Anda di halaman 1dari 46

ANALISIS DESKRIPTIF ANALISIS DESKRIPTIF

1.0 Distribusi Frekuensi dan Tabel Silang


1.1 Pengantar Statistik deskriptif
> Statistika deskriptif adalah bidang statistika > Statistika deskriptif adalah bidang statistika
yang mempelajari tatacara penyusunan dan
penyajian data yang dikumpulkan dalam
suatu kegiatan penelitian
> Data statistik dapat berupa :
1. Kategori (besar, kecil, kaya, miskin dsb)
2. Angka atau bilangan (data kuantitatif)
> Dua macam variabel dalam data kuantitatif :
1. Nilai variabel diskrit (nilai yang terpisah)
2. Nilai variabel kontinu (nilai yang bersambung)
Data diskrit Hasil menghitung
Data kontinu Hasil pengukuran Data kontinu Hasil pengukuran
Manakah kalimat yang menunjukkan data diskrit dan mana
yang merupakan data kontinu yang merupakan data kontinu
1. Keluarga Pak Amir mempunyai 35 ekor ayam, 10 ekor
sapi dan 0 75 hektar sawah sapi dan 0,75 hektar sawah.
2. Tinggi badan Didit adalah 167 cm dan berat badannya
72 kg dan dia memiliki dua tahi lalat di keningnya. g g y
3. Tiap kamar di Asrama Melati luasnya 16 m
2
dan
ditempati oleh empat orang siswa.
+ Dalam menganalisis suatu masalah sosial, tidak jarang
kita harus menyelidiki beberapa variabel sekaligus,
misalkan tingkat pendapatan keluarga di pedesaan
perlu dilihat menurut tingkat pendidikan kepala keluarga
g Dua ukuran yang digunakan untuk
membandingkan beberapa kelompok data, yaitu :
1. Ukuran pemusatan (rata-rata hitung, median,
modus, kwartil, desil atau persentil).
2. Ukuran penyebaran (jangkauan, rata-rata
penyebaran, atau deviasi standar)
1.2 Distribusi Frekuensi Tunggal
> Distribusi frekuensi tunggal adalah penyajian data > Distribusi frekuensi tunggal adalah penyajian data
hasil penelitian dengan cara mengelompokkan data
yang sama nilainya secara apa adanya.
Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Tunggal
Pendapatan per Bulan Jumlah Pendapatan per Bulan Jumlah
Tabel 1. Distribusi Pendapatan per Bulan 30
Keluarga di Desa X
Pendapatan per Bulan Jumlah Pendapatan per Bulan Jumlah
Rp. 135.000,- 1 Rp. 470.000,- 1
Rp. 150.000,- 1 Rp. 476.000,- 1
Rp 159 000 - 1 Rp 500 000 - 1 Rp. 159.000,- 1 Rp. 500.000,- 1
Rp. 176.000,- 1 Rp. 550.000,- 2
Rp. 200.000,- 1 Rp. 600.000,- 1
Rp 250 000 - 1 Rp 630 000 - 1 Rp. 250.000,- 1 Rp. 630.000,- 1
Rp. 275.000,- 2 Rp. 670.000,- 1
Rp. 300.000,- 3 Rp. 750.000,- 1
Rp 325 000 - 3 Rp 780 000 - 1 Rp. 325.000,- 3 Rp. 780.000,- 1
Rp. 340.000,- 1 Rp. 800.000,- 1
Rp. 400.000,- 1 Rp. 820.000,- 1
Rp 425 000 - 1 Jumlah 30 Rp. 425.000, 1 Jumlah 30
Rp. 450.000,- 1
1.3 Distribusi Frekuensi Bergolong
Menurut Sudjana (1984) untuk menyusun suatu
daftar distribusi frekuensi dengan panjang kelas
d t dil k k b i b ik t yang sama dapat dilakukan sebagai berikut :
C Tentukan rentang, ialah data terbesar dikurangi
data terkecil data terkecil.
C Tentukan banyaknya kelas interval yang diperlukan
C Tentukan panjang kelas interval p
C Sebagai ujung bawah kelas interval pertama dapat Sebaga uju g ba a e as te a pe ta a dapat
diambil sama dengan data terkecil atau dari data
terkecil tetapi selisihnya harus kurang dari panjang
kelas yang telah ditentukan kelas yang telah ditentukan
Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Bergolong g g
Tabel 2. Distribusi Pendapatan per Bulan
