Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pelatihan Kerja tim adalah cara bekerja di mana masing-masing anggota tim bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini melibatkan hubungan kerjasama, komunikasi yang terbuka, kelompok pemecahan masalah, dan konsensus pengambilan keputusan. Kerjasama hanya dapat efektif dalam lingkungan organisasi yang berlandaskan etika, integritas, loyalitas, kejujuran, kepercayaan, komunikasi terbuka, keterlibatan individu, kebanggaan pada pekerjaan, dan komitmen terhadap tanggung jawab. Kerjasama berarti melibatkan seluruh anggota tim dalam lingkungan kerja yang saling percaya satu sama lain untuk melakukan tugas dan tanggung jawab dalam batas-batas yang ditentukan oleh organisasi. Komunikasi yang efektif, beretika, dan terbuka akan membuat semua anggota tim bisa saling percaya dan saling mendengarkan untuk menghasilkan hal-hal luar biasa buat organisasi. Pemimpin dan anggota tim harus memiliki sikap positif selama masa-masa sulit dan tidak boleh saling menyalahkan satu sama lain tapi harus saling memotivasi, saling menghormati, saling mendukung, dan secara bersama-sama mengelola konflik dengan bijak. Anggota tim harus saling berkontribusi sesuai kompetensi teknis masing-masing dan harus selalu percaya bahwa keragaman, individualitas, dan kreativitas adalah nilai tambah untuk keuntungan organisasi. Setiap kontribusi Individu dan kontribusi tim harus dihargai dan diakui secara tepat waktu oleh organisasi, agar setiap orang dalam tim bisa memiliki motivasi yang kuat untuk bekerja sesuai komitmen dan fokus pada kebutuhan organisasi. Pelatihan ini bertujuan untuk membangun kerja sama di dalam suatu kelompok agar kelompok tersebut mampu memenuhi semua tantangan dengan efektif dan produktif. Setiap fungsi dan peran kerja harus bisa bekerja sama seperti sebuah tim untuk mencapai tujuan bersama dengan cara-cara yang efektif

dan produktif. Kerja sama yang berkualitas akan memaksimalkan penggunaan sumber daya manusia dalam kelompok. Kerja sama yang berkualitas akan memberikan keputusan yang lebih baik dan motivasi untuk membawa setiap persoalan pada penyelesaian yang tepat. Kerja sama memungkinkan semua orang bisa berpartisipasi untuk memberikan kontribusi bagi kelompok. Kerja sama membangun hubungan kerja yang terkelola dalam koordinasi kerja yang profesional. Kerja sama yang berkualitas akan mengarahkan setiap anggota kepada peningkatan kepuasan kerja dan manfaat dalam pekerjaan itu sendiri. Selanjutnya, kerja sama yang berkualitas akan membuat kelompok menjadi semakin dinamis, efektif, kreatif, efisien, dan produktif. Kondisi ini akan menyediakan kelompok dan sumber daya manusia yang sangat responsif untuk bersaing dengan sukses baik pada hari ini maupun masa depan.
B. Tujuan Pelatihan

a. Tujuan Umum Tujuan umum diadakannya pelatihan ini, antara lain: 1. Memberikan kepada mahasiswa 2. 3. b. Tujuan Khusus Tujuan diadakannya pelatihan ini, antara lain:
1. Memberi bekal bagi peserta untuk dapat meningkatkan kerja sama dalam sebuah kelompok.

2. 3. 4.

Mengenalkan kepribadian magnetis kepada peserta. Menjelaskan beberapa tips yang dapat digunakan peserta guna mencetak kepribadian magnetis Membantu menerapkan pribadi magnetis dalam kehidupan sehati-hari

C. Manfaat Manfaat diadakannya pelatihan ini antara lain: 1. Manfaat Praktis Memberikan tips atau cara untuk menjadi pribadi yang menarik. Memberikan rekomendasi kepada peserta tentang cara-cara menjadi pribadi magnetis. 2. Manfaat Teoritis Memberikan pengertian tentang kepribadian magnetis kepada peserta pelatihan. Memberikan gambaran tentang kepribadiannya melalui simulasi. Memberikan informasi mengenai pentingnya mengenal diri dan cara membentuk kepribadian magnetis.

BAB II ORIENTASI KANCAH

A.

Institusi Terkait

Pelatihan Team Work Building ini dilaksanakan di Ruang 13 Kelas XII IPA IV SMA Negeri 7 Surakarta. Pelatihan ini diikuti oleh 13 orang peserta yang berasal dari organisasi OSIS dan Pecinta Alam.

B.

Karakteristik Subjek

Pelatihan Team Work Building yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 Mei 2011 ditargetkan pada siswa-siwa anggota organisasi dengan jumlah 20 peserta tetapi pada saat pelaksanaan ada 7 peserta yang tidak dapat hadir karena harus menyelesaikan tugas sekolah sehingga pelatihan Team Work Building hanya diikuti oleh 13 peserta, yang terdiri dari 8 peserta laki-laki dan 5 peserta perempuan. Mereka berasal dari dua organisasi yaitu 11 siswa dari OSIS dan 2 siswa dari Pecinta Alam.

BAB III RANCANGAN PELATIHAN

A. Metode Pelaksanaan

Kegiatan Pelatihan Team Work Building diselenggarakan pada: hari, tanggal waktu tempat : Selasa, 17 Mei 2011 : 10.00 - 14.00 WIB : SMA Negeri 7 Surakarta

Pelatihan Team Work Building ini menggunakan konsep indoor dan outdoor training, atau pelatihan di dalam dan luar ruangan. Metode yang digunakan dalam menyampaikan materi bersifat komunikasi dua arah dengan bantuan media audio visual berupa Laptop dan LCD. Di samping itu, peserta training juga diberi handout pelatihan agar materi yang disampaikan dalam pelatihan ini dapat dipelajari kembali sehingga tidak hanya diingat dan dipelajari saat pelatihan berlangsung saja. Materi tidak hanya bersifat mengajar, tetapi diperdalam dengan memberikan simulasi permainan di akhir setiap materi. Disamping itu ada pemberian ice breaking dengan tujuan untuk mengurangi kekakuan atau ketegangan peserta saat mengikuti pelatihan dan juga agar peserta menjadi tidak bosan dengan pelatihan ini. Pemberian ice breaking ini dilakukan di awal dan di tengah sesi. Dalam pelatihan ini terdiri dari tiga materi dan tiga simulasi permainan. Dari uraian di atas, susunan dan konsep acara yang kami ajukan ialah sebagai berikut:

B. Populasi

Berdasarkan survey dan observasi kebutuhan yang telah kami lakukan, maka populasi yang kami ambil ialah 20 peserta dari dua organisasi yang berbeda di SMA Negeri7 Surakarta. Namun, kenyataan yang ada, siswa yang datang hanya 13 orang, dimana 11 orang dari OSIS dan 2 orang dari Pecinta Alam.

BAB IV PELAKSANAAN PELATIHAN

A. Tahap Persiapan Pelatihan

Dalam sebuah pelaksanaan pelatihan tentunya tidak terlepas dari langkah awal penyusunan strategi sebagai need assesment pada kebutuhan peserta pelatihan. Kebutuhan ini selanjutnya diaplikasikan dalam bentuk pemenuhan kebutuhan dalam berbagai bentuk yang disesuaikan dengan sasaran pelatihan. Tahap persiapan adalah langkah awal dari pelaksanaan pelatihan. Tahap ini dilakukan pada minggu pertama. Berikut adalah langkah-langkah yang telah dilalui oleh pelaksana pelatihan: 1. Pemilihan Topik Pelatihan Pelaksana pelatihan menggali data mengenai kebutuhan peserta pelatihan. Dalam pelatihan ini, pelaksana berusaha mencari topik mengenai kerjasama dalam organisasi. Oleh karena itu, kami memilih pelatihan yang bertajuk tentang kerja sama dalam suatu organisasi. 2. Penentuan Sasaran dan Harapan Dalam tahap ini pelaksana pelatihan menentukan tujuan dari pelaksanaan pelatihan dan sasaran yang diharapkan dapat tercapai, sehingga dalam penentuan langkah selanjutnya dapat disesuaikan dan sejalan dengan tujuan pelaksanaan pelatihan. Dalam tahap ini, sekaligus ditentukan sasaran yang akan mengikuti pelatihan. 3. Penyusunan strategi pelaksanaan pelatihan Agar sesuai dengan tujuan, maka strategi pelaksanaan pelatihan harus ditentukan di awal. Hal ini sebai usaha preventif dari adanya mis-

destination, sehingga pelatihan dapat berjalan sesuai dengan harapan dan memiliki capaian yang optimal dan efektif. 4. Pembuatan proposal kegiatan pelatihan Langkah ini sebagai syarat formal dari pelaksanaan pelatihan kepada dosen pembimbing. Dalam proposal tersebut berisikan latar belakang masalah sehingga dimunculkan judul palatihan yang akan diadakan kemudian tujuan, manfaat, sasaran peserta pelatihan, waktu dan tempat pelatihan. 5. Penentuan Peserta Pelatihan Penggalian data awal, situasi, kondisi, dan kebutuhan peserta pelatihan. Hal ini sebagai rujukan dalam perancangan instrumen pelaksanaan pelatihan. Peserta pelatihan yang kami undang berasal dari siswa kelas 1 SMA yang mengikuti organisasi. Alasan kami memilih peserta tersebut dikarenakan kami menyadari bahwa kebutuhan kerjasama yang diperlukan dalam suatu organisasi. Selain itu, kami memilih peserta dari organisasi yang berbeda dengan tujuan agar peserta pelatihan belum saling mengenal, sehingga dalam pelatihan ini peserta diharapkan dapat saling mengenal dan sekaligus dapat mengaplikasikan langsung teknikteknik kerja sama dalam suatu organisasi. 6. Perijinan tempat pelatihan Agar pelatihan dapat berjalan efektif perlu adanya tempat pelatihan yang memadai, nyaman, efektif dan kondusif. Dikarenakan peserta pelatihan yang menjadi sasaran kami adalah siswa SMA Negeri 7 Surakarta yang mengikuti organisasi maka kami memakai ruang kelas XII sebagai tempat pelatihan. Oleh karena itu, kami meminta ijin kepada pihak SMA Negeri 7 Surakarta untuk menggunakan ruang tersebut. 7. Persiapan instrumen pendukung Pada persiapan instrumen pendukung ini, pelaksana pelatihan mempersiapkan instrumen yang dapat mendukung kelancaran pelatihan,

seperti peralatan dan perlengkapan pelakanaan pelatihan, antara lain modul pelatihan untuk trainer, makalah untuk peserta, slide untuk tampilan pada saat pelatihan, perlengkapan untuk simulasi, video-video kerja sama tim. Tidak lupa pula perihal yang berkaitan dengan aspek logistik, yaitu persiapan konsumsi. Kami juga mendokumentasikan pelatihan ini dengan kamera digital.

B. Tahap Pelaksanaan Pelatihan Tahap ini merupakan inti dari pelaksanaan pelatihan. Sebagai wujud dari tahap pelaksanaan dan perencanaan, pelatihan dilaksanakan pada minggu kedua: Hari/tanggal Durasi Tempat : Selasa, 17 Mei 2011 : 4 jam, pukul 09.30 14.00 WIB : Ruang Kelas XII SMA Negeri 7 Surakarta

Pelatihan ini dibagi menjadi beberapa sesi dengan tujuan masing-masing, namun masih saling berkaitan. Berikut gambaran pelatihan :
1. Awal acara adalah registrasi peserta dengan menuliskan absensi

kehadiran peserta pelatihan sekaligus pemberian konsumsi dan materi pelatihan pada peserta.
2. Kemudian masuk pada acara yaitu dimulai dengan pembukaan

pelatihan yang dipimpin oleh Erna Widhi sebagai MC. Dalam pembukaan tersebut diisi dengan acara perkenalan dari pelaksana pelatihan selanjutnya perkenalan para peserta dengan tujuan untuk lebih mengakarbkan peserta. Kemudian dilanjutkan dengan penulisan harapan peserta dari pelatihan ini, cara mencapai harapan tersebut dan larangan peserta selama pelatihan berlangsung. Kemudian salah satu dari tulisan peserta dibacakan dan ditambahkan dengan kontrak

pelatihan yang telah ditetapkan oleh pelaksana pelatihan. Setelah itu baru dilanjutkan dengan ice breaking.
3. Acara berikutnya adalah penyampaian materi pelatihan pertama

yang disampaikan oleh Nafisah Itsna Hasni, yaitu keunggulan pribadi


untuk kerja sama tim yang solid. Materi ini disampaikan selama 15 menit.

Pada saat penyampaian materi, trainer mampu menguasai peserta dan telah menyampaikan dengan baik sesuai tujuan materi yang disampaikan. Peserta pelatihan dalam menerima materi sangat antusias, bersemangat dan mampu memahami materi dengan baik. Selanjutnya adalah simulasi untuk materi pertama yang disampaikan oleh Nafisah Itsna Hasni. Simulasi ini berjudul Si Buta, Tuli, dan Bisu yang tujuannya adalah pengetahuan peserta mengenai peran individu
dalam tim dan kerja sama, selain itu juga kepribadian dan karakter yang siap untuk melakukan kerja sama. Simulasi ini berlangsung selama 10 menit

dan telah disampaikan dengan baik. Peserta pun mengikuti simulasi dengan antusias dan dapat mengambil intisari dari simulasi tersebut.
4. Sesi selanjutnya adalah materi kedua. Materi

kedua ini

disampaikan oleh Septa Aristiani Saputri, yaitu bertindak untuk membangun dan menjaga kerja sama yang berlangsung selama 15 menit. Materi bertujuan agar peserta meningkatkan partisipasi dan
hubungan kerja dalam tim. Selain itu juga dapat membangun dan menjaga sebuah tim yang efektif. Peserta dalam memahami materi ini sudah baik

dan dapat mengambil garis besar dari materi yang disampaikan.


5. Untuk meregangkan

otot-otot agar peserta tetap semangat

mengikuti pelatihan, MC memberikan ice breaking sebelum materi ketiga disampaikan. Ice breaking Tangkap-Tangkapan dilakukan selama 10 menit. Peserta mengikuti gerakan dengan antusias dan dapat kembali mengikuti pelatihan dengan konsentrasi.
6. Selanjutnya materi ketiga disampaikan oleh Melva Boinita

mengenai

kerja

sama

mempermudah

pekerjaan.

Materi

ini

disampaikan selama 15 menit, yang mana trainer menyampaikannya

dengan penuh semangat, antusias dan dapat menguasai peserta. Peserta mendengarkan materi dengan antusias dan dapat mengambil intisari dari materi tersebut.
7. Setelah materi ketiga, peserta diberikan simulasi mengenai berpikir

menang-menang. Dari simulasi ini diharapkan untuk melatih peserta dalam berkompetisi yang sehat dalam suatu organisasi. Simulasi ini dipandu oleh Irzia Roshida Mardani yang berlangsung selama 20 menit. Simulasi ini disampaikan dengan baik oleh Irzia dan peserta pun menanggapi simulasi ini dengan antusias.
8. Setelah akhir dari simulasi ini, peserta diberikan waktu untuk

istirahat terlebih dahulu. Selanjutnya, setelah istirahat dilanjutkan dengan games-games pelatihan yang berhubungan dengan kerja sama. Peserta mengikutinya dengan antusias.
9. Sebagai

akhir dari pelatihan ini adalah kristalisasi yang

disampaikan oleh Erna Widhi Rahayu selama 20 menit. Dalam kristalisasi ini diputarkan video yang berhubungan dengan kerja sama.
10. Sebagai acara penutup MC meminta kesan dan pesan dari peserta.

Selanjutnya ditutup dengan ucapan terima kasih dan permohonan maaf pada peserta. Acara ini berakhir pada pukul 14.00. Dari uraian pelaksanaan pelatihan diatas, dapat disimpulkan bahwa pelatihan Teamwork Building ini dikatakan efisien dan efektif sebagai usaha pembentukan kerja sama dalam suatu tim organisasi.

Anda mungkin juga menyukai