Anda di halaman 1dari 12

TRANSPLANTASI

1. Pengertian Transplantasi Transplantasi organ adalah transplantasi atau pemindahan seluruh atau

sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang lain pada tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak befungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor organ dapat merupakan orang yang masih hidup ataupun telah meninggal. Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi: Autotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri. Homotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain. Heterotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari suatu spesies ke tubuh spesies lainnya. Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu : Eksplantasi, yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang sudah meninggal. Implantasi, yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain. Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan transplantasi, yaitu: Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan kekurangan jaringan / organ. Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan / organ tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan / organ tersebut, untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi. Sejarah dan Perkembangan Transplantasi. Tahun 600 SM di India, Susruta telah melakuakan transpalantasi kulit. Semantara jaman Renaissance, seorang ahli bedah dari Itali bernama Gaspare Tagliacozzi juga telah melakukan hal yang sama. Diduga John Hunter ( 1728 1793 ) adalah pioneer bedah eksperimental, termasuk bedah transplantasi. Dia mampu membuat criteria teknik bedah untuk menghasilkan suatu jaringan trnsplantasi yang tumbuh di tempat baru. Akan tetapi sistim golongan darah dan

sistim histokompatibilitas yang erat hubungannya dengan reaksi terhadap transplantasi belum ditemukan. Pada abad ke 20, Wiener dan Landsteiner menyokong perkembangan transplantasi dengan menemukan golongan darah system ABO dan system Rhesus. Saat ini perkembangan ilmu kekebalan tubuh makin berperan dalam keberhasilan tindakan transplantasi. Perkembangan teknologi kedokteran terus meningkat searah dengan

perkembangan teknik transplantasi. Ilmu transplantasi modern makin berkembeng dengan ditemukannya metode metode pencangkokan, seperti : a. Pencangkokkan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas koroner olah Dr. George E. Green. b. Pencangkokkan jantung, dari jantung kera kepada manusia oleh Dr. Cristian Bernhard, walaupun resepiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari. c. Pencakokkan sel sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke penderita Parkinson oleh Dr. Andreas Bjornklund.

2. Contoh Kasus Remaja 14 tahun Hidup Tanpa Jantung Selama 4 Bulan Melewati hidup tanpa detak jantung bukan hal yang mudah bagi DZhana Simmons. Ia merasa aneh walaupun tetap yakin bahwa ia belum mati. Saya tahu, saya masih disini saya bisa hidup tanpa jantung,ungkap gadis berusia 14 tahun itu. Namun kini ia bisa bernafas lega, hari ini (kamis) DZhana bisa bernafas lega dan mulai menjalani hidup normal. Ia meninggalkan sebuah rumah sakit di Miami untuk pertama kalinya sejak Juli lalu setelah melewati dua kali operasi transplantasi jantung. Gadis pemalu itu sempat bertahan hidup tanpa kehadiran organ jantung sama sekali selama empat bulan dan hanya dibantu dengan pompa jantung buatan. Diagnosa Pembesaran Jantung : Musim semi lalu DZhana di diagnose mengalami pembesaran jantung sehingga organ vitalnya tersebut terlalu lemah untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Gadis yang tinggal di Clinton, South Caroline itu lalu dirujuk ke RS Anak Holt Miami untuk transplantasi. Celakanya, jantung baru DZhan tidak bekerja optimal dan beresiko pecah sehingga dokter mencabut jantung tersebut dua hari kemudian. Pertaruhan nyawa DZhana pun dimulai ketika para dokter lalu mananamkan sepasang alat pompa buatan untuk menggantikan fungsi organ jantung.