30 Keluarga di Desa X
Kelompok Pendapatan Jumlah Kelompok Pendapatan Jumlah
Rp. 135.000,- - Rp. 272.000,- 6
Rp. 273.000,- - Rp. 409.000,- 10
R 410 000 R 546 000 5 Rp. 410.000,- - Rp. 546.000,- 5
Rp. 547.000,- - Rp. 683.000,- 5
Rp. 684.000,- - Rp. 822.000,- 4
Jumlah 30
1.4 Distribusi Frekuensi Kumulatif
^ Cara penyusunan tabel frekuensi kumulatif adalah
sama dengan cara penyusunan tabel frekuensi
t l d b l tunggal dan bergolong.
Tabel 3. Distribusi Pendapatan per Bulan
30 K l di D X 30 Keluarga di Desa X
Kelompok Pendapatan F cf
Rp. 135.000,- - Rp. 272.000,- 6
6
Rp. 273.000,- - Rp. 409.000,- 10
16
Rp. 410.000,- - Rp. 546.000,- 5
21
Rp. 410.000, Rp. 546.000, 5
Rp. 547.000,- - Rp. 683.000,- 5
26
Rp. 684.000,- - Rp. 822.000,- 4
30
Jumlah 30
1.5 Tabel Silangg
+ Umumnya analisis sosial dilakukan dengan
h b k d t l bih i b l hi menghubungkan dua atau lebih variabel, sehingga
data statistiknya disajikan dalam distribusi
frekuensi berdimensi ganda atau tabel silang g g
+ Contoh Tabel 4 yang menunjukkan matriks data
untuk ke 30 responden yang terdiri dari tiga untuk ke 30 responden, yang terdiri dari tiga
variabel, yaitu nomor responden (01 sampai dengan
30) yang terletak pada kolom 1 dan 2, pendidikan
responden (1< SMP, 2 = SMP dan SMA, 3 =
Sarjana), dan pendapatan per bulan (dalam ribuan
rupiah) rupiah)
Tabel 4. Matriks Data 30 Responden di Desa X
Kolom 1 2 3 Kolom 1 2 3
1 1 135 16 1 300
2 1 150 17 1 300
3 3 450 18 3 800
4 2 159 19 3 780
5 2 176 20 3 670 5 2 176 20 3 670
6 1 200 21 2 400
7 1 250 22 2 470
8 1 275 23 3 820 8 1 275 23 3 820
9 2 325 24 2 476
10 2 325 25 2 750
11 2 340 26 3 630
12 3 500 27 2 600
13 3 550 28 1 325
14 1 275 29 1 425
15 1 300 30 1 550 15 1 300 30 1 550
^ Setelah kita mempunyai tabel matriks (seperti Tabel 4)
tersebut kita dapat menyusun suatu tabel silang,
i l d t k l b l k di lidiki misalnya pendapatan keluarga per bulan akan diselidiki
dalam hubungannya dengan tingkat pendidikan kepala
keluarga
Tabel 5. Tabel Dummy Hubungan Pendapatan per Bulan
dengan Pendidikan Kepala Keluarga di Desa X (n=30)
Pendapatan Keluarga
Tingkat Penidikan KK
1 2 3 Total
Rp. 135.000,- - Rp. 272.000,-
Rp. 273.000,- - Rp. 409.000,-
Rp. 410.000,- - Rp. 546.000,- Rp. 410.000, Rp. 546.000,
Rp. 547.000,- - Rp. 683.000,-
Rp. 684.000,- - Rp. 822.000,-
J l h Jumlah
> Selanjutnya (setelah Tabel 5) kita isikan frekuensi yang
tepat pada kolom-kolom yang ada tepat pada kolom kolom yang ada
Tabel 6 Hubungan Pendapatan per Bulan dengan Tabel 6. Hubungan Pendapatan per Bulan dengan
Pendidikan Kepala Keluarga di Desa X (n=30)
Tingkat Pendidikan KK
Pendapatan Keluarga
Tingkat Pendidikan KK
1 2 3 Total
Rp. 135.000,- - Rp. 272.000,-
4 2 0 6
R 2 3 000 R 409 000
6 4 0 10
Rp. 273.000,- - Rp. 409.000,-
6 4 0 10
Rp. 410.000,- - Rp. 546.000,-
1 2 2 5
Rp. 547.000,- - Rp. 683.000,-
1 1 3 5
Rp. 684.000,- - Rp. 822.000,-
0 1 3 4
Jumlah
12 10 8 30
1.6 Angka Mutlak dan Angka Relatif
Proporsi adalah perbandingan antara suatu angka
dengan angka totalnya
Jika b a c + Jika
c
b
atau
c
a
maka
b, a c + =
Angka proporsi
c c
Misanya jumlah penduduk Kabupaten Bengkalis
hasil SUSENAS 1998 adalah 1 139 694 orang yang hasil SUSENAS 1998 adalah 1.139.694 orang, yang
terdiri dari 576.417 laki-laki dan 563.277 perempuan,
