Oleh S.MURTJANA
Materi
Pedoman CDOB Perizinan Sarana Distribusi Sanksi Peraturan Pedagang Eceran Obat Peraturan Registrasi dan Praktek Bidan Ketentuan yang berhubungan dengan ketenagaan Farmasi Otonomi Daerah dan Pengawasan Obat dan Makanan
Keputusan Kepala Badan POM No. HK. 00.05.3.2522 Tahun 2003 Tentang Penerapan Pedoman Cara Distribusi Obat Yang Baik
ASPEK CDOB
Personalia; Bangunan; Penyimpanan obat; Pengadaan dan penyaluran obat; Dokumentasi; Penarikan kembali dan penerimaan kembali obat.
Wajib mempekerjakan secara tetap sekurang-kurangnya 2 (dua) Apoteker WNI masing-masing sebagai Penjab Produksi dan Penjab Pengawasan Mutu Pasal 10 ayat (2) PBF Wajib memiliki AA atau Apoteker Penjab yg bekerja penuh dan yg mempunyai SIK Pasal 5 huruf c jo Pasal 6 ayat (1) PBBBF Wajib mempunyai Penjab seoarang Apoteker yang mempunyai SIK
Asisten Apoteker
(KEPMENKES NO. 679/MENKES/SK/V/2003)
OBAT JADI
PT KOPERASI
OBAT JADI
BAHAN BERKHASIAT
BAHAN PENOLONG
pel.insp.dist.obat / 05 - 2004 / tp
1. PENANGGUNGJAWAB - APOTEKER BEKERJA PENUH 2. BANGUNAN - R. ADMINISTRASI - LABORATORIUM & KELENGKAPANNYA - GUDANG & KELENGKAPANNYA > GUDANG DINGIN (TERMOMETER DIKALIBRASI ) > PALET > PEMADAM API (MASIH VALID) 3. KOMODITI - BAHAN BERKHASIAT ( ACTIVE PHARMACEUTICAL INGREDIENTS API ) > INDUSTRI : FARMASI, MAKMIN, KOSMETIKA , OBAT HEWAN ( VETERINARY ). - BAHAN PENOLONG > S.D.A TERMASUK PABRIK OBAT TRADISIONAL
PARTAI
ECERAN **
TENDER
REGULER
pel.insp.dist.obat / 05 - 2004 / tp
1. PENANGGUNGJAWAB - SETIDAKNYA AA YG BEKERJA PENUH 2. BANGUNAN - R. ADMINISTRASI - GUDANG & KELENGKAPANNYA > GUDANG DINGIN ( BILA PERLU ) > PALET > PEMADAM API (MASIH VALID) 3. KOMODITI - OBAT, PERBEKALAN FARMASI KECUALI JAMU YANG BERASAL DARI SIMPLISIA. - PENYALURAN OBAT PSIKOTROPIKA HARUS DILAPORKAN KE BADAN POM. - PENYALURAN OBAT NARKOTIKA HANYA OLEH PT. KIMIA FARMA.
OBAT JADI
PARTAI
TENDER
REGULER
pel.insp.dist.obat / 05 - 2004 / tp
- PENYALURAN OBAT KERAS HANYA KPD PIHAK YANG BERWENANG MENERIMANYA. - PENYIMPANAN VAKSIN HRS MEMENUHI KETENTUAN COLD CHAIN. 4. LAIN-LAIN - OBAT JADI DIJUAL DALAM KEMASAN ASLI ( BUKAN ECERAN ). - TETAP MEMPERTAHANKAN PRINSIP QUALITY ASSURANCE. - PBF TIDAK DILARANG MENJUAL OBAT KELUAR PROVINSI, KECUALI UNTUK OBAT NARKOTIKA. - PENDISTRIBUSIAN OBAT PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA HARUS DILAPORKAN.
