sedangkan menurut Theodorus M. Thuanakota (1982: 5), pengertian auditing adalah sebagai berikut : Pengertian Auditing Definisi mengenai auditing yang diungkapkan Mulyadi (2002: 9), sebagai

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

Auditing pada dasarnya mempunyai bentuk analitas yakni memecah-mecah atau menguraikan informasi yang ada dalam ikhtisar keuangan untuk mencari pembuktian yang dapat mendukung pendapat akuntan mengenai kelayakan penyajian informasi tersebut. Dari definisi-definisi diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa auditing merupakan suatu kegiatan untuk meyakini kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan oleh pihak yang berkompeten dan independen, sehingga dapat dijadikan sumber informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan itu sendiri. B. Prosedur Audit Prosedur audit menurut Mulyadi, (2002 : 86) adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Prosedur yang disebutkan dalam Standar Pekerjaan Lapangan ketiga meliputi : inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi. Disamping memakai prosedur audit yang disebut dalam Standar Pekerja Lapangan ketiga, auditor juga melaksanakan prosedur audit lain dalam mengumpulkan bukti audit yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auiditan. Prosedur tersebut meliputi : penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung, penghitungan dan scanning. Dengan demikian prosedur audit yang biasa digunakan oleh auditor meliputi : 1. Inspeksi (inspection) Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik sesuatu. Dengan melakukan inspeksi terhadap sebuah dokumen, auditor akan dapat menentukan keaslian dokumen tersebut. Dan dengan melakukan inspeksi terhadap kondisi fisik suatu aktiva tetap misalnya auditor akan dapat memperoleh informasi mengenai eksistensi dan keadaan fisik aktiva tersebut. 2. Pengamatan (observation) Pengamatan merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan. Contoh : kegiatan yang biasa diamati oleh auditor dalam auditnya adalah penghitungan fisik sediaan yang ada di gudang klien, pembuatan dan persetujuan voucher, cara penyimpana kas yang ada ditangan klien.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

3.

Konfirmasi (confirm)

Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas. Prosedur yang biasa ditempuh oleh auditor dalam konfirmasi adalah sebagai berikut : a. b. Auditor meminta kepada klien untuk menanyakan informasi tertentu Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk kepada pihak luar. memberikan jawaban langsung kepada auditor mengenai informasi yang ditanyai oleh auditor tersebut. c. 4. Auditor menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut. Permintaan Keterangan (enquiry)

Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari prosedur ini adalah bukti lisan dan bukti dokumenter. Contoh : permintaan keterangan auditor mengenai keterangan tingkat yang keusangan diajukan sediaan kepada yang ada digudang, klien permintaan mengenai penasihat hukum

kemungkinan keputusan perkara pengadilan yang sedang ditangani oleh penasihat hukum tersebut. 5. Penelusuran (tracing) Auditor melakukan penelusuran informasi sejak awal data tersebut direkam pertama kali, dalam dokumenter dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi. Prosedur audit ini terutama diterapkan terhadap bukti dokumenter. 6. a. Inspeksi atas Pemeriksaan Dokumen Pendukung (vouching) terhadap data dokumen-dokumen untuk yang mendukung kewajaran suatu dan Pemeriksaan dokumen pendukung merupakan prosedur audit yang meliputi : transaksi b. c. terjadi. 7. Penghitungan (counting) keuangan menentukan

kebenarannya. Perbandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang Prosedur ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh bukti berkaitan. audit mengenai kebenaran perlakuan akuntansi terhadap transaksi yang

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

Prosedur audit ini meliputi : a. Penghitungan fisik terhadap sumber daya berwujud seperti kas atau sediaan yang berada ditangan. Prosedur ini digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang ada ditangan. b. Pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak. Prosedur ini digunakan untuk mengevaluasi bukti dokumenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi. 8. untuk 9. mendeteksi Scanning unsur-unsur yang tampak biasa yang memerlukan Scanning merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar penyelidikan lebih mendalam. Pelaksanaan Ulang (reperfoming) Prosedur audit ini merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien. Umumnya pelaksanaan ulang diterapkan pada penghitungan dan rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh klien. contoh : penghitungan ulang jumlah total dalam jurnal, penghitungan ulang biaya depresiasi, biaya bunga terutang, perkalian antara kuantitas dengan harga satuan dalam inventory summary sheets, dan penghitungan ulang penjumlahan dalam rekonsiliasi bank. 10. Teknik audit berbantuan computer Bila catatan akuntansi klien diselenggarakan dalam media elektronik, auditor menggunakan computer-assited audit techniques dalam menggunakan berbagai prosedur yang telah dijelaskan diatas. Contoh : auditor menggunakan suatu komputer audit software tertentu dalam melaksanakan penghitungan jumlah saldo piutang usaha menurut buku pembantu piutang usaha, pemilihan nama debitur yang akan dikirimi surat konfirmasi, penghitungan berbagai ratio dalam prosedur analitik, perbandingan unsur data yang terdapat dalam berbagai files. C. Definisi Auditor Definisi auditor menurut Mulyadi (2002: 1) adalah sebagai berikut : Auditor adalah akuntan publik yang memberikan jasa audit kepada auditan untuk memeriksa laporan keuangan agar bebas dari salah saji. Sedangkan pengertian auditor menurut Sri Sularso dan Ainun Naim (1999) adalah sebagai berikut :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