maka proporsi penduduk perempuan adalah :
0,49
1 139 694
563.277
=
1.139.694
> Persentase adalah angka proporsi dikalikan 100 %
0,49 x 100% = 49 %
- Perbandingan junlah penduduk
perempuan di antara jumlah laki-laki
Rasio
Rasio penduduk perempuan terhadap laki-laki adalah:
563 277
0,977
576.417
563.277
=
Untuk memudahkan analisis maka angka rasio dikalikan Untuk memudahkan analisis maka angka rasio dikalikan
100, jadi rasio penduduk perempuan terhadap laki-laki
adalah 97,7
2.0 Membuat dan Menyajikan Grafik
2 1 Diagram Batang dan Piramida 2.1 Diagram Batang dan Piramida
Tabel silang yang komplek secara relatif akan
lebih mudah dibaca dengan jika divisualisasikan
dengan grafik dalam hal ini yang cocok untuk dengan grafik, dalam hal ini yang cocok untuk
tujuan tersebut adalah grafik batang
Gambar 1. Distribusi Penduduk berumur 10 Tahun ke
At M t St t P k i d J i Atas Menurut Status Perkawinan dan Jenis
Kelamin, Jawa Barat, 1990 (Persen)
Sumber: BPS 1992
Gambar 2. Piramida Penduduk Sulawesi Selatan dan
Kalimantan Barat 1990 Kalimantan Barat, 1990
Sumber : BPS 1992
2.2 Diagram Garis
. Kurva atau grafik garis akan sangat bermakna untuk . Kurva atau grafik garis akan sangat bermakna untuk
menggambarkan data kontinu atau mengambarkan
data serial
Gambar 3. Produksi Padi Ladang di Setiap
Provinsi di Jawa, 1994 -1998
600
700
800
900
1000
100
200
300
400
500
0
100
1994 1995 1996 1997 1998
Jawa Barat Jawa Tengah
D.I. Yogyakarta Jawa Timur
Sumber : BPS, 1999, Tebl 5.1.8, halaman 164
2 3 Diagram Lingkaran 2.3 Diagram Lingkaran
E Grafik ini menggunakan lingkaran sebagai alat
geometris untuk menunjukkan jumlah keseluruhan geometris untuk menunjukkan jumlah keseluruhan
sampel
E G fik li k k k b k E Grafik lingkaran cocok untuk mengambarkan
sebaran satu variabel atau satu dimensi dari tabel
silang. g
E Perbandingan beberapa kelompok dalam variabel
yang sama dapat dilakukan dengan membuat yang sama dapat dilakukan dengan membuat
beberapa diagram bundar yang memiliki
kategorisasi identik satu sama lain
Gambar 4. Distribusi Penduduk Berumur 10 tahun Ke
Atas Menurut Status Kawin dan Jenis
Kelamin, Jawa Barat 1990
Sumber: BPS (1992)
2.4 Piktogram
Piktogram adalah grafik yang dibuat dengan Piktogram adalah grafik yang dibuat dengan
memberikan simbol (gambar) untuk mewakili informasi
statistik yang ingin disampaikan
Misalnya : Jumlah penduduk suatu wilayah, satwa,
rumah dan sebagainya.
Pulau Sambungan Telpon Jumlah
1. Pekanbaru 43 065
2. Tanjung Pinang 20 791
3. Tembilahan 2 689
4. Dumai 14 634
5. Batam 25 016
Jumlah Total 106 195
2.5 Kartogram
+ Penyajian data statistik dalam peta dikenal dengan
istilah Kartogram
+ Data yang diperinci menurut lokasi geografis, akan
lebih efektif jika divisualisasikan lewat peta lebih efektif jika divisualisasikan lewat peta
+ Misalnya arus migrasi, kepadatan penduduk antar
wilayah, atau ciri-ciri khas suatu wilayah
Gambar 6. Migrasi Netto Dalam Provinsi Menurut DATI II,
J T h 1995 Jawa Tengah, 1995
2.6 Diagram Pencar
> Grafik dengan pencar (scattered diagram) adalah > Grafik dengan pencar (scattered diagram) adalah
untuk melukiskan informasi statistik yang
merupakan gabungan dua variabel
Gambar 7. Grafik Hubungan Antara Tinggi dan Berat
Badan Perempuan Dewasa
70
80
90
p
40
50
60
B
e
r
a
t