OBAT JADI
PARTAI
TENDER
REGULER
pel.insp.dist.obat / 05 - 2004 / tp
SANKSI
SANKSI ADMINISTRATIF SANKSI PIDANA
SANKSI ADMINISTRATIF
Pemerintah berwenang mengambil tindakan administratif terhadap tenaga kesehatan dan atau sarana kesehatan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini Pasal 77
Dapat berupa pencabutan izin usaha, atau izin lain yang diberikan (Penjelasan Pasal 77)
SANKSI ADMINISTRATIF
Industri Farmasi
Peringatan Secara Tertulis Pembekuan Izin Usaha Industri Farmasi Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi
PBF
Peringatan Secara Tertulis Pembekuan Izin Usaha PBF Pencabutan Izin Usaha PBF
Apotik
Peringatan Secara Tertulis Pembekuan Izin Apotik Pencabutan Izin Apotik
Toko Obat
SANKSI PIDANA
Ordonansi Obat Keras (St. 1949 No. 419) UU No. 1/1946 tentang Peraturan Hukum Pidana (KUHP) UU No. 23/1992 tentang Kesehatan UU No. 5/1997 tentang Psikotropika UU No. 22/1997 tentang Narkotika UU No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen PP No. 72/1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
KUHP
Pasal 386
(1) Barang siapa menjual, menawarkan atau menyerahkan barang makanan, minuman atau obatobatan yang diketahui bahwa itu dipalsu, dan menyembunyikan hal itu, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun. (2) Bahan makanan, minuman atau obat-obatan itu dipalsu, jika nilainya atau faedahnya menjadi kurang karena sudah dicampur dengan sesuatu bahan lain.
UU Perlindungan Konsumen
Pasal 8 ayat (3)
Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi yang benar.
UU Perlindungan Konsumen
Sanksi Pidana Pelaku usaha yg melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, , Pasal 13 ayat (2), dipidana dg pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)
Permenkes No. 572/Menkes/Per/VI/1996 tentang Registrasi dan Praktek Bidan Bidan yg menjalankan praktek perorangan harus memiliki Surat Izin Praktek Bidan (SIPB). (Pasal 13) Obat-obatan yg dapat digunakan dalam praktek sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI. (Pasal 17 ayat 2) Bidan berwenang untuk pemberian obat-obatan terbatas, melalui lembaran permintaan obat sesuai dg Lampiran VII. (Pasal 26 huruf q)
Permenkes No. 572/Menkes/Per/VI/1996 tentang Registrasi dan Praktek Bidan Bidan yg menjalankan praktek perorangan harus memiliki Surat Izin Praktek Bidan (SIPB). (Pasal 13) Obat-obatan yg dapat digunakan dalam praktek sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI. (Pasal 17 ayat 2) Bidan berwenang untuk pemberian obat-obatan terbatas, melalui lembaran permintaan obat sesuai dg Lampiran VII. (Pasal 26 huruf q)
Lampiran VI
Jenis Obat 1. Roborantia 2. Immunisasi 3. Anafilaktik syock 4. Sedativa 5. Antibiotika 6. Utero tonika 7. Antipiretika 8. Koagulantia 9. Anti kejang 10.Glyserin 11. Cairan infus 12.Obat luka
Lampiran VII
LEMBARAN PERMINTAAN OBAT Bidan ..............................(Nama) ........................................(Alamat) ........................................(Nama Kota) SIP No. ........................... .... ................................. 19
Yang bertanda tangan dibawah ini Bidan ......... dalam rangka pemberian pelayanan kebidanan mohon kepada Apoteker dapat memberikan kepada ............ (Nama Pasien). Umur: ................... Berat Badan: ................... Obat-obatan sebagai berikut: Demikian atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima
kasih.
(.........................................) Tanda-tangan
Ketentuan yang berhubungan dengan ketenagaan Farmasi KepMenkes Nomor 1322/Menkes/SK/X/1993 Tentanag Perubahan atas Permenkes Nomor: 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan Tata Cara Pemberian Izin Apotik
Pasal 5
APA harus memenuhi persyaratan sbb. :
Ijasahnya telah terdaftar pada Depkes. Memiliki Surat Izin dari Menteri. Memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA di Apotik lain.
Pasal 12
Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan Sediaan Farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin. Sediaan Farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan Menteri.
Keppres 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terkahir dengan Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2005 Keppres 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terkahir dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2005
Pasal 10 ayat (3) Urusan pemerintahan yg menjadi urusan Pemerintah Pusat meliputi: a. politik luar negeri; b. pertahanan; c. keamanan; d. yustisi; e. moneter dan fiskal nasional; dan f. agama
UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 10 ayat (5) Dalam urusan pemerintahan yg menjadi kewenangan Pemerintah di luar urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemerintah dapat: a. menyelenggarakan sendiri sebagian urusan pemerintahan; b. melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah; atau c. Menugaskan sebagian urusan kepada Pemerintahan Daerah dan/atau pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan.
Badan POM Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan PUU yang berlaku. Mempunyai kewenangan: Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya; Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro;
Penetapan sistem informasi di bidangnya; Pemberian izin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industri farmasi; Penetapan pedoman penggunaan konservasi, pengembangan, dan pengawasan tanaman obat. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan peredaran obat dan makanan;
Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Napza Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya
Terima Kasih