10

Auditor adalah orang-orang yang telah menjalani pelatihan teknis yang cukup dan mempunyai keahlian sebagai akuntan, sesuai dengan SK Menkeu No. 43/KMK.017/1997, serta senantiasa dapat mempertahankan kebebasan dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa. 1. Tipe Auditor Menurut Mulyadi (2002 : 28) orang atau kelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu : a. Auditor Independen Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti kreditur, investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi pemerintah. b. Auditor Pemerintah Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat banyak auditor yang bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta instansi pajak. c. negara Auditor Intern maupun perusahaan apakah swasta) dan yang tugas prosedur yang pokoknya adalah oleh Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan menentukan kebijakan ditetapkan

manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. 2. Profesionalisme Akuntan Publik Masyarakat telah memberikan arti khusus pada istilah profesional. Mereka diharapkan dapat bertindak pada tingkatan yang lebih tinggi daripada anggota

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

11

masyarakat lainnya. Sebagai contoh : jika akuntan publik melakukan tindakan kriminal, sebagian masyarakat akan lebih merasa kecewa daripada terjadi pada orang-orang yang tidak mempunyai predikat professional. Istilah professional menurut Alvin A. Arens James K. Lobbecke (terjemahan Amir Abadi Jusuf; 1997 :78) adalah : Berarti tanggung jawab untuk berperilaku yang lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dan lebih dari sekedar memenuhi undang-undang dan peraturan masyarakat. Sebagai professional Akuntan Publik mengakui tanggung jawabnya terhadap masyarakat, terhadap klien, terhadap rekan seprofesi termasuk untuk berperilaku yang terhormat sekalipun ini pengorbanan pribadi. Persyaratan professional menurut AICPA AU section 100-110 adalah : The professional qualifications required of the independend auditor are those of person with the education and experience to practice as such. They do not include those of person trained for qualified to engage in another profession or accupation. Menurut The Institute of Chartered Account in Australia (1997:28) adalah : Membership of profession means commitment to asset of value that serve to define that professional as specific moral community. Tobe a good accountant one not only needs to have insight into ones profession, but to have accepted and internalized those values. Professional value clarification is an activity both of individual accountants, in identifying and gaining critical insight into the meaning and application of those values, and activity of professional it self. Ada tiga kriteria menjadi professional menurut The Institute of Chartered Accounts in Australia (1997:30) adalah : Extensive training must be undertaken tobe able to practice in the profession. A significant amount of the training consists of intellectual component. The profession profides a valueable service to the community. Professional ideal menurut Atantya Harpundi Mulyanto (1998:11) adalah :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

12

Untuk

profesi

akuntan

mencakup

disatu

kutub,

kemampuan

untuk

mewujudkan aktivitas ekonomi yang terbebas dari rekayasa penyelewengan dan manipulasi, guna mengakselerasikan proses transformasi menuju masyarakat industri, dan dilain kutub, kemampuan untuk memecahkan masalah kinerja keuangan yang berkeadilan dan memuaskan semua pihak. Dari kesimpulan diatas kita dapat menggaris beberapa karakteristik profesionalisme yang harus diwujudkan yakni Professional Beyond Traditional Managerial Cycles. Kualitas professional akuntan lain yang relevan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan ekselerasi transformasi adalah Entrepreurial profesionalisme, yakni kemampuan untuk melihat peluang-peluang yang ada bagi pertumbuhan ekonomi, keberanian mengambil resiko dalam memanfaatkan peluang, dan kemampuan menggeser alokasi sumber dari kegiatan yang berproduktivitas rendah kepada kegiatan berproduktivitas tinggi yang terbuka dalam peluang. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik seksi 110.3 persyaratan profesional adalah sebagai berikut : Untuk berpraktik sebagai auditor independen, seorang harus memiliki pendidikan dan pengalaman praktik dalam bidang auditing. Auditor tidak dididik atau dipandang cakap untuk mengerjakan profesi lain. Dalam melaksanakan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, auditor independen harus memutuskan prosedur audit yang diperlukan untuk keadaan tertentu, sehingga diperoleh dasar yang memadai dalam memberikan pendapatnya. Keputusan auditor harus didasarkan atas pertimbangan matang, sebagaimana yang harus dilakukan oleh seorang profesional yang kompeten. 3. Etika Profesional Etika secara umum didefinisikan sebagai prinsip dan moral, perilaku etis atau perilaku yang sesuai dengan etika diperlukan oleh masyarakat untuk kondisi masing-masing. Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting karena pada dasarnya berhubungan dengan hukum meskipun sebagian nilai etika dalam masyarakat tidak dapat dihubungkan dengan hukum, karena hakekat dari pertimbangan tertentu.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

13

Pengertian etika menurut Arthur W. Holmes dan David C. Burns (1993:71) dalam bukunya Auditing, Norma dan Prosedur yang diterjemahkan oleh Marianus Sinaga adalah sebagai berikut : Etika berkaitan dengan watak manusia yang ideal dan pelaksanaan disiplin diri melebihi persyaratan undang-undang. Bagi akuntan publik yang professional, etika melibatkan suatu sistem prisip-prinsip moral dan kepatuhan aturan-aturan yang mengatur hubungan dengan klien, masyarakat dan sesame akuntan. Jadi etika berhubungan dengan idependensi, disiplin diri, dan integritas moral dari setiap anggota profesi. Etika suatu profesi, seperti melindungi terhadap ketidakpercayaan masyarakat atas profesi yang dijalankannya. Dasar pemikiran yang melandasi penyusunan kode etik setiap profesi menurut Mulyadi (2002:50) adalah kebutuhan profesi tersebut akan kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa yang diserahkan oleh profesi, terlepas dari anggota profesi yang menyerahkan jasa tersebut. Peraturan etika profesional akuntan di Indonesia merupakan standar mutu terhadap pelaksanaan pekerjaan profesi akuntan atau dikenal dengan Standar Profesional Akuntan Publik dan kode etik Ikatan Akuntan Indonesia yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai satu-satunya organisasi profesi akuntan di Indonesia. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku sejak Januari 2001, berisi tentang : a. b. c. d. Standar Auditing Standar Atestesi Standar Jasa Akuntansi dan Review Jasa Konsultasi

SPAP tersebut merupakan pengadopsian dari Standar Professional Akuntan Publik Amerika Serikat yang disusun oleh American Institute of Certified Public Accountans (AICPA). Pengadopsian ini merupakan penyempurnaan atas pedoman yang berlaku sebelumnya yaitu Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA), Suplemen, Interprestasi terhadap NPA dan suplemen.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

14

Kode etika yang berlaku saat ini adalah kode etik yang telah disempurnakan dan disahkan dalam kogres VIII tahun 1998 oleh IAI. Kode etika Ikatan Akuntan Indonesia dibagi menjadi empat bagian 1). Prinsip Etika Ikatan Akuntan Indonesia 2). Aturan Etika 3). Interprestasi Aturan Etika 4). Tanya dan Jawab Dalam bagian pertama Prinsip Etika Profesi IAI dicantumkan prinsip-prinsip yang mengatur etika bagi seluruh anggota IAI, baik yang bekerja sebagai akuntan pemerintah, akuntan intern, maupun yang berpraktik sebagai akuntan publik. Bagian pertama kode etika IAI yang mengatur etika profesi akuntan berisi prinsip-prinsip sebagai berikut : a). Tanggung Jawab Profesi Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesi, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. b). Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam rangka pelayanan c). Integritas Merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambil oleh akuntan publik. d). Objektivitas Mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain. e). Kompetensi dan Kehati-hatian Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesinya dengan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesi pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien memperoleh manfaat dari jasa kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. yaitu (Mulyadi 2002: 53-60) :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

15

profesi yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir. f). Kerahasiaan setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesi dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan klien, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesi atau hukum untuk memgungkapkannya. g). Perilaku Profesi setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. h). Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan Standar Profesional Akuntan Publik.

4.

Tanggung Jawab Akuntan Publik Tanggung jawab yang besar merupakan hal penting bagi tenaga ahli yang

bekerja disuatu kantor akuntan publik untuk memiliki independensi dan kompetensi yang tinggi. Dengan adanya independensi, mereka mampu menarik kesimpulan yang tidak memihak mengenai laporan keuangan yang mereka audit. Dengan kompetensi yang dimilikinya, mereka dapat melaksanakan audit dengan efisien dan efektif. Para pembaca laporan keuangan yang merasa yakin akan independensi dan kompetensi auditor akan mempercayai pula laporan-laporan yang mereka hasilkan, karena banyaknya kantor akuntan publik yang beroperasi, adalah mustahil bagi para pengguna untuk menilai independensi dan kompetensi oleh karena itulah terdapat struktur kantor akuntan publik yang dapat mendorong, tetapi tidak menjamin tercapainya kualitas diatas. Tujuan pemeriksaan laporan keuangan oleh akuntan adalah mengajukan suatu pendapat apakah suatu laporan keuangan menunjukkan suatu kewajaran posisi keuangannya, hasil operasinya dan perubahan posisi keuangan, yaitu sesuai dengan prinsip akuntan yang berterima umum. Akuntan mengkomunikasikan semuanya melalui laporan akuntan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

16

Ada tiga hal yang ditekankan yang berhubungan dengan pemeriksaan laporan keuangan, yaitu : a. b. c. Suatu pernyataan (assertion) tentang tindakan ekonomis dan kejadian Tingkat hubungan yang dinyatakan dalam kewajaran. Kriteria yang ditentukan Standar Profesional Akuntan Publik. yang disajikan dan disiapkan dalam laporan keuangan oleh manajemen.