Ini adalah tindakan medis yang tidak biasa, terutama bagi pasien semuda DZhana. Dokter sepertinya tak punya pilihan lain dan harus menggunakan alat ini hingga pasien siap melakukan transplantasi kedua. Dr. Peter Wearden, ahli bedah Cardiothoracic di RS Anak Pittsburgh, yang pernah menggunakan alat pompa jantunh sejenis, mengatakan apa yang dilakukan tim medis di Miami sungguh sebuah pertaruhan besar. Untuk lebih dari 100 hari, tanpa adanya jantung dalam tubuh seorang gadis ? ini sungguh luar biasa, kata Wearden. Pompa jantung yang berfungsi sebagai alat bantu ventricular, biasanya digunakan pada pasien yang masih memiliki jantung guna membantu bilik mensirkulasikan darah. Dengan kondisi DZhana yang dicopot, tim dokter di RS Anak membuat bilik jantung pengganti menggunakan sejenis alat yang terhubung pada dua pompa. Meskipun penggunaan jantung buatan telah disetujui untuk pasien dewasa, tetapi pemerintah federal belum memberikan izin bagi pasien anak. Sejauh ini, memang hanya ada sedikit pilihan bagi pasien anak-anak atau balita karena kondisi yang yang mengancam jiwa seperti ini masih terbilang jarang. Belum banyak perusahaan yang mau menginvestasikan alat atau teknologi jantung yang dapat membantu anak-anak, kata Dr. Marco Ricci, ahli bedah jantung anak di Universitas Miami. Ricci mengatakan, kasus usus member pelajaran bagaimana para dokter saat ini punya banyak pilihan. Di masa lalu, situasi ini bisa sangat mematikan, tegas Ricci. Kenyataanya, nyawa DZhana pun nyaris melayang. Selama empat bulan, gadis belia itu kerap mengalami kesulitan bernafas, selain juga mengalami gagal jantung dan lever serta pendarahan pada system pencernaan. Dan yang lebih mendebarkan lagi, perlu setidaknya empat orang untuk terus memantau kondisi DZhana setiap waktu, dan setidaknya satu orang yang mengendalikan mesin yang menjadi bagian terpisah dari alat pompa jantung tersebut. Ketika kondisi DZhana sudaj cukup berhasil untuk menjalani operasi, tim dokter pun akhirnya melakukan transplantasi kedua pada 29 Oktober lalu. Saya benar-benar percaya bahwa ini adalah sebuah keajaiban, ungkap Twolla Anderson, ibunda DZhana. DZhana mengatakan ia sangat senang karena bisa berkumpul dengan lima saudaranya dan menghabiskan lebih banyak waktu di alam terbuka. Sya bahagia bisa berjalan tanpa mesin, ujar gadis yang akan merayakan ulang tahun ke-15Nya itu

3. Pengertian Menurut : a. Para Ahli Transplantasi organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan sebagian tubuh atau organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ sejenis yang tidak dapat berfungsi lagi. Transplantasi dapat dilakukan pada diri orang yang sama (auto transplantasi), pada orang yang berbeda (homotransplantasi) ataupun antar spesies yang berbeda (xeno-transplantasi). Transplantasi organ biasanya dilakukan pada stadium terminal suatu penyakit, dimana organ yang ada tidak dapat lagi menanggung beban karena fungsinya yang nyaris hilang karena suatu penyakit. b. Agama Ilmu Fikih Dalam kitab-kitab fiqh klasik tidak terlalu membahas secara detail karena pada masa itu transplantasi belum riil. Jangkauan bahasannya hanya dalam bentuk hipotesis (andaikan). Itu pun terbatas pada transplantasi (tepatnya: penyambungan) tulang daging dan kornea mata manusia. Paradigma pemikiran yang dibangun adalah: Pertama, organ manusia itu terhormat, baik manusia itu masih hidup maupun sudah meninggal. Kedua, kehormatan manusia itu diklasifikasi ideologi warga negara yang dianut saat itu. Misalnya, warna negara muslim, warga negara dzimmi, warna negara harbi, dan warga negara murtad. Paradigma itu memengaruhi keputusan hukum transplantasi. Ibn al-Imad dalam Hasyiyah al-Rasyidi (2001, 26), menyatakan: "diharamkan mentransplantasi kornea mata orang yang sudah meninggal, walaupun ia tidak terhormat seperti karena murtad atau kafir harbi. Selanjutnya, diharamkan pula menyambungkan kornea mata tersebut kepada orang lain, karena bahaya buta masih lebih ringan dibandingkan dengan perusakan terhadap kehormatan mayat". Tujuan ideal ini, mengacu pada lima kebutuhan pokok manusia yang sangat mendesak (al-dhoruriyat al-khoms), yaitu : Proteksi pada agama (hifdz al-din) maksudnya dalam konteks modern menjadi hak untuk beragama dan menganut suatu sistem kepercayaan (haqq al-tadayyun).

