Anda di halaman 1dari 10

Soal Jawab Perusahaan Manufaktur

Perusahaan memproduksi barang dan menggunakan metode pesanan untuk menghitung harga pokok produksinya. Biaya overhead dibebankan ke produk berdasarkan biaya tenaga kerja langsung. Pada awal tahun diperkirakan total biaya tenaga kerja langsung adalah Rp.200.000,- dan total biaya overhead adalah Rp.330.000,- saldo perkiraan persediaan awal tahun adalah sbb: Persediaan Bahan Baku===============Rp.25.000,Persediaan Barang Dalam Proses (BDP)Rp.10.000,Persediaan Barang Jadi==============Rp.40.000,Selama tahun berjalan transaksi yang terjadi adalah sbb : a. Bahan baku yang dibeli secara kredit Rp.275.000,b. Bahan baku yang dikirim ke pabrik untuk diproses sebesar Rp. 280.000,- termasuk didalamnya bahan penolong sebesar Rp. 60.000,c. Biaya Gaji dan Upah adalah sbb: ==i). Tenaga kerja langsung Rp.180.000,==ii). Tenaga kerja tidak langsung Rp. 72.000,==iii). Komoisi penjualan Rp. 63.000,==iv). Gaji bagian administrasi Rp. 90.000,d. Biaya sewa yang telah jatuh tempo sebesar Rp. 18.000,- sebesar ==Rp. 13.000,- untuk kegiatan pabrik dan sisanya untuk administrasi dan penjualan. e. Biaya utilitas pabrik sebesar Rp. 57.000,f. Beban iklan yang terjadi Rp. 140.000,g. Beban penyusutan peralatan sebesar Rp. 100.000,- sebesar Rp.88.000,-untuk peralatan pabrik dan sisanya untuk administrasi dan penjualan. h. Biaya overhead pabrik dibebankan ke peoduk i. Barang selesai dengan harga pokok produksi sebesar Rp. 675.000,j. Total penjualan sebesar Rp, 1.250.000,- denan harga pokok penjualan Rp.700.000,Diminta : 1. Buat jurnal untuk masing-masing transaksi diatas 2. Tentukan ove/underrapplied overhead dan buat jurnal koreksi 3. Susunlah laporan rugi laba dengan disertai juga perhitungan harga pokok produksi. Jawaban 1. Jurnal a. D: Bahan Baku====== Rp. 275.000 C: Utang usaha================== 275.000 b. D: BDP=========== Rp. 220.000 D: Pengendali Overhead=== 60.000 C: Bahan Baku================== 280.000 c. D: BDP========== Rp 180.000 D: Pengendali Overhead== 72.000 D: Beban Komisi Penjualan= 63.000 D: Beban Gaji Administrasi 90.000 C: Beban Gaji dan Upah========= Rp. 405.000 d. D: Beban Sewa======== Rp. 5.000 D:Pengendali Overhead==== 13.000 C: Sewa dibayar dimuka==========Rp. 18.000 e. D: Beban Utilitas====== Rp. 57.000 C: Utang Usaha=================Rp. 57.000 f. D: Beban Iklan========Rp140.000 C: Utang Usaha================Rp. 140.000 g. D: Beban Penyusutan====Rp. 12.000 D: Pengendali Overhead====88.000 C: Akumulasi Penyusutan=========Rp. 100.000 h. D: BDP=============Rp. 297.000

C: Overhead dibebankan==========Rp. 297.000 i. D: Barang Jadi========Rp. 675.000 C: BDP======================Rp. 675.000 j. D: Piutang usaha======Rp. 1.250.000 C: Penjualan==================Rp. 1.250.000 D: HPP=============Rp. 700.000 C: Barang Jadi=================Rp. 700.000 2. Pengendalian overhead = Rp. 60.000 + 72.000 + 13.000 + 57.000 + 88.000 = Rp. 290.000 Overapplied overhead = 297.000-290.000 = Rp. 7.000,3. PT Resumeakun Laporan Harga Pokok Produksi Bahan baku, awal===== Rp. 25.000 Pembelian bahan baku====275.000+ Jumlah======================300.000 Bahan baku, akhir====== (20.000) Bahan Penolong======== (60.000) Bahan baku digunakan=========== 220.000 Tenaga Kerja langsung===========180.000 Overhead dibebankan============297.000+ Biaya Produksi=================697.000 BDP. awal===================== 10.000+ Jumlah=======================707.000 BDP, akhir==================== 32.000_ Harga Pokok Produksi (HPPd)=== 675.000