Tanggung jawab akuntan adalah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan norma profesi dan melaporkannya temuannya, atau dengan kata lain bahwa auditor/ akuntan tidak dapat memastikan untuk menemukan kesalahan (terutama kesalahan yang tidak disengaja) dan fraud (kecurangan). Dalam pemeriksaan laporan keuangan, akuntan mempunyai tanggung jawab untuk meneliti atas kesalahan dan fraud yang dapat berpengaruh secara material pada laporan keuangan dan hal ini harus dapat ditemukan. Ditemukannya kemudian hari satu kecurangan didalam masa yang sudah oleh akuntan, dengan sendirinya hal tersebut merupakan kelalaian akuntan. Apabila pemeriksaannya telah dilakukan berdasar keahlian dan norma pemeriksaan akuntan, maka ia telah memenuhi syarat yang diminta dalam melaksanakan tugasnya. Masih ada tanggung jawab auditor lainnya yang berhubungan dengan fungsinya, yaitu : 1). Tanggung Jawab Profesi Akuntan publik harus menggunakan seluruh kemahiran profesinya dalam melakukan tugas pemeriksaan. 2). Tanggung Jawab Terhadap Klien Selama pelaksanaan pemeriksaan akuntan akan mendapatkan sejumlah informasi yang sifatnya rahasia (confidential) termasuk gaji pimpinan, penentuan kerja produk, rencana pemasaran dan harga pokok produksi, untuk itu ia harus menjaga kerahasiaan tersebut kepada pihak luar. Apabila informasi tersebut akan diberikan kepada pihak luar ia harus meminta persetujuan dari klien. 3). Tanggung Jawab kepada Kolega/ Rekan Seprofesi Yang berhubungan dengan penawaran kompetitif atau kompetisi yang berlebihan, sehingga menurunkan kualitas pemeriksaan. 4). Menawarkan Jasa Pemeriksaan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

17

Pencarian jasa, tidak boleh berusaha mendapatkan klien dengan jasa profesional bilamana klien sedang berada dibawah pemberian jasa akuntan lain. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik disebutkan bahwa tujuan seorang akuntan publik dalam melakukan pemeriksaan umum (general assignment) atas laporan keuangan ialah menyatakan pendapat apakah posisi keuangan dan hasil-hasil usaha perusahaan telah disajikan secara layak. Dasar yang digunakan akuntan publik untuk memberi pendapatnya adalah data yang telah dikumpulkan selama pemeriksaan yaitu yang dituangkan dalam kertas kerja pemeriksaan. Ada tiga hal yang perlu dibahas dalam hubungannya dengan tanggung jawab akuntan publik, yaitu : Manajemen bertanggung jawab untuk menciptakan hal-hal yang membantu menghasilkan laporan keuangan yang tepat. Laporan keuangan yang dihasilkan manajemen harus didasarkan pada sistem pengendalian intern yang kuat, yaitu melalui kebijakan akuntansi yang sehat, penyelenggaraan sistem perkiraan yang cukup lengkap dan efektif, adanya perlindungan aktiva perusahaan dan berfungsinya staff pemeriksaan intern. Akuntan publik sebelum melaksanakan pemeriksaan dengan menolak pendapatnya dalam laporan akuntan. Tetapi apabila sistem pengendalian intern dipandang cukup, pemeriksaan akuntan dapat dilaksanakan. Pendapat akuntan dalam laporan akuntan seperti disebutkan diatas, Manajemen bertanggung jawab atas laporan keuangan yang disajikannya. Atas dasar laporan keuangan yang disajikan manajemen, akuntan publik dengan kemahiran jabatannya melaksanakan pemeriksaan, laporan keuangan yang dihasilkan dan yang secara terperinci tercermin dalam transaksi-transaksi yang ada dalam rekening-rekening diatas tentunya selalu diketahui dan diawasi manajemen. Pengetahuan akuntan hanya dibatasi kepada apa yang diperoleh selama pemeriksaan berlangsung. Oleh karena itu tanggung jawab utama akuntan publik adalah terbatas pada pemberian atau pernyataan pendapat terhadap laporan keuangan tersebut. 5. Keahlian dan Pelatihan Teknis Auditor Untuk melindungi masyarakat dari adanya praktik-praktik akuntan publik yang tidak semestinya, penulis mengutip dari buku Mulyadi (2002:25-26) yang

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

18

mengatur tentang syarat-syarat kecakapan dan kewenangan setiap orang yang terjun dalam profesi akuntan publik. Yang terdiri dari tiga hal penting yaitu : a. Akuntan harus sarjana lulusan Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi Negeri atau mempunyai ijazah yang disamakan. Pertimbangan persamaan ini berada ditangan Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan. b. Akuntan tersebut oleh harus terdaftar dalam register dan negara yang izin diselenggarakan Departemen Keuangan memperoleh