Proteksi

untuk

melindungi

jiwa

(hifdz

al-nafas)

maksudnya

dikembangkan menjadi hak untuk bisa menyambung kehidupan, baik dengan tindakan medis, seperti tranplantasi, maupun kehidupan dalam pengertian ekonomi (haqq al-hayah) Proteksi melindungi harta (hifdz al-mal) Proteksi untuk melindungi kecerdasan dan rasionalitas (hifdz al-aql). Dalam konteks modern menjadi perlindungan hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan kebebasan mengeluarkan pendapat (haqq altarbiyah wa ibda al-rayi) Proteksi terhadap kesucian keturunan (hifdz al-nasab). Dalam konteks modern, menjadi hak untuk menjaga kesehatan reproduksi (haqq shihhah wasail al-nasl). Dalam fiqih sendiri terdapat lima pedoman kaidah fiqh yang harus menjadi acuan. Suatu ungkapan dalam Alquran, hadis, atau ketentuan hukum dalam kitab fiqh klasik yang dipertimbangkan adalah keumuman tujuan hukum, bukan bergantung kepada ketentuan teks statis atau sebab (alibrah bi umum al-maqashid, la bikhusus al-nash wa al-sabab). Kepentingan umum adalah dalil hukum yang kehujahannya mandiri, tak bergantung kepada konfirmasi teks atau nash (al-maslahah dalil syari mustaqillun an al-nushus). Akal mempunyai otoritas untuk menentukan baik dan buruk (mashalih dan mafasid), tanpa bergantung kepada teks (istiqlal al-uqul bi idrak al-mashalih wa al-mafasid dun al-taalluq bi al-nushus). Kepentingan umum adalah hujah hukum yang terkuat (al-maslahah aqwa dalil al-syari). Lapangan pemberlakuan rasionalitas maslahah adalah bidang hubungan antara manusia dan tradisi, bukan aturan ibadah kepada Allah (majal alamal bi al-maslahah wuha al-muamalah wa al-adah dun al-ibadat).

Syariat Islam Didalam syariat Islam terdapat 3 macam hukum mengenai transplantasi organ dan donor organ ditinjau dari keadaan si pendonor. Adapun ketiga hukum tersebut, yaitu : a. Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup Dalam syara seseorang diperbolehkan pada saat hidupnya mendonorkan sebuah organ tubuhnya atau lebih kepada orang lain yang membutuhkan organ yang disumbangkan itu, seperti ginjal. Akan tetapi mendonorkan organ tunggal yang dapat mengakibatkan kematian si pendonor, seperti mendonorkan jantung, hati dan otaknya. Maka hukumnya tidak diperbolehkan, berdasarkan firman Allah SWT dalam Al Quran surat Al Baqorah ayat 195 dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan An Nisa ayat 29 dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri Al Maidah ayat 2 dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan dalam hal ini Allah SWT telah membolehkan memberikan maaf dalam masalah qishash dan berbagai diyat. Allah SWT berfirman : Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula).Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kalian dan suatu rahmat.(QS. Al Baqarah : 178) . b. Hukum Transplantasi Dari Donor Yang Telah Meninggal Sebelum kita mempergunakan organ tubuh orang yang telah meninggal, kita harus mendapatkan kejelasan hukum transplantasi organ dari donor tersebut. Adapun beberapa hukum yang harus kita tahu, yaitu : 1. Dilakukan setelah memastikan bahwa si penyumbang ingin menyumbangkan organnya setelah dia meninggal. Bisa dilakukan

melalui surat wasiat atau menandatangani kartu donor atau yang lainnya. 2. Jika terdapat kasus si penyumbang organ belum memberikan persetujuan terlebih dahulu tentang menyumbangkan organnya ketika dia meninggal maka persetujuan bisa dilimpahkan kepada pihak keluarga penyumbang terdekat yang dalam posisi dapat membuat keputusan atas penyumbang. 3. Organ atau jaringan yang akan disumbangkan haruslah organ atau jaringan yang ditentukan dapat menyelamatkan atau

mempertahankan kualitas hidup manusia lainnya. 4. Organ yang akan disumbangkan harus dipindahkan setelah dipastikan secara prosedur medis bahwa si penyumbang organ telah meninggal dunia. 5. Organ tubuh yang akan disumbangkan bisa juga dari korban kecelakaan lalu lintas yang identitasnya tidak diketahui tapi hal itu harus dilakukan dengan seizin hakim. Hukum pemilikan tubuh seseorang yang telah meninggal. Untuk mendapatkan kejelasan hukum trasnplantasi organ dari donor yang sudah meninggal ini, terlebih dahulu harus diketahui hukum pemilikan tubuh mayat, hukum kehormatan mayat, dan hukum keadaan darurat. Mengenai hukum pemilikan tubuh seseorang yang telah meninggal. Sebab dengan sekedar meninggalnya seseorang, sebenarnya dia tidak lagi memiliki atau berkuasa terhadap sesuatu apapun, entah itu hartanya, tubuhnya, ataupun isterinya. Oleh karena itu dia tidak lagi berhak memanfaatkan tubuhnya, sehingga dia tidak berhak pula untuk menyumbangkan salah satu organ tubuhnya atau mewasiatkan