PT Resumeakun Laporan Rugi Laba Penjualan==================== Rp.1.250.000 HPP : Barang Jadi, awal===== Rp. 40.000 HPPd================675.000 + Barang tersedia untuk dijual 715.000 Barang jadi, akhir======== 15.000HPP================ 700.000 overapplied overhead======7.000HPP setelah disesuaikan============= 693.000Laba Kotor======================= 557.000 Beban usaha : Bebas Komis Penjualan== 63.000 Beban Adm==========.90.000 Beban sewa=========== 5.000 Beban iklan========== 140.000 Beban penyusutan====== 12.000+ Total beban========================310.000Laba Usaha======================247.000

AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN PENGOLAHAN / MANUFAKTUR

Perusahaan pengolahan / manufaktur: perusahaan yang mengolah bahan mentah (bahan baku) menjadi barang jadi. Klasifikasi persediaan pada perusahaan pengolahan :

Persediaan Bahan Baku Persediaan Barang Dalam Proses Persediaan Barang Jadi

LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan perusahaan manufaktur hampir sama dengan laporan keuangan perusahaan dagang. Perbedaannya terletak pada bagian Aktiva Lancar di Neraca dan Harga Pokok Penjualan di Laporan Rugi-Laba. Neraca Perbandingan Neraca Perusahaan Dagang dan Perusahaan Manufaktur: Perusahaan Dagang Neraca sebagian 31 Desember 2005 Aktiva Lancar: Kas Piutang (bersih) Persediaan Barang Dagangan Sewa Dibayar di Muka Rp 1.000 13.000 9.000 2.900 25.900 Aktiva Lancar: Kas Piutang (bersih) Persediaan: Barang Jadi Barang Dalam Proses Bahan Baku Sewa Dibayar di Muka Perusahaan Manufaktur Neraca sebagian 31 Desember 2005 Rp 1.200 4.000 Rp 15.000 18.000 9.000 42.000 1.600 48.800

Laporan Rugi-Laba Perbandingan bagian Harga Pokok Penjualan di Laporan Rugi-Laba antara Perusahaan Dagang dan Perusahaan Manufaktur: Perusahaan Dagang Laporan Rugi-Laba sebagian Periode Tahun 2005 Harga Pokok Penjualan: Persediaan Barang Dagangan 1 Januari (+) Pembelian Bersih .. Barang Tersedia Untuk Dijual (-) Persediaan Barang Dagangan 31 Desember Harga Pokok Penjualan . Rp 10.000 99.250 Rp 109.250 9.000 Rp 100.250

Perusahaan Manufaktur Laporan Rugi-Laba sebagian Periode Tahun 2005 Harga Pokok Penjualan: Persediaan Barang Jadi 1 Januari . (+) Harga Pokok Produksi (lihat skedul) Barang Tersedia Untuk Dijual . (-) Persediaan Barang Jadi 31 Desember . Harga Pokok Penjualan Rp 12.000 688.000 Rp 700.000 15.000 Rp 685.000

Komponen yang berbeda digambarkan secara skematis sbb: Perusahaan Dagang: Persediaan Barang Dagangan (Awal) + Pembelian Bersih Persediaan Barang Dagangan (Akhir) = Harga Pokok Penjualan

Perusahaan Manufaktur: Persediaan Barang Jadi (Awal) + Harga Pokok Produksi Persediaan Barang Jadi (Akhir) = Harga Pokok Penjualan

Pada perusahaan manufaktur diperlukan banyak rekening untuk menentukan harga pokok produksi, tetapi dalam Laporan Rugi-Laba hanya disajikan totalnya saja, sedangkan rinciannya disajikan dalam Skedul Harga Pokok Produksi. Contoh Skedul Harga Pokok Produksi (merupakan lampiran Laporan Rugi-Laba di atas): Skedul Harga Pokok Produksi Tahun 2005 Persediaan Barang Dalam Proses 1 Januari .. Ditambah: Bahan Baku: Persediaan 1 Januari .. Ditambah: Pembelian . Tersedia Dipakai ..... Dikurangi : Persediaan 31 Desember Bahan Baku Dipakai .. Biaya Tenaga Kerja Langsung .. Biaya Overhead Pabrik: Tenaga Kerja Tidak Langsung .. Listrik dan Air Bahan Habis Pakai Pabrik . Penyusutan Gedung Pabrik ... Penyusutan Mesin ... Total Biaya Overhead Pabrik Total Biaya Produksi tahun ini Total Biaya Barang Dalam Proses Dikurangi: Persediaan Barang Dalam Proses 31 Desember .. Harga Pokok Produksi Rp 10.000 Rp 5.000 100.000 105.000 105 9.000 Rp 96.000 200.000 Rp 50.000 140.000 30.000 120.000 60.000 400.000 696.000 706.000 18.000 688.000

HARGA POKOK PRODUKSI Biaya produksi atau Harga Pokok Produksi (Cost of Goods Manufactured) merupakan kumpulan dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan mengolah bahan baku sampai menjadi barang jadi. Biaya-biaya tersebut terdiri dari:

Biaya Bahan Baku (disingkat BBB) Biaya Tenaga Kerja Langsung ( disingkat BTKL) Biaya Overhead Pabrik (disingkat BOP)

Biaya Bahan Baku

Biaya Bahan Baku adalah harga perolehan (harga pokok) seluruh substansi / materi pokok yang terdapat pada barang jadi. Bahan baku merupakan bagian Barang jadi yang dapat ditelusur keberadaannya. Bahan baku pada sebuah pabrik dapat berasal dari Barang jadi pabrik yang lain.

Biaya Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang memiliki kinerja langsung terhadap proses pengolahan barang, baik menggunakan kemampuan fisiknya maupun dengan bantuan mesin. Tenaga kerja langsung memperoleh kontraprestasi yang dikategorikan sebagai Biaya tenaga kerja langsung. Jadi, Biaya Tenaga Kerja Langsung adalah semua kontraprestasi yang diberikan kepada tenaga kerja langsung. Biaya Overhead Pabrik

Biaya Overhead Pabrik adalah biaya-biaya yang timbul dalam proses pengolahan, yang tidak dapat digolongkan dalam biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya overhead pabrik, a.l.: Biaya tenaga kerja tidak langsung, seperti Upah pengawas, mandor, mekanik, bagian reparasi, dll

Biaya bahan penolong, yaitu macam-macam bahan yang digunakan dalam proses pengolahan, tetapi kuantitasnya sangat kecil dan tidak dapat ditelusur keberadaannya pada barang jadi. Biaya penyusutan gedung pabrik, Biaya penyusutan mesin, dll SIKLUS AKUNTANSI

Siklus akuntansi perusahaan manufaktur sama dengan siklus akuntansi perusahaan dagang. Akuntansi perusahaan manufaktur dengan sistem fisik:

Rekening Persediaan Bahan Baku hanya digunakan untuk mencatat nilai bahan baku yang masih tersisa, baik di awal maupun akhir periode. Transaksi pembelian Bahan baku tidak dicatat ke rekening Persediaan Bahan Baku, tetapi dicatat ke rekening Pembelian Bahan Baku, seperti terlihat pada jurnal berikut: Mei 17 Pembelian Bahan Baku Kas / Utang Dagang Rp 100.000 Rp 100.000

Rekening Persediaan Barang Dalam Proses hanya digunakan untuk mencatat nilai barang yang masih dalam proses, baik di awal maupun akhir periode. Rekening Persediaan Barang Jadi hanya digunakan untuk mencatat nilai barang jadi pada awal dan akhir periode. Jurnal penyesuaian untuk perusahaan manufaktur sama dengan jurnal penyesuaian untuk perusahaan dagang.

Neraca Lajur untuk perusahaan manufaktur pada prinsipnya sama dengan neraca lajur untuk perusahaan dagang, tetapi ditambahkan kolom untuk skedul harga pokok produksi. Contoh Neraca Lajur Sebagian: Perusahaan Manufaktur

Nama Rekening Persediaan Barang Jadi Persed. Barang Dlm. Proses Persediaan Bahan Baku Pembelian Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Lgsg. Biaya Tenaga Kerja Tak Lgsg. Biaya Listrik dan Air Biaya Bahan Habis Pakai Biaya Penyst. Gedung Pabrik Biaya Penyst. Mesin Biaya Pemasaran Penjualan Harga Pokok Produksi

Neraca Lajur sebagian Periode tahun 2005 NSSD Harga Pokok Poduksi Debit Kredit Debit Kredit 12.000 10.000 10.000 18.000 5.000 5.000 9.000 100.000 100.000 200.000 200.000 50.000 50.000 140.000 140.000 30.000 30.000 120.000 120.000 60.000 60.000 40.000 1.500.000 . .. 715.000 27.000 688.000 715.000 715.000

Laporan Rugi-Laba Debit Kredit 12.000 15.000

Neraca Debit 15.000 18.000 9.000 Kredit

40.000 1.500.000

JURNAL PENUTUP Jurnal penutup untuk perusahaan manufaktur berbeda dengan perusahaan dagang. Dalam perusahaan manufaktur, rekening Harga Pokok Produksi digunakan untuk menutup semua rekening yang akan dilaporkan di Skedul Harga Pokok Produksi. Saldo rekening ini kemudian ditransfer ke rekening Ikhtisar Rugi-Laba. Contoh: Des. 31 Harga Pokok Produksi Rp 715.000 Persediaan Barang Dalam Proses Persediaan Bahan Baku Pembelian Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung Biaya Listrik dan Air Biaya Bahan Habis Pakai Biaya Penyusutan Gedung Pabrik Biaya Penyusutan Mesin (untuk menutup rekening-rekening Persediaan Bahan Baku awal, Barang Dalam Proses awal, dan rekening-rekening Biaya produksi) Rp 10.000 5.000 100.000 200.000 50.000 140.000 30.000 120.000 60.000

31

Persediaan Barang Dalam Proses Rp Persediaan Bahan Baku Harga Pokok Produksi (untuk mencatat persediaan akhir barang dalam proses dan bahan baku)

18.000 9.000 Rp 27.000

31

Persediaan Barang Jadi Rp 15.000 Penjualan 1.500.000 Ikhtisar Rugi-Laba (untuk mencatat persediaan akhir barang jadi dan menutup rekening penjualan) Ikhtisar Rugi-Laba Rp 700.000 Persediaan Barang Jadi Harga Pokok Produksi (untuk menutup rekening persediaan awal barang jadi dan harga pokok produksi) Ikhtisar Rugi-Laba Biaya Pemasaran (untuk menutup biaya pemasaran) Rp 40.000

Rp 1.515.000

31

Rp

12.000 688.000

31

Rp

40.000

PPN
PPN Masukan PPN Keluaran PPn = Pajak Penjualan = = Pajak Pajak Pertambahan Pertambahan Nilai Nilai akibat akibat terjadinya terjadinya pembelian penjualan

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Dalam bahasa Inggris, PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung. Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang disingkat PKP. Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau membuat produknya. Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen. Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-Undang No. 8/1983 berikut revisinya, yaitu Undang-Undang No. 11/1994 dan Undang-Undang No. 18/2000. Tarif Pajak Dan Cara Menghitung PPN/PPnBM

1. 2. 3.

Berapa tarif PPN/PPnBM ? Apa saja yang termasuk DPP ? Bagaimana cara menghitung PPN ?

Tarif Pajak Dan Cara Menghitung PPN/PPnBM Berapa tarif PPN/PPnBM ?

1. 2.

Tarif PPN adalah 10% (sepuluh persen)

Tarif PPn BM adalah serendah-rendahnya 10% (sepuluh persen) dan setinggi-tingginya 50% (lima puluh persen). Perbedaan kelompok tarif tersebut didasarkan pada pengelompokan Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong mewah yang atas penyerahan/impor BKP-nya dikenakan PPn BM.

3.
Apa saja yang termasuk DPP ?

Tarif PPN/ PPn BM atas ekspor BKP adalah 0% (nol persen).

1.

Harga jual/ penggantian Adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual/ pembeli jasa karena penyerahan BKP/ Jasa Kena Pajak (JKP), tidak termasuk PPN/ PPn BM dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

2.

Nilai Impor Adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea Masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk Impor BKP, tidak termasuk PPN/ PPn BM.

3. 4.

Nilai Ekspor Adalah nilai berupa uang, termasuk semau biaya yang diminta oleh Eksportir. Nilai lain Adalah nilai yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang. Nilai lain tersebut diatur oleh Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 642/KMK.04/1994 tanggal 29 Desember 1994 :

a.

Untuk pemakaian sendiri/ pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah harga jual atau penggantian, tidak termasuk laba kotor

b.

Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata;

c. d. e. f.

Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;

Untuk persedian BKP yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan adalah harga pasar wajar; Untuk aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan adalah harga pasar wajar; Untuk penyerahan jasa biro perjalanan/ parawisata adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih;

g.

Untuk jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.

h.

Untuk PKP Pedagang Eceran (PE) :

o o
dagangan.

PPN yang terutang adalah sebesar 10% (sepuluh persen) x harga jual BKP. PPN yang harus dibayar adalah sebesar : 10%x20%x jumlah seluruh barang

i.

Jasa anjak piutang adalah 5% dari seluruh jumlah imbalan yang diterima berupa service charge, provisi, dan diskon. [ Kembali ke Pertanyaan ] [ Ke Menu Info Pajak ] Bagaimana cara menghitung PPN ? PPN yang terutang = tarif x DPP PPN yang terutang merupakan Pajak Keluaran (PK) yang dipungut oleh PKP penjual dan merupakan Pajak Masukan bagi PKP pembeli. Contoh :

1.

PKP "A" bulan Januari 1996 menjual tunai kepada PKP "B" 100 pasang sepatu @ Rp.100.000,00 = Rp.10.000.000,00 PPN terutang yang dipungut oleh PKP"A" 10% x Rp.10.000.000,00 = Rp. 1.000.000,00 Jumlah yang harus dibayar PKP "B" = Rp.11.000.000,00

2.

PKP "B" dalam bulan Januari 1996 :

o o
PPN yang terutang :

Menjual 80 pasang sepatu @ Rp.120.000,00 = Rp. 9.600.000,00 Memakai sendiri 5 pasang sepatu untuk pemakaian sendiri,

DPP adalah harga jual tanpa menghitung laba kotor, yaitu Rp 100.000,- per pasang = Rp 500.000,00

o o

Atas penjualan 80 pasang sepatu 10% x Rp.9.600.000,00 = Rp 960.000,00 Atas pemakai sendiri 10% x Rp.500.000,00 = Rp 50.000,00 Jumlah PPN terutang = Rp 1.010.000,00

3.

PKP Pedagang Eceran (PE) "C" menjual

o o
Rp.15.000.000,00

BKP seharga = Rp.10.000.000,00 Bukan BKP = Rp. 5.000.000,00

PPN yang terutang 10% x Rp.10.000.000,00 = Rp. 1.000.000,00 PPN yang harus disetor 10% x 20% x Rp.15.000.000,00 = Rp. 300.000,00

4.

PKP "D" pabrikan yang menghasilkan mesin cuci pakaian. Mesin cuci pakaian dikategorikan sebagai BKP yang tergolong mewah dan dikenakan PPn BM dengan tarif sebesar 20%. Dalam bulan Januari 1996 PKP "D" menjual 10 buah mesin cuci kepada PKP "E" seharga Rp.30.000.000,00.

o o

PPN yang terutang 10% x Rp.30.000.000,00 = Rp 3.000.000,00 PPn BM yang terutang 20% x Rp. 30.000.000,000 = Rp 6.000.000,00 PPN dan PPn BM yang terutang PKP "D" = Rp. 9.000.000,00

5.

PKP "E" bulan Januari 1996 menjual 10 buah mesin cuci tersebut diatas seharga Rp.40.000.000,00

PPN yang terutang 10% x Rp.40.000.000,00 = Rp. 4.000.000,00 Catatan : PKP "E" tidak boleh memungut PPn BM, karena PKP "E" bukan pabrikan dan PPn BM dikenakan hanya sekali. Sebagaimana kita ketahui, fihak yang dikenakan kewajiban untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai (disingkat PPN) adalah Pengusaha Kena Pajak (disingkat PKP). PKP diwajibkan untuk memungut PPN ketika melakukan penjualan barang atau jasa. Bagi PKP, PPN yang dipungut ini disebut Pajak Keluaran (biasa disingkat PK). Sebaliknya, ketika PKP membeli barang atau jasa, PKP mungkin juga dipungut PPN oleh suplier atau penyedia jasanya. PPN yang dibayar ketika membeli barang atau jasa ini disebut sebagai Pajak Masukan (biasa disingkat PM). Nah, dalam satu bulan, seluruh pajak keluaran dikurangi dengan seluruh pajak masukan. Jika selisihnya positif di mana PK lebih besar dari PM, PKP harus menyetorkan jumlah tersebut ke kas negara dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Jika ternyata selisihnya negatif, maka terjadi lebih bayar. PKP bisa memperhitungkan kelebihan bayar ini dengan perhitungan bulan berikutnya. Proses ini disebut kompensasi. Bisa juga PKP meminta kelebihan bayar tersebut. Proses ini disebut restitusi. Jurnal Akuntansi PPN Keluaran Bagaimanakah jurnal akuntasi pada saat pemungutan PPN oleh PKP? Nah, yang harus diingat adalah bahwa ketika PKP melakukan pemungutan PPN, pajak keluaran yang dipungut pada hakikatnya adalah milik negara sehingga pajak keluaran merupakan hutang bagi PKP. Misal, tanggal 20 Oktober 2008, PT ABC (PKP) menjual barang dagangannya dengan harga Rp100.000.000,-. Pajak keluaran yang dipungut adalah Rp10.000.000,-. Jurnal akuntansi pada saat penjualan ini adalah sebagai berikut : Kas 110.000.000 (D) Penjualan 100.000.000 (K) Pajak Keluaran 10.000.000 (K) Perhatikan bahwa, kas yang diterima adalah Rp110.000.000,- yaitu harga jual dan PPN yang dipungut. Perkiraan Penjualan kredit sebesar Rp100.000.000,- dan hutang pajak keluaran Rp10.000.000,-. Jika penjualan kredit, maka perkiraan kas diganti dengan piutang dagang. Jurnal Akuntansi PPN Masukan Kebalikan dari PPN keluaran, PPN masukan pada hakikatnya adalah piutang karena PPN yang dibayar dapat diklaim ke negara. Nah, dari sudut pandang ini kita bisa tahu nantinya bahwa akun Pajak Masukan ada di bagian kredit dalam jurnal akuntansinya. Contoh, pada tanggal 25 Oktober 2008 PT ABC (PKP) membeli barang untuk persediaan barang daganganya dari PT DEF (PKP). Harga belinya adalah Rp70.000.000,- dan PPN masukan yang dibayar adalah Rp7.000.000,-. Jurnal akuntansinya adalah : Pembelian 70.000.000 (D) Pajak Masukan 7.000.000 (D) Kas 77.000.000 (K) Perhatikan bahwa kas yang dikeluarkan adalah Rp77.000.000,- yang terdiri dari harga beli Rp70.000.000,- dan PPN masukan Rp7.000.000,-. Jika pembelian dilakukan secara kredit, akun kas diganti dengan hutang dagang. Jurnal Akuntansi Pembayaran PPN Seluruh pajak keluaran dan pajak masukan selama sebulan diperhitungkan dalam SPT Masa PPN. Jika PK lebih besar dari PM maka PKP masih harus membayar selisihnya ke kas negara. Berdasarkan contoh PT ABC di atas, dengan asumsi tidak ada transaksi lain, maka jurnal perhitungannya adalah sebagai berikut : Pajak Keluaran 10.000.000 (D) Pajak Masukan 7.000.000 (K) Kas 3.000.000 (K) Perhatikan bahwa dengan membalikkan perkiraan Pajak Keluaran dan Pajak Masukan, maka hutang piutang PPN ini seolah-olah sudah dilunasi. Selisih pajak keluaran di atas pajak masukan Rp3.000.000,- merupakan kewajiban PKP untuk melunasinya. Nah, sekarang bagaimana jika dalam satu bulan pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran? Silahkan dipikirkan. PPH 21 Mulai Berlaku 1 Januari 2009:

Diri Sendiri Tambahan WP Kawin Tambahan Istri Bekerja Tambahan Tanggungan

Rp. 15,84 juta Rp. 1,32 juta Rp. 15,84 juta Rp. 1,32 juta

(Maksimal 3 orang) Contoh Perhitungan PTKP Keterangan Wajib Pajak TK 15.840.000

Kawin -

Tanggungan -

Jumlah PTKP 15.840.000

K/0 K/1 K/2 K/3 TK/1 TK/2 TK/3

15.840.000 15.840.000 15.840.000 15.840.000 15.840.000 15.840.000 15.840.000

1.320.000 1.320.000 1.320.000 1.320.000

1.320.000 2.640.000 3.960.000 1.320.000 2.640.000 3.960.000

17.160.000 18.480.000 19.800.000 21.120.000 17.160.000 18.480.000 19.800.000

Bekerja sejak awal tahun ( Jan - Des ) Penghasilan bruto /bulan Rp XXX Biaya-biaya yg diperkenankan Rp XXX Penghasilan Neto Rp XXX x 12 PTKP Rp XXX PKP Rp XXX Bekerja pada tahun berjalan ( Sep - Des ) Penghasilan bruto /bulan Rp XXX Biaya-biaya yg diperkenankan Rp XXX Penghasilan Neto Rp XXX x 4 PTKP Rp XXX PKP Rp XXX Menghitung penghasilan neto tidak perlu disetahunkan PPh 21 adalah Pajak atas penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan bentuk apapun yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan jasa dan kegiatan Pph 22 merupakan pajak yang dipungut oleh bendahara pemerintah, instansi/lembaga pemerintah dan lembaga Negara lainnya yang berkaitan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan badan tertentu baik pemerintah/swasta yang berkenaan dengan kegiatan impor barang atau kegiatan usaha dibidang lain. Pph 23 Adalah pemotongan pajak yang diterima WP dalam negeri dan bentuk usaha tetep yang diambil dari modal, penyerahan jasa,atau kegiatan selain yang dipotong pph 21. Pph24 Merupakan pajak penghasilan yang terutang atau dibayarkan di LN atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari LN yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan WP DN Pengertian PPh Pasal 25 Pajak Penghasilan (disingkat PPh) dikenakan terhadap Wajib Pajak dalam satu periode tertentu yang dinamakan tahun pajak.

Anda mungkin juga menyukai