menggunakan gelar akuntan dari departemen tersebut. c. Menjalankan pekerjaan auditor dengan memakai nama kantor akuntan, biro akuntan, atau nama lain yang memuat nama akuntan atau akuntansi hanya diizinkan jika pimpinan kantor atau biro tersebut dipegang oleh seorang atau beberapa orang akuntan. Disamping akuntan harus telah menjalani pendidikan formal sebagai akuntan, standar umum yang pertama mensyaratkan akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang cukup dalam praktik akuntansi dan prosedur audit Pendidikan akuntan publik dan pengalaman kerja dalam profesinya merupakan dua hal yang saling melengkapi. Pemerintah mensyaratkan pengalaman kerja sekurang-kurangnya tiga tahun sebagai akuntan dengan reputasi baik dibidang audit bagi akuntan yang ingin memperoleh izin praktik dalam profesi akuntan publik (SK Menteri Keuangan No. 43/ KMK. 017/ 1997/ tanggal 27 Januari 1997). Menurut SK Menteri Keuangan No. 43/KMK.017/1997/ tanggal 27 januari pasal 17, akuntan publik wajib menjadi anggota Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik dan wajib mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan sesuai dengan ketentuan Ikatan Akuntan Indonesia. D. Definisi Bukti Audit Definisi bukti audit yang diungkapkan Mulyadi (2002:74), sebagai berikut : Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Menurut Alvin A. Arens dan James K. Loebbeck yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf (1997:147), sebagai berikut :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

19

Bukti audit adalah informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi kuantitatif yang sedang diaudit disajikan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Jurnal, buku besar dan buku pembantu, serta buku pedoman akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. 1. Jenis-jenis Bukti Audit Menurut Mulyadi (2002:79-86) beberapa jenis bukti audit yang dapat dipilih oleh auditor dalam rangka mengevaluasi bukti yaitu : a. Struktur Pengendalian Intern Kuat atau lemahnya pengendalian intern merupakan faktor utama yang menentukan jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor dari berbagai sumber bukti. Semakin kuat pengendalian intern, semakin sedikit bukti audit yang harus dikumpulkan sebagai dasar pernyataan pendapat auditor. Jika pengendalian intern lemah, auditor harus mengumpulkan jumlah bukti audit yang lebih banyak. b. Bukti Fisik Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva berwujud. Tipe bukti ini pada umumnya dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap sediaan dan kas. Pemeriksaaan terhadap surat berharga, piutang wesel, investasi jangka panjang dan aktiva berwujud. c. Catatan Akuntansi Catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai pengolahan transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh klien. Keandalan catatan akuntansi sebagai bukti audit tergantung pada pengendalian intern yang diterapkan dalam penyelenggaraan catatan akuntansi tersebut. d. Bukti Dokumenter Jenis bukti audit yang paling penting bagi auditor adalah bukti dokumenter. Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : 1) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung kepada auditor.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

20

2) 3) organisasi klien. e. Perhitungan

Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam

yang disimpan dalam arsip klien.

Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor untuk membuktikan ketelitian perhitungan yang terdapat dalam catatan klien merupakan salah satu bukti audit yang bersifat kuantitatif. f. Bukti Lisan Dalam rangka mengumpulkan bukti audit, auditor banyak meminta keterangan secara lisan. Permintaan keterangan secara lisan oleh auditor kepada karyawan kliennya tersebut menghasilkan informasi tertulis atau lisan. g. Bukti Analitis dan Perbandingan Bukti audit berupa perbandingan dan ratio ini dikumpulkan oleh auditor pada awal audit untuk membantu penentuan objek audit yang memerlukan penyelidikan yang mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit untuk menguatkan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat atas dasar bukti-bikti lain. h. Bukti dari Spesialis Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Jika auditor menerima hasil penemuan spesialis sebagai bukti audit yang kompeten, hasil kerja spesialis tersebut tidak perlu disebut dalam laporan auditor yang berisi pendapat wajar. 2. Keputusan Yang Harus Diambil Oleh Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit Keputusan utama yang dihadapi setiap auditor adalah penentuan jenis dan jumlah bukti yang memadai yang harus dikumpulkan untuk memastikan bahwa komponen laporan keuangan klien dan keseluruhan laporan telah disajikan dengan wajar. Pertimbangan ini penting karena diperlukan biaya yang besar untuk memeriksa dan mengevaluasi seluruh bukti yang tersedia. Untuk keputusan dalam pengumpulan bukti yang harus dibuat auditor dalam rangka pembuatan program audit, menurut Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf (1997:149) adalah sebagai berikut : a. Prosedur Mana Yang Digunakan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

21

Prosedur audit adalah petunjuk rinci untuk pengumpulan jenis bukti audit tertentu yang diperoleh pada waktu tertentu selama audit. b. Untuk Suatu Prosedur Tertentu Manakala prosedur audit dipilih dimungkinkan untuk menentukan besar sampel dari satu sampai keseluruhan pos dalam populasi yang diuji. c. Yang Dipilih Dari Populasi Setelah besar sampel ditentukan bagi suatu prosedur audit tertentu, tetap perlu untuk memutuskan pos atau unsur mana yang dipilih. d. Dilaksanakan Saat pelaksanaan prosedur audit dengan demikian bervariasi dari permulaan periode akuntansi sampai lama setelah periode tersebut berakhir. 3. Evaluasi Bukti Audit Evaluasi bukti audit diperlukan untuk menyiapkan laporan audit yang tepat sehingga auditor harus bersikap objektif, hati-hati dan menyeluruh dalam mengevaluasi bukti audit. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit yang tidak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Evaluasi bukti audit dapat dilakukan selama dan pada akhir audit atau pada akhir pekerjaan lapangan. Pengevaluasian selama audit bersamaan dengan dilakukannya verifikasi atas asersi manajemen, dan pengevaluasian pada akhir pekerjaan lapangan dilakukan pada saat auditor memutuskan pendapat yang akan dinyatakan dalam laporan audit. E. Evidence) Bukti audit merupakan suatu konsep yang fundamental didalam audit, dan hal itu dinyatakan dalam Standar Pekerjaan Lapangan Ketiga Ikatan Akuntan Indonesia (2001 : 326.par:1) dalam PSA No. 07 menyatakan bahwa : Standar Pekerjaan Lapangan Ketiga berbunyi : bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan, keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Bukti Yang Menyimpulkan (Persuasive Kapan Prosedur-Prosedur Tersebut Pos atau Unsur Tertentu Yang Mana Berapa Besar Sampel Yang Dipilih