penyumbangan organ tubuhnya.Berdasarkan hal ini, maka seseorang yang sudah mati tidak dibolehkan menyumbangkan organ tubuhnya dan tidak dibenarkan pula berwasiat untuk menyumbangkannya. Sedangkan mengenai kemubahan

mewasiatkan sebagian hartanya, kendatipun harta bendanya sudah di luar kepemilikannya sejak dia meninggal, hal ini karena Asy Syari (Allah) telah mengizinkan seseorang untuk mewasiatkan sebagian hartanya hingga sepertiga tanpa seizin ahli warisnya. Jika lebih dari sepertiga, harus seizin ahli warisnya. Adanya izin dari Asy Syari hanya khusus untuk masalah harta benda dan tidak mencakup hal-hal lain. Izin ini tidak mencakup pewasiatan tubuhnya. Karena itu dia tidak berhak berwasiat untuk menyumbangkan salah satu organ tubuhnya

setelah kematiannya. Mengenai hak ahli waris, maka Allah SWT telah mewariskan kepada mereka harta benda si mayit, bukan tubuhnya. Dengan demikian, para ahli waris tidak berhak menyumbangkan salah satu organ tubuh si mayit, karena mereka tidak memiliki tubuh si mayit, sebagaimana mereka juga tidak berhak memanfaatkan tubuh si mayit tersebut. Padahal syarat sah menyumbangkan sesuatu benda, adalah bahwa pihak penyumbang berstatus sebagai pemilik dari benda yang akan disumbangkan, dan bahwa dia mempunyai hak untuk memanfaatkan benda tersebut. Dan selama hak mewarisi tubuh si mayit tidak dimiliki oleh para ahli waris, maka hak pemanfaatan tubuh si mayit lebih-lebih lagi tidak dimiliki oleh selain ahli waris, bagaimanapun juga posisi atau status mereka. Karena itu, seorang dokter atau seorang penguasa tidak berhak memanfaatkan salah satu organ tubuh seseorang yang sudah meninggal untuk ditransplantasikan kepada orang lain yang membutuhkannya.Adapun hukum kehormatan mayat dan penganiayaan terhadapnya, maka Allah SWT telah menetapkan bahwa mayat mempunyai kehormatan yang wajib dipelihara sebagaimana kehormatan orang hidup. Dan Allah telah mengharamkan pelanggaran terhadap kehormatan mayat sebagaimana pelanggaran terhadap kehormatan orang hidup. Allah menetapkan pula bahwa menganiaya mayat sama saja dosanya dengan menganiaya orang hidup. Diriwayatkan dari Aisyah Ummul Muminin RA bahwa Rasulullah SAW bersabda : Memecahkan tulang mayat itu sama dengan memecahkan tulang orang hidup. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban). Imam Ahmad meriwayatkan dari Amar bin Hazm Al Anshari RA, dia berkata,Rasulullah pernah melihatku sedang bersandar pada sebuah kuburan. Maka beliau lalu bersabda : Janganlah kamu menyakiti penghuni kubur itu ! Imam Muslim dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : Sungguh jika seorang dari kalian duduk di atas bara api yang membakarnya, niscaya itu lebih baik baginya daripada dia duduk di atas kuburan ! Hadits-hadits di atas secara jelas menunjukkan bahwa mayat mempunyai kehormatan sebagaimana orang hidup. Begitu pula melanggar kehormatan dan menganiaya mayat adalah sama dengan melanggar kehormatan dan menganiaya orang hidup.

c. Negara atau Hukum Transplantasi Ditinjau dari Aspek Negara atau Hukum Pada saat ini peraturan perundang undangan yang ada adalah Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1981, tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Pokok poko peraturan tersebut, adalah sebagai berikut : Pasal 10 Transplantasi alat unutk jaringna tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan ketentuan ketentuan sebagai dimaksud dalam Pasal 2 Huruf a dan Huruf b, yaitu harus dengan persetujuan tertulis penderita dan / keluarganya yang trdekat setelah penderita meninggal dunia. Pasal 14 Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan pernyataan tertulis keluarga terdekat. Pasal 15 Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan oleh calon donor hidup, calon donor yang bersngkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai sifat operasi, akibat akibat dan kemungkinan kemungkinan yang dapat terjadi. Dokter yang merawatnya harus yakin benar bahwa calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut. Pasal 16 Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas suatu kompensasi material apapun sebagai imbalan transaplantasi. Pasal 17 Dilarang memperjual belikan alat atau jaringan tubuh manusia. Pasal 18 Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk keadaan dari luar negeri.

