Anda di halaman 1dari 16

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) Jl. Arjuna Utara No.

6 Kebun Jeruk Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK STATUS OBSTETRI FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RUMAH SAKIT SIMMPANGAN DEPOK

Nama Mahasiswa : Joanes Gustave NIM Dr. Pembimbing : 11-2009-182 : Dr. Enricko Siregar, SpOG

IDENTITAS PASIEN Nama pasien Umur Jenis Kelamin Status perkawinan Pekerjaan Pendidikan Agama Alamat Suku Bangsa Tanggal masuk : Ny. J : 38 tahun : Perempuan : Menikah : Ibu Rumah Tangga : SD : Islam : Jl. Kp. Sindang Rasa RT 5/ RW 16 : Jawa : 13 Oktober 2010 pukul 23.50

IDENTITAS SUAMI Nama Lengkap Umur Jenis Kelamin Status perkawinan Pekerjaan Pendidikan Agama Alamat Suku Bangsa ANAMNESA Autoanamnesa pada tanggal 14 Oktober 2010 pukul 06.00 Keluhan utama Keluhan tambahan : Tidak keluarnya ari-ari selama 1 jam post-partum :: Tn. J : 48 tahun : Laki-Laki : Menikah : Karyawan : SMP : Islam : Jl. Kp. Sindang Rasa RT 5/ RW 16 : Jawa

Riwayat Kehamilan Sekarang Sejak 12 jam SMRS os mengeluh perut terasa mules, dirasakan perut seperti kencang dan kendur, tetapi tidak disertai sakit kepala, mual dan muntah. Os juga merasakan janin bergerak secara aktif serta dirasakan nyeri perut atas saat terjadi pergerakan janin. Saat itu juga os langsung pergi menuju ke bidan, saat dilakukan pemeriksaan dikatakan letak janin normal tidak sungsang sehingga dapat melahirkan normal, serta di dapatkan pada pemeriksaan bidan letak punggung terdapat disebelah kiri sedangkan letak tangan dan kaki disebelah kanan. BAK sebanyak 5x berwarna kuning tua tidak terdapat darah dan pasir, BAB sebanyak 1x dengan konsistensi lunak dan berwarna coklat tua tidak disertai darah dan lendir. 8 jam SMRS os merasakan mules dirasakan semakin sering, serta kontraksi dalam 10 menit terdapat 2 kali kontraksi dimana tiap kali kontraksi selama 30 detik. Tidak terdapat bercak darah, perdarahan serta air bening pada saat itu. Mual dan muntah juga disangkal oleh os. BAB dan BAK normal.

6 jam SMRS os mengeluh keluar bercak darah pada pembalutnya, didapatkan sebanyak 1 pembalut tetapi tidak penuh. Kontraksi pada perutnya dirasakan semakin meningkat dibandingkan sebelumnya, dalam 10 menit terdapat 5x kontraksi selama 45 detik dalam sekali kontraksi. Sakit kepala, Mual dan muntah masih disangkal oleh os, BAB dan BAK normal. 1 jam SMRS os mengatakan ketuban pecah pada saat itu disertai darah, bila diperkirakan sebanyak 5 pembalut wanita, pada saat itu juga os ditolong oleh bidannya untuk membantu dalam proses persalinan. Dikatakan os dalam 3x kontraksi janin sudah dapat dilahirkan tetapi ari-ari tidak dapat keluar, setelah menunggu selam 40 menit tetap tidak keluar. Lalu pada saat itu juga os di bawa ke Rumah Sakit Simpangan Depok. Keluhan sakit kepala, mual dan muntah disangkal. Os mengatakan bahwa ini kehamilan yang ketiga dan tidak pernah mengalami hal ini pada kehamilan sebelumnya. Os mengatakan bahwa os sering kontrol ke dokter sejak kehamilan minggu pertama. Os kontrol sebulan sekali. darah tinggi, asma, alergi obat disangkal os. HPHT : 10 Januari 2010 TP : 17 Oktober 2010 Riwayat tumor payudara sejak 5 tahun yang lalu dan penyakit maag, sedangkan kencing manis,

Riwayat Kehamilan: Kehamilan keempat dimana anak ke 3 keguguran (P3A1) Anak ke 3 mengalami keguguran saat kehamilan 4 bulan, dikarenakan os terjatuh, lalu mengalami perdarahan yang banyak pada saat itu Riwayat Bayi : Anak I Jenis Kelamin : Laki-laki BB PB Usia : 3200 gram : 53 cm : 16 tahun

Secara Ditolong Plasenta APGAR Anak II

: Spontan pervaginam : Bidan : Spontan : 9/10 (nangis dan tidak ada sianosis)

Jenis Kelamin : Laki-laki BB PB Usia Secara Ditolong Plasenta APGAR : 3500 gram : 52 cm : 12 tahun : Spontan pervaginam : Bidan : Spontan : 9/10 ( nangis dan tidak ada sianosis)

Riwayat Penyakit Keluarga : Asma pada Ibu Hipertensi pada Kakak Lambung pada Ibu Riwayat Operasi : Ada, yaitu tumor payudara jinak sejak 5 tahun yang lalu Penyakit Dahulu (-) Cacar (+) Cacar air (-) Difteri (-) Batuk Rejan (+) Campak (+) Influenza (-) Malaria (-) Disentri (-) Hepatitis (-) Tifus Abdominalis (-) Skirofula (-) Sifilis (-) Batu Ginjal (-) Burut (Hernia) (-) Penyakit Prostat (-) Wasir (-) Diabetes (-) Alergi

(+) Tonsilitis (-) Khorea (-) Demam Rematik Akut (-) Pneumonia (-) Pleuritis (-) Tuberkulosis Lain-lain: Riwayat Keluarga Hubungan Kakek Nenek Ayah Ibu Saudara Umur (tahun) 45 45 50,45,35

(-) Gonore (-) Hipertensi (-) Ulkus Ventrikuli (-) Ulkus Duodeni (+) Gastritis (-) Batu Empedu (+) Operasi

(+) Tumor (Payudara) (-) Penyakit Jantung (-) Perdarahan Otak (-) Psikosis (-) Neurosis (-) Malaria (-) Kecelakaan

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Lakilaki,Perempuan, perempuan

Keadaan Kesehatan Meninggal Meninggal Meninggal Meninggal Sehat

Penyebab Meninggal Tidak diketahui Tidak diketahui Tidak diketahui Tidak diketahui -

Adakah kerabat yang menderita: Penyakit Alergi Asma Tuberkulosis Arthritis Rematisme Hipertensi Jantung Ginjal Lambung Ya Ibu Kakak Tidak Ibu Hubungan

ANAMNESIS SISTEM Riwayat Keluarga Berencana : (-) Pil KB (+) Suntikan (-) Lain-lain 5

(-) IUD

(-) Susuk KB

Ket: KB suntikan 3 bulan selama 3 tahun setelah anak I dan dilanjutkan setelah anak II lahir selama 3 tahun Riwayat Haid Menarche: 16 tahun Riwayat Perkawinan Menikah ke: 1 Menikah ke: 2 Usia pernikahan: 22 tahun Usia pernikahan: 36 tahun Lama haid: 7 hari Siklus: 28 hari

Saluran Kemih / Alat kelamin ( - ) Disuria ( - ) Stranguria ( - ) Poliuria ( - ) Polakisuria ( - ) Hematuria ( - ) Kencing batu ( - ) Ngompol Ekstremitas ( - ) Bengkak ( - ) Nyeri sendi Kesulitan -Keuangan -Pekerjaan -Keluarga PEMERIKSAAN FISIK STATUS GENERALIS : tidak ada : tidak ada : tidak ada ( - ) Deformitas ( - ) Sianosis ( - ) Kencing nanah ( - ) Kolik ( - ) Oliguria ( - ) Anuria ( - ) Retensi urin ( - ) Kencing menetes ( - ) Penyakit Prostat Saluran Kemih/Alat Kelamin

Tinggi badan Berat badan Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Frekuensi nadi Frekuensi nafas Suhu Mata Leher Dada Jantung Paru-paru Buah dada Puting susu Hiperpigmentasi Abdomen Ekstremitas Superior Inferior Keadaan gizi Tingkah laku Alam perasaan Proses pikir STATUS OBSTETRIKUS Pemeriksaan luar -Inspeksi

: 155 cm : 67 kg : Baik : Compos Mentis : 120/80 mmHg : 84x/menit (N: 60-80x/menit) : 20x/menit : 36,7C (N: 36.5-37.5 C) : Konjungtiva anemis (+/+) Sklera ikterik (-/-) : tidak teraba pembesaran kelenjar : BJ I-II regular, Murmur (-), Gallop (-) : Normovesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-) : menonjol :+ : membuncit, striae gravidarum (+), linea gravidarum (+) : Edema (-/-) : Edema (-/-), Varises (-/-) : Baik : Wajar : baik : wajar

: abdomen tampak masih membuncit setelah proses kehamilan sebelumnya

dan uterus juga sudah turun, linea nigra (+), striae gravidarum (+) -Palpasi (tidak dilakukan karena os sudah melahirkan di tempat lain)

Leopold I Leopold II

::-

Leopold III : Leopold IV : -TFU -TBJ -HIS -DJJ Inspeksi Vulva/uretra tidak ada tanda-tanda infeksi Inspekulo tidak dilakukan PEMERIKSAAN PENUNJANG 14 Oktober 2010 pukul 00.15 Laboratorium -Hb -Leukosit -Hematokrit -Trombosit DIAGNOSA Ibu: P3A1 aterm, Post-partum dengan retensio plasenta : 10.8 g/dL : 17.600/uL--- Terdapat infeksi ( N: 6000-17.000/ uL)---- ibu hamil : 32% : 227.000 /uL : setinggi pusat :::-

PENATALAKSANAAN
1.

Rencana diagnostik

Pemeriksaan laboratorium: H2TL diulang setelah kelahiran plasenta Pemeriksaaan PT, aPTT untuk menyingkirkan perdarahan karena faktor lain Observasi His, perdarahan setelah 1 jam kelahiran plasenta

2.

Rencana terapi

IVFD RL Pasang kateter Skintest cefotaxim---obseravsi selama 10-15 menit--- alergi (-) Antibiotik cefotaxim 2x1 gram i.v Sangobion 1x1 tab p.o Manual plasenta PROGNOSA Ibu o Ad vitam o Ad functionam o Ad sanationam

: dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : bonam : bonam : bonam

Janin o Ad vitam o Ad functionam o Ad sanationam

Follow Up 14 Oktober 2010 pukul 00.10 S: lemas O: TTV TD : 120/80 N : 84x/menit 9

RR

: 20x/menit

: 36,4C

Inspeksi: terlihat tali pusat keluar dari vulva setelah 1 jam post partum A: P3A1 1 jam postpartum dengan retensio plasenta P: IVFD RL 40tpm + drip oxytocin 20 IU Cefotaxim 2x1 gram i.v Pemasangan kateter Manual plasenta Follow Up 14 Oktober 2010 pukul 06.00 S: tidak ada keluhan O: TTV TD: 120/70 mmHg N: 78x/menit RR: 20x/menit Kontraksi Uterus: baik A: P3A1 P: Observasi keadaan umum pasien Sangobion 1x1 tab (p.o) Cefadroxil 2x500 mg tab (p.o) Urin: 50cc Pendarahan: minimal TFU: umbilikus

Retensio Plasenta
Pendahuluan Retensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan

10

postpartum dini (early postpartum hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan. Insiden Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Insidens perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta dilaporkan berkisar 16%17%, selama 3 tahun (19971999) didapatkan 146 kasus rujukan perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta. Dari sejumlah kasus tersebut, terdapat satu kasus (0,68%) berakhir dengan kematian ibu. Etiologi 1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya : a. Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam. b. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua endometrium sampai ke miometrium. c. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa. d. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum dinding rahim. Plasenta akreta, inkreta dan perkreta ditolong dengan histerektomi. 2. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata). Plasenta kaptiva atau inkarserata diberi suntikan oksitosin intraserviks untuk menambah pembukaan serviks dan diberi analgesik (tramadol 100 mg IV atau pethidine 50 mg IV), anestesi umum (diazepam 5mg IV) untuk melahirkan plasenta dengan memakai alat cunam ovum atau cara manual. Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, sementara itu kandung kemih dikosongkan, masase uterus dan suntikan oksitosin (i.v. atau i.m. atau melalui infus) dan botch dicoba perasat Crede secara lege artis. tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan. Anatomi

11

Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. beratnya rata-rata 500 gram. Tali-pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis). Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili koriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis. Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua vili koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua. Plasenta berfungsi: sebagai alat yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke janin. Patogenesis Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otototot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta. Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara serat-serat otot miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti. Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga persalinan. Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu: 1. Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis. 2. Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).

12

3. Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa. 4. Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya. Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering ada pancaran darah yang mendadak, uterus menjadi globuler dan konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang (tanda ahfeld). Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan interabdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan persalinan kala tinggi. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan menekan dan mengklovasi uterus, bersamaan dengan tarikan ringan pada tali pusat. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Plasenta : 1. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta pembentukan constriction ring. 2. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa; implantasi di cornu; dan adanya plasenta akreta. 3. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan , seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus. Gejala Klinis Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

13

a. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan. b. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus. Pemeriksaan Penunjang a. Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat. b. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time (PT) dan activated Partial Tromboplastin Time (aPTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain. Diagnosa Banding Meliputi plasenta akreta, suatu plasenta abnormal yang melekat pada miometrium tanpa garis pembelahan fisiologis melalui garis spons desidua. Berdasarkan penyebab perdarahan postpartum 1. Atoni uteri (50-60%). 2. Retensio plasenta (16-17%). 3. Sisa plasenta (23-24%). 4. Laserasi jalan lahir (4-5%). 5. Kelainan darah (0,5-0,8%). Penanganan Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah: a. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah. b. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.

14

c. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus. d. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, penderita dalam narkosa, riwayat PPH habitualis, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus. Manual plasenta : 1. Memasang infus cairan dekstrose 5% 2. Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. 3. Ibu posisi litotomi dengan narkosa dengan segala sesuatunya dalam keadaan suci hama. 4. Teknik : tangan kiri diletakkan di fundus uteri, tangan kanan dimasukkan dalam rongga rahim dengan menyusuri tali pusat sebagai penuntun. Tepi plasenta dilepas disisihkan dengan tepi jari-jari tangan bila sudah lepas ditarik keluar. Lakukan eksplorasi apakah ada luka-luka atau sisa-sisa plasenta dan bersihkanlah. Manual plasenta berbahaya karena dapat terjadi robekan jalan lahir (uterus) dan membawa infeksi

Setelah manual plasenta, diberi suntikan ergometrin 3 hari berturut-turut. Jika ada keraguan jaringan plasenta yang tertinggal, maka pada hari ke-4 dilakukan kerokan kuretase dengan kuret tumpul ukuran besar didahuli suntikan/infus oksitosin.

e. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus. f. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.

15

g. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder, ampisilin dosis awal 1g IV dilanjutkan dengan 3 x 1g oral dikombinasikan dengan metronidazol 1g supositoria dilanjutkan dengan 3 x 500mg oral. h. Bila kadar Hb<8 gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb>8 gr%, berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi meliputi: 1. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan. 2. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ. 3. Terjadi infeksi : terdapat sisa plasenta atau membran dan bakteria terdorong ke dalam rongga rahim. 4. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak selanjutnya. Prognosis Prognosis tergantung dari lamanya, jumlah darah yang hilang, keadaan sebelumnya serta efektifitas terapi. Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat sangat penting.

16

Anda mungkin juga menyukai