Anda di halaman 1dari 26

PEMBELAJARAN

BAHASA

INGGRIS

DI

SD:

METODE, MEDIA DAN ASESMEN Oleh Banned Karani' Abstract: English is learned in primary school at Palangka Raya as one of the subject as local need since 1998. This article is about English learning based on research which is done in 10 primary school in Palangka Raya. The discussion is focus on methods, media and assesment which is applied by teachers in learning english at Palangka Raya. Key word: English Learning Process, method, Media, assesment Pembelajaran Bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa asing (EFL) dalam perkembangannya telah mengalami kemajuan yang pesat diberbagai negara bukan penutur bahasa Inggris. Secara khusus perkembangan pembelajaran bahasa Inggris untuk pembelajar usia dini yang dikenal dengan English for Young Learners (EYL) di sekolah &car (SD) juga mengalami perkembangan pesat diawal era tahun 2000 (Karani, 2005). Perkembangan ini mengusik para pemerhati pendidikan khususnya yang menggeluti bidang pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua maupun bahasa asing. Perhatian para

229

Pembernbeiajaran Bahasa Inggris di SD: Metode Media don Asesmen

pakar bersebut tertuju pada startegi pembelajaran apa yang tepat diterapkan, serta bagaimana pengembangan bahan ajar (Lee, 1996) yang relevan untuk kelompok pembelajara usia dini di SD. Karena karakter pembelajar usia dini berbeda dari karakter pembelajar remaja dan pembelajar dewasa (Karani,

Dra.Elanneri Karani, M.Pd. adalah Dosen FKIP Unioersitas Palangka Raya

Eicrnneri Koroni 3

2006), sehingga pola pembelajaran yang diterapkan untuk keIompok ini juga berbeda. Siswa usia SD adalah kelompok pembelajar bahasa Inggris (acing) di SD yang oleh para pakar disebut sebagai "young learners" karena mereka masih sangat muda dengan karakteristik khusus (Halliwell, 1993; Cameron, 2001; Moon, 2000, Harmer, 2003). Sebagai pembelajar bahasa Inggris sebagai bahasa acing (EFL) mereka memiliki kecenderungan bereaksi cepat terhadap benda-benda disekitamya. Daya imaginasi dan fantasi mereka sangat tinggi, namun disayangkan kelompok pembelajar usia ini memlliki keIemahan yaitu apa yang (its' ebut dengan "short attention span" sehingga sangat tidak betah berlama-lama duduk dikursi masing-masing (Moon, 2000; Harmer, 2003; Suyanto, 2004). Dampaknya adalah pola pembelajaran bahasa Inggris untuk kelompok ini idealnya dikemas dalam berbagai bentuk kegiatan yang dapat mengakomodasi rasa ingin tabu yang sangat tinggi yang diimbangi dengan durasi kegiatan yang bervariasi (Suyanto, 2004; Karani, 2005) sehingga metode, media serta bentuk asesmen yang diterapkanpun beragain sesuai dengan karakter anak-anak SD, BAHASA INGGRIS SEBAGAI MULOK DI SD Sekolah dasar (SD) di Palangkaraya juga memilih Bahasa Inggris sebagai salah satu mata pelajaran muatan Iokal sejak tahun 1998 (Karani, 2006). Dipilihnya bahasa Inggris sebagai mapel muatan lokal alas dasar pertirnbangan bahwa anak-anak usia SD adalah

Pembernbeiajaran Bahasa Inggris di SD: Metode Media don Asesmen

kelompok pembelajar bahasa (acing) yang sangat aktif (Halliwell, 1993; Cameron, 2001; Harmer 2003). Serta keinginan orangtua yang sangat antusias untuk memasulcan anak-anak mereka pada SD yang memprogramkan bahasa Inggris dalam kurikulum sekolah (Karam, 2006). Alasan ini didukung oleh peraturan pemerintah yaitu keputusan Men-ten Pendidikan dan Kebudayaan No. 0487/1992 dan No. 060/ U/ 1993 tanggal 25 Februari tahun 1993, yang merekomendasikan bahwa bahasa Inggris adalah salah sate mata pelajaran (mapel) muatan lokal (mulok) di SD, dart dapat diajarkan sebagai mapel pilihan mulai dari kelas IV (Kurikulum SD 1993). Berdasarkan observasi terakhir tahun 2007 hampir semua gu-. gus SD yang berjuntlah 29 atau 84,51% dari sejtunlah SD di wil-

Eicrnneri Koroni 5

ayah Koti Palangka Raya telah mernprogramkan bahasa Inggris dalam k u rik u lum sek o lah m asing-m asing (IC arani, 2008). Suatu program pengajaran bahasa asing (EFL): bahasa Inggris (BI) sebagai mulok dapat berjalan baik bila didukung oleh berbagai faktor penting seperii: guru, materi/bahan ajar, metode, media pembelajaran serta evaluasi/asesmen (Huda, 1 9 9 9 ) ya ng dilak u k an se cara sin am b u n g , seh in g g a d ap a t dip an tau kemajuan yang telah dicapai baik oleh siswa Sebagian besar guru-gum Bahasa Inggris di SD memililci latar belakang pendidikan yang relevan yaitu Sarja_na Pen didikan Bahasa Inggris (S-1), alumni dari Prodi Pendidikan bahasa Inggris FK EPU niversitas Palangka R aya (K aram , 2006). Namun disayangkan 2005; guru-guru (BI) tersebut bukan dipersiapkan untuk m engajar B ahasa Inggris untuk sisw a di SD . guru tersebutn memiliki pengetahuan dan Para ketrampi1an mengajar bahasa Inggris untuk mengajar siswa/i di SMP dan SMA, artinya pengetahuan serta keterampilan yang mereka milild tidak relevan untuk mengajar bahasa Inggris (BI) bagi anak-anak usia dini (E Y L ) di SD yang berbeda karakternya pembelajar dewasa (di gan den SMP dan SMA). Itulah fakta yang terjadi dilapangan, maka pertanyaan yang timbul adalah: apa saja metode, media serta asesmen yang diterapkan oleh para guru tersebut dalam pembelajaran bahasa Inggis di SD di Palangka Raya? Jadi artikel ini mengulas metode, media serta asesmen yang diterapkan oleh guru-guru dalam pembelajaran b ah asa

sebagai presIa sibelajar m aupun oleh guru seb agai gam baran hasil kinerja.

Pembernbeiajaran Bahasa Inggris di SD: Metode Media don Asesmen

In gg ris (B /) di S D di P alangk a R ay a KARAKTERISTLK PEMBELAJAR BI USIA DINT (ENGLIH FOR YOUNG LEARNERS) Kelompok pembelajar usia dini adalah kelompok anak y an g sed an g b e la jar d i S D , y an g dik ateg o rik an be ru sia an ta ra 6 12 tahun (Karam, 2005). Kelompok pembelajar ini dikenal dengan young learners. Ciri-cirinya: (1) daya imaginasi dan fantasi sangat tinggi, (2) sPialu aktif, (3) bereaksi spontan terhadap Iingkungan sail= yang bersifat konkrit daripada bersifat abstrak, (4) m asih sangat egocentric (H alliw ell, berp eng -

1993; M oon, 2000; yan to , 2000; d an S adtono, 2003). K eu nikan tersebu Su

Eicrnneri Koroni 7

arch positif terhadap pola dan gays pembelajaran bahasa Inggris di SD . Siswa SD yang termasuk clalam kategori pembelajar BI usia dini (EYL) memiliki kemarnpuan berikut pertama, mengintepretasikan arti dari suatu kalimat tanpa harus mengetahui arti setiap kata dalam kalimat tersebut Kedua, mereka bisa menebak arti suatu ucapan atau ujaran melalui intonansi dan isyarat. Ketiga, mereka bisa dengan cepat diajak berkomunikasi dalam bahasa (Inggris) sederhana karena tidak merasa malu dan tak ut salah (R ah m ajan ti, 19 99 ; S uy an to, 2 00 0; 20 04 ). Keempat, mereka memiliki kemampuan terbatas untuk menggunakan komponen bahasa secara kreatif. Karena umumnya meraka senang belajar sambil bermain, contoh main tebak kata dan silahkan terka. Kelima, mereka acap kali belajar secara tidak langsung, misalnya dengan mendengarkan cerita/ dongeng (S cott & Y treberg, 1996; R ahm ajanti, 1999, Suyanto, 2000a). anak-anak tidak hams Artinya belajar grammar secara khusus. Keenam, mereka sangat suka terhadap sesuatu yang bersifat fun. Karena itu belajar bahasa Inggris bisa dengan cara guessing, games: twenty questions (Scott & Ytreberg, 1996; Suyanto, 2000a) Ketujuh, selain itu mereka dapat dengan cepat merespon suatu kata (vocabulary/single word). Kedelapan, mereka mudah mengerti konsep yang bersifat konkrit Tetapi konsepkonsep abstrakpun

Pembernbeiajaran Bahasa Inggris di SD: Metode Media don Asesmen

dapat diperkenalkan sepanjang hal tersebut dapat dipahami oleh anak melalui pancaindera pada saat berkomunikasi dengan scsama temannya. Artinya indera sensoris mereka bisa dimanfaatkan untuk menolong mereka dalam proses pembelajaran bahasa (Karani, 2005). Kesembilan, rasa ingin tahu yang sangat besar (Sadtono, 2003; Suyanto, 2004). Kesepuluh, aktif berbicara dan bergerak tidak bisa diam, tetapi memiliki daya konsetrasi yang singkat/rendah (short attention sp an ) (B ro w n , 2 00 1 ; H arm er,. 2 0 0 3). Keunikan karakter inilah yang membedakan pembelajar BI usia dini di SD. Karena itu, kegiatan pembelajaran BI untuk kelompok ini sebaiknya disesuaikan dengan karakter-karakter tersebut agar basil belajar dapat optimal. Dengan demiIdan, kegiatan belajar bagi kelompok ini dapat berupa: 1) kerja mandiri, kerja berpasangan dan kerja kelompok; 2) kegiatan

Banned !Caroni 233 belajar tidak m onoton duduk/dikelac, tetapi sebaiknya bervari asi, rnisalnya: bernyanyi, bermain, menggunting, menempel gambar berdasarkan urutan dan jenisnya, dan mewarnai; 3) belajarpun kegiatan bisa diluar kelas (outdoor activities), dengan cara berjalan-jalan dihalam an sekolah sam bil m engam ati tertentu, mengamati objek lingkungan sekitar, seperti: mengamati tanaman, kendaraan yang ada di halaman sekolah; 4) w aktu belajar tidak feria/apanjang durasinya ( 40 S a d to n o , 2 0 0 3 ; S u y an to , 20 0 4 ). M em pertim bangkan keunikan karakter tersebut m aka yang perlu dipertimbangkan dalam implementasi program ini di S D adalah penerapan m etode, m edia serta asesm en oleh para guru, tentu saja yang sesuai dengan karakter usia pem belajar dint usia METODE , MEDIA SERTA ASESMEN PEMBELAJARAN BI DI SD Strategi pembelajaran, media dan asesmen yang diterapkan dalain pombelajaran BI bagi kelompok usia dini tentu berbeda dengan strategi yang digunakan dalam pembelajaran bagi kelompok pembelajar dewasa. Salah satu perbedaan yang mendasar adalah sangat singkat/rendah tingkat konsentrasi attention span) yang dimiliki (short oleh pembelajara BI usia dini (EYL). Artinya, anak-anak kelompok usia ini tidak betah duduk berlam a-lam a dikursi m asing-m asing. T etapi

m enit per sesi), sehingga anak tidak terperangkap rasa bosan (R adja, 2001

229

Pembernbeiajaran Bahasa Inggris di SD: Metode Media don Asesmen

m ereka bih senang belajar dengan prinsip "learning by doing" le (Harmer, 2003; Suyanto, 2004). Jadi ceram ah bukanlah cara yang tepat un tu k m eng ajar B I b ag i kelo m po k in i (K aran i, 2005 ). Selain itu, kelompok pembelajar ini (young learners) dikatakan oleh Cameron (2001) sebagai active learners and active thinkers. Mereka berada dalam proses perkembangan optimal, balk perkembangan pengetahuan secara 1171111131 maupun per-. a, kembangan ketrampilan berbahasa (Kweldju, 2004). SehinggeN diperlukan wadah yang mampu 'menarnptmg kreatifitas berp ik ir d a n b ek e rja se rta m a m p u m e m b e ri stim u lu s te rh ad a p hala l h tersebut Konsep ini dapat diadopsi dalam penerapan m etod e dan m edia pem b eiajaran B I seb ag ai m ulok d i S D .

Banyak konsep tentang metode dan media pembelajaran yang ditawarkan para pakar pendidikan bahasa, pengajaran bahasa Inggris (ELT) khususnya. Berikut ini beberapa metode serta media yang relevan untuk diterapkan dalam pembelajaran BI di SD. Metode holistic integrative: yang menganut pandangan bahwa pengajaran dan pembelajaran 131 tidak terpisah-pisah. Misalkan: mengajarkan vocabulary, grammar dan pronunciation secara terpisah. Melainkan berpandangan bahwa pengajaran dan pembelajaran aspek kebahasaan dilakukan secara terpadu. Walaupun demilthn ketrampilan berbahasa (language skills) harus tetap diajarkan bagi kelompok pembelajar usia dini, adalah listening, serta speaking dalam ungkapan sederhana (Ruda, 1999; Sadtono, 2003) diLanjutkan dengan mengajarkan ketrampilan bahasa lainnya. Acting Out. Pembelajar usia dini di SD adalah pembelajar aktif dalam artian belajar dengan bergerak dan berbicara. Karena itu mengajarkan conversation akan sangat menarik bila dilakukan dengan cara peragaan (role play, singin songs, dan chanting) daripada hanya menghafal saja (Moon, 2000; Suyanto, 2000; Krismadi, 2004). Language Games. Pada dasamya, kelompok pembelajar usia dini sangat suka bermain, karena itu kegiatan belajar akan sangat menarik bila anak-anak dilibatkan secara

Pembernbeiajaran Bahasa Inggris di SD: Metode Media don Asesmen

aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar bisa dalam bentuk permainan, seperti: guessing, games puzzle, hide and seek (Pedersen, 1995; Rahmajanti, 1999; Suyanto, 2000). Simple Story. Daya imajinasi clan fantasi kelompok pembelajar 131 usia dini di SD sangat tinggi. Karen itu kegiatan belajar 131 dengan metode bercerita atau membaca cerita sangat diminati anak-anak SD. Sebaiknya kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan media/ alat bantu peraga seperti puppet, dan big book (Rahmajanti, 1999; Cameron, 2001; Suyanto, 2004), Penggunaan media sebagai alat bantu peraga dalam pembelajaran BI di SD sangat penting. Ada tiga fungsi utama dari media/ alat bantu peraga dalam pembelajaran BI, yaitu untuk memikat daya tank belajar anak, memperjelas konsep, dan mempertegas penjelasan khususnyan tentang konsep abstrak (Suyanto, 1995; Suyanto, 2000b).

Elonneri Karani
13

Ada berbagai jenis media pembelajaran yang relevan serla menarik untuk pembelajaran BI di SD, yang dapat dibuat sendiri oleh guru serta tidak mahal, antara lain: guntingan garnbar-gambar berwarna, circular cards, magic box/bag, labels, posters, wall charts, flash cards, pictures, puppet dan big book ( Rahmajanti, 1999; Suyanto, 2000). Selain itu hasil belajar para siswa dapat diukur dan dinilai dengan menerapkan penilaian otentik Penilaian otentik adalah penilian yang tidak hanya mengukur hasil belajar anak dalam bentuk basil menjawab benar coal-seal tes/latihan tertulis saja. Tetapi ada beragam sistem penilaian otentik yang cocok untuk diterapkan dalam penilaian pembelajaran BI di SD antara lain: 1) Hasil tes tertulis: yes/no question, truefalse, matching, completion, essay; 2) penilaian proses (ongoing assessment): individual work, group work, oral interview, story or text telling, writing samples, recorded performance, project or exhibitions, group discussion, teacher' observation, rubric and portfolio (0' Malley & Pierrce, 1996; Suyanto, 2005). METODE Penelitian ini dilakukan di 10 SD di Kota Palangka Raya, dengan menerapkan metode survey (Ary, 2002).

229

Pembernbeiajaran Bahasa Inggris di SD: Metode Media don Asesmen

lnstrumen yang digunakan untuk menjaring data adalah kuesioner dan pengamatan langsung di kelas. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan prosentase dan dijelaskan secara kualitatif (Ary, 2002). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan basil penelitian diperoleh data tentang metode pembeldjOran yang ditandai dengan kegiatan pembelajaran yang diterapkan guru-gum BI dikelas adalab sebagai berilcut 1) menjelaskan materi belajar berdasarkan topik dilanjut}can dengan latihan lisan maupun tertulis (60%); 2) menjelaslcan pelajaran dilanjutkan dengan latihan tertulis (30%); 3) menjelaskan pelajaran denga cara singing songs, telling stories, dan playing games (10%). Fakta diatas menunjukkan bahwa sangat sedikit guru yang dapat menerapkan metode pembelajaran BI yang atraktif yang sesuai bagi anak-anak SD.

Elonneri Karani
15

Penerapan metode pembelajaran BI yang atraktif yang dilakukan oleh guru BI pun beragam. Antara lain: Ti) hanya 5% dari para guru yang melaksanakannya dalam setiap pertemuan/pembelajaran BI; 2) beberapa orang (22%) guru masih se-ring melaksanakannya walaupun tidak setiap pertemuan; 3) sangat banyak guru (72%) yang (sangat) jarang menerapkan metode pembelajaran BI atraktif; 4) ada juga diantara guru-guru (10%) tersebut yang (sangat) jarang menerapkan metode pembelajaran interaktif. Dengan demikian masih sangat sedikit guru-guru bahasa Inggris yang mengajar di SD (10%) yang menerapkan metode pembelajaran BI yang tepat singing songs, playing games, telling/reading stories, sesuai dengan karakter pembelajar usia dirti. Padahal kegiatan ini sangat diminati oleh anak-anak SD (Suyanto, 2002). Penggunaan mediapun tampaknya belum menjadi budaya dilingkungan guru-guru BI di SD. Padahal kegiatan belajar sambil bermain berupa: drawing things, coloring, discovering things, singing songs, telling/reading stories, playing games adalah kegiatan yang sangat disukai anak-anak (Suyanto, 2004; Krismadi, 2004). Kenyataannya, 1) hanya 10% dari guru-guru BI yang menggunakan media secara rutin dalam kegiatan pembelajaran B/ di SD; 2) 80% diantara para guru tersebut menggunakan media sesekali saja; 3) sementara 10%

Pembernbeiajaran Bahasa Inggris di SD: Metode Media don Asesmen

lainnya tidak pernah menggunakan media sama sekali. Artinya sangat sedikit guru-guru BI yang menggunakan media pembelajaran BT. Selain itu, jenis media yang digunakan juga beragam, misalnya: 1) 13% dan guru-guru tersebut menggunakan media berupa: gambar-gambar berwarna, Benda-benda seputar ruangan kelas seperti; white/black board, lcursi/rneja kalender, pulpen, pensil dan kotak pensil; 2) se/ebihnya 77% dari para guru itu hanya menggunakan benda-benda seadanya seputar ruangan kelas sebagai media pembelajaran. Artinya penggunaan media yang menarik bagi anak-anak usia SD masih belum digunakan oleh para guru tersebut Berarti sebagian besar guru-guru belum dapat menggunakan dan membuat media pembelajaran yang menarik sesuai dan cocok untuk anakanak SD. Asesmen/penilaian yang diterapkan guru-guru BI di SD juga beragam, sebagai berikut 1) hanya 20% dari guruguru BI

Elonneri Karani
17

di SD yang melakukan penilaian/asesmen terhadap siswa secara rutin; 2) 60% Iainnya sering melakukan penilaian/asesmen tetapi tidal( dalam setiap pertemuan; 3) 20% lagi hanya memberikan PR dan tugas-tugas rumah dalam bentuk tes tertulis saja. Bentuk penilaian yang dilakukan juga beragam, misalkan memberikan tes tetulis berupa: 1) 80% dan para guru itu memberikan soal dalam bentuk: T-F; multiple choice, matching, completion, dan translation; 2) 10% guru-guru tersebut menerapkan bentuk soal: completion, multiple choice, dan matching; 3) 10% lainnya menerapkan bentuk soal menjawab pertanyaan berdasarkan teks bacaan. Ini berarti sebagian besar guru-guru BI di SD hanya menerapkan paper and pencil test saja. Walaupun ada sebagian kecil dan guru-guru tersebut yang menerapkan tehnik penilaian otentik seperti: 1) 10% dari mereka menerapkan cars: menulis laporan observasi secara individual dan kelompok; 2) 20% menerapkan retell story/ menceritakan kembali isi cerita balk lisan maupun tertulis; 3) 20% menerapkan translation; 4) 40% lainnya menerpakan pemberian tugas rumah/ PR. Dengan demikian, hanya sebgian kecil saja dart guru-guru BI di SD yang menerapkan penilaian/ asesmen otentik. Fakta-fakta yang ditunjnkkan berdasarkan hasil penelitian tentang pembelajaran BI di 10 SD di Palangka Raya

Pembernbeiajaran Bahasa Inggris di SD: Metode Media don Asesmen

mengindikasikan bahwa walaupun sebagian besar guruguru BI di SD di Palangka Raya memiliki kualifikasi S-1 pendidikan Bahasa Inggris (Karani, 2006), namun hanya sebagian kecil saja (10%) dart mereka yang menerapkan metode pembelajaran yang relevan untuk anak-anak SD sebagai pembelajar BI usia dini. Fakta berikutnya juga menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja guru-guru BI (13%) SD di Palangka Raya yang menggunakan media pembelajaran secara rutin untuk menunjang kegiatan pembelajaran BL Media yang digunakanpurt bukan jeTliS media pembelajaran yang atraktif sesuai dengan karakter pembelajaran usia dini. Selain itu hanya sebagian kecil (20%) saja dart para guru B1 tersebut yang melaksanakan asesmen/ penilaian secara rutin. Sebagian besar dart mereka (80%) juga masih terpaku menggunakan sistem penilaian konvensional (paper and pencil test). Artinya sebagian besar guru-guru BI di SD belum memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk meng-

ajarkan BI untuk pembelajar usia dini di SD. Datnpaknya adalah sebagian besar guru-guru BI trisebut belum terbiasa menerapkan metode pembelajaran yang atraktif, belum menggunakan media yang menarik serta belum menerapkan sistern penilaian otentik/ otentik asesmen dalam pembelajaran BI sesuai dengan karakter anak usia dini yaitu murid SD. Karena terbatasnya pengetahuan serta ketrampilan mereka tentang pentbelajaran B I untuk anak-anak usia dini (E Y L ). S IM P U L A N Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan: Hanya 10% saja dari guru-guru BI yang menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter pembelajar usia dini di SD. Bentuk kegiatannya seperti: singing songs, telling/reading stories serta playing games. Namun sebagian besar guru-guru BI (90%) di SD belum menerapkan metode pembelajaran dalam bentuk kegiatan belajar yang menarik dalam pembelajaran bahasa Inggris, karena terbatasnya pengetahuan serta ketrampilan mereka tentang metode pembelajaran yang atraktif sesuai karakter pembelajar usia d in i di S D . Hanya sebagian kecil saja (13%) dari guru-guru BI di SD yang menggunakan media pembelajaran yang atraktif sesuai dengan karakter pembelajar usia slink Media yang digunakan seperti:

229

Pembernbeiajaran Bahasa Inggris di SD: Metode Media don Asesmen

gambar-gambar berwarna, benda-benda diseputar ruangan kelas/ realia. Namun sebagian besar guru-guru BI (77%) di SD belum menggunakan media pembelajaran yang atraktif dalam pembelajaran bahasa Inggris, karena terbatasnya pengetahuan sera ketrampilan mereka tentang jenis-jenis media pembelajaran BI yang sesuai dengan karakter pembelajar usia dini di SD. 3. Hanya sebagian kecil saja (20%) guru-guru BI di SD yang menerapkan penilaian/asesmen otentik. Jervis instrumen penilaian/asesmen yang diterapkan seperti: laporan observasi individual maupun laporan kelompok, retell stories. Namun sebagian besar guru-guru BI (80%) di SD belum menerapkan otentik asesemen atau penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa Inggris, karma keterbatasannya peng-

Elanneri Karani

asesm penilaian -g u ruPela tihan. te rseb u t ketram pilan mereka dtentang jenisan/ asesmen Bahasa B I d i Setahuan dan m encaku p e , m e ia serta p e nilai? en/ D inetod otentik yang sesuai dengan karakter pembelajar usia dini di S D SARAN B erdasarIcan d isaran k an : sim pulan yang dipapaxican diatas m aka

Anomim. 2007. Palangka Raya Dal= Angka. Palangka R ay a: B P S K ota P alangka R aya Ary, D. 2002. Introduction to Research in Education, United Sates: Wardworth-Thomson Learning Brown, H.D. 2001. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy (2nd edition). San F ransico : L ong m an Cameron,L. 2001. Teaching Language to Young Learners. London: C am bridge U niversity C am ero n , L . 2 0 0 3. C hallenges for E L T from the E xpansion in Teaching Children. ELT Journal, Vol 53/3, July Depdikbud. 1993. Kurfloulum Pendidikan Dasara: Landasan, Program dan Pengembangan. Ja k a rta

D E E C N A S C ab an g -P alan gk a R a y&afta0 2P em ba g ia n . D 20 r . Gugus SD/MIN, Kota Palangka Raya tahun 2002/2003 Halliwell, S. 1996. Teaching English in The Primary Classroom. London: Longman H arm er,. J. 2003. P ra ctice o f E ng lish La ng ua g e T he T eacching (3 E ds) L ondon: L ongm an H uda, N . 1999. Language Learning and Teaching: Issues and Trends. Malang: IMP Malang K aran i, E 0 05 . P ro fil u ru B ahasa Ing g ris di S eko lah 2 G Dasar: Harapan dan Kenyataan. Jurnai

Elanneri Karani

240 Pembembelajaran Bahasa loggris di SD: Metode Media don Asesmen Pendidikan, Vol.6, No 2, Desember 2005, Palangka Raya: Lem-Lit UNPAR Karani, E. 2006. The Implementation of The Teaching of English in Elementary Schools in Palangka Raya. Unpublished Thesis, Graduate Program: State University of Malang Karani, E. 2008. Pengembangan Silabus KTSP Bahasa Inggris SD di Kalimantan Tengah. Draft Proposal Disertasi Kweldju, S. 2004. Lexically-Based Language Teaching: An Innovative Step for ELT in Indonesia. In Cahyono and Widiati, 2004. English Language Teaching and Learning in Indonesia. Malang: UM Press Kismadi, G. C. 2004. Start Them Early: Teaching English to Young Learners in Indonesia in Cahyono, Y.B and Widiati, U. 2004. English Language Teaching and Learning in Indonesia. Malang. State University of Malang Press. Lee, I.1996. Hong Kong Primary Teachers' Perespective on ELT, RECL Journal, Vol. 27, No 2, December Moon, J. 2000. Children Learning English. London: Macmillan Heinemann 0' Malley, J.M & Pierrce, L. V. 1996. Authentic

Assesment for English Language Learners. New York: Addison-Wesley Publishing Co. Radja, P. 2001. Should We Teach English Early? (Some Considerations). TEFLIN Journal, Vol XII No. 1 February Rahmajanti, S. 1999. Promoting The Mastery of Language Components Through The Mode of Reading Adapted Stories to Elementary School Aged Learners. Unpublished Thesis. Graduate Program: State University of Malang Sadtono, E. 2003. Teaching English to Young Learners: Some Notes. A Paper presented in one-day Seminar in Surabaya: Widya Mandala-Catholic University Scott, AS & Ytreberg, L.M. 1996. Teaching English to Children. London: Longman Suyanto, K.K.E. 1995. Instructional Media for Young

Elanneri Karani

Learners of EFL. ELE, Vol 1, No 1, July 1995 Suyanto, K.K.E. 2000a. Instructional Media for Elementary Negeri School (Handout), Jurusan Universitas Inggris, Malang, Sastra

Pendidikan Bahasa Inggris Suyanto, KK.E. 2000b. Senang Belajar Bahasa Inggris di SD (penelitian di 10 Propinsi), LemLit Universitas Negeri Malang Suyanto, K.KE. 2002. Instructional Materials of EYL, Universitas Negeri Malang, Jurusan Sastra Inggris Inggris, Pendidilcan Bahasa

Suyanto, K.K.E. 2004. Pengajaran Bahasa Inggris di SD: Kebijakan, Implementasi dan Kenyataan. Pidato Pengukuhan Guru Besar di UM, Malang, 12 Jarman 2004. Suyanto, KKE. 2005. Penilaian Otentik: A Paper presented in one-day SemLok: "PenilaiaTh. Otentik Pembelajaran Bahasa Inggris di SD", UM: Malang October, 2005

Anda mungkin juga menyukai