d. Kesehatan atau Tenaga Medis Transplantasi organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan sebagian tubuh atau organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ sejenis yang tidak dapat berfungsi lagi. Transplantasi dapat dilakukan pada diri orang yang sama (auto transplantasi), pada orang yang berbeda (homotransplantasi) ataupun antar spesies yang berbeda (xeno-transplantasi). Transplantasi organ biasanya dilakukan pada stadium terminal suatu penyakit, dimana organ yang ada tidak dapat lagi menanggung beban karena fungsinya yang nyaris hilang karena suatu penyakit. Pasal 33 UU No 23/1992 menyatakan bahwa transplantasi merupakan salah satu pengobatan yang dapat dilakukan untuk penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan untuk tujuan kemanusiaan dan tidak boleh dilakukan untuk tujuan komersial (pasal 33 ayat 2 UU 23/ 1992). Transplantasi organ di Indonesia banyak pada pasien-pasien gagal ginjal terminal. Pada saat ini jumlah pasien gagal ginjal yang membutuhkan transplantasi ginjal di Indonesia mencapai 40.000 orang. Pasien gagal ginjal yang menjalani perawatan medis sangat sedikit karena biaya perawatan yang mahal dan jangka panjang. Sampai saat ini, hanya 500 pasien yang telah menjalani cangkok ginjal di Indonesia. Donor ginjal di Indonesia semuanya adalah donor hidup dan jumlahnya amat sedikit dibandingkan kebutuhan. Sebagian besar pasien lain ternyata menjalani cangkok ginjal di Cina, karena jumlah donor yang banyak dan biayanya yang relatif murah. Dengan melakukan transplantasi ginjal, menurut data Transplant Center Directory sedunia tahun 1992, lama perpanjangan hidup pasien yang menjalani transplantasi ginjal mencapai 29,9 tahun. Terdapat peraturan perundang-undangan di Indonesia yang membahas mengenai legalitas dari transplantasi organ, seperti UU No 23/1992 tentang kesehatan dan PP No. 18/1981 mengenai bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis serta transplantasi organ, Pasal UU No 23/1992 mengenai transplantasi sebagai sarana pengobatan, Pasal 33 ayat 2 UU No. 23/1992 transplantasi untuk tujuan kemanusiaan, pasal 34 ayat 1 Uu No. 23/1992 transplantasi yang hanya boleh dilakukan tenaga kesehatan, Pasal 11 ayat 1 PP 18/1981 mengenai tenaga dokter untuk transplantasi, pasal 15 ayat 1 PP18/1981 persetujuan dari donor dan ahli waris, pasal 16 PP 18/1981 mengenai donor dilarang menerima imbalan material dalam bentuk apapun dan lain lain. Dengan peraturan perundangan ini maka diharapkan bahwa tidak ada penyalahgunaan organ dalam praktek transplantasi organ dalam masyarakat Indonesia,

yang bisa merugikan kedua belah pihak baik itu pendonor maupan sang penerima donor. 4. Opini Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa transplantasi adalah suatu rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik atau mengalami suatu kerusakan. Transplantasi dapat diklasifikasikan dalam beberapa faktor, seperti ditinjau dari sudut si penerima atau resipien organ dan penyumbang organ itu sendiri. Jika dilihat dari si penerima organ meliputi autotransplantasi, homotransplantasi, heterotransplantasi, autograft, allograft, isograft, xenograft dan xenotransplantation, transplantasi split serta transplantasi domino. Sedangkan dilihat dari sudut penyumbang meliputi transplantasi dengan donor hidup dan donor mati (jenazah). Banyak sekali faktor yang menyebabkan sesorang melakukan transplantasi organ. Antara lain untuk kesembuhan dari suatu penyakit (misalnya kebutaan, rusaknya jantung dan ginjal), Pemulihan kembali fungsi suatu organ, jaringan atau sel yang telah rusak atau mengalami kelainan, tapi sama sekali tidak terjadi kesakitan biologis (contoh: bibir sumbing).

TRANSPLANTASI

Disusun Oleh :
1. Anik Lisnawati 2. Basirul Umam 3. Kiki Maindah 4. Lus Prawoto 5. Musyarofah 6. Yati Oktavia

SMK KESEHATAN BINA MITRA HUSADA

Anda mungkin juga menyukai