(
k
g
)
0
10
20
30
B
0
140 145 150 155 160 165 170 175
Tinggi (cm)
3.0 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran
+ Ukuran pemusatan (measure of location atau
measure of central tendency) menunjukkan tempat
atau letak distribusi frekuensi atau letak distribusi frekuensi
Ukuran pemusatan Ukuran pemusatan
O Mean
O Median O Median
O Mode
O Kwartil
O Desil
O Persentil
3.1 Mean, Median, dan Mode
= Mean adalah angka rata-rata dengan definisi : = Mean adalah angka rata rata dengan definisi :
Jumlah nilai-nilai dibagi dengan jumlah individu
dan dihitung dengan rumus

N
X
M

= Untuk distribusi frekuensi
tunggal, di mana nilai X adalah
R k di ib i b l k
tunggal, di mana nilai X adalah
mewakili nilai variabel individu
> Rumus untuk distribusi bergolong, menggunakan
rumus sebagai berikut


N
fX
M

= Di mana X mewakili titik
tengah interval, sedangkan f
j kk f k i di menunjukkan frekuensi di
setiap kelas atau interval
= Median didefinisikan sebagai suatu nilai yang membatasi
50 persen frekuensi distribusi bagian bawah dengan 50 p g g
persen frekuensi distribusi bagian atas (Hadi 1974:44)
Rumus untuk menghitung median dari distribusi
b l d l h b i b ik t bergolong adalah sebagai berikut :
i
cf - 1/2N
Bb Median
b
(
(

+ = di mana :
f
d
(

Bb =adalah batas bawah (nyata) dari interval yang


mengandung median
cfb=frekuensi kumulatif (frekuensi meningkat) di bawah
interval yang mengandung median interval yang mengandung median
f
d
=frekuensi dalam interval yang mengandung median
i l b i t l d i =lebar interval, dan
N =jumlah frekuensi dalam distribusi
= Mode dibatasi sebagai :
a) Dalam Distribusi Tunggal : nilai variabel yang a) Dalam Distribusi Tunggal : nilai variabel yang
mempunyai frekuensi tertinggi dalam distribusi.
b) Dalam distribusi bergolong : titik tengah interval ) g g g
kelas yang mempunyai frekuensi tertinggi dalam
distribusi
3.2 Kwartil, Persentil, dan Desil
+ Kwartil akan membagi nilai suatu distribusi menjadi
t it i hk ti 25 empat, yaitu memisahkan setiap 25 persen
frekuensi dalam distribusi.
+ Desil akan memisahkan setiap 10 persen dalam + Desil akan memisahkan setiap 10 persen dalam
distribusi.
+ Persentil akan membagi frekuensi distribusi
menjadi 100 kelas
^ Kwartil adalah bilangan pembagi yang memisahkan suatu
kumpulan data menjadi 4 bagian kumpulan data menjadi 4 bagian.
Terdapat tiga
1. Kwartil pertama (K
1
)
Terdapat tiga
buah kwartil :
2. Kwartil kedua (K
2
)
3. Kwartil ketiga (K
3
)
1 Susun data menu
Langkah
menentukan
1. Susun data menu
2 Tentukan letak kwartil menentukan
nilai kwartil :
2. Tentukan letak kwartil
3 Tentukan nilai kwartil 3. Tentukan nilai kwartil
Rumus untuk menghitung kwartil pertama adalah :
i
f
cf - N
B K
d
b
b 1 (

+ =
4 / 1
^ Desil adalah bilangan pembagi sekumpulan data menjadi
10 bagian, sehingga terdapat 9 desil, yaitu D
1
, D
2
, D
3
, D
4
, g , gg p , y
1
,
2
,
3
,
4
,
D
5
, D
6
, D
7
, D
8
, D
9
.
cf 1/10N (
R D il
(a) i
f
cf 1/10N
B D
d
b
b 1 (


+ =
D K M di (b)
Rumus Desil
D
5
= K
2
= Median (b)
(c) i
cf 9/10N
B D
b
b 9 (
(


+ = (c) i
f
B D
d
b 9 (

+
^ Persentil Pertama (P
1
) adalah suatu titik dalam
distribusi yang menjadi batas satu persen dari
frekuensi yang terbawah
P
2
Adalah suatu titik yang membatasi dua persen
frekuensi yang terbawah dalam distribusi
Rumus Persentil (a) i
cf n/100N
B P
b
(
(


+ Rumus Persentil (a) i
f
B P
d
b n (

+ =
3.3 Tempat kedudukan mean, median, mode dan
desil/persentil dalam distribusi
= Tempat kedudukan mean, median, dan mode
dalam satu distribusi sangat tergantung kepada
bentuk distribusinya apakah distribusinya simetri bentuk distribusinya, apakah distribusinya simetri
atau miring
+ Jika distribusinya simetri normal, maka ketiga ukuran
ketiga ukuran tersebut akan saling berhimpitan ketiga ukuran tersebut akan saling berhimpitan.
Gambar 10. Tempat Kedudukan Mean, Median, dan Mode
Nilai
Mean
Median
Mode
- Pada distribusi trapesium, dwimode, dan bentuk bel yang
tidak normal, nilai mean, median dan modenya , , y
berhimpitan.
Pada distribusi bentuk tabel yang tidak normal, nilai mean,
median dan modenya berhimpitan median dan modenya berhimpitan
Gambar 11. Distribusi Normal yang lain
Nilai
Mean
Nilai
Mean
Median
Mode
Median
Mode
> Pada distribusi bentuk trapesium dan dwimode, mean
dan median berhimpitan sedangkan modenya berada dan median berhimpitan sedangkan modenya berada
dalam kedudukan lain.
G b 12 Di t ib i T i d D i M d Gambar 12. Distribusi Trapesium dan Dwi Mode
Mean
Mean
Median Median
Median
Median Median
Pada distribusi miring maka kedudukan ketiga tendensi Pada distribusi miring, maka kedudukan ketiga tendensi
sentralnya terpisah satu sama lain
C Bilamana distribusinya miring ke kiri (positif), maka
meannya ada di sebelah kanan dan modenya ada di
sebelah kiri sebelah kiri.
C Jika distribusinya miring ke kanan (negatif),
maka meannya ada disebelah kiri dan modenya
ada disebelah kanan.
Gambar 13. Nilai Mean, Median dan Mode pada
Distribusi Miring Distribusi Miring
Mode Mean
Mean Mode
Median
Median
Median
> Nilai desil adalah terletak pada absis atau sumbu X,
sedangkan ordinatnya diletakkan pada tiap-tiap desil sedangkan ordinatnya diletakkan pada tiap tiap desil
Gambar 14. Tempat Masing-masing Desil Dalam
Distribusi Normal
D
4
D
1
D
3
D
2
D
6
D
5
D
8
D
7
D
9 4
1
3 2 6 5 8 7 9
- Perlu dicatat bahwa jarak antara titik-titik desil yang
satu ke desil yang lain adalah tidak sama satu ke desil yang lain adalah tidak sama.
Jarak antara desil yang sama banyaknya hanya
dijumpai pada grafik segi empat. j p p g g p
Gambar 15. Tempat Kedudukan Masing-masing Desil
Dalam Grafik Segi Empat
D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9
3.4 Bilamana menggunakan mean, median, mode dan
desil/persentil desil/persentil
O Jika waktu terbatas maka yang digunakan adalah Mode
O Suatu kejadian khusus yang membutuhkan Mode O Suatu kejadian khusus yang membutuhkan Mode
O Nilai Mean sangat diperlukan dalam perhitungan
statistik, sementara Mean dan Mode adalah ukuran statistik, sementara Mean dan Mode adalah ukuran
statistik terbatas
O Jika ada terdapat informasi yang hilang, maka Mean
tidak dapat digunakan, dan ukuran yang dapat
membantu untuk situasi seperti itu adalah Median dan
Mode Mode
O Untuk kasus distribusi yang sangat miring, maka
tidaklah cukup akurat untuk menggunakan hanya salah
satu ukuran pemusatan, karena dapat memberi
gambaran yang salah
O Ukuran yang paling stabil adalah mean, diikuti median
dan mode
Berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan ukuran tendensi sentral di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan:
= Mean biasanya dipilih sebagai ukuran pemusatan
jik di t ib i d k ti l k jika distribusi mendekati normal, karena mean
mempunyai stabilitas terbesar dan dapat digunakan
sebagai dasar perhitungan statistik selanjutnya g p g j y
= Median adalah nilai variabel yang ditengah-tengah
dan umumnya paling tepat untuk menggambarkan dan umumnya paling tepat untuk menggambarkan
tendensi sentral bila distribusinya tidak normal,
seperti sangat miring, atau karena ada informasi
yang tidak lengkap
= Mode adalah ukuran yang paling sederhana yang
dapat dipakai untuk menaksir tendensi sentral p p
dalam keadaan tergesa-gesa, atau dalam situasi
khusus.
3.5 Rentang dan standar deviasi
Variabilitas adalah derajat penyebaran nilai-nilai j p y
variabel dari suatu tendensi sentral dalam suatu
distribusi. dispersi
Beberapa cara
Range
M D i ti
p
menghitung variabilitas
Mean Deviation
Standard Deviation
+ Mean Deviation (deviasi rata-rata) adalah rata-rata
deviasi nilai-nilai dari Mean dalam suatu distribusi dan deviasi nilai nilai dari Mean dalam suatu distribusi dan
diambil nilainya yang absolut (nilai positif).
Secara
deviasi rata-rata didefinisikan sebagai mean
dari harga mutlak dari deviasi nilai-nilai
individual
Secara
aritmatika
individual
> Rumus
deviasi
MD
X

deviasi
rata-rata
N
MD =
MD =adalah Mean Deviation MD adalah Mean Deviation

lxl
=jumlah deviasi dalam harga mutlaknya
N =jumlah individu/Kasus j
= Deviasi Standar (standard deviation) adalah alat statistik
yang dihitung berdasarkan akar dari jumlah deviasi yang dihitung berdasarkan akar dari jumlah deviasi
kuadrat dibagi banyaknya individu yang dimati.
Menurut Hadi (1987) standar deviasi dapat dibatasi Menurut Hadi (1987), standar deviasi dapat dibatasi
sebagai akar dari jumlah deviasi kuadrat dibagi
banyaknya individudalam distribusi.
> Rumus
Deviasi
N
X
SD
2

=
Standar (SD)
N
Di mana : SD(s) = Standard Deviation
X
2
= Jumlah deviasi kuadrat
N = Jumlah individu/kejadian dalam j
distribusi
+ Jumlah kuadrat dari deviasi standar disebut dengan
varians varians
Varians adalah mean dari jumlah deviasi kuadrat
atau dinyatakan dengan rumus :
+
atau dinyatakan dengan rumus :
N
X
SD V
2
2

= =
N
3.6 Angka baku dan koefisien variasi
+ Nilai standar atau angka baku mempunyai
keistimewaan yaitu bahwa nilai standard tidak lagi
tergantung kepada satuan pengukuran tersebut tergantung kepada satuan pengukuran tersebut
sebelumnya.
Angka standar yang paling asli adalah yang g y g p g y g
dikenal dengan istilah z-score
- Z-score didefinisikan sebagai suatu bilangan yang - Z-score didefinisikan sebagai suatu bilangan yang
menunjukkan seberapa jauh suatu nilai (angka kasar)
menyimpang dari mean dalam satuan SD atau secara
i k t dik t k b i i d k d i i t il i singkat dikatakan sebagai indeks deviasi sesuatu nilai
Rumus z-score adalah sebagai berikut : g
+
M X
SD
M - X
z = Di mana : z = angka standar
X = sesuatu angka kasar
M M di t ib i M = Mean distribusi
SD= Deviasi Standar distribusi
+ Pengukuran dengan z-score memiliki fungsi-fungsi
t t t i l b i b d i i ht d tertentu, misalnya sebagai sumber dari weighted score
atau scale score yang selalu digunakan dalam proses
penilaian hasil-hasil test secara ilmiah. p
. Dengan z-score memungkinkan seorang guru untuk
membandingkan kecakapan seorang anak dalam e ba d g a eca apa seo a g a a da a
bermacam-macam pelajaran.
Di i l tif Dispersi relatif
Untuk mengukur pengaruh dan untuk
membandingkan variasi antara nilai-
nilai besar dan nilai-nilai kecil.
t R t
absolut Dispersi
relatif Dispersi =
rata - Rata
p
+ Jika untuk dispersi absolut diambil simpangan baku
(SD), maka didapat koefisien variasi, yang didapat ( ), p , y g p
dipakai untuk membandingkan variasi relatif beberapa
kumpulan data dengan satuan yang berbeda.
> Rumus koefisien
variasi (KV) adalah :

t d D i i
100%
rata - Rata
standar Deviasi
KV =
3.7 Momen kemiringan dan kurtosis
P hit k i i d k t i Perhitungan momen, kemiringan dan kurtosis
digunakan untuk menilai apakah suatu kelompok data
terdistribusi secara normal atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai