Anda di halaman 1dari 5

Proses dan Membina Rumah Tangga Islami dengan Mengoptimalkan Potensi dan Komunikasi yang Baik

by Sitti Sarifa/Kiki

Sebelum menceritakan mengenai proses membina rumah tangga Islami ijinkan saya untuk menengok kisah hidup beberapa orang besar yang menjadi idola saya saat ini. Cukup banyak memang, yakni minimal ada sembilan orang yang diantaranya adalah: Sri Mulyani, Boediono, SBY, Ainun Habibie, Habibie, Adnan Buyung Nasution, Teh Ninih, Ibu Wirianingsih (istri ust. Mutammninul Ula), dan Aa Gym. Dari 9 orang tersebut, tidak semuanya berproses dalam pernikahan melalui lembaga tertentu (kisah hidup mereka terlampir di email ini, dari berbagai sumber). Bahkan Rosulullah pun dipilih oleh Bunda Khadijah karena beliau yakin dan kenal betul bahwa Rosulullah adalah seorang manajer yang luar biasa bagi perusahaannya. Oleh karena itu, menurut saya, untuk menikah tidak harus dengan menggunakan jalur BKKBS. Dalam membina RT Islami ini sendiri, saya yang sebenarnya masih bercita-cita mengabdi di ranah publik (kalaupun takdir saya ternyata tidak di situ, pasti ada jalan lain yang lebih baik). Saya berharap untuk dapat menyeimbangkan waktu dalam manajemen diri, keluarga, kerja, dan dakwah. Keinginan terpendam saya adalah menjadi keluarga kaya yang bermanfaat bagi orang lain, seperti Dik Doank atau Rhenald Kasali dengan rumah persahabatan untuk anak-anak jalanan yang mereka bina. Saya ingin sekali memiliki anak kandung satu/dua, tetapi bisa mengasuh sebanyak mungkin anak-anak angkat, dengan pendidikan Islam sebaik Aa Gym dan Teh Ninih. Ingin dapat mengenalkan kepada mereka indahnya kasih sayang, indahnya kebersamaan, bahagianya memiliki keluarga dan saudara yang utuh dan hidup normal,

sebagaimana yang dulu dirasakan oleh hati saya sendiri yang lukanya tersepuh oleh dua panutan saya itu. Saya pun ingin sekali menjadi seorang birokrat yang bisa amanah, dan bisa berkontribusi bagi bangsa ini, dimana sudah tak terhitung darah dan airmata yang mengalir untuk menebus kemerdekaannya. Bahkan airmata yang mengalir dari seorang Sri Mulyani (dimana tindakannya dianggap tidak populer namun justru itulah perjuangan terhebat yang dilakukannya demi bangsa ini, namun justru dicerca habis-habisan karena pengorbanannya yang mungkin dikarenakan oleh totalitas perlawanannya terhadap KKN). Seorang Sri Mulyani yang tidak ragu-ragu memilih Anggito Abimanyu (pejabat terbersih, berdedikasi, dan Kepala BKF -pemimpin termuda di Kementrian Keuangan, dan pendukung utama ekonomi syariah di Indonesia-pernyataan beliau sangat gamblang di kuliah perdana S2 UGM di Grha Sabha Pramana pada tahun 2010 bahkan dengan menggunakan ayat-ayat Al-Quran di hadapan 1.000-an lebih mahasiswa baru S2 UGM yang bermacam-macam latar agamanya, dengan mengatakan bahwa ekonomi syariah adalah sistem ekonomi dari langit yang memang diturunkan sebagai solusi) sebagai calon wakilnya di Kementrian Keuangan, namun sayang langkah beliau berdua terjegal. Selain itu, Pak Boediono yang sangat bersih track record-nya di kampus tercinta UGM, dan memiliki orang-orang kepercayaan yang profesional, justru difitnah menjadi neolib. Pak SBY yang begitu sabar dalam banyak hal. Bung Adnan Nasution dengan segenap nuraninya yang selalu hidup, demi membongkar kasus korup kelas kakap akhirnya mau menjadi pengacara Gayus, walau akhirnya berhenti karena Gayus tak bisa lagi dipercaya. Serta Bu Ainun yang keluar dari RSCM dan merelakan dirinya menjadi ibu rumah tangga bagi seseorang yg luar biasa. Jadi, dimanapun saya berada, bekerja dan mengabdi, menjadi apapun peran saya nantinya

semoga saya bisa menjalaninya dengan hati yang ikhlas dan bisa bermanfaat untuk sebanyakbanyaknya orang. Adapun untuk dapat menjadi orang-orang yang stabil dan sukses seperti demikian pastilah menuntut pengorbanan yang tidak kecil, dan kekompakan dari dua orang utama yakni suami istri. Untuk itu diperlukan komunikasi yang sangat intensif dan aktif, serta pengertian yang mendalam atas visi misi dan pengalaman hidup masing-masing. Komunikasi yang aktif dan pengertian yang mendalam ini tidak dapat diperoleh dengan instan, tetapi pasti memerlukan proses yang panjang, baik sebelum menikah maupun sesudah menikah. Bisa dengan jalan, samasama satu visi misi karena sudah satu harakah, bisa pula dengan cara yang lain. Permasalahan rumah tangga yang sering berujung dengan keinginan untuk bercerai hampir semua berawal dari pola komunikasi yang buruk antara suami dan istri. Keinginan yang tak terpenuhi, harapan yang kandas tanpa adanya pemahaman, masalah yang terlalu lama dipendam tanpa penyaluran positif, kurangnya kesolihan dari dua belah pihak ataupun salah satu pihak, dan sebagainya telah menyebabkan keretakan rumah tangga. Padahal sudah sewajarnyalah bahwa rumah tangga itu pasti ada ombak masalah yang datang. Tinggal bagaimana komunikasi antar suami dan istri tersebut dilakukan. Adanya saling pengertian dan saling berkorban (itsar) akan menjadikan komunikasi antara dua insane tersebut berjalan dengan lancar. Tentu saja dengan meniatkan segalanya untuk Allah, maka pengorbanan apapun akan menjadi lebih ringan. Rumah tangga islami yang saya harapkan adalah sebuah rumah tangga yang mampu mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menjadi teladan bagi orang lain, membantu yang tidak mampu dengan jalan memberdayakan potensi mereka agar bangkit (memberi kail bukan memberi makan), dan berusaha untuk tidak menjadi beban bagi orang lain. Impian ini adalah hal yang terdengar sangat utopis, tetapi kita telah diajarkan di sekolah, di buku-buku, maupun

banyak training bahwa Allah itu Maha Mendengar dan Maha Mengetahui prasangka dan harapan para hamba-Nya. Untuk itu yang saya lakukan adalah, berusaha sebaik mungkin untuk mengoptimalkan apa saja yang saya bisa lakukan saat ini dan apa yang saya miliki saat ini. Ketika saya berpikir bahwa dengan mengoptimalkan pola komunikasi dengan semua orang yang saya kenal, berusaha untuk selalu berpikir positif terhadap apapun, siapapun, dan situasi seburuk apapun (bahkan kadang dianggap seperti Patrick dalam film kartun Spongebob), serta berupaya untuk memberikan apa yang bisa saya berikan dan bisa saya lakukan, saya percaya bahwa Allah pasti akan ridho pada saya. Ketika semangat tersebut menular pada orangorang sekitar saya, untuk selalu berusaha positive thinking, termasuk pada kondisi negara, masyarakat, dan bahkan dunia, maka energi positif tersebut lama kelamaan akan menang dan dapat mengalahkan energi negatif yang selama ini diperbanyak oleh berbagai kondisi. Baik oleh media massa, perusahaan-perusahaan, media elektronik, pemerintah, dan sebagainya. Ketika semangat kebaikan itu menular seperti wabah epidemik yang menjalar dengan sangat cepat dari satu desa ke desa lain, dari satu kota ke kota lain, kemudian menjadi satu provinsi, hingga akhirnya satu pulau, satu negara, dan bahkan akhirnya mendunia, maka di saat itulah pasti keridhoan Allah akan segera menyebar dengan sangat cepat. Sebagaimana kutipan Perkins, Dunia adalah seperti yang anda impikan maka, satu kata yang sangat penting adalah, Berubah!. Jangan sampai generasi masa depan benar-benar bertanya, Apa yang dipikirkan oleh orang tua kita? Kenapa mereka tidak tersadar saat memiliki kesempatan?!. Contohnya yakni bisa dengan menukarkan mimpi buruk kita tentang kota kumuh, pencemaran udara, kemacetan lalu lintas, kesenjangan kaya miskin, kriminalitas dan pornografi/pornoaksi, banjir, kekurangan air bersih, limbah berbahaya, kurangnya ruang hijau, pemerintah yang tidak tegas terhadap spekulasi lahan, korupsi yang berjamaah, masyarakat yang

acuh terhadap kondisi lingkungan, dengan suatu mimpi baru, bahwa kita semua akan bersinergi untuk membentuk satu dunia yang baru. Sustainable development dan a very kind society di Indonesia dan di seluruh bumi ini. Sebab kita punya kuasa untuk menyetir alam bawah sadar kita. Kita punya kuasa untuk menyetel harapan-harapan dalam pikiran kita. Sehingga ketika hukum tarik-menarik itu mulai bergerak, yang ia dapatkan hanyalah segala pikiran-pikiran baik yang mau tidak mau akan terwujud oleh daya dari hukum itu sendiri, menggantikan segala kenangan buruk yang ada di belakang. Dan semuanya berawal dari sebuah rumah tangga yang islami, dari kekuatan hati seorang laki-laki dan seorang perempuan yang sama-sama memiliki impian sekaligus tanggung jawab yang besar atas hidupnya, dan atas hidup orang lain. Yaitu KITA.

NB: Kiki berterimakasih banyak atas tugas tak terduga ini. Jazakillah khoyr, semoga bermanfaat tidak hanya untuk saya pribadi.

Anda mungkin juga menyukai