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

22

Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor dalam rangka memberikan atas laporan keuangan auditannya. Persuasivences evidence menurut Drs. Amin Widjaja Tunggal, Ak, MBA (1996:94) adalah : Suatu karakteristik dari bukti yang membuat bukti tersebut cukup dalam arti kualitas atau kuantitas untuk memungkinkan auditor mencapai suatu kesimpulan. Faktor yang menentukan apakah suatu bukti dapat memberikan suatu kesimpulan (Persuasif) yaitu : 1. Kecukupan Bukti Audit Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor. Dalam penentuan cukup atau tidaknya jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor, pertimbangan profesional auditor memegang peranan yang penting. 2. Kompetensi Bukti Audit Kompetensi bukti audit berkaitan dengan kualitas atau keandalan suatu bahan bukti. Jika bukti dianggap sangat kompeten, akan sangat membantu meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan disajikan dengan wajar. Misalnya, jika auditor menghitung persediaan, bukti tersebut akan lebih kompeten daripada manajemen memberikan auditor gambarannya sendiri. Kompetensi bukti hanya berkaitan dengan prosedur audit yang dipilih. Kompetensi tidak dapat diperbaiki dengan memperbesar sampel atau memilih pos yang lain dari populasi. Kompetensi dapat diperbaiki hanya dengan memilih prosedur audit yang terdiri dari lima karakteristik bukti yang kompeten berikut ini (Mulyadi: 77-78) : a. Relevansi. Faktor ini mempunyai arti bahwa bukti yang kompeten adalah bukti yang relevan atau sesuai dengan tujuan auditor. Oleh karena itu jika tujuan auditor untuk menentukan eksistensi persediaan maka auditor dapat memperoleh bukti fisik dengan mengamati perhitungan fisik persediaan. Namun demikian bukti fisik tersebut tidak relevan untuk menentukan pemilikannya dan penilaian persediaan tersebut. Auditor harus selalu waspada terhadap terhadap faktor relevansi bukti, karena perolehan bukti yang tidak relevan berarti pemborosan waktu dan biaya.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

23

Bahkan kemungkinan akan terjadi kesalahan dalam menyatakan pendapat terhadap laporan keuangan. b. Sumber. Bukti audit yang berasal dari sumber di luar organisasi klien pada umumnya merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap tinggi. c. Ketepatan waktu. Ketepatan waktu berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh auditor. Ketepatan waktu pemerolehan bukti audit sangat penting dalam memverifikasi aktiva lancar, utang lancar, dan saldo akun laba rugi yang bersangkutan. d. Objektivitas.

Bukti yang bersifat objektif umumnya dianggap lebih andal dibandingkan dengan bukti yang bersifat subjektif. Bukti yang diperoleh dari pihak luar entitas yang diaudit dipandang lebih bersifat objektif dibandingkan dengan bukti yang hanya bersumber dari klien. e. F. Bukti Tidak Relevan Dalam hal pengalaman, penelitian dibidang psikologi mengenai pengaruh pengalaman akuntan dalam mendeteksi adanya kekeliruan menurut Jeffrey yang dikutip oleh Sri Sularso dan Ainun Naim (1999:156), memperlihatkan bahwa seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang substantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai frekwensi relatif peristiwa-peristiwa. Penerapan dan pengembangan penelitian masalah pengalaman dalam bidang auditing juga mengungkapkan hasil yang sama. Menurut Butts yang dikutip oleh Sri Sularso dan ainun Naim (1999:156), mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman membuat judgment frekwensi relatif yang lebih baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman. Keberadaan informasi yang tidak relevan terhadap sasaran mengurangi kesamaan antara sasaran dan keadaan hipotesis yang disarankan oleh informasi Cara Pemerolehan Bukti. Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

24

yang relevan. Literature dalam psikologi mengindikasikan bahwa efek dilusi bias berkurang, kemungkinan karena semakin berpengalaman pembuat keputusan memiliki struktur pengetahuan yang dikembangkan dengan baik, sehingga memungkinkan mereka untuk memfokuskan pada bukti yang relevan dan mengabaikan bukti yang tidak relevan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah dan Perkembangan Akuntan Publik di Indonesia Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya akuntan publik disuatu Negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di Negara tersebut. Di Indonesia, timbulnya perusahaan-perusahaan berbentuk perseroan terbatas dimasa lalu tidak banyak memberikan dorongan kepada perkembangan profesi akuntan publik, karena sebagian besar perseroan terbatas Indonesia merupakan PT yang tertutup yang sahamnya hanya dimiliki oleh kalangan keluarga atau kalangan terbatas saja. Profesi akuntan publik di Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan sejak awal tahun tujuh puluhan, dengan adanya perluasan kredit-kredit perbankan kepada perusahaan. Bank-bank ini mewajibkan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

25

nasabahnya yang menerima kredit dalam jumlah tertentu untuk menyerahkan secara periodik laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Umumnya perusahaan-perusahaan swasta di Indonesia baru memerlukan jasa audit profesi akuntan publik jika kreditur mewajibkan mereka menyerahkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Perkembangan profesi akuntan publik pernah mendapat dorongan dari pemerintah pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1983, dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 108/ KMK 07/1979 tentang Penggunaan Laporan Pemeriksaan Akuntan Publik untuk Memperoleh Keringanan dalam Penentuan Pajak Perseroan. Dalam peraturan ini, instansi pajak menetapkan pajak pendapatan atau pajak perseroan atas dasar laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Keputusan Menteri Keuangan tersebut menjadi tidak berlaku pada awal tahun 1984, dengan berlakunya Undang-undang Pajak Penghasilan 1984. Pada awal tahun 1992, kembali profesi akuntan publik diberi kepercayaan dari pemerintah (dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak) untuk melakukan verifikasi pembayaran pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) yang dilakukan oleh para pengusaha kena pajak (PKP). Perkembangan pasar modal Indonesia diwarnai dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang menjual sahamnya di pasar modal. Perkembangan pasar modal di Indonesia merupakan pendorong berkembangnya profesi akuntan publik di Indonesia. Akuntan publik yang melakukan kegiatannya di pasar modal wajib terlebih dahulu terdaftar di Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) untuk mendapatkan surat Tanda Terdaftar Profesi Penunjang Pasar Modal untuk Akuntan. Sampai dengan tanggal 24 Maret 2003, jumlah Akuntan Publik terdaftar di Bapepam sebanyak 293 dari 183 Kantor Akuntan Publik.

B. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan kausal asosiatif yaitu penelitian untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel tertentu yang bersifat sebab akibat. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independen variabel) variabel yang mempengaruhi yaitu

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

26

Pengalaman atau X 1 , dan Bukti tidak relevan atau X 2 , kemudian variabel terikat (dependent variabel) variabel yang dipengaruhi yaitu Auditor Judgment atau Y. C. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara (tentatif) permasalahan yang diteliti yang sebenarnya perlu diuji secara empiris (uji statistik). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H0 : Tidak terdapat perbedaan auditor berpengalaman dengan auditor tidak berpengalaman mengenai penggunaan bukti tidak relevan dalam hal penilaian auditor judgment terhadap going concern. Ha : Terdapat perbedaan auditor berpengalaman dengan auditor tidak berpengalaman mengenai penggunaan bukti tidak relevan dalam hal penilaian auditor judgment terhadap going concern.

Kriteria pengujian : H0 Ha : Diterima bila statistik t hitung lebih besar dari statistik t tabel. : Diterima bila statistik t hitung lebih kecil dari statistik t tabel.

D. Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan subyek penelitian yang mempunyai kesamaan karakteristik tertentu. Sampel penelitian adalah sebagian dari subyek penelitian yang akan digunakan sebagai dasar pengujian hipotesis, sehingga kesimpulan yang diperoleh dari sampel dapat dianggap berlaku juga untuk populasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Simple Random Sampling dimana pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Dalam penelitian ini tidak semua populasi akan diteliti tetapi hanya mengambil sebagian dari populasi dari objek yang akan diteliti. Dan sampel dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di daerah Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan Jakarta Selatan dengan jumlah responden sebanyak 45 Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

27

auditor. Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan biaya, waktu yang tersedia, fasilitas, jarak, populasi yang ada atau yang tersedia untuk dijadikan sampel, serta tujuan penelitian dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya.

E. Variabel dan Pengukurannya Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan dalam penelitian yang merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi. Variabel tersebut dapat berupa variabel bebas (independen variabel) dan variabel tidak bebas (dependen variabel). Adapun variabel yang diuji dalam kasus ini yaitu nilai auditor judgment oleh auditor berpengalaman dan nilai auditor judgment oleh auditor tidak berpengalaman. Dari kedua variabel ini akan dilakukan pengujian apakah terdapat perbedaan antara auditor berpengalaman dengan auditor tidak berpengalaman mengenai penggunaan bukti tidak relevan dalam hal penilaian auditor judgment terhadap going concern. Dan pengukuran pengalaman seorang auditor dalam kasus ini didasarkan pada dua kategori yaitu berdasarkan masa kerja auditor dan berdasarkan pada posisi auditor. Dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t sample independent (independent sample t test). F. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel merupakan penjelasan dari pengertian teoritis variabel sehingga dapat diamati dan diukur. Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk menjelaskan pengertian dari variabel-variabel yang penting dan mendukung penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah : 1. Bukti tidak relevan Bukti tidak relevan adalah bukti yang tidak sesuai dengan tujuan auditor. Jika tujuan auditor untuk menentukan eksistensi persediaan maka auditor dapat memperoleh bukti fisik dengan mengamati perhitungan fisik persediaan. Namun demikian bukti fisik tersebut tidak relevan untuk menentukan pemilikannya dan penilaian persediaan tersebut. 2. Auditor judgment Suatu keputusan yang diambil oleh auditor dalam menghadapi persoalan yang sedang berlangsung (going concern task) dalam prakteknya. 3. Pengalaman

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

28

Suatu pekerjaan yang sering dialami dan dilakukan dalam masa waktu yang cukup lama. G. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan serta berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Untuk memperoleh data serta informasi yang diperlukan, metode yang digunakan penulis adalah sebagai berikut : 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Tujuan penelitian kepustakaan adalah untuk mendapatkan bahan-bahan yang berhubungan erat dengan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini. Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca buku-buku, literatur, catatan kuliah, artikel, dan laporan-laporan dari dokumen (bahan tertulis dari seminar) yang mempunyai hubungan dengan penelitian ini, untuk memberikan masukan bagi penulis dalam menganalisa data. 2. diteliti. Penelitian lapangan (Field research) Penelitian yang dilakukan dengan cara mendatangi responden yang akan Adapun tujuan yang diharapkan adalah untuk memperoleh data-data secara langsung dari pihak akuntan publik. Teknik yang digunakan adalah dengan menyebarkan daftar pertanyaan atau kuisoner kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian untuk diisi dengan jujur. Berikut daftar tabel penyebaran kuisoner yang dilakukan oleh penulis pada 9 ( sembilan) Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Tabel 1 Daftar Penyebaran Kuisoner No . Nama Kantor Akuntan Publik Jumlah Kuisoner yang 1. 2. 3. KAP. Drs. HS. Gani, Matias dan Sarino KAP. Soejatna, Mulyana & Rekan KAP. Drs. Zulfikri & Rekan disebarkan 3 8 4 Jumlah Kuisoner yang dikembalikan 3 8 4

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

29

KAP. Drs. Wiyoko Suwandi & Rekan KAP. Drs. Sukrisno Agoes, MM & Rekan KAP. Drs. Chaeroni & Rekan KAP. Drs. Gatot Permadi Joewono KAP. Usman & Rekan KAP. Prasetio, Utomo & Rekan Total Sumber : Directory KAP & AP, 2003.

4. 5. 6. 7. 8. 9.

15 10 7 7 10 5 69

0 7 6 6 8 4 45

Kuisoner disebarkan ke auditor dengan cara titipan (dropping) pada Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan dengan waktu pengisian 1 (satu) bulan. Dari 69 kuisoner yang disebar pada 9 (sembilan) Kantor Akuntan Publik hanya 45 kuisoner yang dikembalikan pada penulis dari 8 (delapan) Kantor Akuntan Publik, kemudian kuisoner tersebut dikumpulkan dan diolah untuk mendapatkan data dan fakta yang obyektif yang sangat diperlukan untuk memperoleh suatu hasil pembahasan dan bentuk penulisan yang ilmiah serta dapat dipertanggung jawabkan. H. Pengembangan Instrumen Instrumen pertanyaan dalam penelitian ini baik variabel independen dan variabel dependennya diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Ricchiute et al (1992) baik dari variabel independen (X) maupun variabel dependennya (Y), yang terdiri dari 3 (tiga) bagian pertanyaan, yaitu : bagian pertama, berisi pertanyaan tentang data (deskriptif) responden sebagai alat ukur pengalaman responden; bagian kedua, berisi tentang informasi sejarah perusahaan, audit finansial dari tiga tahun terakhir,informasi spesifik yang relevan dan yang tidak relevan; bagian ketiga berisi tentang pertanyaan untuk memberikan judgment going concern kemungkinan klien akan melanjutkan operasi dalam satu tahun berjalan.

I.

Metode Analisa Data Berdasarkan tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh

pengalaman auditor terhadap penggunaan bukti tidak relevan dalam auditor judgment maka dalam penelitian ini dipergunakan uji sebagai berikut :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

30

1. Uji Kualitas Data Menurut Sugiyono (1999 : 110) ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah angket, yaitu keharusan sebuah angket untuk valid dan realibel, sehingga dalam penelitian ini dilakukan Uji Validitas dan Uji Realibilitas. Data dikatakan reliabel bila mempunyai nilai korelasi

0.3, sebaliknya bila data

mempunyai korelasi < 0.3 maka data tersebut dikatakan tidak reliabel. Sedangkan untuk validitas, data dikatakan valid bila mempunyai nilai korelasi tidak valid. 2. Uji Hipotesis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dengan skala rasio. Pada data skala rasio maka analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis statistik parametrik yaitu dengan menggunakan uji t sample independent (Independent sample t test). Dua sample saling bebas berarti sebagai satu sample saling bebas dengan sample lain (Singgih, 2003). Dan untuk mendapatkan hasil pengujian tersebut data diolah dengan bantuan SPSS versi 11. 0.3, sebaliknya bila data mempunyai korelasi < 0.3 maka data tersebut dikatakan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

YUDHI HERLIANSYAH METODOLOGI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai