Anda di halaman 1dari 156

STRATEGI PENGEMBANGAN MADRASAH DALAM ERA OTONOMI PENDIDIKAN

(Studi Kasus: Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan)

SKRIPSI
Oleh: YULI INDAH FEJRI YANTI NIM : 03110093

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG Juli, 2007

STRATEGI PENGEMBANGAN MADRASAH DALAM ERA OTONOMI PENDIDIKAN


(Studi Kasus: Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan)

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Oleh: YULI INDAH FEJRI YANTI NIM : 03110093

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG Juli, 2007

HALAMAN PERSETUJUAN

STRATEGI PENGEMBANGAN MADRASAH DALAM ERA OTONOMI PENDIDIKAN


(Studi Kasus Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan) SKRIPSI Oleh: YULI INDAH FEJRI YANTI NIM : 03110093

Telah Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing

Prof. Dr. H. Muhaimin, MA NIP. 150 215 375 Tanggal, 29 Juni 2007

Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. Moh. Padil, M. Pd. I NIP. 150 267 235

ii

HALAMAN PENGESAHAN
STRATEGI PENGEMBANGAN MADRASAH DALAM ERA OTONOMI PENDIDIKAN (Studi Kasus: Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan) SKRIPSI dipersiapkan dan disusun oleh: Yuli Indah Fejri Yanti (03110093) telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 23 Juli 2007 dengan nilai: Adan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) pada tanggal 27 Juli 2007 Panitia Ujian Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Prof. Dr. H. Muhaimin, MA NIP. 150 215 375

Marno, M. Ag NIP. 150 321 639

Penguji Utama,

Pembimbing,

Drs. H. M. Djumransjah, M. Ed NIP. 150 024 016

Prof. Dr. H. Muhaimin, MA NIP. 150 215 375

Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031

iii

Prof. Dr. H. Muhaimin, MA Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malamg NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Yuli Indah Fejri Yanti Lamp. : 6 (Enam) Eksemplar Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di Malang Assalamu'alaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama : Yuli Indah Fejri Yanti NIM : 03110093 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : Strategi Pengembanan Madrasah dalam Era Otonomi Pendidikan maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Malang, 29 Juni 2007

Pembimbing,

Prof. Dr. H. Muhaimin, MA NIP. 150 215 375

iv

MOTTO

What You Spent Years Building, Some One Can Destroy It Just One Night

Apa Yang Kamu Bangun Bertahun-tahun, Seseorang Akan Dapat Menghancurkan Hanya Dalam Waktu Satu Malam1.

(Dalai Lama)

http://www. Yahoo.com/Dalai Lama 14, Accessed on June 3, 2007

PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan dengan setulusnya kepada:

Ibunda Hj. Riskiyah terkasih, Kasih sucimu yang tiada henti, mengasihiku setulus hati, sesuci doa dan sebening sayang. Doaku untukmu selamanya................ Ayahanda H. Basri tercinta, Perjuanganmu tak kenal lelah demi masa depanku Semoga jerih payahmu mendapat balasan dariNya. Kakanda Joni Adi tersayang, Berkat pengorbanan dan usahamu jualah Semua harapan dan anganku tercapai. Guru-guru dan dosen-dosenku, Sohib-sohibku (Fitriyah, Ahmad Suroso, Andi, Rini, Yuliana, dll) yang menjadi pengembira dalam setiap langkah kaki kehidupanku. Terimakasih kepada semuanya, Ku hanya bisa berdoa semoga amal baik kalian Mendapat ridlo dari Allah swt. Amin

vi

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 29 Juni 2007 Penulis,

Yuli Indah Fejri Yanti

vii

KATA PENGANTAR
/ @ ( /j M Segala puji bagimu ya Robbi, yang Maha Rahman dan Rahim, yang telah menyalakan lentera kebenaran dalam kalbu peneliti sehingga peneliti merasa bahagia dapat menyelesaikan laporan skripsi sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) yang dengan tertatih-tatih akhirnya dapat dihadirkan keharibaan pembaca. Bagimu ya Rasulullah salam selalu kami haturkan keharibaan Mutazilah yang mulia, karena peneliti sadar bahwa engkaulah penunjuk kebenaran dan penyejuk hati insan di bumi Allah ini. Teriring dengan selesainya laporan skripsi ini, dengan penuh kerendahan hati peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada: 1. Ibunda, ayahanda dan kakanda tercinta yang telah menanamkan norma hidup dan nilai cinta kasih dengan segala pengorbanannya demi keberhasilan dan kebahagiaan penulis, sehingga dengan iringan doa dan motivasinyalah penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini. 2. Bapak Prof. Dr. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 3. Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 4. Bapak Drs. Moh. Padil, M. Pd. I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 5. Bapak Prof. Dr. H. Muhaimin, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya dengan penuh pengertian, ketelatenan dan

viii

kesabaran memberikan bimbingan dan arahan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini. 6. Bapak H. Abdullah Zawawi, S. Pd, M.M selaku Kepala Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, yang telah menyediakan tempat, memberikan izin dan informasi tentang masalah-masalah yang ada dalam laporan skripsi ini. 7. Dewan guru Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan beserta stafnya yang telah memberikan bantuan dalam perolehan data dalam penyusunan laporan skripsi ini. 8. Semua pihak yang tidak kuasa penulis sebutkan satu persatu yang turut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Hanya dengan iringan doalah peneliti panjatkan, mudah-mudahan amal baiknya diterima disisi Allah SWT Amin Ya Robbal Alamin. Keberadaan laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena kedangkalan ilmu peneliti dan tiada kebenaran yang tak luput dari kesalahan, di atas langit masih ada langit, karena itu dengan hati yang ikhlas peneliti sangat mengharapkan koreksi dari pembaca yang budiman dan krikik konstruktif selalu peneliti harapkan. Akhirnya hanya kepada Allah jualah kami pasrah diri atas segala kekhilafan peneliti sebagai hamba yang dhoif dengan segala maghfiroh-nya. Malang, 29 Juni 2007

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

ix

HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... .........i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... .........ii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ .........iii HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .............................................. .........iv HALAMAN MOTTO .................................................................................... .........v HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... .........vi HALAMAN SURAT PERNYATAAN ......................................................... .........vii KATA PENGANTAR.................................................................................... .........viii DAFTAR ISI................................................................................................... .........x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. .........xiv DAFTAR TABEL........................................................................................... .........xv ABSTRAK ...................................................................................................... .........xvi

BAB I: PENDAHULUAN........................................................................................1 A. Latar Belakang................................................................................................1 B. Rumusan Masalah...........................................................................................8 C. Tujuan Penelitian ............................................................................................9 D. Manfaat Penelitian ..........................................................................................9 E. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................................10 F. Definisi Operasional .......................................................................................11 G. Sistematika Pembahasan.................................................................................13 BAB II: KAJIAN PUSTAKA........................................................................ .........15 A. Sekilas Tentang Sejarah Perkembangan Madrasah .............................. .........15

1. Sejarah Perkembangan Madrasah di Indonesia .............................. .........15 2. Visi dan Misi Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam........ .........21 B. Strategi Pengembangan Madrasah dan Problematikanya dalam Era Otonomi Pendidikan ............................................................................. .........25 1. Latar Belakang Lahirnya Otonomi Pendidikan .............................. .........25 2. Pengertian dan Tujuan Otonomi Pendidikan .................................. .........28 3. Problematika Madrasah Dalam Era Otonomi Pendidikan .............. .........30 4. Strategi Pengembangan Madrasah Dalam Era Otonomi Pendidikan........42

BAB III: METODE PENELITIAN.............................................................. .........52 A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................... . 52 B. Kehadiran Peneliti dan Lokasi Penelitian............................................. .........53 1. Kehadiran Peneliti .......................................................................... .........53 2. Lokasi Penelitian ............................................................................ .........54 C. Sumber Data ......................................................................................... .........54 D. Prosedur Pengumpulan Data................................................................. .........56 1. Metode Wawancara......................................................................... .........56 2. Metode Observasi ........................................................................... .........58 3. Metode Dokumentasi ...................................................................... .........59 E. Tekhnik Analisis Data .......................................................................... .........59 F. Pengecekan Keabsahan Data ................................................................ .........61 G. Tahap-tahap Penelitian ...................................................................................63

xi

BAB IV: PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN TEMUAN PENELITIAN...65 A. Deskripsi Objek Penelitian .............................................................................65 a. Sejarah Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan 65 b. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan ......................................................................................67 c. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan Tahun Ajaran 2006-2007 .............................................70 d. Kurikulum ...................................................................................................71 e. Keadaan Siswa Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan....................................................................................................71 f. Keadaan guru dan Pegawai Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan ...........................................................................72 g. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan ...........................................................................74 B. Paparan Data dan Temuan Penelitian .............................................................76 1. Problematika yang Dihadapi dalam Pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam Era Otonomi Pendidikan...................................................................................................76 2. Stategi Pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam Era Otonomi Pendidikan ...................................86

BAB V: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN..................................................102

xii

1. Problematika yang Dihadapi dalam Pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam Era Otonomi Pendidikan102 2. Stategi Pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam Era Otonomi Pendidikan .........................................................112

BAB VI: PENUTUP.................................................................................................123 A. Kesimpulan .....................................................................................................123 B. Saran ...............................................................................................................126 DAFTAR PUSTAKA

xiii

DAFTAR TABEL I Jumlah Keadaan Peserta Didik Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan Jumlah

Kelas X XI IPA XI IPS XI MAK XII IPA XII IPS XII MAK JUMLAH

Laki-laki 112 26 32 21 22 46 24 283

Perempuan 164 55 50 37 38 40 42 426

Jumlah 276 81 82 58 60 86 66 709

DAFTAR TABEL II Jumlah Keadaan Guru dan Pegawai Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan Jawa Timur didirikan pada Tahun 1973 oleh KH. Moh. Baqir Adelan. Pimpinan Sekolah / Madrasah MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan Jawa Timur sejak awal berdirinya ( 1973 ) adalah :

No 1 2 3 4

N A M A Drs. H.M. Yahya Drs. H. Masmulyo, M..Ag. H. Qomaruddin M, S.Ag. H. Abdullah zawawi,S.Pd.M.M.

PERIODE TUGAS 1973 s.d. 1998 1998 s.d. 2001 2001 s.d. 2004 2004 s.d. Sekarang

Jumlah seluruh guru dan pegawai sekolah/madrasah sebanyak 63 orang, terdiri atas guru 54, karyawan tata usaha 4 orang, petugas perpustakaan 2 orang, pesuruh 2 orang. Dan 1 orang Kantib. Lihat tabel di bawah ini:
N O 1 2 3 4 5 6 Tempat Tanggal Lahir Lmg,20-10-1969 Lmg,03-07-1945 Lmg,07-03-1946 Lmg,16-12-1943 Lmg,16-06-1958 Sby, 11-05-1953 Wali Kelas 1D Wali Kelas 3E 33 42 JML SISW A Alamat / Domisili Banyubang Solokuro 24 Kranji Paciran Drajat Paciran Kemantren Paciran Kranji Paciran Banjaranya r Paciran JML JAM 15 22 6 24 30+8 (Pkt) 3 Masa Tgs. 9 th 33 th 33 th 32 th 12 th 19 th

N A M A H.A. Zawawi,S.Pd, M.M KH.Ach.Sjafi Ali,A.Ma Drs. H. M. Jahja K.Shodiq Rohman Drs.H.Masmul yo. M.Ag. KH. Abdul Hadi Yasin

JABATAN

Kepala Wali Kelas 2F

H. Rahmat Dasy KH. Salim Azhar Drs. H. Zainal Millah KHM. Ilyas Ahwan Drs.Muhamma d Syarif KH.Mamun Shodiq M. Amin Dahlan H.Qomaruddin, S.Ag. Drs. M. Nawawi Sholihul Amin Anas Ahmadi S. Ag Siti Mutohhiro, S.Pd Djuma'in, S.Pd. KH.M. Nasrulloh Abd. Majid Yasin, S.Ag Hj. Lutfiyah, S.Ag Ir. Mushodiqin,S. Pd. Ay. Mahfudli,S.Ag, S.Pd. Akhmad Mukhtar S.Pd Drs. Habib Musthofa Mihfadh, S.Pd. Abd. Malik Ar,S.Pd

Lmg,12-03-1956

8 9 10 11 12 13 14 15 16

Lmg,23-11-1952 Lmg,12-03-1960 Lmg,05-05-1956 Lmg,03-05-1959 Lmg,13-06-1949 Lmg,04-06-1956 Blt, 17-08-1961 Lmg,02-07-1955 Gsk, 10-05-1973 Wali Kelas 1A Wali Kelas 1B Wali Kelas 2D Ka.TU 46 46 33 Wali Kelas 1F 32

17 18 19

Lmg,02-05-1967 Lmg,11-02-1971 Bpp,17-11-1962 Wali Kelas 1C Wali Kelas 3C 26 23

20

Lmg,13-12-1966 PKM Sarana Wali Kelas 2G Wali Kelas 2A Wali Kelas 3A PKM Kurikulu m Wali Kelas 1H 38

21

Lmg,24-02-1962

22

Jmb,07-09-1969

Kranji Paciran Lamongan Sendangdu wur Paciran Tritunggal Babat Banjaranya r Paciran Banyuteng ah Panceng Kemantren Paciran Kranji Paciran Kranji Paciran Paciran Lamongan Kranji Paciran Lamongan Kranji Paciran Lamongan Tunggul Paciran Kranji Paciran Lamongan Kranji Paciran Lamongan Kranji Paciran Lamongan Kranji Paciran Lamongan Banyubang Solokuro Kemantren Paciran Kranji Paciran

21 th

14 4 30 15 30 36+8 (Pkt) 39 24

21 th 19 th 19 th 19 th 21 th 16 th 16 th 16 th 15 th

16 15 28+8 (Pkt) 30

12 th 12 th 12 th

11 th

39

12 th

24

11 th

23

Gsk, 08-05-1968

27

21

12 th

24

Lmg,01-10-1970

22

15 18+8 (Pkt) 16 8 18

10 th

25 26 27 28

Gsk, 19-02-1973 Lmg,14-11-1968 Gsk, 15-07-1968 Kdr, 06-01-1968

9 th 12 th 12 th 10 th

49

Wali Kelas 3D

22

Payaman Solokuro Pantenan Panceng Kranji Paciran

29 30 31 32 33 34 35

Drs.H.Abd.Kar im ,M.Ag. Amenan Ach.Very Adelan,S.Pd. Marjuki, S.Pd Notho, S.Pd. Subhan, S. Ag Amirul Kholodin, Lc Ali Mudlofar,Lc Nasih, TS. S.Pd Kasiono, S.Pd. K.Abdul. Lathif Alfin Sunhaji, S.Pd. Ahmad AlFikri SD. M.Ag Moh. Bahruddin, S.Ag. Muhammad, S.Pd. Ulfiyah Muhammad Ridwan Nur Idah,S.Ag Muhshon,SS Ali Mudjib, SE Mahbub Junaidi, S.Ag Misbahuddin, S.Pd.

Gsk, 15-08-1964 Lmg,16-03-1966 Lmg. 01-031977 Lmg,25-04-1967 Lmg,14-11-1964 Lmg,15-12-1969 Blt, 27-10-1971 Wali Kelas 2C Wali Kelas 3B Wali Kelas 1E W.Kls.1 G+Kor.M AK PKM Humas+W .Kls.3 F 20 38 34 29 TU

Lamongan Kranji Paciran Lamongan Tunggul Paciran Kranji Paciran Tunggul Paciran Sekaran Lamongan Cumpleng Brondon Kranji Paciran Kranji Paciran Mojopurog ede Bungah Campurejo Panceng Kranji Paciran Sidorejo Panceng Tunggul Paciran Banjarwati Paciran Kemantren Paciran Kranji Paciran Lamongan Kranji Paciran Kranji Paciran Lamongan Banjaranya r Paciran Prupuh Panceng Sumberwu di Kr.Geneng Campurejo Panceng

9 th 9 th

12 22 30 23 44

8 th 8 th 8 th 8 th 7 th

36

Gsk, 29-08-1974

26

43

7 th

37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

Gsk, 25-03-1966 Mlg, 09-091974 Tbn, 05-05-1969 Gsk, 04-05-1968 Lmg,26-01-1974 Lmg,23-02-1973 Lmg,10-09-1977 Lmg,19-12-1977 Smp, 28-061979 Lmg,07-06-1976 Lmg,31-10-1977 Gsk, 30-05-1977 Lmg,07-02-1977 Gsk, 12-05-1970 PKM Kesiswaan TU Bendahar a Pustakawa n Pustakawa n Wali Kelas 3G 42 BP/BK Wali Kelas 2B Wali Kelas 2E 35 51

14 18 35 15 8 24 13

7 th 6 th 6 th 6 th 5 th 5 th 4 th 6 th 5 th 5 th

32+8 (Pkt) 26 17+8 (Pkt) 16

4 th 3 th 3 th 2 th

51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63

Ni'matuz Zahroh,Lc Ahmad Suroso,S.Comp H.Moh.Sahlul Khuluq, Lc. Mahfudloh,S.P d. Aminatus Salamah,S.Pd Alaina Aminatul Wafiyah Khoirul Amin KH.Musthofa Ar. H.Lubabul Chadziq,Lc Abdul Ghofur,Lc Drs. Nur Fauzi Umu Kultsum Kholiq Akhyar

Lmg,10-08-1981 Lmg,29-11-1984 Lmg,01-01-1975 Lmg,20-061983 Lmg,05-091979 Tbn, 01-11-1986 Lmg, 23-011984 Lmg, Gsk, Gsk, Lmg, Lmg, Lmg, TU GUR BARU GURU BARU GUR BARU GURU BARU GUR BARU GURU BARU STAF BARU 738

Paloh Paciran Tunggul Paciran Kranji Paciran Lamongan Paciran Lamongan Tunggul Paciran Kranji Paciran Tunggul Paciran Paloh Paciran Kranji Paciran Kranji Paciran Kranji Paciran Kranji Paciran Tunggul Paciran

12 12 8 17 16

2 th 2 th 2 th 1 th 1 th 1 th

14 13 14 12 6 6

0 th 0 th 0 th 0 th 0 th 0 th 0 th

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I

: Denah Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan

LAMPIRAN II LAMPIRAN III LAMPIRAN IV LAMPIRAN V

: Sk Bimbingan Skripsi Mahasiswa : Bukti Konsultasi : Surat Pengantar Penelitian : Surat Keterangan Penelitian Dari Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan

LAMPIRAN VI

: Profil Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan

LAMPIRAN VII LAMPIRAN VIII LAMPIRAN IX LAMPIRAN X

: Pedoman Interview, Dokumentasi dan Observasi : Data Informan : Dokumentasi Penelitian : Daftar Riwayat Hidup

xiv

DAFTAR TABEL
Tabel I : Jumlah Keadaan Peserta Didik Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan Tabel II : Jumlah Keadaan Guru dan Pegawai Tabel Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji

Paciran Lamongan

xv

ABSTRAK
Yanti, Yuli, Indah Fejri. Strategi Pengembangan Madrasah dalam Era Otonomi Pendidikan di Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Prof. Dr. H. Muhaimin MA. Perubahan yang sangat cepat, terutama akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, serta politik, telah berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat, tak terkecuali juga dunia pendidikan madrasah. Kondisi yang demikian memang memaksa madrasah untuk terus berbenah dan melakukan reorientasi terhadap tujuan, metode pembelajaran, materi pembelajaran, dan sebagainya. Sebab, kalau hal demikian tidak dilakukan, sudah dapat dipastikan lembaga pendidikan Islam ini akan semakin tertinggal. Dengan kondisi yang demikian, diperlukan suatu peninjauan kembali mengenai posisi madrasah di dalam dinamika kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Apabila tidak demikian, madrasah akan kehilangan identitasnya dan menjadi seperti sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah selama ini. Bentuk dari upaya pengembangan madrasah yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menetapkan kebijakan otonomi pendidikan yakni dengan melimpahkan wewenang dari pusat ke daerah (madrasah), dimana madrasah diberi keleluasaan dan kewenangan untuk mengatur dan melaksanakan sampai pada mengevaluasi dari pendidikan yang dilaksanakan. Otonomi pendidikan merupakan kekuatan madrasah yang juga sekaligus sebagai kelemahannya jika tidak dibarengi dengan kepemimpinan madrasah yang visioner dan mampu mengelola perubahan. Dalam prakteknya, penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dengan judul Strategi Pengembangan Madrasah dalam Era Otonomi Pendidikan. Sedangkan rumusan masalahnya yaitu apakah problematika yang dihadapi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan serta bagaimana strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan, oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan problematika yang dihadapi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan serta mendeskripsikan strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan. Dalam teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan informannya sebagai berikut Kepala Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Kepala Tata Usaha, Wakil Kepala Madrasah Urusan Kurikulum, Wakil Kepala Madrasah Urusan Kesiswaan, Wakil Kepala Madrasah Urusan Sarana dan Prasarana, Wakil Kepala Madrasah Urusan Humas dan Tenaga Pengajar. Sedangkan untuk menganalisis data menggunakan tekhnik analisis deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan dan

xvi

menginterpretasikan data-data yang telah didapat sehingga akan menggambarkan realitas yang sebenarnya sesuai dengan fenomena yang ada. Hasil penelitian menunjukkan adanya ikhtiar untuk membangun sebuah strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan ke depan adalah sebuah urgensi yang harus dipikir dan direalisasikan bersama oleh semua pihak yang terkait, problem yang dihadapi dalam pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan meliputi: 1) problem kurikulum meliputi: a. Berkurangnya durasi jam mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang seharusnya 45 menit menjadi 40 menit perjam pelajaran, b. Dikuranginya jam pelajaran dalam seminggu yang seharusnya 6 jam pelajaran menjadi 4 jam pelajaran dalam seminggu dan c. Sulitnya melakukan penilaian beberapa mata pelajaran dalam aspek penerapannya oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, 2) problem sumber daya manusia yang meliputi: a. Secara psikologis, mental sebagian guru dan pegawai belum siap menghadapi perubahan untuk berotonomi, b. Sebagian guru dan pegawai malas dan takut terhadap upaya pembaruan, dan c. Sebagian guru juga ada yang terlambat dan bermalas-malasan dalam menyerahkan pembuatan perangkat pembelajaran tepat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan bersama, d. Adanya salah satu guru yang salah kamar/mismatch dan e. Sulitnya memberi pemahaman terhadap pengasuh akan kegiatan guru dan karyawan. 3) Problem dana meliputi: a. Minimnya alokasi dana dari pemerintah pusat atau bahkan dari pemerintah daerah, b. Otoritas pengelolaan dana wajib dari wali murid berpusat di yayasan dan c. Minimnya dana untuk kesejahteraan guru khususnya guru non PNS. 4) problem sarana dan prasarana meliputi: a. Belum tersedianya ruang bimbingan dan konseling (BK) yang memadai serta tersedianya microphone disetiap ruang kelas dan b. Belum adanya buku yang baku artinya tidak punya buku pedoman sendiri Adapun strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan meliputi 5 bidang 1) bidang kurikulum, 2) bidang layanan siswa, 3) bidang personalia, 4) fisik dan sumber daya keuangan dan 5) hubungan masyarakat. Selain kelima strategi yang telah disebutkan di atas, ada juga strategi yang paling krusial yaitu kekompakan kepala madrasah, semua guru, semua murid dan bahkan setiap elemen yang ada di Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan terhadap program-program yang telah ditawarkan. Kata Kunci : Strategi pengembangan, madrasah, otonomi pendidikan

xvii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sentralisasi pengelolaan pendidikan nasional selama Indonesia merdeka, ternyata telah menempatkan Indonesia dalam posisi sebagai negara yang jauh tertinggal dibanding dengan negara-negara lain di dunia. Hal ini tercermin dalam laporan United National Development Program (UNDP), yang memposisikan Indonesia pada peringkat 110 dari 173 negara, jauh di bawah Malaysia (peringkat 55), Thailand (peringkat 70), Filipina (peringkat 77), Cina (peringkat 96) dan Vietnam (peringkat 109)1. Dalam konteks pelaksanaan otonomi daerah ditegaskan bahwa sistem pendidikan nasional yang bersifat sentralistis selama ini kurang mendorong terjadinya demokratisasi dan desentralisasi penyelenggaraan pendidikan. Sebab sistem pendidikan yang sentralistis diakui kurang bisa mengakomodasi keberagaman daerah, keberagaman sekolah, serta keberagaman peserta didik, bahkan cenderung mematikan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pendidikan. Hal ini telah mendorong lahirnya semangat baru dan visi baru serta paradigma baru, untuk membangun sebuah sistem pendidikan nasional yang lebih demokratis dan lebih desentralistis dalam pengelolaannya, sehingga dapat mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan potensi dirinya, potensi lingkungan terdekatnya, dan potensi yang lebih luas.

Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang Sisdiknas (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003), hlm. 26.

Pemberlakuan UU Otonomi Daerah yang dimulai dengan diterapkannya UU Nomor 22 Tahun 1999 dan kemudian disempurnakan dengan UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, mengakibatkan terjadinya perubahan dalam berbagai aspek pembangunan di Indonesia, termasuk juga dalam aspek pendidikan2. Berhasilnya gerakan reformasi tahun 1998, dengan cepat mengubah tatanan kehidupan sosial, politik dan pemerintahan di Indonesia. Gagasan tentang demokratisasi politik dan desentralisasi pemerintahan, dengan cepat diaplikasikan melalui berbagai undang-undang, antara lain Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah3. Sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 22/1999 BAB I pada ketentuan umum didefinisikan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan4. Jadi ada pengakuan wewenang pemerintah yang luas kepada daerah otonom oleh pemerintah pusat. Kebijakan di atas diperkuat lagi pada BAB IV tentang kewenangan daerah pasal 11 ayat (2) bahwa, bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan daerah kota meliputi: pekerjaan umum, kesehatan,

2 3 4

Hasbullah, Otonomi Pendidikan; Kebijakan otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 17. Anwar Arifin, op. cit., hlm. 25. UU Otonomi Daerah (Jakarta: Pressindo, 1996), hlm 6.

pendidikan

dan

kebudayaan,

pertanian,

perhubungan,

industri

dan

perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja5. Pemberlakuan otonomi daerah tersebut tentu saja memiliki makna strategis dan signifikan bagi dunia pendidikan, karena keluarnya otonomi daerah selain mengisyaratkan terhadap desentralisasi keuangan dengan pusat, juga mengisyaratkan terhadap adanya desentralisasi pendidikan atau otonomi dunia pendidikan. Menguatnya aspirasi bagi otonomisasi dan desentralisasi pendidikan tidak terlepas dari kenyataan adanya kelemahan konseptual dan penyelenggaraan pendidikan nasional, yaitu (1) kebijakan pendidikan nasional sangat sentralistik dan serba seragam, yang pada gilirannya mengabaikan keragaman sesuai dengan realitas kondisi, ekonomi, budaya masyarakat Indonesia di berbagai daerah; (2) kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional lebih berorientasi pada pencapaian target-target tertentu, seperti target kurikulum, yang pada gilirannya mengabaikan proses pembelajaran yang efektif dan mampu menjangkau seluruh ranah dan potensi anak didik6. Desentralisasi pendidikan merupakan upaya untuk mendelegasikan sebagian atau seluruh wewenang di bidang pendidikan yang seharusnya dilakukan oleh unit atau pejabat dibawahnya atau dari pemerintah pusat

5 6

Ibid, hlm. 11. Hasbullah, op. cit., hlm. 2.

kepada pemerintah daerah ataupun dari pemerintah kepada masyarakat7, pemikiran tersebut memberikan implikasi bahwa, institusi atau lembaga pendidikan mendapatkan kebebasan untuk merumuskan program-program pendidikannya secara konkrit, operasional sesuai dengan kebutuhan daerah. Jadi lembaga pendidikan atau masyarakat mempunyai hak dan wewenang untuk mengelola dan merumuskan program-program pendidikannya sesuai dengan kompetensi daerah masing-masing, karena pemerintah pusat tidak akan intervensi lagi terhadap policy yang ada di daerah. Namun penyesuaian pelaksanaan pendidikan dengan kondisi daerah bukan persoalan mudah, hal ini mengingat daerah di Indonesia sangat heterogen, baik dilihat dari letak geografis, politik, sosial, ekonomi dan budayanya. Heterogenitas daerah ini tentu saja mempengaruhi pendapatan tiap-tiap daerah, sehingga menyebabkan perbedaan pendapatan asli daerah. Kondisi ini menjadikan perkembangan lembaga pendidikan tergantung pada kaya dan miskinnya pemerintah daerah. Bagi daerah-daerah yang kaya adanya otonomi daerah tidak menjadi persoalan atau masalah dalam menyelenggarakan pendidikan di daerahnya. Berbeda dengan daerah-daerah yang miskin adanya otonomi daerah menjadikan aktifitas pendidikan dan pembelajaran mengalami hambatan sebab tidak mampu memberikan sumbangan yang maksimal pada lembaga pendidikannya.

Abdul Ghofir, Implementasi Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Pendidikan Madrasah; Analisis Banding terhadap Kebijakan Pendidikan Amerika serikat (Mimbar Pendidikan Agama, 2001), hlm. 29.

Penerapan otonomisasi atau desentralisasi pendidikan tersebut tidak hanya memberikan implikasi terhadap pendidikan umum saja, tetapi juga berimplikasi terhadap pendidikan Islam (Madrasah). Pertanyaannya adalah jika sekolah SD, SMP, dan SMA atau di lingkuangan Departemen Pendidikan Nasional segera akan mengalami desentralisasi kepada pemerintah daerah, bagaimana nasib madrasah (MI, MTS dan MA) yang berada dibawah Departemen Agama? Apakah juga akan mengalami desentralisasi atau otonomi? Membicarakan posisi madrasah dalam kerangka otonomi daerah saat ini sangat dilematis, hal ini sebagaimana yang dikatakan Ghofir bahwa: posisi madrasah dalam kerangka otonomi daerah sekarang ini sangat dilematis, karena belum ada ketegasan mengenai posisi madrasah dalam kerangka sistem pendidikan nasional, meskipun ada surat Menteri Agama kepada Menteri Dalam Negeri dan otonomi daerah yang mengatur hal-hal tersebut, namun belum memberikan kejelasan dan landasan hukum yang mengikat mengenai posisi madrasah. Konsepsi madrasah itu sendiri satu pihak mengatakan bahwa madrasah berkaitan dengan keagamaan, untuk itu harus tetap menjadi kewenangan pemerintah pusat, disisi lain mengatakan bahwa madrasah adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan dalam kerangka sistem pendidikan nasional, sehingga menjadi kewenangan pemerintah daerah8. Jadi ketika mengacu pada UU No. 22 Tahun 1999 BAB IV tentang kewenangan daerah pasal 7 ayat (1) maka madrasah menjadi wewenang pemerintah pusat karena berkaitan dengan keagamaan. Tetapi kalau mengacu pada pasal 11 ayat (2) maka madrasah sebagai lembaga pendidikan merupakan salah satu dari 11 bidang yang wajib dilaksanakan daerah kabupaten dan daerah kota.

Ibid, hlm. 30.

Adanya dualisme penafsiran tersebut menjadikan madrasah sampai saat ini berada pada posisi yang mengambang (belum jelas), meskipun ada beberapa daerah tingkat II yang menyatakan akan mengambil alih madrasah di bawah wewenangnya. Hal tersebut tentunya akan mengganggu mekanisme kerja, karena apabila madrasah masuk dalam sistem kerja daerah, maka segala hal yang berkaitan dengan itu, termasuk kepegawaian para personilnya harus mengikuti pemerintah daerah. Kondisi tersebut memancing reaksi para tenaga kependidikan, dimana mereka merasa keberatan untuk alih tugas menjadi pegawai pemerintah daerah. Mereka masih tetap ingin berada pada payung Departemen Agama yang memang sejak awal menjadi tumpuan harapannya9. Madrasah yang dimaksud di atas adalah madrasah yang berstatus negeri. Lain halnya dengan madrasah swasta yang memang sejak semula merupakan tanggung jawab masyarakat setempat. Maka pengelolaannya merupakan wewenang masyarakat dimana lembaga itu berada. Jika ketidakjelasan posisi madrasah tersebut dibiarkan terlalu lama, maka akan menjadi indikasi buruk bagi madrasah, dan mengganggu mekanisme kerja yang akhirnya akan mengakibatkan menurunnya mutu madrasah. Padahal tantangan yang dihadapi madrasah dewasa ini semakin kompleks. Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas agama Islam dituntut untuk mampu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikannya tidak hanya dalam bidang agama, tetapi juga dalam bidang-bidang lainnya10, bahwa

9 10

Ibid, hlm. 30. Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim; Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah (yogyakarta: Sipress, 1993), hlm. 191.

pendidikan Islam di satu sisi harus dapat dikembangkan sebagai suatu pendidikan akademis yang mencerdaskan akan tetapi juga merupakan pendidikan fungsional terhadap pesan global Islam serta kebutuhan masyarakat. Namun demikian pendidikan juga perlu dikembangkan sebagai paradigma ilmu bagi peserta didik dalam mempelajari dan mengembangkan suatu bidang studi yang lain. Orientasi pendidikan Islam dengan demikian adalah kecerdasan, moralitas, spiritualitas, dan profesionalitas. Untuk mewujudkannya, maka madrasah harus memiliki sumber daya manusia yang profesional dan juga dana yang memadai karena itu adalah hal yang sangat mendasar agar madrasah dapat bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan yang lain dalam menghadapi era otonomi pendidikan dan era globalisasi. Sejalan dengan tuntutan tersebut, maka pengembangan sistem pendidikan Islam di madrasah harus mengakomodasikan 3 kepentingan utama yaitu: (1) sebagai wahana untuk membina ruh atau praktek hidup ke-Islaman, (2) memperjelas dan memperkokoh keberadaan madrasah sederajat dengan sistem sekolah, sebagai wahana pembinaan warga negara yang cerdas,

berpengetahuan, berkepribadian, serta produktif dan (3) mampu merespon tuntutan-tuntutan masa depan, dalam arti sanggup melahirkan manusia yang memiliki kesiapan memasuki era globalisasi, industrialisasi, maupun era reformasi11.

11

Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 46.

Disamping itu kemandirian pendidikan Islam perlu untuk segera direalisasikan atau diterapkan pada masing-masing lembaga pendidikan Islam secara menyeluruh dan merata sesuai dengan semangat otonomi daerah sehingga nantinya akan dapat mengembalikan orientasi pendidikan Islam secara integral tanpa ada intervensi, ketergantungan dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian panjang lebar di atas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih jauh bagaimana strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan. Alasan penulis dalam memilih Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan sebagai objek penelitian karena Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan sebagai lembaga pendidikan agama Islam memiliki keunggulan prestasi tidak hanya dalam bidang akademik tetapi juga dalam bidang non akademik, sarana dan prasarana yang memadai, fisik sekolah yang memuaskan, diminati oleh daerah setempat dari pada madrasah-madrasah tang lain bahkan sudah terakreditasi dengan nilai A+Unggul. Sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi madrasah lain baik negeri maupun swasta.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan permasalahan yang akan dibahas dan diteliti dalam skripsi ini meliputi:

1. Apakah problematika yang dihadapi dalam pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam Era Otonomi Pendidikan? 2. Bagaimana stategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam Era Otonomi Pendidikan?

C. Tujuan Penelitian Untuk menjawab beberapa rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan problematika yang dihadapi dalam pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam Era Otonomi Pendidikan 2. Mendeskripsikan stategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam Era Otonomi Pendidikan

D. Manfaat Penelitian Karya penulisan ini bersifat akademis, oleh karena itu manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan karya ilmiah ini adalah: 1. Bagi Lembaga Pendidikan Madrasah Baik Negeri Maupun Swasta, penelitian ini berfungsi sebagai gambaran awal tentang pengembangan madrasah dalam era otonomi pendidikan. 2. Bagi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, penelitian ini berfungsi sebagai salah satu cermin dalam pengembangan

Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan di masa yang akan datang. 3. Bagi Pengembangan Pendidikan, penelitian ini berfungsi sebagai kontribusi dalam mengembangkan lembaganya. 4. Bagi Akademik, penelitian ini berfungsi sebagai syarat dalam

menyelesaikan S-1 di Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri UIN Malang. 5. Bagi Peneliti, penelitian ini berfungsi untuk memberikan informasi tentang strategi pengembangan madrasah yang diterapkan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan.

E. Ruang Lingkup Penelitian Strategi pengembangan madrasah dalam era otonomi pendidikan merupakan masalah yang mendasar dan urgen dalam suatu dunia pendidikan, pembahasan masalah strategi pengembangan madrasah dalam era otonomi pendidikan sangat kompleks sekali, maka dari itu untuk lebih

mensistematiskan pembahasan masalah ini tidak melebar terlalu jauh dari sasaran sehingga akan memudahkan pembahasan dan penyusunan laporan penelitian ini. Adapun ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini adalah apakah problematika yang dihadapi dalam pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan serta bagaimana strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah

10

Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan. Adapun dalam pembahasan apabila ada permasalahan di luar tersebut di atas maka sifatnya hanyalah sebagai penyempurna sehingga pembahasan ini sampai pada sasaran yang dituju.

F. Definisi Operasional Dalam pembahasan skripsi ini agar lebih terfokus pada permasalahan yang akan dibahas, sekaligus menghindari terjadinya persepsi lain mengenai istilahistilah yang ada, maka perlu adanya penjelasan mengenai istilah dan batasanbatasannya. Adapun definisi dan batasan istilah yang berkaitan dengan judul dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Strategi adalah : Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai beberapa arti antara lain: a. Ilmu dan seni mengembangkan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai b. Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam kondisi perang atau dalam kondisi yang menguntungkan. c. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. d. Tempat yang baik menurut siasat perang12.

12

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka; depdikbud, 1996), hlm. 964.

11

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan strategi adalah segala upaya atau rencana yang cermat yang akan dan sedang dilakukan oleh Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam mencapai sasaran khusus, yaitu mengembangkan lembaganya di era otonomi pendidikan. 2. Madrasah adalah sekolah umum yang berciri khas agama Islam, yang muatan kurikulumnya sama dengan sekolah non madrasah13. 3. Kata otonomi terdiri dari kata outos yang berarti sendiri , dan nomos yang berarti perintah. Jadi otonomi mempunyai makna memerintah sendiri14. 4. Pendidikan adalah berasal dari kata pedagogi yang terdiri dari kata pais/paidos yang berarti anak didik, dan ago yang berarti

membimbing/mendidik15. Adapun kata pendidikan yang dimaksud dalam konteks ini adalah lembaga/institusi pendidikan. 5. Otonomi pendidikan adalah kebebasan penuh yang ada pada sekolah/institusi dalam mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Dalam hal ini adalah pengembangan kurikulum, institusi, serta aspekaspek lainnya. Dari definisi di atas penulis bermaksud meneliti bagaimana strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran

13 14 15

Muhaimin, H, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan (Bandung: Nuansa, 2003), hlm. 198-199 Riant Nugroho, Otonomi Daerah Desentralisasi Tanpa Revolusi; Kajian dan Kritik atas Kebijakan Desentralisasi di Indonesia (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2000), hlm. 46. Kartono Kartini, Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis; Apakah Pendidikan Masih Diperlukan? (Bandung: Mandar Maju, 1992), hlm. 24.

12

Lamongan dalam era otonomi pendidikan, yang mana ini dapat dilihat dari beberapa faktor yang menjadi pendukung dalam strategi pengembangan madrasah, karena dengan diberlakukannya UU No 22 dan 25 Tahun 1999 dan direvisi dengan UU No 32 dan 33 Tahun 2004 madrasah diberi hak otonomi untuk mengelola dan mendesain madrasahnya untuk mencapai kualitas pendidikan yang diharapkan.

G. Sistematika Pembahasan Adapun sistematika pembahasan pada penelitian ini meliputi antara lain: BAB I. PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, ruang lingkup penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan. BAB II. KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka ini merupakan kajian secara teoritis mengenai fokus penelitian. Adapun yang dibicarakan dalam kajian pustaka ini meliputi: 1) Sekilas Tentang Sejarah Perkembangan Madrasah yang meliputi: a. Sejarah Perkembangan Madrasah di Indonesia b. Visi dan Misi Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam. 2) Strategi Pengembangan Madrasah dan Problematikanya Dalam Era Otonomi Pendidikan yang meliputi: a. Latar Belakang Lahirnya Otonomi Pendidikan b. Pengertian dan Tujuan Otonomi Pendidikan

13

c. Problematika Madrasah Dalam Era Otonomi Pendidikan d. Strategi Pengembangan Madrasah Dalam Era Otonomi Pendidikan BAB III. METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan metode penelitian yang merupakan langkah praktis proses pelaksanaan penelitian dalam bab ini antara lain: 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian 2. Kehadiran Peneliti dan Lokasi Penelitian 3. Sumber Data 4. Prosedur Pengumpulan Data 5. Tekhnik Analisis Data 6. Pengecekan Keabsahan Data 7. Tahapan-tahapan Penelitian BAB IV. PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN TEMUAN deskripsi lokasi penelitian. Yang termasuk

PENELITIAN BAB V. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Penjelasan atau pembahasan mengenai hasil penelitian dan kaitannya dengan teori akan dibahas dalam bab V yang merupakan inti dari laporan penelitian ini. BAB VI. PENUTUP Sebagai penutup dari sebuah laporan penelitian maka bagian ini meliputi: kesimpulan dan saran.

14

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Sekilas Tentang Sejarah Perkembangan Madrasah 1. Sejarah Perkembangan Madrasah di Indonesia Madrasah adalah salah satu bentuk kelembagaan pendidikan Islam yang memiliki sejarah sangat panjang. Terkait dengan pembahasan sejarah perkembangan madrasah di Indonesia, terlebih dahulu akan penulis uraikan sedikit banyak tentang pengertian madrasah. Istilah madrasah berasal dari Bahasa Arab, yang berarti tempat untuk belajar. Dilihat dari pengertian di atas, madrasah memang berasal dari dunia Islam sebagai tempat mengajarkan dan mempelajari ajaran agama Islam, ilmu pengetahuan dan keahlian lainnya yang berkembang pada zamannya. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata madrasah diartikan sebagai sekolah dengan kondisi, yaitu sekolah atau perguruan Islam16. Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Bab IV pasal 11 ayat 6 tentang Sistem Pendidikan Nasional, madrasah masuk dalam kategori pendidikan keagamaan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan. Dalam bahasa Indonesia madrasah berarti sekolah yang mempunyai konotasi khusus, yaitu sekolah-sekolah agama Islam. Dalam kamus Al-munjid kata madrasah dikonotasikan sebagai tempat dimana didalamnya diajarkan sesuatu yang

15

menjadi tuntutan masyarakat. Menurut pengertian sehari-hari kata madrasah merupakan sebutan bagi sekolah agama Islam sebagai tempat proses belajar mengajar ajaran Islam secara formal dengan kurikulum dalam bentuk klasikal. Menurut Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri pasal 1 Bab 1 Tahun 1975 menyatakan bahwa: yang dimaksud dengan madrasah dalam keputusan bersama ini adalah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran dasar sekurang-kurangnya 30% disamping mata pelajaran umum. Pada periode Menteri Agama Tarmizi Taher memberikan konsep madrasah sebagai sekolah umum yang berciri khas agama Islam, yang muatan kurikulumnya sama dengan sekolah non madrasah, dan konsep ini sedang berjalan hingga sekarang17. Di Indonesia, madrasah sebagai lembaga pendidikan telah berkembang sejak sebelum masa kemerdekaan Republik Indonesia berlangsung. Kehadiran madrasah dilatarbelakangi oleh keinginan untuk

memberlakukan secara berimbang antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan dalam kegiatan pendidikan dikalangan umat Islam, atau dengan kata lain madrasah merupakan perpaduan sistem pendidikan pesantren dengan pendidikan kolonial18. Jadi kehadiran madrasah berawal dari ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama semata,
16 17

Abdul Ghafir dan Muhaimin, Pengenalan kurikulum Madrasah, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 9. Muhaimin, H, Loc. Cit

16

demikian pula sistem pendidikan umum yang hanya mengajarkan ilmu pengetahuaan umum saja. Kehadiran madrasah pada waktu itu telah tercatat dalam sejarah, bahwa keberadaannya telah berperan aktif dalam mencerdaskan bangsa Indonesia meskipun masih bersifat tradisional. Selanjutnya setelah kemerdekaan Republik Indonesia,

penyelenggaraan pendidikan Islam mulai mendapat perhatian serius dari pemerintah, baik di sekolah negeri maupun swasta. Usaha itu mulai terlihat, sejak adanya pemberian bantuan kepada lembaga pendidikan, sebagaimana yang dianjurkan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) tanggal 27 oktober 1945, yang menyebutkan bahwa: Madrasah dan pesantren yang pada hakikatnya adalah satu alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berurat berakar dalam masyarakat Indonesia umumnya, hendaklah pula mendapat perhatian dan bantuan nyata berupa tuntunan dan bantuan material dari pemerintah19. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, madrasah mengalami penyempurnaan serta peningkatan mutu pendidikan sejalan dengan derasnya laju perkembangan dan aspirasi masyarakat. Sebagaimana yang tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 menteri, antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1945, tentang peningkatan mutu pendidikan pada madrasah. Berdasarkan SKB 3 Menteri tersebut, yang dimaksud madrasah adalah
18

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam; Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan

17

lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran Agama Islam, sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan sekurang-kurangnya 30%, disamping mata pelajaran umum. SKB 3 menteri tersebut juga menetapkan bahwa: a. Ijazah madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan nilai ijazah sekolah umum setingkat. b. Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih atas. c. Siswa madrasah dapat pindah ke sekolah umum yang setingkat20. Secara yuridis formal, berlakunya SKB tiga menteri tersebut menempatkan madrasah sejajar dengan sekolah umum, diharapkan: a. Eksistensi madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam akan lebih mantap dan kuat di tengah-tengah masyarakat. b. Pengetahuan umum pada madrasah-madrasah menjadi lebih meningkat, dan c. Fasilitas dan peralatan akan lebih disempurnakan dan dilengkapi sejajar dengan uang dimiliki sekolah umum atau bahkan lebih lengkap. Dengan demikian diharapkan masyarakat, khususnya umat Islam akan menaruh perhatian yang besar terhadap madrasah yang dinilainya mempunyai nilai lebih, yaitu pada pelajaran agamanya, sedangkan pada pelajaran umumnya sejajar dengan sekolah umum.

19 20

(Jakarta: Raja Grafindo Remaja, 1995), hlm. 66. Ibid, hlm. 71 Ibid, hlm. 182.

18

Kalau saja dikeluarkan SKB tiga menteri madrasah mampu berbuat lebih baik atau paling tidak sama dengan apa yang dilakukan oleh lembaga pendidikan umum, maka madrasah akan memperoleh perhatian dan kepercayaan masyarakat. Dengan demikian, maka peran madrasah dalam mengembangkan sumber daya manusia akan tetap mampu menempatkan eksistensinya dalam pergumulan dunia pendidikan, minimal dalam jangka waktu tertentu. Dalam merealisasikan SKB 3 menteri tersebut, maka pada tahun 1976 Departemen Agama mengeluarkan kurikulum sebagai standar untuk dijadikan acuan oleh madrasah. Dengan pemberlakuan kurikulum standar, maka madrasah setara dengan sekolah umum21. Akhir dekade 1980-an, dunia pendidikan Islam (madrasah) memasuki era integrasi berkaitan dengan lahirnya UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 1 ayat 2, yaitu: Pendidikn nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan Islam baik sebagai sistem maupun institusinya, merupakan warisan budaya bangsa yang berurat akar pada masyarakat bangsa Indonesia22. Dikeluarkannya UU No. 2 Tahun 1989 di atas tersebut, maka madrasah mendapatkan peluang serta kesempatan secara terus-menerus untuk dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman. Jika pada zaman sebelum
21

Ibid, hlm. 181.

19

proklamasi kemerdekaan madrasah dikelola untuk tujuan ukhrowi semata dan mengabaikan tujuan hidup duniawi, sehingga posisinya jauh tertinggal dengan sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda yang hanya mengarahkan program-programnya pada intelektualisasi anak didiknya guna untuk memenuhi hidup duniawi, maka seiring dengan terintegrasinya madrasah dalam Sistem Pendidikan Nasional, strategi pengelolaan madrasah semakin mendekati sistem pengelolaan sekolah umum. Hal ini dapat kita lihat dan amati dari implikasi UUSPN terhadap pendidikan madrasah pada kurikulum dari semua jenjang madrasah, mulai dari MI, MTs, sampai dengan MA. Kenyataan itu dapat dilihat pula dengan adanya keputusan Menteri Agama No. 372 Tahun 1993 tentang Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam (MI dan MTs) yang melaksanakan kurikulum nasional SD dan SLTP, serta kurikulum MA yang terdiri dari dua program pengajaran umum dan program pengajaran khusus sebagaimana yang berlaku juga dalam SMU. Maksudnya MA merupakan sekolah menengah umum yang berciri khas agama Islam, dengan ciri pengkayaan bidang studi pendidikan agama23. Dengan kesamaan bahan kajian dan mata pelajaran tersebut, secara akademis kualitas lulusan madrasah diharapkan sejajar atau bahkan lebih unggul daripada sekolah umum, siswa madrasah dapat memiliki kesempatan yang sama dengan lulusan sekolah umum untuk meneruskan
22

Ibid, hlm. 86.

20

pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi maupun untuk mendapatkan pekerjaan nantinya. Dengan melihat beberapa fenomena pendidikan Islam yang telah diuraikan di atas, maka penulis mencoba menarik kesimpulan, bahwa dinamika perkembangan sistem pendidikan Islam, yaitu madrasah yang semula pada awal kelahirannya cenderung menurun dan kurang dapat mengimbangi perkembangan kebutuhan obyektif masyarakat, tetapi fase berikutnya madrasah dapat berjalan seirama dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan masyarakat dan umat Islam. 2. Visi dan Misi Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam Nilai merupakan pondasi dari visi masa depan, nilai secara otomatis akan menjawab pertanyaan tentang apa yang diperjuangkan. Visi memberi arah dan merupakan basic strategy yang menjadi pedoman bagi pembangunan program. Sedangkan misi merupakan alasan mengapa sebuah organisasi ada, perumusan misi akan sangat dipengaruhi oleh nilai yang mendasar24. Visi madrasah merupakan suatu pandangan atau keyakinan bersama seluruh komponen madrasah akan keadaan masa depan yang diinginkan. Visi ini diungkapkan dengan kalimat yang jelas, positif, menantang, mengundang partisipasi dan menunjukkan gambaran tentang masa yang akan datang. Keberadaan visi ini akan menjadi inspirasi dan mendorong

23 24

Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 155. Ishomudin, Spektrum pendidikan Islam; Restropeksi Visi dan Aksi (Malang: UMM Press, 1996), hlm.24.

21

seluruh warga madrasah untuk bekerja lebih giat. Oleh karena itu, secara fungsional visi memiliki beberapa fungsi strategis, pertama, visi diperlukan untuk memobilisasi komitmen, menciptakan energy for action, memberi road map untuk menuju masa depan, menimbulkan antusiasme, memusatkan perhatian dan menanamkan kepercayaan diri. Kedua, visi diperlukan untuk menunjang proses reengineering, restructuring,

reinventing, dan bencmarking. Ketiga, visi diperlukan untuk menciptakan dan mengembangkan shared mindsets atau common vision yang menentukan dan menjadi landasan bagaimana seluruh individu

mempersepsikan dan berinteraksi dengan stakeholders-nya25. Selanjutnya untuk mengoperasionalisasikan fungsi-fungsi strategisnya, maka visi tersebut dikembangkan ke dalam misi. Misi dapat dipahami sebagai pernyataan formal tentang tujuan utama yang akan direalisasikan. Maka misi merupakan upaya untuk konkritisasi visi dalam wujud tujuan dasar yang akan diwujudkan. Visi dan misi madrasah ini akan terus membayangi segenap warga madrasah, misalnya: kepala madrasah, guru, staf madrasah, para murid dan orang tua murid. a. Visi Pendidikan Madrasah Visi Makro Pendidikan Madrasah

25

Departement Agama RI, Desain Pengembangan Madrasah (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), hlm. 14-15

22

Visi makro pendidikan madrasah adalah terwujudnya masyarakat dan bangsa Indonesia yang memiliki sikap agamis, berkemampuan ilmiahamaliah, terampil dan profesional26.

Visi Mikro Pendidikan Madrasah Visi mikro pendidikan madrasah adalah terwujudnya individu yang memiliki sikap agamis, berkemampuan ilmiah-diniyah, terampil dan profesional, sesuai dengan tatanan kehidupan.27. Pendidikan madrasah diharapkan mampu menghasilkan manusia dan masyarakat bangsa Indonesia yang memiliki sikap agamis, berkemampuan ilmiah-alamiah, terampil dan profesional. Sehingga akan senantiasa sesuai dengan tatanan kehidupan. kepedulian Tujuan semua yang pihak, demikian dari mulai mulia ini,

mempersyaratkan

keluarga,

masyarakat, serta organisasi dan institusi pendidikan madrasah yang unggul. Selanjutnya, untuk memberikan bobot yang relevan dengan tatanan kehidupan, maka dapat ditambahkan bahwa pendidikan madrasah semestinya berorientasi lokal agar tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat sekitar, berwawasan nasional agar secara sentripetal tetap mengarah kepada tercapainya misi nasional, serta berwawasan global agar

26 27

Ibid, hlm. 15-16. Ibid, hlm. 16.

23

dalam jangka panjang memiliki kemampuan untuk bersaing secara internasional. b. Misi Pendidikan Madrasah Visi makro dan mikro pendidikan madrasah, selanjutnya dapat dijabarkan dan disederhanakan menjadi (3) tiga butir rumusan misi, sekaligus sebagai profil lulusan madrasah yang diharapkan: 1. Menciptakan calon agamawan yang berilmu. 2. Menciptakan calon ilmuwan yang beragama. 3. Menciptakan calon tenaga terampil yang profesional dan agamis28. Dengan misi kelembagaan sebagaimana tersebut di atas, maka menuntut akan adanya pemantapan mekanisme sistem pendidikan madrasah, yang berimplikasi pada tuntutan kualitatif pada semua komponen pendidikan madrasah. Mengingat luasnya cakupan perbaikan sistem pendidikan madrasah, maka target pencapaian ketiga misi di atas dibedakan ke dalam 3 (tiga) rentang waktu, yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Pada jangka pendek, prioritas pertamanya adalah melanjutkan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Selanjutnya, peningkatan kemampuan kelembagaan dan peningkatan kemampuan penguasaan IPTEK merupakan prioritas kedua dan ketiga dalam misi jangka pendek.

28

Ibid, hlm. 17.

24

Penekanan

pada

jangka

menengah

adalah

memantapkan,

mengembangkan, dan melembagakan secara berkelanjutan dari apa yang telah dirintis pada jangka pendek, baik berupa masyarakat dan sistem pendidikan yang lebih berdaya, perbaikan aspek kelembagaan dan manajerial, maupun perbaikan substansi yang terkandung dalam sistem pendidikan di madrasah. Penekanan pada jangka panjang, adalah pembudayaan baik

terbentuknya nilai-nilai baru, dalam keseimbangam yang baru, dan dalam konteks struktur masyarakat bangsa Indonesia yang baru. Perubahan tatanan budaya dalam kehidupan membutuhkan waktu, dan oleh karena itu, pembudayaan sebagai hasil pemberdayaan sistem pendidikan di madrasah dituangkan dalam jangka panjang. Pembudayaan mengimplikasikan bahwa yang terjadi bukan hanya konservasi budaya, melainkan sebuah proses yang bersifat aktif-kreatif dan berkelanjutan, selaras dengan perkembangan tatanan kehidupan29.

B. Strategi Pengembangan Madrasah dan Problematikanya dalam Era Otonomi Pendidikan 1. Latar Belakang Lahirnya Otonomi Pendidikan Bergulirnya reformasi di Indonesia, menjadikan negara ini harus melakukan berbagai pembenahan diri dalam segala bidang, karena pelaksanaan pembangunan di segala sektor yang dilakukan oleh

29

Ibid, hlm. 17-18.

25

pemerintah Orde Baru selama 32 tahun telah gagal. Kegagalan ini dipicu oleh pelaksana pemerintah yang tidak konsisten dalam rangka

melaksanakan program pemerintahan. Akibatnya banyak penyimpanganpenyimpangan yang terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Dalam hal ini juga dijelaskan bahwa kebijakan pemerintah yang sentralistik menjadikan ketidakpuasan daerah. Daerah menjadi mandul, tidak berdaya guna, kurang mendapatkan perhatian, dan jauh tertinggal dari pusat. Realita di atas menimbulkan gejolak dan konflik di masyarakat sehingga memunculkan berbagai perlawanan, seperti aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh kalangan yang menuntut adanya reformasi total. Gerakan reformasi total ini tidak lepas dari suatu gerakan global yaitu proses demokratisasi. Di seluruh dunia, muncullah gerakan-gerakan dari arus bawah (grass root) yang menginginkan kehidupan yang lebih demokratis dan mengakui hak-hak asasi dalam kehidupan manusia, yaitu kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan kebudayaan30. Tuntutan perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara pada berbagai bidang tersebut telah memunculkan diskursus baru, yaitu Otonomi Daerah. Otonomi daerah yang sedang diusahakan bersama, merupakan proses panjang dan banyak memakan korban dari segenap elemen bangsa. Otonomi daerah juga sebagai usaha keluar dari lingkungan situasi negara yang hegemonik dan sentralistik. Keinginan desentralisasi financial

30

Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta: Rieneka Cipta, 2000), hlm. 85.

26

(pengimbangan keuangan pusat dan daerah) dan desentralisasi policy (kebijakan) tersebut, nyatanya segera direalisasikan oleh pemerintah dengan disahkan UU No. 22 dan UU No. 25 Tahun 1999. Keluarnya UU otonomi daerah tersebut, selain mengisyaratkan terhadap adanya desentralisasi keuangan daerah dengan pusat, juga mengisyaratkan terhadap adanya desentralisasi pendidikan, karena pendidikan merupakan salah satu dari 11 bidang yang wajib dilaksanakan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota31. Berdasarkan uraian di atas, maka landasan bagi desentralisasi pendidikan atau otonomi pendidikan adalah UU No 22 tahun 1999 pasal 11 ayat 2. menguatnya aspirasi bagi otonomisasi atau desentralisasi pendidikan tidak terlepas dari kenyataan adanya kelemahan konseptual dan penyelenggaraan pendidikan nasional, khususnya selama orde baru. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain: Pertama, kebijakan pendidikan nasional yang sangat sentralistik dan serba seragam, yang pada gilirannya mengabaikan keragaman sesuai dengan realitas kondisi yang terjadi, baik ekonomi maupun budaya masyarakat Indonesia diberbagai daerah. Kedua, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional lebih berorientasi pada pencapaian target-target tertentu, target kurikulum yang

31

UU Otonomi Daerah, op. cit., hlm. 11.

27

pada gilirannya mengabaikan proses pembelajaran yang efektif dan mampu menjangkau seluruh ranah dan potensi anak didik32. Jadi dunia pendidikan Indonesia selama ini telah berkembang menjadi perpanjangan dari sistem birokrasi yang sentralistik, sehingga sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat bergantung pada keputusan birokrasi pusat, yang mana kebijakan yang dikeluarkan kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian, akhirnya sekolah mengalami stagnasi, kehilangan kemandirian, motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya. Akan tetapi, di era otonomi pendidikan saat ini sekolah diharapkan mempunyai kemandirian dan rasa percaya diri, serta tidak bergantung sepenuhnya pada pemerintah pusat. 2. Pengertian dan Tujuan Otonomi Pendidikan Secara etimologi, kata otonomi berasal dari bahasa Yunani. Kata otonomi terdiri dari kata outos yang berarti sendiri , dan nomos yang berarti perintah. Jadi otonomi mempunyai makna memerintah sendiri33. Sedangkan kata pendidikan berasal dari kata pedagogi yang terdiri dari kata pais/paidos yang berarti anak didik, dan ago yang berarti membimbing/mendidik34. Adapun kata pendidikan yang

dimaksud dalam konteks ini adalah lembaga/institusi pendidikan.

32 33 34

Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional; Rekonstruksi dan Demokratisasi (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2002), hlm. 5. Riant Nugroho, Loc. Cit. Kartono Kartini, Loc. Cit.

28

Adanya pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa otonomi pendidikan merupakan kebebasan penuh yang ada pada sekolah/institusi dalam mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Dalam hal ini adalah pengembangan kurikulum, institusi, serta aspek-aspek lainnya. Otonomi pendidikan juga merupakan pergeseran paradigma baru dari sistem sentralistik menuju desentralisasi. Sentralisasi dapat diterjemahkan sebagai sistem pendidikan dimana seluruh kebijakan-kebijakan yang ada ditentukan oleh pusat, dan lembaga pendidikan di daerah tidak mempunyai otonomi yang lebih luas. Sedangkan desentralisasi pendidikan merupakan kebalikan dari sentralisasi pendidikan. Desentralisasi pendidikan

merupakan upaya untuk mendelegasikan sebagian atau seluruh wewenang wewenang di bidang pendidikan yang seharusnya dilakukan oleh unit atau pejabat di bawahnya atau dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, ataupun dari pemerintah kepada masyarakat35. Oleh sebab itu, otonomi atau desentralisasi pendidikan dimaksudkan agar seluruh kebijakan muncul dari lembaga pendidikan yang bersangkutan dan lebih akomodatif terhadap aspirasi yang berkembang di tengah masyarakat, yang mana aspirasi akan terangkum dalam perangkat pembelajaran, yaitu kurikulum. Senada dengan hal di atas, dikemukakan bahwa desentralisasi pendidikan yang sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999, berarti mengikut sertakan masyarakat di dalam menentukan akuntabilitas pendidikannya,

35

Abdul Ghofir, Loc. Cit.

29

maksudnya mempunyai tanggung jawab untuk ikut serta menentukan arah dan isi pendidikan36. Desentralisasi pendidikan bukan berarti tidak mengikuti kurikulum nasional. Kurikulum nasional berperan sebagai petunjuk-petunjuk dasar saja, kemudian diberikan isi yang nyata dalam kurikulum yang dilaksanakan daerah otonom. Dengan kata lain, sejumlah wewenang seperti penetapan kurikulim inti dan evaluasi berada di tangan pusat, sedangkan penyusunan kurikulum lokal dapat dilakukan di daerah bahkan di sekolah. Demikian pula seperti rekrutmen, penempatan, mutasi dan penganggaran dapat ditangani daerah. Dalam kerangka ini, Depdiknas hanya memainkan fungsi koordinatif, yang menetapkan standarisasi minimal, yang dalam segi contents misalnya melalui kurikulum yang berpusat pada kompetensi dasar, selanjutnya kurikulum dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan relevansinya dengan

masyarakat. Prinsip ini disebut school based management, yakni pengelolaan yang berbasis sekolah37. Jadi secara konseptual, pendidikan yang diinginkan oleh sistem desentralisasi pendidikan adalah pendidikan pemberdayaan yang bertujuan untuk memberdayakan setiap anggota masyarakat untuk dapat berprestasi setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuan yang telah dikembangkan dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu, tujuan otonomi pendidikan adalah untuk memandirikan suatu lembaga pendidikan dan menghilangkan sikap
36

Tilaar, op. cit., hlm. 5 8.

30

ketergantungan agar lebih kreatif, inovatif serta mampu menentukan arah dan tujuan dari lembaga pendidikan dengan visi dan misi yang dimilikinya, tetapi tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Problematika Madrasah dalam Era Otonomi Pendidikan Membahas madrasah dalam kerangka otonomi daerah, maka madrasah akan dihadapkan pada berbagai problematika berkaitan dengan adanya otonomi pendidikan di lingkungan sekolah. Problem-problem tersebut harus segera ditangani dan dicarikan solusinya. Dengan adanya problem tersebut, diharapkan dapat memotivasi madrasah untuk selalu berusaha meningkatkan mutu dan kualitasnya kearah yang lebih baik. Adapun problematika yang akan dihadapi madrasah di era otonomi pendidikan antara lain: a. Problem Kurikulum Sebagaimana diketahui bahwa kondisi masyarakat Indonesia sangat heterogen dengan berbagai macam keragamannya, seperti budaya, adat, suku, sumber daya alam, dan bahkan sumber daya manusianya. Masing-masing daerah mempunyai kesiapan dan kemampuan yang berbeda dalam pelaksanaan desentralisasi pendidikan. Permasalahan relevansi pendidikan selama ini diarahkan pada kurangnya kepercayaan pemerintah pada daerah untuk menata sistem pendidikannya yang sesuai dengan kondisi objektif di daerahnya. Situasi ini memacu terciptanya

37

Azyumardi Azra, op. cit., hlm. 6.

31

pengangguran lulusan akibat tidak relevannya kurikulum dengan kondisi daerah. Dalam konteks otonomi daerah, kurikulum suatu lembaga pendidikan tidak sekedar daftar mata pelajaran yang dituntut di dalam suatu jenis dan jenjang pendidikan. Dalam pengertiannya yang luas, kurikulum berisi kondisi yang telah melahirkan suatu rencana atau program pelajaran tertentu, juga berkenaan dengan proses yang terjadi di dalam lembaga (proses pembelajaran), fasilitas yang tersedia yang menunjang terjadinya proses, dan akhirnya produk atau hasil dari proses tersebut38. Kurikulum adalah keseluruhan program, fasilitas, dan kegiatan suatu lembaga pendidikan atau pelatihan untuk mewujudkan visi dan misi lembaganya. Oleh karena itu, pelaksanaan kurikulum untuk menunjang keberhasilan sebuah lembaga pendidikan harus ditunjang hal-hal sebagai berikut: Tersedianya tenaga pengajar (guru) yang kompeten; Tersedianya fasilitas fisik atau fasilitas belajar yang memadai dan menyenangkan; Tersedianya fasilitas bantu untuk proses belajar mengajar; Adanya tenaga penunjang pendidikan, seperti tenaga administrasi, pembimbing, pustakawan, laboran;

32

Tersedianya dana yang memadai; Manajemen yang efektif dan efisien; Terpeliharanya budaya yang menunjang, seperti nilai-nilai religius, moral kebangsaan, dan lain-lain;

Kepemimpinan pendidikan yang visioner, transparan dan akuntabel. Kurikulum sekolah yang amat terstruktur dan sarat beban

menyebabkan proses pembelajaran di sekolah menjadi steril terhadap keadaan dan perubahan lingkungan fisik dan sosial yang berkembang dalam masyarakat. Akibatnya, proses pendidikan menjadi rutin, tidak menarik, dan kurang mampu memupuk kreativitas murid untuk belajar serta guru dan pengelola pendidikan dalam menyusun dan melaksanakan pendekatan pembelajaran yang inovatif. Kurikulum kelembagaan pendidikan yang baik adalah kurikulum kelembagaan pendidikan ynag berkembang dari dan untuk masyarakat, yaitu kelembagaan pendidikan yang bersandarkan pada komunitas masyarakat39. Namun demikian, pada zaman reformasi dan keterbukaan seperti sekarang, permasalahan yang timbul adalah bagaimana mengubah pola pikir yang dikembangkan secara sentralistik dan memasung kreativitas masyarakat, menjadi pola pikir kemitraan. Dampak langsung dari sekian lama sistem sentralistik yang dijalankan adalah terpolanya cara berpikir masyarakat kebanyakan, baik birokrasi, para pendidik maupun
38

Hasbullah, op. cit., Hal. 21

33

masyarakat umumnya. Mereka terbiasa berpikir dan bekerja dengan adanya juklak, juknis, serba aturan, sehingga sulit lahirnya kreativitas, improvisasi, inovasi. Kemitraan yang dimaksud adalah kemitraan antara masyarakat dan kelembagaan-kelembagaan pendidikannya. Dalam kaitan dengan manajemen kurikulum, peningkatan relevansi dengan tuntutan perkembangan kebutuhan masyarakat antara lain perlu dilakukan manajemen kurikulum yang berangkat dari suatu prediksi yang dapat memberikan gambaran dan keadaan masyarakat beberapa tahun mendatang. Hal ini penting, apalagi sekarang masyarakat cenderung lebih berpikir pragmatis, yakni suatu tuntutan kepada lembaga pendidikan untuk dapat melahirkan out put yang mampu menjamin masa depannya terutama dalam sektor dunia kerja. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan harus tetap dijaga agar selalu responsive dalam mengikuti perkembangan teknologi yang menunjang pelaksanaan tugas lulusan di lapangan. b. Problem Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber daya manusia merupakan pilar yang paling utama dalam melakukan implementasi desentralisasi pendidikan. Banyak kekhawatiran dalam bidang kesiapan SDM ini, diantaranya belum terpenuhinya lapangan kerja dengan kemampuan sumber daya yang ada. Prinsip the right man on the right place semakin jauh pelaksanaannya. Implementasi desentralisasi pendidikan masih menyimpan beberapa kendala seperti dalam pengangkatan pengelola pendidikan yang tidak memerhatikan latar
39

Ibid, hal. 22

34

belakang dan profesionalisme, Kepala Dinas Pendidikan diangkat dari mantan Camat, Kepala Dinas Pasar, dan bahkan Kepala Dinas Pemakaman yang terkadang sama sekali tidak mengerti masalah pendidikan. Meskipun para mantan pejabat itu pernah mengurus orang banyak, mereka mempunyai karakteristik yang berbeda dengan peserta didik dan manusia yang berkecimpung dalam dunia pendidikan40. Penerapan otonomi pendidikan atau desentralisasi pendidikan memerlukan tenaga-tenaga yang terampil dan profesional, akan tetapi madrasah dalam hal ini masih belum mampu memenuhi tuntutan tersebut. SDM yang dimiliki madrasah selama ini masih banyak yang belum profesional. Kenyataan ini harus diakui, karena diberbagai madrasah baik negeri maupun swasta apalagi yang ada di pedesaan, SDM-nya terlihat masih belum profesional seadanya. Dari sinilah, muncul kecenderungan kuat bagi banyaknya guru dan tenaga kependidikan yang salah kamar (mismatch), serta kualitas keilmuan yang tidak memadai (unqualified atau under qualifed). Hanya sekitar 20% dari total guru madrasah yang layak (qualifed), 20% (mismatch) dan 60% belum atau tidak layak (under qualifed atau unqualified)41. Sejak dilaksanakannya otonomi daerah, pengelolaan sumber daya manusia di daerah baik di provinsi, kabupaten dan kota memang cukup memprihatinkan. Pimpinan daerah (gubernur, bupati dan walikota) yang

40 41

Ibid, hal. 23 Azyumardi Azra, op. cit., hlm. 9.

35

kekuasaannya sangat besar kadang-kadang menempatkan orangorangnya secara serampangan dan jarang memerhatikan aspek

profesionalisme. Koordinasi lembaga juga agak terhambat karena tidak ada hubungan secara hierarkis antara lembaga yang ada di tingkat kabupaten/kota dengan provinsi. Tidak jarang ketika Dinas Pendidikan Provinsi harus melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota, tetapi pada waktu bersamaan di kabupaten dan kota juga dilaksanakan rapat dinas dengan bupati/walikota, maka Kepala Dinas Pendidikan biasanya lebih memilih mengikuti rapat dengan

bupati/walikota yang merupakan atasannya, ketimbang mengikuti rapat atau koordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi. Akibatnya hanya utusan yang mewakili Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang bias hadir, dan dalam hal ini terkadang informasi yang diperoleh juga tidak pas dengan apa yang diharapkan. Fenomena semacam ini sudah lumrah terjadi sejak dilaksanakannya otonomi daerah. Bagaimanapun sumber daya manusia yang kurang profesional akan menghambat pelaksanaan sistem pendidikan. Penataan SDM yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan keahliannya menyebabkan pelaksanaan pendidikan tidak profesional. Banyak tenaga kependidikan yang latar belakang pendidikannya tidak relevan ditempatkan di dunia kerja yang ditekuninya42.

42

Hasbullah , op. cit., hal. 24

36

Dalam bidang kepegawaian tampak bahwa rotasi atau mutasi pegawai atau guru antar kabupaten/kota dan provinsi sulit dilaksanakan karena alasan terbatasnya Dana Alokasi Umum (DAU), karena sektor penggajian guru biasanya masuk dalam alokasi dana DAU, sehingga pengurangan tenaga pegawai PNS guru yang disebabkan pindah ke kabupatem/kota atau provinsi yang lain, akan dianggap cukup

memberatkan bagi daerah yang bersangkutan, terlebih-lebih bagi daerah yang minus sumber daya alamnya. Tidak jarang proses kepindahan guru harus melalui proses panjang dan berbelit-belit. Dari minta persetujuan Kepala Sekolah, Kepala Cabang Dinas, Kepala Dinas sampai Asisten bidang Administrasi, Sekretaris Daerah, dan Bupati/Waikota. Untuk pegawai pusat biasanya meskipun Surat Keputusan pindah dari mendiknas sudah terbit, tetap tidak dapat dilaksanakan secara langsung. Pengelolaan dan pembinaan pegawai negeri di kabupaten/kota satu dengan lainnya tidak sama, sehingga sering menimbulkan kecemburuan antar pegawai kabupaten/kota atau provinsi. Kekurangan tenaga guru sulit diatasi karena mutasi PNS/guru kabupaten/kota maupun provinsi tidak dapat dilakukan. Dalam kondisi seperti ini akibatnya sangat merugikan bagi daerah untuk dapat maju dan berkembang sesuai dengan potensi sumber daya yang dimilikinya c. Problem Dana Sumber daya keuangan merupakan salah satu tulang punggung penyelenggaraan pendidikan madrasah. Secara khusus yang dicermati

37

disini lebih pada sumber keuangan berasal, serta kreativitas penggaliannya. Dalam hal ini me;iputi: Swadana Pemerintah43. Persoalan dana merupakan persoalan yang paling krusial dalam perbaikan dan pembangunan sistem pendidikan di Indonesia, dan dana juga merupakan salah satu syarat atau salah satu unsur yang sangat menentukan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Selama ini dikeluhkan bahwa mutu pendidikan nasional rendah karena dana yang tidak mencukupi, anggaran untuk pendidikan masih terlalu rendah, padahal kalau mau belajar dari bangsa-bangsa yang maju sebagaimana mereka membangun, justru mereka berani secara nekad menempatkan anggaran untuk pembiayaan pendidikan melebihi keperluan-keperluan yang lain44. Dana adalah salah satu aspek yang penting dalam suatu lembaga pendidikan, karena dana tersebut bertujuan untuk pengadaan alat-alat belajar mengajar, gaji guru, pembangunan gedung, pemeliharaan alat-alat sekolah, dan lain sebagainya. Tanpa adanya dukungan dana yang memadai, maka sekolah/madrasah akan mengalami banyak hambatan dan masalah. Realitas menunjukkan bahwa sebagian besar madrasah berstatus swasta pembiayaannya banyak tergantung pada sumbangan siswa dan swadaya masyarakat, yang jumlahnya sangat terbatas.

43 44

Departemen Agama RI, Pedoman Akreditasi Madrasah Kelembagaan Agama Islam, 2005), hlm. 11. Hasbullah, op. cit., Hal. 25.

(Jakarta: Direktorat Jenderal

38

Dalam hal pendanaan, ternyata peran pemerintah terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam sejak awal kemerdekaan sampai sekarang dapat dikatakan sangat minim. Dalam indeks biaya perkapita pendidikan persiswa di madrasah, jauh lebih kecil dibandingkan dengan sekolah umum. Secara jujur, madrasah kita pada umumnya lemah dalam bidang dana, baik negeri maupun swasta. Apalagi madrasah yang ada di desa-desa keadaannya sangat memprihatinkan, yang mana gedung-gedungnya sangat sederhana, peralatan jauh dari memadai, administrasi yang tidak teratur, kekurangan guru dan lain-lain. Padahal dengan adanya biaya (dana) yang memadai segala sesuatu bisa diatur, artinya kualitas maupun kuantitasnya. Jika problem dana ini belum bisa diatasi oleh madrasah, maka madrasah akan jauh tertinggal dengan sekolah-sekolah umum, baik dari kuantitas lebih-lebih kualitasnya. UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebenarnya sudah mengamanatkan tentang pentingnya alokasi anggaran dana untuk pembiayaan dan pembangunan pendidikan ini. Dalam pasal 49 ayat (1) dikemukakan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan, dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sayangnya, amanat yang jelas-jelas memiliki dasar dan payung hukum tersebut dengan berbagai dalih dan alasan sampai saat ini belum

39

bisa dilaksanakan. Sementara itu, di daerah baik para eksekutif maupun legislatif masih sibuk berdebat dan sok-pintar-nya, merupakan sehingga dari

menimbulkan

kesan

bahwa

pendidikan

bagian

pembangunan yang belum diprioritaskan45. Dana masyarakat yang selama ini digunakan untuk membiayai pendidikan belum optimal teralokasikan secara proporsional sesuai dengan kemampuan daerah. Terserapnya dana masyarakat ke pusat membuat daerah jadi semakin Sarana tidak berdaya membiayai penyelenggaraan tergantung

pendidikan.

dan

prasarana

pendidikan

sangat

pengadaannya dari pemerintah pusat. Sementara itu, dalam konteks pembiayaan, dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka anggaran pendidikan dialokasikan pada APBD. Terlihat jelas penurunan biaya penyelenggaraan pendidikan. Hal ini disamping pemahaman pimpinan daerah terhadap pendidikan, banyak yang masih sangat terbatas, tidak jarang mereka juga menempatkan

pembangunan pendidikan bukan berada pada skala prioritas. Umumnya di daerah, termasuk pimpinan daerah (Gubernur, Bupati dan Walikota), DPRD dan pengambilan kebijakan yang lain, bila bicara tentang pendidikan semua sepakat merupakan sesuatu yang sangat penting dan harus menjadi prioritas pembangunan. Namun, ketika sampai pada tahap implementasi dan pengambilan kebijakan, terutama menyangkut

penganggaran di APBD, semuanya tidak ada lagi yang mampu berbuat

45

Hasbullah, Loc. Cit.

40

banyak. Bagi pimpinan daerah pendidikan mungkin saja merupakan prioritas yang keberapa setelah mobil dinas, rumah dinas, proyek-proyek fisik lain dan sebagainya. d. Problem Fasilitas Pendidikan/Sarana dan Prasarana Fasilitas pendidikan adalah menyangkut semua sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan. Pendidikan akan berjalan dengan baik, apabila fasilitas telah terpenuhi. Akan tetapi, sarana dan prasarana yang terdapat di madrasah selama ini masih kurang atau bahkan jauh dari harapan. Misalnya, bangunan gedung yang kurang representative untuk dijadikan tempat kegiatan belajar-mengajar, dan lain sebagainya. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah berupa perlengkapan dan peralatan pendidikan yang dimiliki serta dimanfaatkan dalam mendukung proses belajar mengajar. Dalam hal ini meliputi: Tanah dan gedung Ruang (kelas, perpustakaan, laboratorium dan ruang lainnya) Peralatan (olah raga, alat peraga, computer dan sarana lainnya)46. Sebagaimana telah diketahui, bahwa fasilitas merupakan faktor penting dalam pendidikan, namun masalah tersebut juga merupakan masalah yang sulit penanganannya. Tentang hal ini dijelaskan bahwa masalah kekurangan gedung sekolah, mobiler, text books, alat-alat peraga, buku-buku untuk perpustakaan, alat praktikum, ruang lingkup, dan

46

Departemen Agama RI, Loc. Cit.

41

terutama biaya semuanya merupakan problem yang sulit. Padahal untuk mengembangkan kualitas lembaga pendidikan, setidaknya ada dua sisi yang harus dipenuhi, yaitu: pertama, pemenuhan perlengkapan fisik yang meliputi ketenagaan, kurikulum, sarana dan prasarana, pendanaan, dan manajemen yang tangguh. Kedua, aspek-aspek yang bersifat non fisik (adanya cita-cita, etos, semangat yang tinggi dari semua pihak yang terlibat di dalamnya)47. Memang tidak mudah untuk mengatasi masalah kurangnya sarana dan prasarana pendidikan, karena semuanya tergantung oleh dana. Namun kenyataannya, problem dana yang dialami sebagian besar madrasah adalah dari segi pembiayaan, sedangkan orang tua siswa yang juga ikut bertanggung jawab atas biaya sekolah anaknya, sebagian besar dari ekonomi menengah ke bawah. 4. Strategi Pengembangan Madrasah dalam Era Otonomi Pendidikan Kata strategi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai beberapa arti antara lain: a. Ilmu dan seni mengembangkan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai. b. Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam kondisi perang atau dalam kondisi yang menguntungkan. c. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
47

Imam Suprayogo, RevormulasiVisi Pendidikan Islam (Malang: STAIN Press, 1999), hlm. 73.

42

d. Tempat yang baik menurut siasat perang48. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kata Stategi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala upaya atau rencana yang cermat yang akan dan sedang dilakukan oleh Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam mencapai sasaran khusus, yaitu mengembangkan lembaganya di era otonomi pendidikan. Adapun beberapa strategi pengembangan madrasah dilakukan dengan lima strategi pokok yaitu: 1) peningkatan layanan pendidikan di madrasah, 2) perluasan dan pemerataan kesempatan pendidikan di madrasah 3) peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, 4) pengembangan sistem dan manajemen pendidikan 5) pemberdayaan kelembagaan madrasah49. 1) Strategi peningkatan layanan pendidikan di madrasah Ikhtiar untuk senantiasa mengembangkan madrasah pada situasi apapun, termasuk juga pada situasi krisis ekonomi yang sampai sekarang masih dirasakan akibatnya, strategi yang ditempuhnya lebih difokuskan pada upaya mencegah peserta didik agar tidak putus sekolah, mempertahankan mutu pendidikan agar tidak semakin menurun. Indikator keberhasilannya adalah: (a) angka putus sekolah di madrasah dipertahankan seperti sebelum krisis dan akhirnya dapat diperkecil; (b) peserta didik yang kurang beruntung seperti yang tinggal di daerah terpencil, tetap dapat memperoleh layanan pendidikan

43

minimal tingkat pendidikan dasar (Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah); (c) siswa yang telah terlanjur putus sekolah didorong kembali untuk kembali dan atau memperoleh layanan pendidikan yang sederajat dengan cara yang lain, misalnya di madrasah terbuka; dan (d) proses belajar mengajar di madrasah tetap berlangsung meskipun dana yang terbatas50. Berbicara masalah strategi peningkatan layanan pendidikan, setidaknya semua pihak yang peduli dan punya tanggung jawab terhadap pendidikan bisa memberikan alternatif dengan cara membuka kelas-kelas baru di madrasah yang sudah ada bagi peserta didik yang putus sekolah dan anak-anak yang kurang mampu atau bahkan adanya pencanangan gerakan madrasah murah, agar peningkatan layanan pendidikan di madrasah tertuntaskan tanpa ada masalah baru yang muncul. Kebijakan utama yang perlu dilakukan adalah: (a)

mempertahankan laju pertumbuhan angka partisipasi pendidikan dengan menyesuaikan kembali sasaran pertumbuhan angka absolut partisipasi pendidikan di semua jenjang dan jenis madrasah; (b) melanjutkan program pemberian beasiswa dan dana bantuan

operasional pendidikan di semua jenis madrasah yang kemudian lambat laun dikurangi jumlahnya sejalan dengan semakin pulihnya krisis ekonomi dan meningkatnya kembali kemampuan orang tua peserta
48

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Loc. Cit.

44

didik dalam membiayai pendidikan; (c) mengintegrasikan dana bantuan operasional pendidikan secara bertahap ke dalam anggaran rutin untuk menunjang kegiatan operasional pendidikan di madrasah; (d) meningkatkan dan mengembangkan program pendidikan alternatif secara konseptual dan berkesinambungan terutama untuk sasaran peserta didik yang kurang beruntung; (e) meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan tentang pendidikan51. 2) Strategi perluasan dan pemerataan kesempatan pendidikan di madrasah Meskipun strategi ini terfokus pada program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun, jenis dan jenjang pendidikan lainnya pun tercakup. Indikator-indikator keberhasilannya adalah: (a) mayoritas penduduk berpendidikan minimal MTs (SMP) dan partisipasi pendidikan meningkat, yang ditunujukkan dengan Angka Partisipasi Kasar atau APK pada semua jenjang dan jenis madrasah; (b) meningkatnya budaya belajar yang ditunjukkan dengan meningkatnya angka melek huruf; (c) proporsi jumlah penduduk yang kurang beruntung meningkat52. Semua pihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan seharusnya lebih intensif lagi terhadap sosialisasi program wajar dikdas di lingkungan Departemen Agama khususnya lembaga pendidikan. yang mendapat kesempatan pendidikan semakin

49 50 51 52

Departement Agama RI, op. cit., hlm 38. Ibid, Hal. 38. Ibid, Hal. 39. Ibid, Hal. 39-40.

45

3) Strategi peningkatan mutu dan relevansi pendidikan Kebijakan program Mapenda untuk meningkatkan mutu relevansi madrasah, meliputi 4 (empat) aspek: kurikulum, guru dan tenaga kependidikan lainnya, sarana pendidikan, serta kepemimpinan madrasah53. Pertama, pengembangan kurikulum berkelanjutan di semua jenjang dan jenis madrasah, yang meliputi: (a) pengembangan kurikulum madrasah Ibtidaiyah dan madrasah Tsanawiyah yang dapat memberikan kemampuan dasar secara merata yang disertai dengan penguatan muatan lokal; (b) mengintegrasikan kemampuan generik dalam kurikulum yang memberikan program kemampuan adaptif; (c)

meningkatkan

relevansi

pendidikan

dengan

tuntutan

masyarakat dan dunia kerja; dan (d) mengembangkan budaya keteladanan di madrasah54. Pengembangan kurikulum pendidikan madrasah berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, serta berlandaskan Garisgaris Besar Haluan Negara GBHN dalam kerangka mewujudkan citacita pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan pendidikan nasional pada khususnya55. Kurikulum madrasah juga dikembangkan dengan

mempertimbangkan baik tuntutan kebutuhan peserta didik pada

53 54 55

Ibid, Hal. 40. Ibid, Hal. 40. Abdul Ghofir dan Muhaimin, op. cit., hal. 23.

46

umumnya maupun kebutuhan peserta didik secara perseorangan sesuai dengan minat dan bakatnya serta kebutuhan lingkungan. Kedua, pembinaan profesi guru madrasah, yang meliputi: (a) memberikan kesempatan yang luas kepada semua untuk meningkatkan profesionalisme melalui pelatihan-pelatihan dan studi lanjut; (b) memberikan perlindungan hukum dan rasa aman kepada guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam melaksanakan tugas56. Pada dasarnya peluang untuk membuat guru di Indonesia profesional dalam bidangnya itu ada. Tinggal bagaimana (political will) pemerintah melaksanakannya. Hal ini telah didukung dengan adanya kebijakan pemerintah menaikkan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN57. Seorang guru yang memiliki posisi strategi dalam usaha tercapainya kualitas pendidikan yang semakin baik amat dituntut kemampuan profesionalnya. Skill dan kemampuan profesionalnya ini harus selalu ditingkatkan, terutama dalam menyiapkan SDM yang mampu menghadapi persaingan dunia menjelang tahun 2020 nanti. Kegiatan-kegiatan seperti pelatihan dan studi lanjut yang seharusnya menjadi hak guru harus benar-benar diperhatikan agar guru dapat konsentrasi dalam mengajar. Ketiga, pengadaan dan pendayagunaan sarana dan prasarana pendidikan di madrasah yang meiputi: (a) menjamin tersedianya buku
56

Department Agama RI, Loc. Cit.

47

pelajaran, buku teks, buku daras dan buku-buku lainnya, satu buku untuk setiap peserta duduk; (b) melengkapi kebutuhan ruang belajar, laboratorium, dan perpustakaan; (c) mengefektifkan pengeolaan dan pendayagunaan sarana prasarana pendidikan yang dikaitkan dengan sistem insentif; (d) menyediakan dana pemeliharaan yang memadai untuk pemeliharaannya; (e) mengembangkan lingkungan madrasah sebagai pusat pembudayaan dan pembinaan peserta didik58. Untuk proses pengadaan sarana pendidikan, ada beberapa kemungkinan yang bisa ditempuh yaitu, 1) pembelian dengan biaya pemerintah, 2) pembelian dengan biaya SPP, dan 3) bantuan dari masyarakat lainnya59. Dalam konteks penentuan kebutuhan, sebelum mengadakan alat-alat tertentu atau fasilitas yang lain, terlebih dahulu harus dilakukan prosedur penelitian, yakni melihat kembali modal atau potensi yang telah ada. Dengan demikian, baru bisa ditentukan sarana apa yang diperlukan berdasarkan kepentingan pendidikan di madrasah yang bersangkutan. Keempat, kepemimpinan madrasah; kepemimpinan dalam madrasah haruslah didefinisikan sebagai sebuah proses belajar bersama (collective learning) yang saling menguntungkan yang memungkinkan seluruh unsur masyarakat madrasah turut ambil bagian dalam

57 58 59

Sam M. Chan dan Tuti T. Sam, Analisis Swot; Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), hal. 60. Department Agama RI, op. cit., Hal. 41. Hasbullah, op. cit., hal. 120.

48

membangun kesepakatan yang mengakomodir berbagai kepentingan (kolektif dan koilaboratif)60. 4) Strategi pengembangan sistem dan manajemen pendidikan Strategi ini berkenaan dengan upaya mengembangkan sistem manajemen madrasah sehingga secara kelembagaan madrasah akan memiliki kemampuan-kemamapuan sebagai berikut: (a)

berkembangnya prakarsa dan kemampuan-kemampuan kreatif dalam mengelola pendidikan, tetapi tetap berada dalam bingkai visi, misi, serta tujuan kelembagaan madrasah; (b) berkembangnya organisasi pendidikan di madrasah yang lebih berorientasi profesionalisme, daripada hierarchi; dan (c) layanan pendidikan yang semakin cepat, terbuka, adil, dan merata61. Salah satu indikator dari strategi pengembangan sistem dan manajemen pendidikan adalah berkembangnya organisasi pendidikan di madrasah yang lebih berorientasi profesionalisme dari pada hierarchi. Secara umum organisasi dapat diartikan berbagai bentuk kerjasama antara kelempok orang yang tergabung dalam suatu wadah tertentu guna mencapai tujuan bersama seperti yang telah ditetapkan bersama62.

60 61 62

Department Agama RI, op. cit., Hal. 69. Ibid, Hal. 41. Hasbullah, op. cit., hal. 109.

49

Secara sederhana organisasi paling tidak mempunyai 3 unsur yaitu, ada orang-orang, ada kerjasama, dan ada tujuan bersama. Tiga unsur organisasi itu tidak berdiri sendiri tetapi saling terkait atau saling berhubungan sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh63. Organisasi pendidikan yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan, fungsi dan wewenang yang telah ditentukan. Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala sekolah, apa tugas guru, apa tugas karyawan (pegawai administrasi) dan lain-lain. Kebijaksanaan program yang dilaksanakan meliputi: (a) revitalisasi peran, fungsi, dan tanggung jawab pendidikan madrasah; (b) mengembangkan sistem perancanaan regional dan lokal ditingkat satuan pendidikan; (c) meningkatkan partisipasi masyarakat melalui pembentukan majelis madrasah; (d) pemberdayaan personel madrasah yang didukung oleh aparat yang bersih dan berwibawa; (e) melakukan kajian pengembangan madrasah yang didasarkan pada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional dengan segala macam aturan

perundangannya64. 5) Strategi pemberdayaan kelembagaan madrasah

63 64

Ibid, Hal. 109. Department Agama RI, op. cit., Hal. 41-42.

50

Strategi ini menekankan pada pemberdayaan kelembagaan madrasah sebagai pusat pembelajaran, pendidikan, dan

pembudayaannya. Indikator-indikator keberhasilannya adalah: (a) tersedianya madrasah-madrasah yang semakin bervariasi, yang diikat oleh visi, misi, dan tujuan pendidikan madrasah, dengan dukungan organisasi yang efektif dan efisien; (b) mutu dan sarana prasarana madrasah yang semakin meningkat dan iklim pembelajaran yang semakin kondusif bagi peserta didik; dan (c) tingkat kemandirian madrasah semakin tinggi65. Kebijakan yang perlu ditempuh adalah: (a) melaksanakan telaah, kajian, dan restrukturisasi madrasah sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat; (b) mengembangkan sistem organisasi kelembagaan pendidikan yang profesional, efektif dan efisien; (c) standarisasi kelembagaan yang didukung oleh sarana dan prasarana minimal dan kualifikasi personel yang sesuai dengan bidang keahlian serta beban pekerjaannya66. Kelembagaan pendidikan yang memiliki orientasi pada

masyarakat, serta setidaknya dimiliki oleh komunitas masyarakat lokal, menuntut lelembagaan-kelembagaan yang baru berdasarkan paradigm daerah. pengembangan kelembagaan-kelembagaan pendidikan

65

Ibid, Hal. 42.

51

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metodologi Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati 67. Pendekatan ini dipergunakan karena penelitian kualitatif meniliki beberapa karakteristik sebagai berikut: (1) latar alamiah; (2) manusia sebagai alat (instrument); (3) metode kualitatif; (4) analisis data secara
66

Ibid, Hal. 42.

52

induktif; (5) teori dari dasar (Grounded Theory); (6) deskriptif; (7) lebih mementingkan proses dari pada hasil; (8) adanya batas yang ditentukan oleh fokus; (9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data; (10) desain yang bersifat sementara, dan (11) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama68. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus adalah penelitian yang terinci tentang seseorang atau sesuatu unit selama kurun waktu tertentu69.

B. Kehadiran Peneliti dan Lokasi Penelitian 1. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan, karena instrument penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri70. kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrument atau alat penelitian disini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian71.

67 68 69 70 71

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja rosdakarya, 2000), hlm. 4 Ibid. hal. 8-13. Sevilla, dkk. Pengantar Metode Penelitian, terj., Alimudin Tuwu (Jakarta: UI Press, 1993), hlm. 73. Lexy J. Moleong, op. cit., 121. Ibid. hlm. 121.

53

Jadi kunci dari penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, karena ia bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpul data, sedangkan instrument selain manusia mempunyai fungsi terbatas hanya sebagai pendukung tugas peneliti. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek atau informan. Hal ini karena sebelum penelitian dilaksanakan peneliti terlebih dahulu mengajukan surat izin penelitian kepada lembaga yang terkait. Adapun peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat tanpa peran serta, pengamat hanya melakukan satu fungsi yaitu mengadakan pengamatan72.

2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji paciran Lamongan di Jln. KH. Mustofa Desa Kranji Paciran Lamongan 62264. Pemilihan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji paciran Lamongan sebagai objek penelitian didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: (1) Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan sebagai lembaga pendidikan memiliki keunggulan prestasi tidak hanya dalam bidang akademik tetapi juga dalam bidang non

72

Ibid, hlm. 126.

54

akademik, (2) sarana dan prasarana yang memadai, (3) fisik sekolah yang cukup memuaskan, (4) sekolah/madrasah yang paling diminati oleh masyarakat setempat, dan bahkan (5) terakreditasi dengan nilai A+Unggul. Berdasarkan berbagai keberhasilan yang telah diraih Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan tersebut, merupakan alasan peneliti untuk mengamati lebih jauh mengenai strategi pengembangan madrasah yang dilakukan oleh Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan. C. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Jadi kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama dan dokumen atau sumber tertulis lainnya merupakan data tambahan73. Jadi sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan yang diperoleh dari informan yang terkait dalam penelitian selanjutnya. Dokumen atau sumber tertulis lainnya merupakan data tambahan. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah; Kepala Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan

73

Ibid, hlm. 112.

55

Kepala Tata Usaha Wakil Kepala Madrasah Urusan Kurikulum Wakil Kepala Madrasah Urusan Kesiswaan Wakil Kepala Madrasah Urusan Sarana dan Prasarana Wakil Kepala Madrasah Urusan Humas Tenaga Pengajar Data yang ingin diketahui dari para informan di atas adalah data tentang problematika yang dihadapi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam mengembangkan lembaganya dalam era otonomi pendidikan serta strategi atau upaya yang sedang dan akan dilakukan oleh Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam mengembangkan lembaganya dalam era otonomi pendidikan. Data tersebut diperoleh melalui wawancata (interview).

D. Prosedur Pengumpulan Data Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Metode Wawancara (Interview) Metode Interview merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian74. Dalam metode interview ini ada dua pihak yang masing-masing mempunyai kedudukan yang berlainan, dimana satu pihak menjadi

74

Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), hlm. 193.

56

pengejar atau pencari informasi sedang pihak lain sebagai pihak pemberi informasi atau informan. Adapun interview yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview bebas terpimpin, yang mana keluwesan peneliti dalam menggunakan metode ini sangat berpengaruh dalam keberhasilan mendapatkan jawaban-jawaban yang bersifat spontanitas bukan dipaksa-paksa sebab dalam suasana seperti itulah hal-hal yang bersifat pribadi dapat diungkapkan sedalam-dalamnya sehingga mendapat informasi yang efisien. Orang yang diwawancarai adalah informan sebagaimana yang disebutkan dalam sumber data. Pemilihan informan tersebut dilakukan secara purposif (bukan secara acak) artinya mengambil orang-orang terpilih oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh informan misalnya orang yang memiliki jabatan tertentu dalam suatu lembaga atau instansi75. Peneliti menggunakan tekhnik ini digunakan untuk mengetahui secara mendalam tentang berbagai informasi yang berkaitan dengan problematika yang dihadapi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan serta strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan kepada orang yang paling esensial dan dianggap dapat memberikan informasi secara utuh tentang

75

Sanapiah Faishal, Penelitian Kualitatif; Dasar-dasar Aplikasi (Malang: YA3, 1990), hlm. 56.

57

persoalan yang akan dikaji dalam hal ini adalah Kepala Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Kepala Tata Usaha, Wakil Kepala Madrasah Urusan Kurikulum, Wakil Kepala Madrasah Urusan Kesiswaan, Wakil Kepala Madrasah Urusan Sarana dan Prasarana, Wakil Kepala Madrasah Urusan Humas dan Tenaga Pengajar. Alasan lain peneliti beranggapan bahwa informan di atas lebih mengetahui berbagai informasi tentang Strategi pengembangan madrasah sebab mereka terlibat langsung disamping mengetahui seluk beluk manajerialnya, sehingga lebih representatif untuk memberikan informasi secara akurat.

2. Metode Observasi Metode observasi adalah suatu metode pengolahan data dengan pengamatan dan pencatatan secara sistemik terhadap fenomena yang diteliti76. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis observasi terus terang dan tersamar, artinya observasi dapat dilakukan secara terus terang (tidak samar) sehingga mereka yang tengah diteliti mengetahui dari awal bahwa peneliti melakukan kegiatan penelitian/observasi pada keadaan atau situasi tertentu. Disamping itu pula peneliti juga dapat

76

Sutrisno Hadi, op. cit., hlm. 136.

58

melakukan observasi secara tersamar sebab dalam mengamati suatu situasi tidak selalu serba terus terang77. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan atau tempat penelitian secara langsung. Peneliti menggunakan tekhnik ini karena tekhnik ini

dipergunakan untuk mempelajari secara langsung permasalahan yang sedang diteliti, dalam hal ini yaitu problematika yang dihadapi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan serta strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan. Sehingga dapat diketahui secara empiris fenomena apa yang terjadi dalam kaitannya dengan persoalan yang di atas atau dikaji. Fungsi tekhnik ini selain untuk mencari data, juga sekaligus mengadakan cross check terhadap data lain, sehingga hasil observasi dapat dimaknai dan diinterpretasikan lebih lanjut berdasarkan teori yang menjadi acuan dalam memahami penelitian tersebut. 3. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi: tekhnik pengumpulan data dengan mengambil dokumen yang ada atau mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, dan sebagainya78.

77 78

Sanapiah Faishal, op. cit., hlm. 78. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Yogyakarta: Rieneka Cipta, 2002), hlm. 202.

59

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang catatan, arsip kepengurusan, atau struktur organisasi, jumlah tenaga pengajar dan karyawan serta dokumen lainnya yang diperlukan. E. Tekhnik Analisis Data Analisa data adalah sebuah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan uraian dasar79. Analisa data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan80. Dalam penelitian kualitatif, analisa data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data. Tekhnik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik analisis domain. Analisis domain dilakukan untuk memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh tentang apa yang tercakup disuatu fokus atau pokok permasalahan yang tengah diteliti81. Maksudnya analisis domain ini dipergunakan pada tahap eksplorasi menyeluruh, seperti untuk mengambil data mengenai konsep strategi pengembangan madrasah dalam era otonomi pendidikan dan dokumendokumen yang bersangkutan yaitu perjalanan sejarah, struktur organisasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dan lainlain. Selanjutnya menggunakan analisis Taksonomis dan Komponensial. Analisis taksonomis adalah analisis lebih lanjut dan lebih rinci dan
79

Lexy J. Moleong, op. cit., hlm. 103.

60

mendalam untuk membatasi fokus pengertian pada domain tertentu dan upaya mendeskripsikan atau menjelaskan fenomena atau fokus yang menjadi sasaran penelitian82. Adapun analisis komponensial adalah mengorganisasikan kontras antar elemen dalam domain yang diperoleh melalui observasi dan wawancara terseleksi83. Maksud dari kedua analisis di atas adalah analisis yang digunakan pada tahap eksplorasi terfokus, untuk mendapatkan data mengenai problematika yang dihadapi dalam pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan, serta strategi pengembanagan yang dilakukan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan. Ketiga analisis data tersebut dilakukan secara simultan disaat pengumpulan data di lapangan. Kemudian yang terakhir menggunakan tekhnik analisis tema yakni upaya mencari benang merah yang mengintegrasikan lintas domain yang ada. Analisis ini dilakukan setelah kegiatan pengumpulan dan analisis data di lapangan84. Setelah memperoleh data dan terkumpul dari kegiatan lapangan kemudian data di analisa secara kualitatif dengan tekhnik pengelompokan data untuk selanjutnya di ambil kesimpulan. Usaha pengelompokan data sampai pengambilan keputusan ini dilakukan dengan meringkas deskripsi
80 81 82 83

Sofian Effendi, dkk. Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 263 Sanapiah Faishal, op. cit., hlm. 91. Ibid, hlm. 98. Ibid, hlm. 102.

61

data menjadi deskripsi terfokus, oleh karenanya dalam tekhnik analisa data pada penelitian ini menggunakan descriptive analysis, atau sering disebut deskriptif analitik yaitu dengan cara memadukan data yang otentik dengan berfikir deduksi dan induksi untuk kemudian menghasilkan kesimpulan. F. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data atau validitas data merupakan pembuktian bahwa apa yang telah diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan, dan apakah penjelasan yang diberikan tentang dunia memang sesuai dengan sebenarnya ada atau terjadi85. Untuk mengetahui keabsahan data maka tekhnik yang digunakan adalah: 1. Triangulasi, merupakan cara untuk melihat fenomena dari berbagai sudut, melakukan pembuktian temuan dengan berbagai sumber informasi dan tekhnik misalnya hasil dari observasi dapat di cek dengan hasil wawancara atau membaca laporan, serta melihat dengan lebih tajam hubungan antara berbagai data86. Dalam hal ini peneliti memperoleh data mengenai problematika yang dihadapi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan serta strategi pengembangan Madrasah Aliyah

Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan melalui kepala sekolah maka peneliti tidak cukup hanya pada satu orang akan tetapi peneliti perlu untuk mewawancarai ke staf84

Ibid, hlm. 106.

62

staf yang lain, disamping itu peneliti memerlukan beberapa dokumendokumen resmi untuk membuktikan kebenaran kegiatan yang dilakukan oleh Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan yang berkenaan dengan strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan. 2. Menggunkan bahan referensi. Sebagai bahan referensi untuk

meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data dengan menggunakan hasil rekaman tape atau video tape atau bahan dokumentasi87. Peneliti memperoleh data mengenai problematika yang dihadapi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan serta strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan dengan menggunakan tape dan dokumentasi. 3. Member cheek, bertujuan agar informasi yang kita peroleh dan digunakan dalam penulisan skripsi disesuaikan dengan apa yang dimaksud oleh informan88. Setelah peneliti mentranskip rekaman hasil wawancara atau mencatat hasil pengamatan atau mempelajari dokumen kemudian mendeskripsikan, menginterpretasikan dan memaknai data secara tertulis, kemudian dikembalikan kepada sumber data untuk diperiksa kebenarannya, ditanggapi, dan jika perlu ada penambahan

85 86 87 88

S. Nasution, Metode Penelitian Natoralistik-Kualitatif (Bandung: Transito, 1996), hlm. 105. Ibid, hlm. 115. Ibid, hlm. 117. Ibid, hlm. 118.

63

data baru. Member cheek ini dilakukan segera setelah ada data yang masuk dari sumber data. G. Tahap-tahap Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi 3 tahap, yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap penyelesaian. 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah: a. Pengajuan judul dan proposal kepada Jurusan, dalam hal ini adalah Jurusan Pendidikan Agama Islam. b. Konsultasi proposal ke dosen pembimbing. c. Melakukan kegiatan kajian pustaka yang sesuai dengan judul penelitian. d. Menyusun metodologi penelitian. e. Mengurus surat izin penelitian kepada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Malang dan izin kepada Department Agama kota Malang serta izin kepada kepala sekolah Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data dan pengolahan data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara: a. Mengadakan observasi langsung ke Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan

64

b. Melakukan wawancara kepada subjek penelitian. c. Menggali diperlukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan tekhnik analisis data yang telah ditetapkan. 3. Tahap Penyelesaian Kegiatan yang dilakukan pada tahap penyelesaian ini meliputi: a. Menyusun kerangka laporan hasil penelitian. b. Menyusun laporan akhir penelitian dengan selalu berkonsultasi kepada dosen pembimbing. c. Ujian pertanggung jawaban hasil penelitian di depan dewan penguji. d. Penggandaan dan menyampaikan laporan hasil penelitian kepada pihak yang berwenang dan berkepentingan. data penunjang melalui dokumen-dokumen yang

65

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN TEMUAN PENELITIAN


A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah ini berada di jalan KH Mustofa Kranji Paciran Lamongan 62264 yang berada di bawah naungan Yayasan Tarbiyatut Tholabah89. Madrasah yang berada di bawah naungan Yayasan Tarbiyatut Tholabah ini menawarkan banyak hal untuk mencetak pelajar yang bermutu dan handal dalam menghadapi perkembangan zaman. Madrasah yang terletak tidak jauh dari pesisir pantai utara Lamongan ini didirikan pada Tahun 1963 oleh seorang ulama dan tokoh kharismatik, al-maghfurllah KH. Muhammad Baqier Adelan, dan baru beroperasi pada Tahun 197190. Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan ini sudah mengalami 4 kali pergantian kepala sekolah diantaranya adalah: 1. Drs. H. M. Yahya1973 s.d. 1998 2. Drs. H. Masmulyo, M. Ag. 1998 s.d. 2001 3. H. Qomaruddin M, S. Ag. 2001 s.d. 2004 4. H. Abdullah zawawi,S. Pd. M. M. 2004 s.d. Sekarang
89 90

Dokumentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan. Dokumentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.

66

Madrasaah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan mempunyai motto Islami, Berprestasi dan Berinovasi serta menjadi pusat pengembangan pembelajaran bagi madrasah-madrasah sekitar. sementara slogan yang selama ini didengungkan adalah Salam, Etika, Nyaman, Ulet dan Mandiri (Senyum). Motto dan slogan tersebut telah mengangkat nama Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan menjadi sekolah favorit di kawasan Lamongan dan Jawa Timur. Kualitas pendidikan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan telah membuat alumninya mampu berbicara baik di tingkat nasional maupun internasional. Untuk tingkat nasional, para alumnus Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan tersebar di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Malang, Yogyakarta, Semarang dan Bandung, kota-kota besar di Kalimantan, Sumatera dan wilayah-wilayah lainnya91. Untuk luar negeri, para alumnus Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan juga telah mampu berbicara banyak. Mereka antara lain diterima di Universitas Al-Azhar Mesir, Universitas AlAf Ghaf Yaman, dan Universitas kebangsaan Malaysia. Bahkan beberapa orang telah menjadi pengajar di sejumlah Universitas ternama di Malaysia, dan sejumlah Negara di Asia lain. Dengan torehan prestasi yang digapai Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dan alumninya, maka sangat layak jika madrasah tersebut dinilai telah

67

memenuhi standar sebagai sekolah unggulan92. Adapun profil Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan secara rinci tercantum dalam lampiran VI. 2. Visi, Misi, Slogan dan Tujuan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan Sebagaimana Madrasah Aliyah yang lainnya, sebagai lembaga pendidikan formal yang sederajat dengan sekolah menengah umum (SMU), Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan pun berusaha sebaik mungkin menyiapkan peserta didiknya untuk siap bersaing dengan peserta didik dari sekolah lain. Adapun visi, misi, slogan dan tujuan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan adalah sebagai berikut:
a. Visi

Islami, Berprestasi dan Berinovasi93.


b. Misi

Dengan visi di atas Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan ingin mewujudkan cita-citanya yang tertuang dalam misi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, sebagai berikut:

91 92 93

Majalah Lensa Edisi 6 Maret 2007 (majalah yang dibuat para alumni Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan yang kuliah di Jakarta) hlm. 26. Ibid, hlm 26 Dokumentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.

68

1. Menerapkan dan mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari serta menjadikannya sebagai sumber kearifan dalam bertindak. 2. Mengembangkan potensi akademik secara optimal. 3. Mengembangkan bakat, minat dan ketrampilan siswa sebagai bekal melanjutkan ke jenjang lebih tinggi dan atau terjun ke masyarakat. 4. Mengembangkan sistem pendidikan yang sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi94.


c. Slogan

S : Salam E : Etika N : Nyaman Y : Yakin U : Ulet M: Mandiri95.


d. Tujuan

1. Warga madrasah dapat merealisasikan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap penerapan budaya Islami di masyarakat. 2. Siswa dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga bisa mencapai standar kelulusan serta dapat melanjutkan ke perguruan tinggi baik dalam maupun luar negeri.

94 95

Dokumentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan. Dokumentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.

69

3. Terwujudnya sistem pendidikan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4. Siswa memiliki ketrampilan, kecakapan, keuletan dan kemandirian sebagai bekal hidup di masyarakat96.

96

Dokomentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.

70

3. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan Tahun Ajaran 2006-2007

DEPAG/INSTANSI

YAYASAN

LP. MAARIF

KEPALA MADRASAH
H. Abdullah Zawawi, S. Pd, M. M

KOMITE MADRASAH

Ka.TU
Sholihul Amin PKM. KURIKULUM Akhmad Mukhtar S. Pd

PKM. KESISWAAN
Mahbub Junaidi, S. Ag

PKM. SARANA
Abd. Majid Yasin, S. Ag

PKM. HUMAS
Ali Mudlofar, Lc

WALI KELAS

BP/BK

DEWAN

S I S W A
Sumber : Dokumuntasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan

Keterangan :
GARIS KOMANDO GARIS KOORDINASI

71

4. Kurikulum Kurikulum yang diberlakukan di Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan mengacu pada kurikulum Depag yang dimodifikasi, sebagaimana diinformasikan oleh informan di bawah ini: .....Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan adalah madrasah yang dikenal dengan penerapan kurikulum lokalnya yang banyak sekali dibanding dengan madrasah-madrasah yang berada di sekitar madrasah tersebut khususnya di desa Kranji Paciran Lamongan97. Berkaitan dengan adanya otonomi pendidikan, madrasah diberi wewenang untuk berimprovisasi dengan kurikulum yang disusun oleh DEPAG, madrasah diberi keleluasaan untuk mengatur alokasi waktu dalam mengajarkan setiap pokok bahasan atau sub pokok bahasan sesuai dengan kebutuhan. Disamping itu pula, madrasah juga diberi kebebasan dalam mengembangkan kurikulum lokal. 5. Keadaan Siswa atau Peserta Didik Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan Tahun Ajaran 2006/2007 Yang menentukan berjalan tidaknya pendidikan adalah peserta didik yang merupakan faktor terdidik untuk menuju kecerdasannya. Dia merupakan obyek dan subyek pendidikan yang harus dipahami kejiwaannya dan harus diperlakukan sebagai manusia pada layaknya, dan keberhasilan suatu lembaga pendidikan akan sukses bila hasil didikannya berkualitas baik. Demikian juga jumlah siswa merupakan unsur yang tidak boleh

97

Wawancara dengan Akhmad Mukhtar S. Pd, Ketua Urusan Kurikulum Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 24 Maret 2007.

72

diabaikan. Sebab sekolah yang banyak siswanya akan menambah gairah guru untuk megajar. Perkembangan jumlah siswa Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dari tahun ketahun selalu mengalami peningkatan, hingga jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2006/2007 seluruhnya berjumlah 709 orang. Persebaran jumlah peserta didik antar kelas tidak merata. Peserta didik di kelas X ada sebanyak 8 rombongan belajar. Peserta didik di kelas XI ada sebanyak 7 rombongan belajar 3 Program IPA 2 Program IPS, dan 2 Program Keagamaan. Sedangankan di kelas XII sebanyak 7 rombongan belajar. 2 Program IPA, 3 Program IPS, dan 2 Program Keagamaan98. Separuh dari peserta didik (50%) adalah bermukim di pesantren (Mondok). Sedangkan yang 50% adalah peserta didik bajakan yang tiap selesai kegiatan belajar pulang ke rumah masing-masing. Adapun data mengenai peserta didik Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan secara lengkap tercantum dalam tabel I. 6. Keadaan Guru dan Pegawai Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan Guru sebagai pendidik yang tugas atau pekerjaannya selain mengajar, memberikan macam-macam ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada anak-anak juga medidik. Guru hendaklah berusaha menjalankan tugas atau kewajiban sebaik-baiknya, sehingga dengan demikian

73

masyarakat menginsyafi dengan sungguh-sungguh betapa berat dan mulianya pekerjaan guru. Keadaan guru yang dimaksud di sini adalah para guru yang masih mengajar, yaitu tahun diadakannya penelitian ini. Begitu juga karyawan, mereka juga mempunyai andil yang besar sebagai penunjang dinamisator kesetabilan lembaga pendidikan. Dalam muwujudkan kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan ketenagaan yang handal dan profesional, maka dalam aspek ketenagaan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan telah memiliki dan mengembangkan tenaga pengajar dengan

mempertimbangkan rasionalisasi jumlah siswa beserta semua hal yang berkaitan dengan kebutuhan sekolah. Sedangkan jumlah seluruh guru dan pegawai madrasah sebanyak 63 orang, terdiri atas guru 54, karyawan tata usaha 4 orang, petugas perpustakaan 2 orang, pesuruh 2 orang. Dan 1 orang Kantib99. Ada sekitar 30 orang guru/pegawai yang ijazah terakhirnya nota bene pendidikan umum dan kira-kira 24 orang guru/pegawai yang ijazah terakhirnya nota bene pendidikan agama. Dalam penempatan guru juga ditemui ada beberapa guru yang missmatch misalnya saja Moh. Bahruddin S. Agsebagai promoter BK dan Siti Muthohhiroh S. Ag guru pengajar biologi, hal ini terjadi karena guru/pegawai yang ada di MA Tarbiyatut
98 99

Dokomentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan. Dokomentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut tholabah Kranji Paciran Lamongan.

74

Tholabah Kranji Paciran Lamongan kebanyakan ijazah terakhirnya nota bene pendidikan agama, sehingga mau tidak mau pihak madrasah memasukkan guru/pegawai tersebut ke dalam bidang studi yang belum ada tenaga pengajarnya tanpa melihat aspek profesionalitas. Adapun data mengenai guru dan pegawai Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan secara lengkap tercantum dalam tabel II.

7. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan Dalam rangka mencapai target kualitas madrasah yang bermutu dan berkualitas, tentunya tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung, seperti sarana dan prasarana yang memadai. dalam rangka upaya pencapaian target tersebut pula, baik sarana prasarana fisik seperti lingkungan sekolah dan lainnya maupun person yang terkait harus bisa memberdayakannya secara efektif dan efisien. Bicara soal sarana dan prasarana, apa yang dimiliki oleh Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan telah masuk pada kategori layak atau bahkan luar biasa di banding sekolah-sekolah lain yang berada di pedesaan. Mulai dari gedung sekolah yang bertingkat dan ruang kelas representatif hingga laboratorium bahasa dan IPA telah tersedia sejak lama di sekolah pencetak alumni handal yang telah tersebar luas di seluruh

75

penjuru Nusantara dan luar negeri ini100. Sedangkan sarana prasarana secara rinci meliputi di bawah ini: a. Tanah dan Halaman Tanah sekolah sepenuhnya milik Yayasan. Luas areal seluruhnya 8.680 m2. sekitar sekolah dikelilingi oleh pagar sepanjang 4.500 m. Keadaan Tanah Sekolah Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan

Status Luas Tanah Luas Bangunan Pagar

: Wakaf : 8.680 m2 : 3.500 m2 : 4.500 m101.

b. Gedung Sekolah atau Madrasah Bangunan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik. Jumlah ruang kelas untuk menunjang kegiatan belajar memadai.

Keadaan Gedung Sekolah Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan

Luas Bangunan
100

: 3.500 m2

Majalah Lensa, Loc. cit

76

Ruang Kepala Sekolah Ruang TU Ruang Guru Ruang Kelas Ruang Lab. IPA Ruang Lab. Bahasa Ruang Audio Visual Ruang Komputer Ruang Serba Guna Mushollah Ruang Osis Ruang Olah raga Ruang Ketrampilan

: 1 Baik : 1 Baik : 1 Baik : 22 Baik : 1 Baik : 1 Baik : 1 Baik : 2 Baik : 1 Baik : 2 Baik : 2 Baik : 2 Baik : 1 Baik102.

B. Paparan Data dan Temuan Penelitian 1. Problematika yang Dihadapi dalam Pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam Era Otonomi Pendidikan Dengan adanya perubahan sistem pendidikan di negeri ini, dari sistem sentralisasi menuju sistem desentralisasi pada awalnya masih mengundang polemik. Hal ini tidak terlepas dari kondisi geografis, ekonomi, sosial, dan budaya masing-masing daerah lembaga pendidikan itu berada.
101

Dokomentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.

77

Bagi lembaga pendidikan yang berada dalam kondisi geografis yang menguntungkan serta mendapat support atau dukungan dari Pemerintah Daerah setempat, maka perubahan sistem pendidikan ini akan membawa angin segar dalam proses pengembangan pendidikan, sebaliknya bagi lembaga pendidikan yang tidak mendapat support atau dukungan dari Pemerintah Daerah setempat serta hanya berpangku tangan pada Pemerintah Pusat, maka yang terjadi adalah sebuah polemik. Secara universal problem yang dihadapi dalam pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan adalah masalah-masalah biasa yang pada umumnya merupakan masalah-masalah yang juga wajar dihadapi oleh setiap madrasah-madrasah lain yang tidak sampai memperburuk madrasah atau mematikan madrasah, hal ini sebagaimana yang dipaparkan oleh salah satu informan di bawah ini: .....Dengan diberlakukannya undang-undang otonomi daerah yang berimplikasi terhadap adanya otonomi dunia pendidikan sampai saat ini belum ada problem serius yang saya anggap madrasah ini mati atau terpuruk, kalaupun ada hanyalah problem-problem yang biasa sama seperti problem-problem madrasah pada umumnya103. Problem-problem tersebut adalah sebagai berikut: 1. Problem Kurikulum a. Berkurangnya durasi jam mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang seharusnya 45 menit menjadi 40 menit perjam pelajaran
102

Dokomentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.

78

Sesuai

dengan

amanat

desentralisasi

pendidikan

yang

mengharuskan kurikulum yang sesuai dengan keadaan daerah, peserta didik, Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dikenal dengan kurikulum lokalnya yang banyak dibanding dengan madrasah-madrasah lain yang ada di sekitarnya tanpa mengenyampingkan kurikulum yang telah ditetapkan secara nasional, tapi yang menjadi kendala disini adalah berkurangnya jam mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang seharusnya 45 menit menjadi 40 menit perjam pelajaran hal ini sebagaimana didapat informasi dari informan di bawah ini: .....Karena banyaknya muatan lokal yang diberlakukan di MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan maka mau tidak mau pihak madrasah harus mengurangi durasi jam pelajaran yang seharusnya 45 menit menjadi 40 menit, oleh karena itu kadang ada mata pelajaran yang tidak tuntas pada waktunya104. Hal senada juga dinyatakan oleh informan di bawah ini: .....Kadang ada beberpa mata pelajaran yang tidak tuntas saat UAS kaena dikuranginya durasi jam mata pelajaran yang mestinya 45 menit menjadi 40 menit105. b. Dikuranginya jam pelajaran umum dalam seminggu yang seharusnya 6 jam pelajaran menjadi 5 jam pelajaran dalam seminggu. Hal ini sebagaimana yang dipaparkan oleh salah satu informan di bawah ini:

103 104 105

Wawancara dengan H. Abdullah Zawawi, S. Pd, M. M. Kepala Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 24 Maret 2007. Wawancara dengan Akhmad Mukhtar S. Pd, Ketua Urusan Kurikulum Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 24 Maret 2007. Wawancara dengan Ahmad Suroso S. Kom, guru Tekhnologi Informasi dan Komunikasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 24 Maret 2007.

79

.....Biasanya jam pelajaran umum seperti matematika yang standartnya 6 jam pelajaran dalam seminggu dikurangi menjadi 5 jam pelajaran dalam seminggu karena banyaknya muatan lokal106. c. Sulitnya melakukan penilaian beberapa mata pelajaran dalam aspek penerapannya oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sebagaimana yang dipaparkan oleh salah satu informan di bawah ini: .....Pihak madrasah merasa kesulitan di dalam melakukan penilaian terhadap beberapa mata pelajaran seperti faroid, fiqih dan lain-lain dalam penerapannya oleh siswa dalam kesehariannya107. Berdasarkan paparan data di atas, maka diperoleh temuan bahwa problem kurikulum Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan meliputi: a. Berkurangnya durasi jam mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang seharusnya 45 menit menjadi 40 menit perjam pelajaran, b. Dikuranginya jam pelajaran dalam seminggu yang seharusnya 6 jam pelajaran menjadi 5 jam pelajaran dalam seminggu dan c. Sulitnya melakukan penilaian beberapa mata pelajaran dalam aspek penerapannya oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. 2. Problem SDM (guru) diantaranya: a. Secara psikologis, mental sebagian guru dan pegawai belum siap menghadapi perubahan untuk berotonomi. Hal ini sebagaimana yang dipaparkan oleh salah satu informan di bawah ini:

106 107

Wawancara dengan Misbahuddin S. Pd, guru Matematika Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 24 Maret 2007. Wawancara dengan Abd. Majid Yasin, S. Ag Wakil Kepala Urusan Sarana dan Prasarana dan juga guru Fqih Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 24 Maret 2007

80

.....yang menjadi masalah dalam pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan adalah masih adanya beberapa guru yang belum mempunyai kesiapan mental untuk berotonomi. Hal ini terkait dengan pembuatan soal-soal, beberapa guru belum mempunyai kreativitas dalam pembuatan soalsoal108. Hal senada juga dinyatakan oleh informan di bawah ini: .....Masalah yang dihadapi dalam pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan adalah masih adanya sebagian guru yang kurang memiliki kreativitas artinya guru masih menunggu petunjuk dari atas dan selalu bersikap pasif109. b. Sebagian guru malas dan takut terhadap upaya pembaruan. Salah satu bentuk perubahan yang sering dipakai yaitu upaya pembaruan. Pembaruan dalam bidang pendidikan saat ini kita kenal dengan sebutan pembaruan kurikulum. Setiap kali terjadi pembaruan kurikulum, para guru kembali disibukkan dengan berbagai kegiatan, seperti penataran, uji coba model, uji coba mekanisme, sosialisasi kurikulum, dan sebagainya. Semuanya itu ditangkap oleh sebagian personil guru kita sebagai malapetaka atau setidaknya menjadi beban yang cukup berat bagi mereka. Hal ini sebagaimana yang dipaparkan oleh salah satu informan di bawah ini: .....Sebenarnya otonomi daerah yang sampai saat ini masih dijalankan oleh pemerintah masih belum bisa dikatakan berhasil, karena kemandirian suatu sekolah merupakan ujung tombak keberhasilan otonomi daerah, dan terbukti pemerintah masih banyak melakukan intervensi khususnya di dalam pembuatan kurikulum secara nasional, dan bahkan setiap pergantian kepala pasti terjadi pergantian kurikulum, sehingga sebagian guru merasa terbebani dan takut terhadap adanya pembaruan hal ini terbukti ketika adanya
108 109

Wawancara dengan Akhmad Mukhtar S. Pd, Ketua Urusan Kurikulum Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 24 Maret 2007. Wawancara dengan Sholihul Amin Wakil Kepala TU Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 24 Maret 2007.

81

sosialisasi kurikulum baru, sebagian guru merasa bosan atau malas dengan adanya penataran dll110. c. Sebagian guru juga ada yang terlambat dan bermalas-malasan dalam menyerahkan pembuatan perangkat pembelajaran tepat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan bersama. Hal ini sebagaimana yang dipaparkan oleh salah satu informan dibawah ini: .....yang bikin saya bingung ketika sebagian guru tidak dapat menyelesaikan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan bidang studinya tepat pada waktu yang telah ditentukan bersama, banyak para guru memberi alasan yang berbeda-beda, ada yang karena malas, karena banyak kerjaan, karena belum paham dll111. d. Adanya salah satu guru yang salah kamar/mismatch. Hal ini sebagaimana yang dipaparkan oleh salah satu informan di bawah ini: .....Ada salah satu karyawan yang mungkin kurang cocok dengan bidangnya misalnya penempatan tenaga karyawan yang menangani Bimbingan dan Konseling yang mana ijazah terkhirnya adalah S. Ag, hal ini masih akan dibicarakan kembali di tahun berikutnya, insyaallah di tahun 2008 pihak sekolah akan mendatangkan seseorang yang ahli di bidang Bimbingan dan Konseling112. Hal senada juga dinyatakan oleh informan di bawah ini: ..Ada juga guru yang ijazah terakhirnya S1 Tarbiyah PAI, akan tetapi dia mengajar Biologi, hal ini terjadi karena sudah banyak yang dari para guru yang mengajar agama sehingga mau tidak amu dia ditempatkan di Biologi sekalipun dia juga perpengalaman sedikit dibidangnya113.

110 111 112 113

Wawancara dengan Akhmad Mukhtar S. Pd Wakil Kepala Urusan Kurikulum Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 24 Maret 2007. Wawancara dengan Akhmad Mukhtar S. Pd Wakil Kepala Urusan Kurikulum Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 24 Maret 2007 Wawancara dengan Ali Mudlofar, Lc Wakil Kepala Urusan Humas Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 25 Maret 2007. Wawancara dengan Ali Mudlofar, Lc Wakil Kepala Urusan Humas Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 25 Maret 2007.

82

e.

Sulitnya memberi pemahaman terhadap pengasuh akan kegiatan guru dan karyawan. Hal ini sebagaimana yang dipaparkan oleh salah satu informan di bawah ini: .....Pihak guru dan karyawan sulit memberi pemahaman kepada pengasuh untuk mengizinkan beberapa kegiatan yang dilakukan114. Hal senada juga dinyatakan oleh informan di bawah ini: .....Kadang kita kurang bisa memberikan pemahaman kepada pengasuh tentang kegiatan yang kita lakukan115 Berdasarkan paparan data di atas, maka diperoleh temuan bahwa problem SDM Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan meliputi: a. Secara psikologis, mental sebagian guru dan pegawai belum siap menghadapi perubahan untuk berotonom, b. Sebagian guru malas dan takut terhadap upaya pembaruan, c. Sebagian guru juga ada yang terlambat dan bermalasmalasan dalam menyerahkan pembuatan perangkat pembelajaran tepat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan bersama, d. Adanya salah satu guru yang salah kamar/mismatch dan e. Sulitnya memberi pemahaman terhadap pengasuh akan kegiatan guru dan karyawan.

3. Problem Dana a. Minimnya alokasi dana dari pemerintah pusat atau bahkan dari pemerintah daerah. Hal ini berdasarkan wawancara peneliti dengan salah satu informan di bawah ini:

114 115

Wawancara dengan H. Abdullah Zawawi, S. Pd, M. M. Kepala Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 25 Maret 2007. Wawancara dengan Ahmad Suroso S. Kom, guru Tekhnologi Informasi dan Komunikasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 25 Maret 2007.

83

.....Pendanaan merupakan masalah dalam pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, karena sebagian besar pendanaan yang dimiliki madrasah ini banyak berasal dari siswa yang ikut kegiatan ekstrakurikuler dan orang tua wali murid116. Hal senada juga didapatkan dari informan di bawah ini: .....Untuk masalah dana dalam pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan sendiri sebenarnya masih minim karena anggaran dana dari pemerintah pusat sebesar 20% dari APBN Tahun 2003 belum semuanya tersalurkan, 20% itu hanya ketetapan belaka belum diaplikasikan, kebanyakan dana yang kita dapatkan atas usaha sendiri karena kalau kita tetap berpangku tangan pada pemerintah pusat madrasah ini tidak akan seperti yang kita lihat sekarang117. Hal senada juga didapatkan dari informan di bawah ini: ..Untuk masalah pendanaan, kita tidak hanya mengandalkan Pemerintah Daerah, karena dana yang diberikan oleh Pemerintah Pusat 20 ribu persiswa dan dari Pemerintah Daerah hanya 25 ribu persiswa itupun hanya pada waktu diberikan menjelang setiap semester118. b. Otoritas pengelolaan dana wajib dari wali murid berpusat di yayasan, Hal ini sebagaimana di dapat informasi dari informan di bawah ini: .....Dana wajib dari wali murid dikelola oleh yayasan bukan MA sendiri sehingga kurang bisa memaksimalkan dana tersebut119. Hal senada juga didapatkan dari informan di bawah ini: .....Memang dana wajib dari wali murid yang mengelola adalah yayasan makanya MA tidak punya hak untuk mengelolanya120.

116 117 118 119 120

Wawancara dengan Ulfiyah Wakil Kepala Bendahara TU Madrasah Aliyah Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 25 Maret 2007. Wawancara dengan H. Abdullah Zawawi, S. Pd, M.M. Kepala Madrasah Aliyah Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 25 Maret 2007. Wawancara dengan H. Abdullah Zawawi, S. Pd, M.M. Kepala Madrasah Aliyah Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 25 Maret 2007. Wawancara dengan Ulfiyah Wakil Kepala Bendahara TU Madrasah Aliyah Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 25 Maret 2007. Wawancara dengan H. Abdullah Zawawi, S. Pd, M.M. Kepala Madrasah Aliyah Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 25 Maret 2007.

Tarbiyatut Tarbiyatut Tarbiyatut Tarbiyatut Tarbiyatut

84

c. Minimnya dana untuk kesejahteraan guru khususnya guru non PNS. Hal ini berdasarkan wawancara peneliti dengan salah satu informan di bawah ini: .....Banyak para guru non PNS yang mempunyai usaha sampingan/mengajar di madrasah-madrasah lain dikarenakan gaji yang diterimanya kurang mencukupi kebutuhannya sehari-hari121 Berdasarkan paparan data di atas, maka diperoleh temuan bahwa problem dana Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan meliputi: a. Minimnya alokasi dana dari pemerintah pusat atau bahkan dari pemerintah daerah, b. Otoritas pengelolaan dana (spp) berpusat di yayasan dan c. Minimnya dana untuk kesejahteraan guru khususnya guru non PNS. 4. Problem Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah

Kranji Paciran Lamongan sudah cukup layak dan bisa dikatakan jauh dari sempurna tapi yang menjadi problem disini adalah: a. Belum tersedianya ruang bimbingan dan konseling (BK) yang memadai serta tersedianya microphone disetiap ruang kelas. Hal ini berdasarkan wawancara peneliti dengan salah satu informan di bawah ini: ..Pada kepemimpinan saya ini untuk masalah sarana dan prasana sudah bisa dikatakan cukup memuaskan, cuma saya merasa kesulitan di dalam menyediakan ruang bimbingan dan konseling

121

Wawancara dengan Ahmad Suroso S. Kom, guru Tekhnologi Informasi dan Komunikasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 25 Maret 2007.

85

beserta mendatangkan dalamnya122 .

orang

yang

betanggung

jawab

di

b. Belum adanya buku yang baku artinya tidak punya buku pedoman sendiri. Hal ini berdasarkan wawancara peneliti dengan salah satu informan di bawah ini: ..Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan ini belum mempunyai buku yang baku artinya tidak punya buku pegangan sendiri, untuk masalah ini masih akan diusahakan bisa terselesaikan pada tahun ajaran 2007- 2008123. Berdasarkan paparan data di atas, maka diperoleh temuan bahwa problem sarana dan prasarana Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan meliputi: Belum tersedianya ruang bimbingan dan konseling (BK) yang memadai serta tersedianya microphone disetiap ruang kelas dan belum adanya buku yang baku artinya tidak punya buku pedoman sendiri. ..Meskipun ada sedikit rintangan atau hambatan dalam pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, tetapi hal demikian wajar terjadi pada suatu lembaga dan tidak sampai berdampak kepada terpuruknya madrasah 124. Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan di atas dan paparan data di atas maka diperoleh temuan bahwa Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam proses pengembangannya tidak banyak mengalami hambatan atau

122 123 124

Wawancara dengan Abd. Majid Yasin, S. Ag Wakil Kepala Urusan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 25 Maret 2007 Wawancara dengan Akhmad Mukhtar S. Pd, Ketua Urusan Kurikulum Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 25 Maret 2007. Wawancara dengan Ahmad Suroso S. Com salah satu guru komputer di Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan Tanggal 25 Maret 2007.

86

rintangan dan bahkan para personil madrasah masih memiliki sikap optimisme yang tinggi untuk selalu mengembangkan madrasahnya menuju kearah yang lebih baik dan mapan. 2. Stategi Pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam Era Otonomi Pendidikan Seiring dengan adanya perubahan zaman dan tuntutan masyarakat, maka madrasah harus mampu menjadi centre of learning society, agent of change, dan sekolah alternatif. Sehingga pada akhirnya madrasah akan menjadi sekolah tumpuan masyarakat, responsif terhadap tantangan masa depan dan mampu melahirkan lulusan yang berkualitas. Untuk menyikapi tuntutan masyarakat akan kualitas madrasah maka Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan melakukan strategi-strategi mendasar dan komprehensip yang sedang dan akan dilakukan. Strategi-strategi tersebut meliputi 5 bidang diantaranya: 1) bidang kurikulum, 2) pelayanan siswa, 3) bidang personalia (standar ketenagaan), 4) fisik dan sumber daya keuangan dan 5) hubungan masyarakat125. 1. Bidang Kurikulum A. Standar Isi diklasifikasikan sbb: a. Program Unggulan: Memproyeksikan lulusan untuk taat beribadah kepada Allah SWT.

125

Dokomentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.

87

memproyeksikan lulusan untuk dapat melanjutkan ke perguruan tinggi negeri umum baik dalam maupun luar negeri. Menguasai bahasa Inggris baik lisan maupun tulisan. b. Program MAU: Memproyeksikan lulusan untuk taat beribadah kepada Allah SWT. memproyeksikan lulusan untuk dapat melanjutkan ke perguruan tinggi negeri atau swasta. Membekali lulusan dengan berbagai macam keterampilan untuk berkiprah di masyarakat. c. Program MAK: Memproyeksikan lulusan untuk taat beribadah kepada Allah SWT. Memproyeksikan lulusan untuk melanjutkan ke PT Agama Islam dalam dan luar negeri (Timur Tengah). Menguasai bahasa Arab baik lisan maupun tulisan. Membekali lulusan sebagai tenaga dai dan tokoh agama. d. Program Bahasa: Memproyeksikan lulusan untuk taat beribadah kepada Allah SWT. Memproyeksikan lulusan untuk menguasai bahasa Indonesia, Arab, Inggris, Jepang, Mandarin, Prancis dan Jerman. Memproyeksikan lulusan untuk dapat melanjutkan ke perguruan tinggi negeri baik dalam maupun luar negeri126.

126

Dokomentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.

88

Strategi ini diperkuat lagi dengan hasil wawancara dengan salah satu informan di bawah ini: .....Untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman, Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan membuka beberapa program, meliputi program Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK), Madrasah Aliyah Umum dan Madrasah Unggulan127. .....Program MAK bertujuan mencetak lulusan yang menguasai keilmuan agama dan lulusan yang mampu menembus perguruan tinggi di Tanah Air dan luar negeri, terutama di Negara-negara di kawasan Timur Tengah. Satu kelebihan bagi siswa MAK, adalah penguasaan terhadap Bahasa Arah, baik tulis maupun lisan. Mereka juga diharapkan sebagai tenaga dai dan tokoh agama128. .....Program MAU berorientasi pada pembentukan lulusan yang menguasai keilmuan umum, serta mampu melanjutkan keperguruan tinggi negeri atau swasta unggulan di Tanah Air. Siswa MAU juga dibekali berbagai macam keterampilan untuk berkiprah di masyarakat, seperti menjahit dan wirausaha. Ini dilakukan untuk mengatasi masalah pengangguran di Indonesia129. .....Program unggulan berorientasi pada pembentukan lulusan yang mengusai keilmuan umum, mahir berbahasa Inggris baik tulis maupun lisan, dan mampu mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, program unggulan juga merupakan proyek pembentukan lulusan yang dapat melanjutkan keperguruan tinggi negeri umum, baik dalam maupun luar negeri130. B. Standar Proses:

Proses pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi peserta didik agar aktif, serta memberikan ruang bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai bakat-minat.

127 128 129

Wawancara dengan H. Abdullah Zawawi, S. Pd, M. M. Kepala Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 14 April 2007. Wawancara dengan H. Abdullah Zawawi, S. Pd, M. M. Kepala Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 14 April 2007. Wawancara dengan H. Abdullah Zawawi, S. Pd, M. M. Kepala Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 14 April 2007.

89

Memberikan keteladanan131.

C. Standar Penilaian: Penilaian hasil belajar oleh pendidik Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan Penilaian hasil belajar oleh pemerintah132. Berdasarkan paparan data di atas, maka diperoleh temuan bahwa strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam bidang kurikulum meliputi: a. Program Unggulan, b. Program MAU, c. Program MAK dan d. Program Bahasa 2. Bidang Layanan Siswa a. Menyediakan program pelayanan siswa secara efektif dan relevan. b. Merealisasikan bakat dan minat siswa baik dalam bidang pendidikan maupun dunia kerja dalam bentuk penyediaan sarana praktek. c. Memaksimalkan partisipasi madrasah terhadap pemberdayaan siswa, sehingga ada jaminan bahwa para siswa punya akses ke sumber daya dan jasa yang mendukung kebutuhan mereka133. Strategi ini diperkuat lagi dengan hasil wawancara oleh salah satu informan di bawah ini: .....Untuk merealisasikan bakat dan minat siswa baik dalam bidang akademik atau non akademik kami menampungnya dalam suatu kegiatan yang disebut dengan ekstrakurikuler, yang mana disediakan lapangan
130 131 132 133

Wawancara dengan H. Abdullah Zawawi, S. Pd, M. M. Kepala Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 14 April 2007. Dokomentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan. Dokomentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan Dokomentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan

90

olahraga yang layak, meliputi sepak bola, bola voli, sepak takraw, tenis meja, bulu tangkis, dan olahraga lainnya. Alhamdulillah berkat dorongan guru-guru pembimbing yang andal, Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan pernah menyandang gelar juara satu Turnamen Bola Voli se-Jawa Timur, Juara Pidato Bahasa Asing Tingkat Jawa Timur, Cerdas Cermat Akuntansi Tingkat SLTA se Jawa Timur, Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Nasional, juara satu lomba membaca kitab kuning se Jawa Timur, dan olimpiade matematika SLTA se Jawa Timur134. .....Saya selaku wakil kepala madrasah urusan kesiswaan bekerjasama dengan wakil kepala madrasah urusan sarana dan prasarana menyediakan sarana menjahit dan kuli bangunan sebagai antisipasi bagi siswa-siswi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan yang tidak bisa melanjutkan studinya karena beberapa alasan masih tetap mempunyai modal keterampilan dasar di dunia kerja135. Berdasarkan paparan data di atas, maka diperoleh temuan bahwa strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam bidang layanan siswa meliputi: a. Menyediakan program pelayanan siswa secara efektif dan relevan, b. Merealisasikan bakat dan minat siswa baik dalam bidang pendidikan maupun dunia kerja dalam bentuk penyediaan sarana praktek dan c. Memaksimalkan partisipasi madrasah terhadap pemberdayaan siswa, sehingga ada jaminan bahwa para siswa punya akses ke sumber daya dan jasa yang mendukung kebutuhan mereka 3. Bidang Personalia (Standar Ketenagaan) a. Mewujudkan sistem menejemen pendidikan yang profesional. b. Mewujudkan sumber daya guru yang sesuai dengan standar nasional136.

134 135 136

Wawancara dengan Mahbub Junaidi, S. Ag Wakil Kepala Urusan Kesiswaan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 15 April 2007. Wawancara dengan Mahbub Junaidi, S. Ag Wakil Kepala Urusan Kesiswaan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 15 April 2007. Dokomentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan

91

Strategi ini diperkuat lagi dengan hasil wawancara dengan salah satu informan di bawah ini: .....Tiap harinya khususnya kepala Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan H. Abdullah Zawawi, S. Pd, M. M. selalu mengontrol ke tiap-tiap kelas tidak lain tujuannya hanya ingin mengetahui cara guru dalam proses belajar-mengajar PBM apa sudah kompeten di bidangnya atau malah sebaliknya137. .....Seringkali madrasah kita ini mengadakan pelatihan-pelatihan baik dalam skala kabupaten, provinsi atau bahkan skala nasional bagi para personel madrasah agar menjadi tenaga yang profesional138. .....Untuk menciptakan tenaga guru yang profesional pihak madrasah juga memberikan bantuan dana bagi guru yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi139. Berdasarkan paparan data di atas, maka diperoleh temuan bahwa strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam bidang personalia meliputi: a. Mewujudkan sistem menejemen pendidikan yang professional dan b. Mewujudkan sumber daya guru yang sesuai dengan standar nasional. 4. Fisik dan Sumber Daya Keuangan a. Memelihara dan merencanakan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan. b. Mengupayakan sumber dana secara maksimal. Strategi ini diperkuat lagi dengan hasil wawancara dengan salah satu informan di bawah ini:

137 138 139

Wawancara dengan Ahmad Suroso S. Com salah satu guru komputer di Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan Tanggal 15 April 2007 Wawancara dengan H. Abdullah Zawawi, S. Pd, M.M. Kepala Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 15 April 2007. Wawancara dengan H. Abdullah Zawawi, S. Pd, M.M. Kepala Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 15 April 2007.

92

.....Akhir-akhir ini saya dibantu oleh kepala Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan beserta para guru yang lain berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan dana baik dari subsidi silang antar waka atau mencari di luar untuk mengembangkan sarana prasarana seperti tersedianya microphone di setiap ruang kelas, tersedianya antena parabola dll140. .....Selain menyediakan sarana yang telah saya sebutkan tadi, saya juga berusaha untuk menyediakan ruang bimbingan dan konseling BK untuk mendukung program di bidang layanan siswa141. ..Terkait dengan sumber daya keuangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan didapatkan dari pemerintah, orang tua siswa, BP3, donator yang bersifat individual, subsidi silang antar waka dan usaha-usaha ekonomi sekolah yang lain142. Berdasarkan paparan data di atas, maka diperoleh temuan bahwa strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam bidang fisik dan sumber daya keuangan meliputi: a. Memelihara dan merencanakan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dan Mengupayakan sumber dana secara maksimal. 5. Hubungan Masyarakat a. Mewujudkan hubungan madrasah dengan masyarakat secara kontinyu. b. Melibatkan wali murid dalam pengambilan keputusan pengembangan pendidikan di madrasah143. Strategi ini diperkuat lagi dengan hasil wawancara dengan salah satu informan di bawah ini:

140 141 142 143

Wawancara dengan Abd. Majid Yasin, S. Ag Wakil Kepala Urusan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 5 Mei 2007 Wawancara dengan Abd. Majid Yasin, S. Ag Wakil Kepala Urusan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 5 Mei 2007 Wawancara dengan Ulfiyah Wakil Kepala Bendahara TU Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 5 Mei 2007 Dokomentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan

93

.....Di kepengurusan saya ini strategi yang digunakan untuk membina hubungan baik dengan masyarakat sekitar termasuk di dalamnya wali murid, madrasah mempunyai program kumpul bersama dalam 3 kali pertemuan 1) Menjelang tahun ajaran baru, 2) Menjelang ujian nasional dan 3) pertemuan semua guru dengan semua murid144. .....Selain itu juga saya membuat buku pribadi untuk siswa yang berisi tentang hal-hal yang dialami siswa yang mana setiap minggunya harus di tanda tangani oleh wali murid, hal ini tidak lain sebagai strategi membina hubungan baik dengan wali murid bahkan madrasah kita ini juga sering melakukan bakti sosial BAKSOS dan selalu mengadakan kompetisi dengan madrasah-madrasah lain yang berada di sekitar Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan145. Berdasarkan paparan data di atas, maka diperoleh temuan bahwa strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam bidang hubungan masyarakat meliputi: a. Mewujudkan hubungan madrasah dengan masyarakat secara kontinyu dan b. Melibatkan wali murid dalam pengambilan keputusan pengembangan pendidikan di madrasah Selain kelima bidang di atas yang dijabarkan dalam bentuk strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, ada lagi satu strategi yang paling urgen yaitu sebagaimana berdasarkan informasi dari informan di bawah ini: .....Untuk mengembangkan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan diperlukan bukan hanya pimpinan saja yang kompak terhadap program-program Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan melainkan semua guru dan siswa bahkan setiap

144 145

Wawancara dengan Ali Mudlofar, Lc Wakil Kepala Urusan Humas Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 6 Mei 2007. Wawancara dengan Ali Mudlofar, Lc Wakil Kepala Urusan Humas Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 6 Mei 2007.

94

elemen yang ada di Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan ini146. Hasil yang Diharapkan (Target) dari Strategi-strategi Mendasar di Atas Adalah: 1. BIDANG KURIKULUM A. Standar Isi 1. Program Unggulan a. Kelas X o Lancar membaca Al-Quran. o Memahami Bahasa Inggris secara pasif dan hafal 500 kosa kata. o Mata pelajaran MIPA dan Bahasa Inggris harus mendapat nilai minimal 75. b. Kelas XI o Lancar membaca Al-Quran dan hafal Juz Amma. o Mampu berkomunikasi dengan Bahasa Inggris dan hafal 750 kosa kata. o Mata pelajaran MIPA harus mendapat nilai minimal 75. c. Kelas XII o Lancar membaca Al-Quran secara baik dan benar serta hafal Surat Yasin dan Waqiah.

146

Wawancara dengan H. Abdullah Zawawi, S. Pd, M.M. Kepala Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, Tanggal 6 Mei 2007.

95

o Menguasai Bahasa Inggris baik lisan maupun tulisan dan hafal 1000 kosa kata. o Mata pelajaran MIPA harus mendapat nilai minimal 75.

2. Program MAK a. Kelas X o Lancar membaca Al-Quran. o Menguasai Bahasa Arab secara pasif dan hafal 500 kosa kata. o Mata pelajaran Qurdis, 1. Tafsir, 1. Hadits, Ushul Fiqh, Fiqh, Nashor harus mendapat nilai minimal 75. b. Kelas XI o Lancar membaca Al-Quran dengan baik dan benar serta hafal Juz Amma. o Mampu berkomunikasi dengan Bahasa Arab dan hafal 750 kosa kata. o Mata pelajaran Qurdis, 1. Tafsir, 1. Hadits, Ushul Fiqh, Fiqh, Nashor harus mendapat nilai minimal 75. c. Kelas XII o Mendapat sertifikat mengajar Al-Quran. o Hafal surah Yasin, Waqiah, Kahfi, Jumah, Sajdah, Ar-Rohman dan Tahlil. o Mengusai Bahasa Arab baik lisan maupun tulisan dan hafal 1000 kosa kata.

96

o Mata pelajaran Qurdis, 1. Tafsir, 1. Hadits, Ushul Fiqh, Fiqh, Nashor harus mendapat nilai minimal 75.

3. Program MAU a. Kelas X o Bisa membaca Al-Quran. o Memahami Bahasa Inggris secara pasif dan hafal 100 kosa kata. o Nilai Bahasa Inggris mendapat nilai 70. b. Kelas XI o Lancar membaca Al-Quran secara benar. o Memahami Bahasa Inggris dan hafal 200 kosa kata. o Mata pelajaran jurusan harus mendapat nilai minimal 70. c. Kelas XII o Lancar membaca Al-Quran secara baik dan benar serta hafal surah Yasin, Waqiah dan Tahlil. o Memahami Bahasa Inggris baik lisan maupun tulisan dan hafal 750 kosa kata. o Mata pelajaran jurusan harus mendapat nilai minimal 70. o Memiliki keterampilan khusus sesuai dengan bakat dan minat. B. Standar Pelaksanaan 1. Tahun Pelajaran 2006/2007 a. Struktur kurikulum disempurnakan sesuai dengan situasi dan kondisi.

97

b.

Akhir TP. 2006/2007 kurikulum yang ada dievaluasi standar isi, proses dan relevansinya.

2. Tahun Pelajaran 2007/2008 Kurikulum dilaksanakan dengan penyempurnaan. 3. Tahun Pelajaran 2008/2009 Evaluasi terhadap hasil yang dicapai. 4. Tahun Pelajaran 2009/2010 Kurikulum dibakukan sebagai kurikulum yang memenuhi standar. 5. Tahun Pelajaran 2010/2011 dst. mampu menghasilkan para lulusan yang kompeten sesuai dengan bidangnya sehingga mampu mengantarkan lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi atau terjun di tengah masyarakat147. 2. BIDANG LAYANAN SISWA 1. Tahun Pelajaran 2006-2007 a. Tersedianya data base siswa. b. Tersedianya bimbingan dan konseling yang memadai. c. Terealisasinya bakat dan minat siswa di bidang masing-masing. 2. Tahun Pelajaran 2007-2008 a. Tersedianya data base siswa yang sudah tamat sekolah. b. Siswa terampil di bidang tata busana dan olah raga. 3. Tahun pelajaran 2008-2009 a. Terwujudnya perpustakaan digital.

147

Dokomentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.

98

b. Tersedianya layanan internet 4. Tahun pelajaran 2009-2010 a. Terwujudnya konveksi siswa. b. Tersedianya komputer di setiap ruang kelas. 5. Tahun Pelajaran 2010-2011 a. Tersedianya transportasi antar jemput siswa148. 3. BIDANG PENGEMBANGAN PERSONALIA YANG PROFESSIONAL 1. Tahun Pelajaran 2006-2007 a. Tersedianya data base ketenagaan dengan baik. b. Pengelola madrasah terlatih secara profesional. c. 50% tenaga guru sudah kompeten di bidangnya. 2. Tahun Pelajaran 2007-2008 a. 70% pengelola madrasah terlatih secara profesional. b. Tenaga guru sudah kompeten di bidangnya. 3. Tahun Pelajaran 2008-2009 a. 90% pengelola madrasah terlatih secara profesional. b. 90% tenaga guru sudah kompeten di bidangnya. 4. Tahun Pelajaran 2009-2010 a. 100% pengelola madrasah terlatih secara profesional. b. 100% tenaga guru sudah kompeten di bidangnya. 5. Tahun Pelajaran 2010-2011

148

Dokomentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.

99

Terwujudnya profesionalisme guru dan staf, sehingga madrasah dipandang mampu mengembangkan siswa lebih berdaya dan berhasil guna dan menjadi SEKOLAH CLASTER (satelit atau pusat pengembangan pembelajaran bagi madrasah-madrasah sekitar)149.

4. PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA 1. Tahun Pelajaran 2006-2007 a. Seluruh sarana prasarana telah masuk dalam register aset madrasah. b. Tersedianya ruang bimbingan dan konseling (BK) yang memadai. c. Terwujudnya sarana ketrampilan. d. Tersedianya microphone setiap ruang kelas. e. Tersedianya antena parabola. f. Tersedianya mesin cetak elektrik. 2. Tahun Pelajaran 2007-2008 a. Tersedianya peralatan tata busana dan olah raga secara lengkap. b. Tersedianya LAB bahasa dan komputer. c. Tersedianya alat monitoring. 3. Tahun Pelajaran 2008-2009 Tersedianya perpustakaan digital dan internet. 4. Tahun Pelajaran 2009-2010 a. Tersedianya komputer di setiap ruang kelas. b. Terlengkapinya LAB. IPA.

149

Dokomentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.

100

5. Tahun Pelajaran 2010-2011 Tersedianya sarana transportasi antar jemput siswa150.

5. BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT 1. Tahun Pelajaran 2006-2007 a. Terwujudnya keterlibatan orang tua dalam pengambilan keputusan sebagai wujud pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah (MPMBM) melalui komite madrasah. b. Terwujudnya komunikasi efektif antara pimpinan, staf, siswa dan orang tua dalam mencapai peningkatan mutu pendidikan. c. Terwujudnya hubungan baik dengan madrasah atau sekolah lain, perguruan tinggi dan pemerintah. 2. Tahun Pelajaran 2007-2008 a. Tersedianya data base alumni. b. Terwujudnya komunikasi efektif dengan alumni. 3. Tahun Pelajaran 2008-2009 Terwujudnya jaringan madrasah dengan badan usaha. 4. Tahun Pelajaran 2009-2010 Meluasnya jaringan madrasah dengan beberapa badan usaha. 5. Tahun Pelajaran 2010-2011

150

Dokomentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.

101

Terwujudnya jaringan madrasah yang semakin luas dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri151. Dengan demikian Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan telah memenuhi standar baik isi, proses, kelulusan, manajemen, tenaga pendidikan, sarana prasarana, pembiayaan dan standar penilaian, sehingga mampu mewujudkan diri sebagai madrasah yang ISLAMI, BERPRESTASI, DAN BERINOVASI serta menjadi SEKOLAH CLASTER (satelit atau pusat pengembangan pembelajaran bagi madrasah-madrasah sekitar), yang akhirnya menjadi kebanggaan kita bersama

151

Dokomentasi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.

102

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


1. Problematika yang Dihadapi dalam Pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam Era Otonomi Pendidikan Dalam konteks penyelenggaraan desentralisasi di bidang pendidikan terdapat banyak persoalan muncul, karena pelaksanaan desentralisasi pendidikan berbeda dengan desentralisasi bidang pemerintahan lainnya yang pada dasarnya terkonsentrasi pada tingkat kabupaten dan kota. Desentralisasi pendidikan justru tidak hanya terhenti pada tingkat kabupaten dan kota, tetapi lebih jauh yaitu sampai pada tingkat sekolah. Pemberlakuan otonomi daerah ini membawa implikasi terhadap perubahan dalam penyelenggaraan pendidikan, yang salah satunya adalah berkurangnya peran pemerintah pusat dalam pengelolaan pendidikan. Disadari bahwa pemberian porsi yang lebih besar kepada sekolah untuk melaksanakan pembangunan di bidang pendidikan membawa sejumlah implikasi, seperti bidang administrasi, kelembagaan, keuangan, perencanaan dan sebagainya. Oleh karena itu kesiapan madrasah untuk dapat menjalankan peran yang lebih besar menjadi sentral dalam pelaksanaan desentralisasi pendidikan. Begitu juga dengan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan yang tidak terlepas dengan problem-problem dalam pengembangan lembaganya pada era otonomi pendidikan, apalagi dengan

103

status swasta yang masih disandangnya sampai saat ini, akan tetapi problemproblem yang dihadapi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan ini adalah problem-problem biasa yang pada umumnya juga merupakan masalah-masalah yang wajar dihadapi oleh setiap lembagalembaga lain yang tidak sampai memperburuk atau mematikan madrasah sehingga tidak lagi beroperasi. Bagi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan adanya problem merupakan semangat para guru dan karyawan dalam mengembangkan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan menuju kepada arah yang lebih baik. Berdasarkan dokumen yang ada, observasi yang dilakukan oleh peneliti dan hasil wawancara dengan para informan mengenai problem yang dihadapi dalam pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan, diperoleh beberapa informasi bahwa yang menjadi problem dalam pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Problem Kurikulum Sesuai dengan amanat desentralisasi pendidikan yang mengharuskan kurikulum yang sesuai dengan keadaan daerah, peserta didik, Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dikenal dengan kurikulum lokalnya yang banyak dibanding dengan madrasah-madrasah lain yang ada di sekitarnya tanpa mengenyampingkan kurikulum yang telah ditetapkan secara nasional, karena banyaknya kurikulum local yang

104

diberikan di MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, maka yang menjadi kendala disini adalah: a. Berkurangnya durasi jam mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang seharusnya 45 menit menjadi 40 menit perjam pelajaran, b. Dikuranginya jam pelajaran dalam seminggu yang seharusnya 6 jam pelajaran menjadi 4 jam pelajaran dalam seminggu dan c. Sulitnya melakukan penilaian beberapa mata pelajaran dalam aspek penerapannya oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. 2. Problem Sumber Daya Manusia (SDM) a. Secara psikologis, mental sebagian guru dan pegawai belum siap menghadapi perubahan untuk berotonomi. Perubahan merupakan sebuah keniscayaan. Namun, tidak semua orang memiliki pandangan dan sikap yang sama terhadap sebuah perubahan. Sebagian diantara mereka melihat perubahan sebagai sesuatu yang samar-samar, tidak jelas, tidak pasti, bahkan sesuatu yang mengkhawatirkan. Hal ini pun terjadi pada sebagian guru dan karyawan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan. Ketakutan akan masa depan yang diakibatkan oleh perubahan yang terjadi, membuat sebagian dari mereka tidak siap secara mental menghadapi perubahan tersebut. Ketidaksiapan mental sebagian guru dan karyawan dalam menghadapi otonomi pendidikan ini terkait dalam pembuatan soal-soal, sebagian guru merasa kesulitan dalam pembuatan soal-soal, sebagian guru dan karyawan belum mempunyai kreativitas-kreativitas yang

105

seharusnya dimiliki oleh seorang guru yang profesional dan bahkan sebagian guru dan karyawan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan masih banyak bersikap pasif artinya masih menunggu petunjuk dari atas tanpa melakukan improvisasi dan inovasi sendiri. b. Sebagian guru malas dan takut terhadap upaya pembaruan. Salah satu bentuk perubahan yang sering dipakai yaitu upaya pembaruan. Pembaruan dalam bidang pendidikan saat ini kita kenal dengan sebutan pembaruan kurikulum. Setiap kali terjadi pembaruan kurikulum, para guru Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan kembali disibukkan dengan berbagai kegiatan, seperti penataran, pelatihan, uji coba model, uji coba mekanisme, sosialisasi kurikulum, dan sebagainya. Semuanya itu ditangkap oleh sebagian personil guru Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan sebagai malapetaka atau setidaknya menjadi beban yang cukup berat bagi mereka, karena dalam konteks otonomi pendidikan, kurikulum suatu lembaga pendidikan tidak hanya sekedar daftar mata pelajaran yang dituntut di dalam suatu jenis dan jenjang pendidikan. Dalam pengertiannya yang luas, kurikulum berisi kondisi yang telah melahirkan suatu rencana atau program pelajaran tertentu, juga berkenaan dengan proses yang terjadi di dalam lembaga (proses pembelajaran), fasilitas yang tersedia yang menunjang terjadinya proses, dan akhirnya produk atau hasil dari proses tersebut.

106

Kurikulum kelembagaan pendidikan yang baik adalah kurikulum kelembagaan pendidikan yang berkembang dari dan untuk masyarakat, yaitu kelembagaan pendidikan yang bersandarkan pada komunitas masyarakat. Namun demikian, pada zaman reformasi dan keterbukaan seperti sekarang ini, permasalahan yang timbul adalah bagaimana mengubah pola pikir yang dikembangkan secara sentralistik dan memasung kreativitas masyarakat, menjadi pola pikir kemitraan maksudnya adalah kemitraan antara masyarakat dan kelembagaankelembagaan pendidikan. Dampak langsung dari sekian lama sistem sentralistik yang dijalankan adalah terpolanya cara pikir masyarakat kebanyakan, baik birokrasi, para pendidik maupun masyarakat pada umumnya. Mereka terbiasa berpikir dan bekerja dengan adanya jukklak, juknis, serba aturan sehingga sulit lahirnya kreativitas, improvisasi dan inovasi. Hal demikian juga berdampak kepada sebagian guru dan karyawan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, seringnya pembaruan kurikulum yang terjadi di Indonesia kita ini membuat mereka merasa terbebani dan takut dalam melakukan kreativitas, kurikulum. c. Sebagian guru juga ada yang terlambat dan bermalas-malasan dalam menyerahkan pembuatan perangkat pembelajaran tepat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan bersama. improvisasi dan inovasi khususnya dalam bidang

107

Setiap guru wajib membuat perangkat pembelajaran sebagai bukti bahwa dia bisa dikatakan sebagai guru yang profesional dan kompeten dibidangnya berbeda dengan sebagian guru yang ada di Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan masih ada yang bermalas-malasan atau bahkan mencari beberapa alasan untuk membenarkan diri menyerahkan perangkat pembelajarannya dengan terlambat maksudnya tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan bersama oleh semua pihak madrasah. d. Adanya salah satu guru yang salah kamar/mismatch Penerapan otonomi pendidikan atau desentralisasi pendidikan memerlukan tenaga-tenaga yang terampil dan profesional, akan tetapi madrasah dalam hal ini masih belum mampu memenuhi tuntutan tersebut. SDM yang dimiliki madrasah selama ini masih banyak yang belum profesional. Kenyataan ini harus diakui, karena diberbagai madrasah baik negeri maupun swasta apalagi yang ada di pedesaan, SDM-nya terlihat masih belum profesional seadanya. Dari sinilah, muncul kecenderungan kuat bagi banyaknya guru dan tenaga kependidikan yang salah kamar (mismatch), hal ini pun terjadi pada MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan yang mana ada salah satu dari karyawan yang menempati dan menjadi promotor bagian BK (Bimbingan dan Konseling) yang ijazah terakhirnya adalah S. Ag.

108

e. Sulitnya memberi pemahaman terhadap pengasuh akan kegiatan guru dan karyawan. Kegiatan yang telah ditetapkan bersama oleh pihak madrasah harus didukung oleh semua elemen yang ada di madrasah tersebut, berbeda dengan MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan yang dinaungi oleh yayasan Tarbiyatut Tholabah dan dipimpin oleh seorang pengasuh, kadang kala kegiatan yang telah ditetapkan bersama tidak disetujui oleh ketua yayasan Tarbiyatut Tholabah sehingga berakibat kepada sulitnya memberi pemahaman terhadap pengasuh 3. Problem Dana a. Minimnya alokasi dana dari pemerintah pusat atau bahkan dari pemerintah daerah Persoalan dana merupakan persoalan paling krusial dalam perbaikan dan pembangunan sistem pendidikan di Indonesia, dan dana juga merupakan salah satu syarat atau unsur yang sangat menentukan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Selama ini dikeluhkan bahwa mutu pendidikan nasional rendah karena dana yang tidak mencukupi, anggaran untuk pendidikan masih terlalu rendah, padahal kalau mau belajar dari bangsa-bangsa yang maju sebagaimana mereka membangun, justru mereka berani secara nekad menempatkan anggaran untuk pembiayaan pendidikan melebihi keperluan-keperluan yang lain.

109

UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebenarnya sudah mengamanatkan tentang pentingnya alokasi anggaran dana untuk pembiayaan dan pembangunan pendidikan ini. Dalam pasal 49 ayat (1) dikemukakan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan, dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sayangnya, amanat yang jelas-jelas memiliki dasar dan payung hukum tersebut dengan berbagai dalih dan alasan sampai saat ini belum bisa dilaksanakan. Sementara itu, di daerah baik para eksekutif maupun legislatif masih sibuk berdebat dan sok-pintar-nya, sehingga menimbulkan kesan bahwa pendidikan merupakan bagian dari pembangunan yang belum diprioritaskan. Umumnya di daerah, termasuk pimpinan daerah (Gubernur, Bupati dan Walikota), DPRD dan pengambilan kebijakan yang lain, bila bicara tentang pendidikan semua sepakat merupakan sesuatu yang sangat penting dan harus menjadi prioritas pembangunan. Namun, ketika sampai pada tahap implementasi dan pengambilan kebijakan, terutama menyangkut penganggaran di APBD, semuanya tidak ada lagi yang mampu berbuat banyak. Bagi pimpinan daerah pendidikan mungkin saja merupakan prioritas yang keberapa setelah mobil dinas, rumah dinas, proyekproyek fisik lain dan sebagainya.

110

Hal demikian pun juga dialami dalam pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, ternyata anggaran dana dari pemerintah pusat untuk pendidikan sebesar 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) belum tersalurkan semua, hal ini terbukti dengan dana yang diberikan oleh Pemerintah Daerah hanya 25 ribu persiswa itupun diberikan pada waktu menjelang semester. Ketetapan itu semua hanya merupakan omong kosong belaka, sehingga mau tidak mau Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam pengembangan lembaganya tidak banyak berpangku tangan kepada pemerintah karena kalau terusterusan berpangku tangan pada pemerintah Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan tidak seperti yang kita lihat sekarang, kebanyakan dana yang didapat Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan adalah atas usaha sendiri misalnya dari swadaya murni, pengajuan proposal ke pemerintah pusat dan daerah dan bahkan banyak juga berasal dari siswa yang ikut ekstrakurikuler dan orang tua/wali murid. b. Otoritas pengelolaan dana wajib dari wali murid berpusat di yayasan Lahirnya UU Otonomi Daerah (UU No 22 dan 25 Tahun 1999, kemudian disempurnakan dengan UU No 32 dan 33 Tahun 2004) yang diikuti dengan peraturan perundang-undangan lainnya, mempunyai dampak yang besar terhadap sistem manajemen pembiayaan pendidikan di

111

Indonesia. Sumber anggaran pendidikan menjadi semakin kompleks, sistem pengalokasiannya juga melalui berbagai jalur sehingga pengelolaan penggunaannya sampai kepada pertanggung jawabannya menjadi semakin kompleks. Hal ini pun berdampak dan terjadi juga pada MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan yang mana pengelolaan dana wajib dari wali murid dimonopoli oleh pihak yayasan, MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan tidak mempunyai hak secara bebas dalam pengelolaan dana tersebut. c. Minimnya dana untuk kesejahteraan guru khususnya guru non PNS Gaji pokok guru PNS jelas dan seragam secara nasional, tetapi tidak demikian dengan gaji pokok guru non PNS, hal ini pun terjadi pada guruguru non PNS di MA Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, yang mana gaji mereka tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari sehingga memaksa mereka untuk mengajar di madrasah-madrasah lain dan ada juga yang mempunyai usaha sampingan. 4. Problem Sarana dan Prasarana Fasilitas pendidikan adalah menyangkut semua sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan. Pendidikan akan berjalan dengan baik, apabila fasilitas telah terpenuhi. Sebagaimana yang telah telah diketahui bersama, bahwa fasilitas merupakan faktor penting dalam pendidikan, namun masalah tersebut juga merupakan masalah yang sulit penanganannya. Tentang hal ini dijelaskan bahwa masalah kekurangan gedung sekolah, mobiler, text books, alat-alat

112

peraga, buku-buku untuk perpustakaan, alat praktikum, ruang lingkup, dan terutama biaya semuanya merupakan problem yang sulit. Hal demikian pun juga dialami oleh Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, sekalipun sarana prasarana yang dimilikinya sudah jauh dari sempurna, ternyata masih ada yang belum terlaksanakan seperti: a. Belum tersedianya ruang bimbingan dan konseling (BK) yang memadai serta tersedianya microphone disetiap ruang kelas. b. Belum adanya buku yang baku artinya tidak punya buku pedoman sendiri hal ini masih akan diusahakan bersama dan diharapkan pada tahun pelajaran 2007-2008 masalah ini akan cepat terselesaikan. 2. Stategi Pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam Era Otonomi Pendidikan Strategi pengembangan pendidikan madrasah perlu dirancang agar mampu menjangkau alternatif jangka panjang, mampu menghasilkan perubahan yang signifikan, kearah pencapaian visi dan misi lembaga, sehingga akan memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif terhadap bangsa-bangsa lain. Pengembangan madrasah di satu pihak, tidak boleh apriori terhadap trend pendidikan yang dibawa oleh proses globalisasi, internasionalisasi, dan universalisasi, seperti komputerisasi, vokasionalisasi dan ekonomisasi. Tetapi di pihak lain, pengembangan madrasah harus tetap tegar dengan karakteristik

113

khas yang dimilikinya sebagai bumper kehidupan masyarakat dari persoalanpersoalan moral dan spiritual. Meskipun ada sedikit kendala dan permasalahan yang dihadapi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam pengembangan lembaganya dalam era otonomi pendidikan, ikhtiar untuk membangun sebuah strategi pengembangan madrasah ke depan adalah sebuah urgensi yang harus dipikir dan direalisasikan bersama, karena madrasah dituntut untuk menawarkan program-programnya secara cerdas berdasarkan kebutuhan kekinian, sehingga keberadaan madrasah dapat fungsional dalam menjawab realitas keseharian, baik dalam konteks mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, mampu merespon tuntutan masyarakat dan perkembangan global, menciptakan lapangan kerja atau dalam upaya membina sikap hidup yang kritis, dinamis, dan mandiri. Berdasarkan dokumen yang ada, observasi yang dilakukan oleh peneliti dan hasil wawancara dengan para informan mengenai strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan, diperoleh beberapa informasi bahwa yang menjadi strategi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan meliputi 5 bidang diantanya: a. Bidang Kurikulum Kedudukan kurikulum Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan tetap di bawah naungan Departemen Agama, tetapi untuk operasionalnya madrasah diberi kewenangan untuk mengelolanya

114

sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman yang direalisasikan dalam bentuk pemberian kewenangan dalam mengembangkan kurikulum lokal kurlok. Berbagai pengembangan dan inovasi-inovasi kurikulum telah dilakukan oleh Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dengan tetap mempertahankan ciri khas keagamaannya. Hal ini terbukti dengan banyaknya kurikulum lokal yang diberikan dibanding dengan madrasah-madrasah yang ada disekitarnya tanpa mengurangi sedikitpun kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah secara nasional, dengan demikian Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan mampu mengatasi problem kekinian. Berdasarkan paparan data di atas didapatkan informasi bahwa strategi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dibidang kurikulum meliputi: Standar Isi diklasifikasikan sbb: 1. Program unggulan: Memproyeksikan lulusan untuk taat beribadah kepada Allah SWT. Memproyeksikan lulusan untuk dapat melanjutkan ke perguruan tinggi negeri umum baik dalam maupun luar negeri. Menguasai bahasa Inggris baik lisan maupun tulisan. 2. Program MAU: Memproyeksikan lulusan untuk taat beribadah kepada Allah SWT. Memproyeksikan lulusan untuk dapat melanjutkan ke perguruan tinggi negeri atau swasta.

115

Membekali lulusan dengan berbagai macam keterampilan untuk berkiprah di masyarakat. 3. Program MAK: Memproyeksikan lulusan untuk taat beribadah kepada Allah SWT. Memproyeksikan lulusan untuk melanjutkan ke PT Agama Islam dalam dan luar negeri (Timur Tengah). Menguasai bahasa Arab baik lisan maupun tulisan. Membekali lulusan sebagai tenaga dai dan tokoh agama. 4. Program Bahasa: Memproyeksikan lulusan untuk taat beribadah kepada Allah SWT. Memproyeksikan lulusan untuk menguasai bahasa Indonesia, Arab, Inggris, Jepang, Mandarin, Prancis dan Jerman. Memproyeksikan lulusan untuk dapat melanjutkan ke perguruan tinggi negeri baik dalam maupun luar negeri. Standar Proses : Proses pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi peserta didik agar aktif, serta memberikan ruang bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai bakat-minat. Memberikan keteladanan. Standar Penilaian : Penilaian hasil belajar oleh pendidik. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.

116

b. Bidang Layanan Siswa Boleh dikatakan hampir semua kegiatan di madrasah pada akhirnya ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan potensi dirinya. Upaya ini akan optimal jika siswa sendiri secara aktif berupaya mengembangkan diri, sesuai dengan program-program yang dilakukan oleh madrasah. Oleh karena itu, sangat penting untuk menciptakan kondisi agar siswa dapat mengembangkan diri secara optimal. Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik. Adapun pengembangan potensi dan kreasi siswa Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan ini dilakukan dalam bentuk pengembangan minat dan bakat siswa, pengembangan minat dan bakat siswa Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, pihak madrasah memberikan keleluasaan bagi siswa untuk lebih berkreasi yakni dengan mengintensifkan kegiatan ekstra kurikuler (ekskul). Berdasarkan paparan data di atas didapatkan informasi bahwa strategi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dibidang layanan siswa meliputi: Menyediakan program pelayanan siswa secara efektif dan relevan. Dalam hal ini, pihak madrasah mengefektifkan kegiatan ekstra kurikuler (ekskul). Merealisasikan bakat dan minat siswa baik dalam bidang pendidikan maupun dunia kerja dalam bentuk penyediaan sarana praktek.

117

Dalam hal ini, pihak madrasah menyediakan sarana untuk menjahit dan sarana untuk kuli bangunan, sehingga diharapkan siswa yang tidak bisa melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi akan tetap bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Memaksimalkan partisipasi madrasah terhadap pemberdayaan siswa, sehingga ada jaminan bahwa para siswa punya akses ke sumber daya dan jasa yang mendukung kebutuhan mereka. c. Bidang Personalia (Standar Ketenagaan) Dalam sebuah lembaga pendidikan, peranan personalia (sumber daya manusia) sangat vital dan penting. Peran sumber daya manusia ini akan optimal jika dikelola dengan baik. Kepala sekolah sebagai top leader dalam lembaga pendidikan sekolah memiliki peran sentral dalam pengelolaan personalia di sekolah, sehingga sangat penting bagi kepala sekolah untuk memahami dan menerapkan pengelolaan personalia dengan baik dan benar. Pada dasarnya yang dimaksud dengan personel di sini ialah orangorang yang melaksanakan sesuatu tugas untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam konteks lembaga pendidikan atau sekolah dibatasi dengan sebutan pegawai. Oleh sebab itu, personel di sekolah meliputi unsur guru (tenaga pengajar), dan unsur karyawan (tenaga administratif). Secara lebih teperinci dapat disebutkan keseluruhan personel sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha, dan pesuruh atau penjaga sekolah.

118

Seorang guru dituntut untuk memberikan perhatian sebesar-besarnya terhadap mutu pendidikan. Begitu santernya mitos tentang status sosial guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, seolah-olah guru pekerja sosial tanpa imbalan, dan guru merupakan pekerja orang dungu. Begitu juga dengan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan untuk mengoptimalkan pengelolaan personalia dengan baik dan benar maka pihak madrasah mengusahakan peningkatan kualitas para guru dengan mengadakan pelatihan. Disamping itu pula para guru juga dikirim untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan atau instansi-instansi lainnya, baik tingkat kabupaten, provinsi, maupun pusat. Berdasarkan paparan data di atas didapatkan informasi bahwa strategi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dibidang personalia (standar ketenagaan) meliputi: Mewujudkan sistem menejemen pendidikan yang profesional. Dalam hal ini untuk mengetahui guru yang profesional atau tidak professional, kepala sekolah mengontrol ke tiap-tiap kelas untuk mengetahui cara guru melakukan proses belajar-mengajar apakah sudah kompeten di bidangnya atau malah sebaliknya. Mewujudkan sumber daya guru yang sesuai dengan standar nasional. d. Fisik dan Sumber Daya Keuangan Secara makro, seluruh lingkungan fisik dalam suatu satuan pendidikan yang dirancang untuk memberikan fasilitas dalam proses pendidikan,

119

seperti rancangan halaman, tata letak gedung, taman, prasarana jalan, tempat parkir, dan lain-lain, merupakan prasarana pendidikan yang memerlukan pengelolaan yang baik. Sementara itu, secara mikro, ada tiga komponen sarana pendidikan yang secara langsung mempengaruhi kualitas hasil pembelajaran, yaitu buku pelajaran dan perpustakaan, peralatan laboratorium atau bengkel kerja beserta bahan prakteknya, dan peralatan pendidikan di dalam kelas. Terkait dengan sarana prasarana yang dimiliki oleh Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan telah masuk pada kategori layak atau bahkan luar biasa di banding dengan madrasah-madrasah lain yang berada di sekitarnya mulai dari gedung sekolah yang bertingkat dan ruang kelas representatif hingga laboratorium bahasa dan IPA telah tersedia sejak lama di madrasah ini. Adapun mengenai pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta pengelola anggaran pendapatan dan belanja pendidikan terutama tingkat menengah, sebab untuk pendidikan dasar, berkenaan dengan adanya wajib belajar, semestinya pembiayaan dijamin pemerintah. Kegiatan ini dimulai dari perencanaan biaya, usaha untuk mendapatkan dana yang mendukung rencana itu, penggunaan serta pengawasan penggunaan anggaran yang sudah ditetapkan. Begitu juga dengan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan sumber daya keuangan yang sebanyak-banyaknya didapatkan dari pemerintah, orang tua siswa, BP3, donator yang bersifat

120

individual, subsidi silang antar waka dan usaha-usaha ekonomi sekolah yang lain. Berdasarkan paparan data di atas didapatkan informasi bahwa strategi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dibidang fisik dan sumber daya keuangan meliputi: Memelihara dan merencanakan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan. Adapun rencana pengembangan sarana dan prasarana yang akan dilakukan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran

Lamongan untuk tahun ajaran 2006-2007 meliputi tersedianya bimbingan dan konseling BK yang memadai, terwujudnya

keterampilan, tersedianya michophone, antena parabola, mesin cetak elektrik dll. Mengupayakan sumber dana secara maksimal. Untuk mengupayakan sumber dana secara maksimal Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan dana sebesar-besarnya di luar dana dari pemerintah. e. Hubungan Masyarakat Dalam konteks pendidikan, hubungan sekolah dengan masyarkat mencakup hubungan sekolah dengan sekolah lain, sekolah dengan orang tua siswa, sekolah dengan pemerintah setempat, sekolah dengan instansi atau jawatan lain, dan sekolah dengan masyarakat pada umumnya.

121

Hendaknya semua hubungan itu merupakan hubungan kerja sama yang bersifat pedagogis, sosiologis, dan produktif yang dapat mendatangkan keuntungan dan perbaikan serta kemajuan bagi kedua belah pihak. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mesti berada di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, sekolah mau tidak mau harus berhubungan dengan masyarakat. Bentuk hubungan tersebut baik dalam kapasitas dinas, maupun hubungan dan kerja sama dengan pihak lain diluar kedinasan. Begitu juga dengan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, terkait dengan hubungan masyarakat ini, Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan melibatkan masyarakat secara lebih luas tidak hanya dalam bidang pendanaan tetapi juga dalam hal pengawasan siswa serta menyediakan sarana dalam program pengabdian kepada masyarakat seperti misalnya dalam kegiatan baksos yang sudah menjadi program paten dari Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan. Berdasarkan paparan data di atas didapatkan informasi bahwa strategi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dibidang fisik dan sumber daya keuangan meliputi:

Mewujudkan hubungan madrasah dengan masyarakat secara kontinyu. Untuk mewujudkan hubungan madrasah dengan masyarakat, Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan mengadakan kumpul bersama sebanyak 3 kali pertemuan, pertemuan

122

pertama menjelang tahun ajaran baru, pertemuan kedua menjelang ujian nasional dan pertemuan terakhir adalah pertemuan semua guru dan semua murid. Melibatkan wali murid dalam pengambilan keputusan pengembangan pendidikan di madrasah. Selain kelima strategi yang telah disebutkan di atas, ada juga strategi yang paling krusial yaitu kekompakan kepala madrasah, semua guru, semua murid dan bahkan setiap elemen yang ada di Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan terhadap program-program yang telah ditawarkan

123

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pada paparan data dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan oleh peneliti pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Problematika yang dihadapi bagi pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era otonomi pendidikan, adalah sebagai berikut: 1) problem kurikulum meliputi: a. Berkurangnya durasi jam mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang seharusnya 45 menit menjadi 40 menit perjam pelajaran, b. Dikuranginya jam pelajaran dalam seminggu yang seharusnya 6 jam pelajaran menjadi 4 jam pelajaran dalam seminggu dan c. Sulitnya melakukan penilaian beberapa mata pelajaran dalam aspek penerapannya oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, 2) problem sumber daya manusia yang meliputi: a. Secara psikologis, mental sebagian guru dan pegawai belum siap menghadapi perubahan untuk berotonomi, b. Sebagian guru dan pegawai malas dan takut terhadap upaya pembaruan, dan c. Sebagian guru juga ada yang terlambat dan bermalas-malasan dalam menyerahkan pembuatan perangkat pembelajaran tepat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan bersama, d. Adanya salah satu guru yang salah kamar/mis match dan e. Sulitnya memberi pemahaman terhadap pengasuh akan

124

kegiatan guru dan karyawan. 3) Problem dana meliputi: a. Minimnya alokasi dana dari pemerintah pusat atau bahkan dari pemerintah daerah, b. Otoritas pengelolaan dana wajib dari wali murid berpusat di yayasan dan c. Minimnya dana untuk kesejahteraan guru khususnya guru non PNS. 4) problem sarana dan prasarana meliputi: a. Belum tersedianya ruang

bimbingan dan konseling (BK) yang memadai serta tersedianya microphone disetiap ruang kelas dan b. Belum adanya buku yang baku artinya tidak punya buku pedoman sendiri 2. Strategi Pengembangan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam era ptonomi pendidikan meliputi 5 bidang: a. Bidang Kurikulum Standar Isi diklasifikasikan sbb: 1. Program Unggulan; 2. Program MAU; 3. Program MAK; dan 4. Program Bahasa. Standar Proses : 1. Proses pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi peserta didik agar aktif, serta memberikan ruang bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai bakat-minat; dan 2. Memberikan keteladanan. Standar Penilaian : 1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik; 2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan 3. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.

125

b. Bidang Layanan Siswa 1. Menyediakan program pelayanan siswa secara efektif dan relevan, 2. Merealisasikan bakat dan minat siswa baik dalam bidang pendidikan maupun dunia kerja dalam bentuk penyediaan sarana praktek, dan 3. Memaksimalkan partisipasi madrasah terhadap pemberdayaan siswa, sehingga ada jaminan bahwa para siswa punya akses ke sumber daya dan jasa yang mendukung kebutuhan mereka. c. Bidang Personalia (Standar Ketenagaan) 1. Mewujudkan sistem menejemen pendidikan yang professional, 2. Mewujudkan sumber daya guru yang sesuai dengan standar nasional. d. Fisik dan Sumber Daya Keuangan 1. Memelihara dan merencanakan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan, dan 2. Mengupayakan sumber dana secara maksimal. e. Hubungan Masyarakat 1. Mewujudkan hubungan madrasah dengan masyarakat secara kontinyu, 2. Melibatkan wali murid dalam pengambilan keputusan pengembangan pendidikan di madrasah, dan 3. Selain kelima strategi yang telah disebutkan di atas, ada juga strategi yang paling krusial yaitu kekompakan kepala madrasah, semua guru, semua murid dan bahkan setiap elemen yang ada di Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan terhadap program-program yang telah ditawarkan.

126

B. Saran Untuk mempertahankan ketenaran dan keunggulan Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan baik secara akademik maupun non akademik, maka hendaknya Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Pengadaan buku-buku yang up to date untuk semua siswa dan tenaga pengajar, misalnya buku tentang dunia kerja, buku tentang tekhnologi dan informasi, buku tentang globalisasi, buku tentang komputerisasi dll 2. Memaksimalkan kerjasama yang lebih intens, baik dengan masyarakat maupun lembaga-lembaga atau instansi-instansi terkait dengan membentuk suatu lembaga perekonomian atau Badan Kerjasama Sekolah dan Masyarakat yang sering disingkat dengan BKSM atau juga melalui komite madrasah dan dewan pendidikan sehingga mampu memberikan income bagi Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan. 3. Melengkapi sarana dan prasarana yang belum ada misalnya, ruang bimbingan dan konseling, tersedianya microphone di setiap ruang kelas, dll

127

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Arifin. 2003. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Sisdiknas. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta Armida, S. Alisjahbana. 2000. Otonomi Daerah dan Desentralisasi Pendidikan. Bandung. Azra, Azyumardi. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Rekonstruksi dan Demokratisasi). Jakarta: Kompas Media Nusantara. Basri, Hasan. 2002, 12 November. Otonomi Kemandirian Madrasah). Kompas. Pendidikan (Menimbang

Chan, M. Sam dan Sam, T. Tuti. 2006. Analisis Swot Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. D, Riant Nugroho. 2000. Otonomi Daerah Desentralisasi Tanpa Revolusi (Kajian dan Kritik atas Kebijakan Desentralisasi di Indonesia). Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Departemen Agma RI. 2005. Desain Pengembangan Madrasah. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Departemen Agma RI. 2005. Pedoman Akreditasi Madrasah. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Effendi, Sofian et. Al. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Faisal, Jusuf Amir. 1995. Reorientasi Pendidkan Islam. Jakarta: Gema Insani Press. Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif (Dasar-dasar Aplikasi. Ed. l). Malang: YA3 Malang. Ghofir Abdul. 2001. Agustus, Implementasi Otonomi Daerah dan Implikasinya Pendidikan Madrasah (Analisis Banding Kebijakan Pendidikan di Amerika Serikat). Mimbar Pendidikan Agama, hlm. 29-30. Ghofir, Abdul dan Muhaimin. 1993. Pengenalan Kurikulum Madrasah. Solo: Ramadhani.

Hadi, Sutrisno. 1991. Metodologi Research jil. II. Yogyakarta: Andi Offset. Hasbullah. 1995. Sejarah Pendidikan Islam (Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan (Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ishomudin. 1996. Spektrum Pendidikan Islam (Restropeksi Visi dan Aksi). Malang: UMM Press. Kartono, Kartini. 1992. Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis (Apakah Pendidikan Masih Diperlukan?). Bandung: Mandar Maju. Maksum. 1999. Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Moleong, Lexy, J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif cet 13. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhaimin. 2003. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, Bandung: Nuansa. Muhaimin. 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Muhaimin, et, al. 2001. Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama di Sekolah). Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulkhan, Abdul Munir. 1993. Paradigma Intelektual Muslim (Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah). Yogyakarta: Sipress. Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Transito. Sevilla, Consello. G. et. Al. Pengantar Metode Penelitian. Terjemahan Alimudin Tuwu. 1993. Jakarta: UI Press. Suprayogo, Imam. 1999. Revormulasi Visi Pendidikan Islam. Malang: STAIN Press. Tilaar. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rieneka Cipta. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

UU. Otonomi Daerah 1999. Surabaya: Diperbanyak oleh Karya Utama. UU. Otonomi Daerah 2006. Jakarta: Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai