Anda di halaman 1dari 65

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, baik pendidikan formal, informal maupun non-formal, agar dengan pendidikan potensi dirinya dapat berkembang melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan dilakukan oleh masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang,baik dalam keluarga,masyarakat dan bangsa. Negara berkembang seperti Indonesia,sangat dipengaruhi oleh perkembangan dunia pendidikan. Kesuksesan dalam pembangunan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan dibidang ekonomi, tetapi juga kualitas sumber daya yang menjalankan proses pembangunan tersebut. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus dapat tercapai peningkatan kehidupan ke arah yang sempurna. Hakekat dari pendidikan adalah mendewasakan individu agar mampu menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. Di Indonesia jenjang pendidikan yang diterapkan dari pendikan dasar sampai pada perguruan tinggi. Setiap anak Indonesia berkesempatan untuk memperoleh pendidikan dasar 9 tahun. Pendidikan dasar memegang peranan penting dalam mengawali babak baru bagi seorang anak. Mengkaji masalah pendidikan, berarti tidak akan terlepas dari suatu proses belajar

yang harus dilaksanakan secara kontinyu dan peserta didik belaiar merupakan tugas utama yang harus dilakukan. Bila seorang anak ingin mendapatkan prestasi yang baik, maka diperlukan proses belajar yang baik pula. Oleh karena itu siswa selayaknya mendapat dukungan dalam proses mencapai keberhasilan belajarnya, Dra . Darmastuti Susanto dalam teorinya : Pendidikan yang berlangsung baik di sekolah yakni pendidikan formal maupun yang dilaksanakan dilingkungan keluarga yani pendidikan informal dan pendidikan non formal yang di laksanakan diluar sekolahdan di luar Iingkungan keluarga, selalu bertujuan yakni dilaksanakan untuk mncapai suatu tujuan"1 Hal ini senada pula didalam pasal 4 UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Negara kita juga mempunyai tujuan pendidikan nasional antara lain berbunyi sebagai berikut : "Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat berilmu, eakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab"2 Dalam mewujudkan paserta didik yang mempunyai kemampuan

optimal,sebagaimana tujuan dari pendidikan nasional, perlu diperhatikan beberapa faktor yang menunjang keberhasilan belajar seorang siswa. Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan belajar seorang siswa adalah motivasi belajar dan pada pelaksanaan pendidikan formal (pendidikan sekolah), siswa di dalam belajarnya
1 2

I Darmastuti Susanto, Kurikulum dan Didaktik, (Jakarta : IKIP Semarang Press, I978), h.3

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Buku PanduanPameran Gera/mn Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Dalam Rang/ea Hardi/mas, 2003. Jakarta, April 2003, h, l5

tidak terlepas dari berbagai pengaruh lingkungan yang ada disekitarnya. Lingkungan itu bisa berupa Iingkungan fisik ataupun lingkungan sosial, yakni tempat dimana siswa bertempat tinggal. Pengaruh dari lingkungan dapat dikategorikan sebagai pengaruh positif,yakni dapat menjadi motor penggerak dalam belajar, atau sebagai pengaruh negatif yang menghambat keberlangsungan proses belajar secara optimal.Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, tentu saja pengaruh negatif dari lingkungan dimana siswa tinggal seyogyanya dapat diminimalisasikan dan pendidikan dasar disekolah dimulai dengan mengajar kepada anak apa yang dimaksud dengan huruf, angka, belajar membaca, berhitung dem pengetahuan dasar disamping penelidikan dan bimbingan untuk bekal hidupnya di kehidupan masyarakat. Maka siapakah orang bertanggung jawab dem melaksanakan tugas di sekolah. Maka dalam hal ini yang bertanggung jawab tersebut berada pada orang yang secara umum disebut dengan Guru". Di tangan gurulah terletak tanggung jawab untuk mengajar dan mendidik anakanak yang menghabiskan sejumlah waktunya di Iingkungan sekolah. Oleh karena itu selayaknya bila dikatakan bahwa guru memegang peranan dalam perkembangan kepribadian anak, di samping orang tuanya. Di sekolah peserta didik akan mengadakan hubungan dengan teman-teman sekerja, dengan guru dan dengan orang-orang lain di lingkungan sekolah.

Namun dari semua hubungan itu yang paling utama adalah hubungan murid dengan guru. Pergaulan dengan teman memberinya pengalaman bagaimana harus hidup bermasyarakat. Dalam pergaulan tersebut mungkin terjadi pertentangan dan kesukaran-kesukaran dan semuanya itu merupakan suatu pengalaman bagi anak untuk mengatasinya. Guru disini adalah berfungsi mengawasi dan membantu anak-anak dalam menghadapi kesukaran yang tak teratasi. Misalnya mengapa seorang anak tidakdisenangi kelompoknya, mungkin anak-anak itu sendiri tidak dapat menemukan penyebabnya dan membutuhkan orang dewasa Iain untuk memberi petunjuk dan pengaruh positif dapat Iebih dioptimalkan untuk membantu membentuk perilaku yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Sebagai mahluk sosial, siswa akan banyak bergaul dan saling mengenal dengan sesama manusia. Keanekaragaman latar belakang sosiai, pendidikan,adat istiadat dan tingkah laku akan ditemukan oleh anak dalam kehidupan sehari-hari serta akan turut mempengaruhi tingkah lakunya. Melalui lingkungan tersebut pula, siswa akan banyak belajar dari berbagai pengalaman yang dialaminya. Rumah tangga dan keluarga merupakan salah satu tempat proses pembelajaran peserta didik yang pertama dan utama, jauh sebelum mereka mengenal dan

mendapatkan pendidikan dalam bentuk yang formal. Di rumah dan lingkungan keluarga peserta didik bisa meneruskan proses belajarnya,dengan mengerjakan

berbagai tugas yang diterimanya dari sekolah. Dan dirumah pula, peserta didik diperkenalkan dengan norma atau nilai yang berlaku di masyarakat. Oleh karena sedemikian pentingnya peranan rumah dalam proses pendidikan anak, maka adalah wajib orang tua dan masyarakat untuk membantu menyediakan lingkungan yang mendukung bagi keberlangsungan prosese belajar. Setiap orang pada dewasa ini cenderung untuk mengikuti pendidikan formil di sekolah. Sejak usia empat atau lima tahun hingga taraf yang setinggi mungkin sesuai dengan minat dan keinginan seseorang dalam menuntut ilmu menemukan pcnyebabnya untuk kcmudian anak bcrusaha memperbaikinya. Jadi disinilah guru bcrfungsi membantu proses sosialisasi seseorang. Di kelas, guru bertindak scbagai pcmimpin, dalam arti mcmimpin scgala kegiatan atau aktifitas yang ada dikclas, menentukan program pelajaran dan lain sebagainya. Maka semua keputusan ada di tangan guru, walaupun kadang-kadang pendapat murid menjadi bahwa pemasukan dan pertimbangan. Dan peserta didik pada umumnya mcmandang guru sebagai orang yang Iebih tahu dan serba bisa, apa yang dikatakan guru pasti dianggapnya benar.Demikian besarnya kepercayaan murid terhadap guru. Memahami masalah pcndidikan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari konsepsi mengenai pendidikan. Namun secara sederhana konsep pendidikan dapat diartikan

sebagai usaha manusia untuk mcmbina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan budaya yang ada dan berkembang di dalam kehidupan masyarakat. Aktifitas pcndidikan adalah mcrupakan rangkaian pcristiwa yang sangat kompleks, banyak sckali faktor-faktor yang saling mempengaruhi yang pada akhimya bermuara pada hasil pendidikan itu scndiri. Hasil pcndidikan yang sering dibicarakan yaitu mengenai kualitas pcndidikan, baik itu yang bcrkaitan dcngan prcstasi belajar, pserta didik ataupun lemahnya mutu pendidikan. Faktor-faktor yang terlibat dalam proses ini adalah semua yang ada didalam lingkungan sckolah, guru, sarana dan prasaranan pendidikan, kurikulum dan dalam hal yang paling berperan adalah guru. Melihat peranan guru yang sangat vital dalam meningkatkan mutu pendidikan, maka sangat diharapkan adanya usaha yang terus menerus bagi peningkatan kemampuan professional guru. Peningkatan kemampuan professional guru dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar sangat membantu peserta didik dalam mencapai prestasi belajar yang optimal. Di dalam konsep belajar, peserta didik tidak hanya sekedar menyerap informasi dari guru, lcbih dari itu guru dituntut unluk berkemampuan dalam memotivasi dan mengembangkan pembelajaran, sehingga seorang peserta didik berkepentingan dan menghayati hasil belajar yang diperoleh dari seorang guru. Di samping itu siswa memperoleh pengalaman,

keterampilan dan pengetahuan yang dapat digunakan dalam kehidupan schari-hari di masyarakat. Sebagai guru yang baik mempunyai upaya dalam menanamkan budaya disiplin melalui Penerapan tata tertib disekolah dengan memberikan pengertian baik kepada orang tuanya maupun kepada siswanya tentang pentingnya sekolah dengan baik agar hidup si anak dapat berubah. Upaya guru dalam menanamkan budaya disiplin melalui penerapan tata tertib di "SMA Negeri 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor" dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada dalam masyarakat diantaranya yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, lingkungan, pola pikir masyarakatnya tentang pendidikan. Oleh karena itulah penulis mendapatkan masalah yang harus diteliti dalam rangka menyadarkan orang tua, agar memiliki partisipasi terhadap peningkatan minat belajar peserta didik dalam proses belajar mengajar, jika hal ini dapat dirubah maka diharapkan prestasi peserta didik dapat meningkat kearah yang lebih baik untuk menuju prestasi peserta didik itu sendiri melalui pendekatan persuasif dalam mencari akar permasalahan dalam belajar.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka di identitikasikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana upaya guru dalam menanamkan budaya disiplin dalam mematuhi

tata tertib di SMA Negeri 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor.


2. Bagaimana upaya guru untuk mewujudkan budaya disiplin dalam mematuhi

tata tertib kepada siswanya di SMA Negeri 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor.


3. Bagaimana keteladanan dapat dibentuk di SMA Negeri 1 Leuwiliang

Kabupaten Bogor?
4. Bagaimanakah solusi yang baik dalam menanamkan budaya disiplin dalam

mematuhi tata tertib melalui keteladanan di SMA Negeri 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor? 5. Bagaimana penerapan tata tertib sekolah dapat menanamkan budaya disiplin pada siswanya di SMA Negeri 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor?

C. Pembatasan Masalah

Meskipun semua permasalahan yang ada sangat penting, tetapi tidak semua permasalahan dapat dibahas dalam penelitian ini. Maka penelitian ini hanya dibatasi pada : "Upaya Guru dalam Menanamkan Budaya Disiplin dalam mematuhi tata tertib Melalui keteladanan di SMA Negeri 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor.
1. Dengan tahapan preventif, represif dan kuratif. maka dilakukan pembinaan

yaitu dengan memberikan aturan yang memiliki sanksi tegas akan membuat orang untuk mematuhi aturan itu dengan disiplin

2. Bentuk-bentuk keteladanan dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan

diantaranya

membiasakan

peserta

didik

untuk

masuk

tepat

waktu,

menggunakan bahasa dengan baik dan sopan, berjabat tangan dengan pendidik sebelum dan sesudah proses belajar mengajar.

D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ini : "Bagaimana Upaya Guru Dalam Menanamkan Budaya Disiplin dalam mematuhi tata tertib Melalui keteladanan di SMA Negeri 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor".

E. Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis di harapkan dapat memberikan sumbangsih yang berarti dan bermanfaat bagi berbagai pihak. 1. Orang Tua Dapat lebih berpartisipasi dalam meningkatkan perannya sebagai orang tua terhadap menanamkan kesadaran dan minat belajar yang yang lebih baik kepada anaknya sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. 2. Guru Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan metode dan sistem pembelajaran dikelas, materi pembelajaran agar dikemas dengan gaya yang menarik dan tidak

10

membosankan. Dengan kata lain agar dapat menciptakan suatu suasana belajar yang menyenangkan. 3. Peserta Didik Dapat lebih memahami batapa pentingnya memiliki minat atau kemampuan yang kuat untuk balajar dengan kesungguhan dan ketekunan baik dirumah maupun disekolah, agar prestasi belajarnya dapat tercapai dengan memuaskan. 4. Sekolah Sebagai bahan kajian dan evaluasi- mengenai minat belajar paserta didikagar dapat diusahakan dan mendoreng untuk lebih maju lagi dalam mencapai suatu prestasi akadamiknya. 5. Mahasiswa Mahasiswa sebagai calon guru untuk senantiasa berusaha keras dalam meningkatkan prestasi akademiknya sabagai langkah antisipasi terhadap perubahan paradigma dibidang pandidikan. 6. STKIP Kusuma Negara Di harapkan para dosen di STKIP Kusuma Negara Jakarta, agar lebih meningkatkan kamampuannya dalam mengajar sehingga dapat dimengerti secara luas oleh para mahasiswanya. Dangan demikian para mahasiswa termotivasi belajar dengan lebih giat lagi untuk mendapatkan prestasi yang gemilang.

11

7. Pemerintah Agar mengeluarkan suatu kebijakan atau peraturan yang terkait dengan pendidikan harus dikaji lebih mendalam, sehingga tidak membingungkan masyarakat. Dcngan kata lain kebijakan pcmcrintah scharusnya singkron dcngan kcadaan masyarakatnya. 8. Keluarga Agar Iebih jcli dalam mcmpcrsiapkan anakanaknya dcngan pendidikan yang mcmadai buat masa depannya.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA PIKIR TINDAKAN

12

A. Kajian Teoritis
1. Hakekat Menanamkan Budaya Disiplin dalam mematuhi tata tertib a. Pengertian Budaya Disiplin

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi3. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, perkakas,

termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, bangunan, dan karya seni.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia4. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggotaanggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggotaanggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.

3 4

Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja Rosdakarya.hal.25

13

Budaya adalah suatu pola dari keseluruhan keyakinan dan harapan yang dipegang teguh secara bersama oleh semua anggota organisasi

dalampelaksanaan pekerjaan yang ada dalam organisasi tersebut. Dengan demikian, budaya dalam suatu organisasi adalah menjadi pengikat semua anggota secara bersama dalam organisasi tersebut dan sekaligus sebagai pemberi arti dan maksud dalam keterlibatan anggota tersebut dalam pekerjaan sehari-hari dari organisasi. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan

memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain. Kata disiplin menurut kamus besar Bahasa Indonesia cetakan ke 3 Balai menyebutkan "disiplin adalah tata tertib sekolah, kemiliteran, organisasi, perkantoran, ketaatan/kepatuhan terhadap peraturan, bidang studi yang memiliki sistem, dan metode tertentu"5 . pengalaman yang dialami oleh siswa dari lingkungan akan mempunyai dampak yang besar dalam menetukan perkembangan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting, sebab pendidik dapat menyediakan lingkungan pendidikan yang menyenangkan bagi dalam proses interaksi budaya disiplin melalui penerapan peraturan di sekolah
5

Departemen Pendidikan Nasional, Kumus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :Ba1aiPustaka, 2000),h268..

14

Teori kedisiplinan untuk membekali peserta didik melalui penerapan tata tertib, karena lingkungan sekolah yang dikondisikan untuk siswa berdisiplin. Disiplin disekolah sebagai sebuah lingkungan belajar dan peserta didik akan dengan lingkungan seperti ini, sebab sekolah sebagai tempat untuk mempelajari segala macam aspek dan dapat diwujud dengan baik6. Menurut Johar Permana Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban7. Dalam bahasa Inggris disiplin (discipline) berarti ketertiban, dan sering digunakan disekolah sehingga muncul istilah ketertiban dalam sekolah. Dari pengertian tentang disiplin dapat disimpulkan bahwa kedisplinan adalah perilaku atau sikap mentaati peraturan atau tata tertib yang berlaku. Apabila tata tertib atau peraturan tersebut diberlakukan di sekolah berarti kedisiplinan dimaksudkan perilaku mentaati aturan yang berlaku di sekolah. Elizabeth B. Hurlock mengemukakan bahwa disiplin berasal dari kata yang sama dengan disciple yakni seorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan siswa yang belajar dari mereka cara hidup

6 7

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2206286-pengertian-budaya/#ixzz1kwgmQT6h

Johar Permana,Kamus besar bahasa Indonesia (Jakarta,Balai Pustaka 1986)

15

yang menuju ke hidup yang lebih berguna dan bahagia. Dengan kata lain displin merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui oleh masyarakat. Lebih lanjut Hurlock menyatakan bahwa seluruh tujuan disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian rupa sehingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan. Dengan berbekal sikap disiplin yang ada pada diri seorang anak akan berpengaruh terhadap aspek kepribadian anak yang positif lainnya. Aturan yang diterapkan kepada anak akan membatasi anak untuk bisa menahan diri dan tidak bersifat impulsive. Anak akan belajar bahwa tidak semua keinginan-keinginannya itu selalu bisa terpenuhi, mengingat apa yang menjadi keinginannya selalu ada batasnya. Anak juga akan memiliki komitmen atas apa yang dilakukannya, taat pada aturan dan tidak bersikap semaunya sendiri. Melalui penanaman kedisiplinan diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh kelompok sosial mereka. Kedisiplinan biasanya akan terkait dengan adanya peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam melaksanakan peraturan, cara yang digunakan untuk menanamkannya, dan penghargaan (reward) untuk perilaku yang sejalan dengan peraturan yang berlaku. Hilangnya salah satu

16

bagian penting dalam penanaman kedisiplinan akan menyebabkan munculnya sikap yang kurang menguntungkan pada diri anak dan akan terjadi ketidaksesuaian dengan standar dan harapan sosial. Dalam arti luas kedisiplinan adalah cermin kehidupan masyarakat bangsa. Maknanya, dari gambaran tingkat kedisiplinan suatu bangsa akan dapat dibayangkan seberapa tingkatantinggi rendahnya budaya bangsa yang dimilikinya. Sementara itu cerminan kediplinan mudah terlihat pada tempat-tempat umum, lebih khusus lagi pada sekolah-sekolah dimana banyaknya pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa-siswa yang kurang disiplin. Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban8. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X adalah orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si Y orang yang kurang disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak dapat menaati peraturan dan ketentuan
8

Johar Permana, Nursisto (1986:14)

17

berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat (konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu (organisasional-formal). Disiplin pada dasarnya kontrol diri dalam mematuhi aturan baik yang dibuat oleh diri sendiri maupun diluar diri baik keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat, bernegara maupun beragama. Disiplin juga merujuk pada

kebebasan individu untuk tidak bergantung pada orang lain dalam memilih, membuat keputusan, tujuan, melakukan perubahan perilaku, pikiran maupun emosi sesuai dengan prinsip yang diyakini dari aturan moral yang anut. Dalam perpektif umum disiplin adalah perilaku sosial yang

bertanggungjawab dan fungsi kemandirian yang optimal dalam suatu relasi sosial yang berkembang atas dasar kemampuan mengelola/ mengendalikan, memotivasi dan idenpendensi diri. Pengertian disiplin terkait dengan dua karakteristik. Pertama cara berpikir tentang disiplin dan kedua disiplin terkait dengan multi dimensi yang berhubungan dengan pikiran, tindakan dan emosi. Implikasinya sering terjadi pembahasan yang tumpang tindih atara disipilin dengan fungsi kematangan individu yang lain seperti komptensi, kemandirian, dan pengendalian diri. Kata kunci berbicara disiplin adalah aktifm merujuk

18

pada fungsi independensi dalam pengembangan diri, mengelolaan diri dan perilaku serta tindakan atas dasar keputusan sendiri. Seseorang dengan karakteristik disiplin yang sehat adalah orang yang

mampu melakukan fungsi psikososial dalam berbagai seting termasuk : a. kompetensi dalam bidang akademik, pekerjaan dan relasi sosial; b. pengelolaan emosi dan mengontrol perilaku-perilaku yang impulsif; c. kepemimpinan;
d. harga diri yang yang positif dan identitas diri. Disiplin dapat diukur atau

dapat diobservasi baik secara emosional maupun tampilan perilaku. Disiplin berfungsi menyeimbangkan antara indenpensi, tindakan yang percaya diri dan hubungan positif positif dengan orang lain agar perkembangan dan mampu menyesuaikan diri secara optimal. Perilaku disiplin berkembang pada individu, implikasinya dapat dilakukan intervensi sehingga terfasilitasi proses perkembangan disiplin dan dapat dicapai kematangan. Perkembangan disiplin dipengaruhi oleh :
a. Pola asuh dan kontrol yang dilakukan oleh orang tua (orang dewasa)

terhadap perilaku. Pola asuh orang tua mempengaruhi bagaimana anak berpikir, berperasaan dan bertindak. Orang tua yang dari awal mengajarkan dan mendidik anak untuk memahami dan mematuhi aturan

19

akan mendorong anak untuk mematuhi aturan. Pada sisi lain anak yang tidak pernah dikenalkan pada aturan akan berperilaku tidak beraturan.
b. Pemahaman tentang diri dan motivasi pemahaman terhadap siapa diri,

apa yang diinginkan diri dan apa yang dapat dilakukan oleh diri sendiri agar hidup menjadi lebih nyaman, menyenangkan, sehat dan sukses membuat individu memebuat perencanaan hidup dan mematuhi perencanaan yang dibuat.
c. Hubungan sosial dan pengaruhnya terhadap individu.

Relasi sosial

dengan individu maupun lembaga sosial memaksa individu memahami aturan sosial dan melakukan penyesuaian diri agar dapat diterima secara sosial. Jika dalam suatu masyarakat berkembang budaya bersih tentu akan sangat tidak nyaman manakala kita membuat sampah sembarang dan semua orang melihat kita menyatakan keheranan dan menunjukkan bahwa perilaku yang dilakukan adalah salah. Sekolah adalah institus yang memiliki kewenangan untuk membuat peserta didik belajar mengembangkan perilaku yang sehat, salah satunya adalah disiplin. Proses pendidikan dan pembelajaran yang dapat dilakukan disekolah untuk mengembangkan disiplin peserta didik sebagai berikut. a. Mengembangkan pikiran dan pemahaman serta perasaan positif siswa tentang tentang manfaat disiplin bagi perkembangan diri

20

b. Mengembangkan keterampilan diri (life skill) siswa agar memiliki disiplin c. Mengembangkan pemahaman dan perasaan positif siswa tentang aturan dan manfaat mematuhi aturan dalam kehidupan d. Mengembangkan kemampuan siswa menyesuaikan diri secara sehat e. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengembangkan kontrol internal terhadap perilaku sebagai dasar perilaku disiplin f. Menjadi modeling dan mengembangkan keteladanan
g. mengembangkan sistem dan mekanisme pengukuhan positif maupun

negative untuk penegakan disiplin di sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Bahwa disiplin sekolah refers to students complying with a code of behavior often known as the school rules9. Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi
9

Wikipedia (1993:115)

21

kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological maltreatment)10. Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, adalah11 :
a. memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, b. mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, c. membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan

lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan d. siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya. Hal senada dikemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas12. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa. Perlu dikembangkan disiplin preventif dan korektif. Disiplin preventif, yakni upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang
10 11 12

Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya Dangerous School (1999) Maman Rachman (1999:83) Wikipedia (1993:119)

22

berlaku. Dengan hal itu pula, siswa berdisiplin dan dapat memelihara dirinya terhadap peraturan yang ada. Disiplin korektif, yakni upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada. Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat

mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti : kasus bolos, perkelahian,

nyontek,perampasan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya. Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan di sinilah arti penting disiplin sekolah. Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah

23

merupakan

salah

satu

faktor

dominan

dalam

membentuk

dan

mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah. Beberapa penyebab perilaku siswa yang indisiplin, sebagai berikut13 : a. b. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi

sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin. c. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang

berasal dari keluarga yang broken home.


d.

Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum,

kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.
13

Brown dan Brown (1973;115)

24

Sehubungan dengan permasalahan di atas, seorang guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya;

setiap siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal. 2. Membantu siswa meningkatkan standar prilakunya karena siswa

berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi, bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya. 3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah

terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum. Perturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi pelanggaranpelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.

25

Selanjutnya, pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut14 : a. Rasa hormat terhadap otoritas/ kewenangan; disiplin akan

menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.
b.

Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses

belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya. c. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai

upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi. d. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung

tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain. e. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan;

dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk
14

Brown dan Brown (1973;122)

26

mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.
f.

memperkenalkan

contoh

perilaku

tidak

disiplin;

dengan

memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin. Sementara itu, strategi umum merancang disiplin siswa, yaitu15 :
1.

konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga

siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka;
2.

keterampilan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi yang

efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa;


3.

konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru disarankan dapat

menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah;

15

Reisman dan Payne (E. Mulyasa, 2003:15)

27

4.

klarifikasi nilai; guru membantu siswa dalam menjawab

pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri;


5.

analisis transaksional; guru disarankan guru belajar sebagai

orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah;
6.

terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan

dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab; dan
7.

disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian

penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan;


8.

modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif; 9. tantangan bagi disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat

terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu

28

membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin. Sasaran objek kajian tentang disiplin dalam proses belajar mengajar adalah penerapan tata tertib. Maka secara etimologis kedua ungkapan itu berarti tata tertib kepatuhan. Disiplin ialah latihan hati dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib16. Sedangkan tata berarti aturan, karena disiplin timbul dari kebutuhan untuk mengadakan keseimbangan antara apa yang dilakukan oleh individu dan apa yang diinginkan dari orang lain sampai batas-batas tertentu dan memenuhi tuntutan orang lain dari dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimiliknya dan tuntutan dari perkembangan yang luas. Selanjutnya Hamalik (1988:5) mengemukakan definisi disiplin sebagai berikut : Disiplin mencakup setiap macam hubungan yang ditujukan untuk membantu siswa agar dia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan jjuga tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan dengan lingkungannya. Disiplin adalah suatu bentuk tingkah laku di mana seseorang menaati suatu peratutran dan kebiasaan-kebiasaan sesuai dengan waktu dan tempatnya. Dan ini hanya dapat dicapai dengan latihan dan percobaan16

Poerwadarminta (1985:231)

29

percobaan yang berulang-ulang disertai dengan kesungguhan pribadi siswa itu sendiri. Jadi disiplin belajar adalah suatu perbuatan dan kegiatan belajar yang dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan sebelumnya. Kedisiplinan belajar sebagai suatu keharusan yang harus ditaati oleh setiap person dalam suatu organisasi, dengan sendirinya memiliki aktifitas yang bernilai tambah. Unsur pokok dalam disiplin belajar siswa adalah tertib kearah siasat. Pembiasaan dengan disiplin di sekolah akan mempunyai hubungan yang positif bagi kehidupan siswa dimasa yang akan dating. Pada mulanya disiplin dirasakan sebagai suatu aturan yang menekan kebebasan siswa, tetapi bila aturan ini dirasakan sebagai sesuatu yang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaikan diri sendiri dan kebaikan bersama, maka lama kelamaan menjadi kebiasaan yang baik menuju kearah disiplin diri sendiri. dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin sangat penting dan menjadi prasyarat bagi

Disiplin

pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar. Disiplin yang dimiliki oleh siswa akan membantu siswa itu sendiri dalam tingkah laku sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Siswa akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dihadapinya. Aturan

30

yang terdapat di sekolah akan bisa dilaksanakan dengan baik jika siswa sudah memiliki disiplin yang ada dalam dirinya. Kedisiplinan sebagai alat pendidikan yang dimaksud adalah suatu tindakan, perbuatan yang dengan sengaja diterapkan untuk kepentingan pendidikan di sekolah. Tindakan atau perbuatan tersebut dapat berupa perintah, nasehat, larangan, harapan, dan hukuman atau sanksi. Kedisiplinan sebagai alat pendidikan diterapkan dalam rangka proses pembentukan, pembinaan dan pengembangan sikap dan tingkah laku yang baik. Sikap dan tingkah laku yang baik tersebut dapat berupa rajin, berbudi pekerti luhur, patuh, hormat, tenggang rasa dan berdisiplin. Di samping sebagai alat pendidikan, kedisiplinan juga berfungsi sebagai alat menyesuaikan diri dalam lingkungan yang ada. Dalam hal ini kedisiplinan dapat mengarahkan seseorang untuk menyesuaikan diri terutama dalam menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di lingkungan itu. Dalam kontek tersebut kedisiplinan sebagai alat menyesuaikan diri di sekolah berarti kedisiplinan dapat mengarahkan siswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cara menaati tata tertib sekolah. Berfungsinya kedisiplinan sebagai alat pendidikan dan alat menyesuaikan diri akan mempengaruhi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Di

31

sekolah yang kedisiplinannya baik, kegiatan belajar mengajar akan berlangsung tertib, teratur, dan terarah. Sebaliknya di sekolah yang kedisiplinannya rendah maka kegiatan belajar mengajarnya juga akan berlangsung tidak tertib, akibatnya kualitas pendidikan sekolah itu akan rendah. Tuu (2004: 38) menyatakan fungsi kedisiplinan di sekolah adalah sebagai berikut : 1. Menata Kehidupan Bersama Manusia adalah makhluk unik yang memiliki ciri, sifat, kepribadian, latar belakang dan pola pikir yang berbeda-beda. Sebagai makhluk sosial, selalu terkait dan berhubungan dengan orang lain. Dalam hubungan tersebut diperlukan norma, nilai peraturan untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatannya dapat berjalan lancar dan baik. Jadi fungsi disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. 2. Membangun Kepribadian Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian

32

yang baik. Jadi lingkungan yang berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. 3. Melatih Kepribadian Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui suatu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan. 4. Pemaksaan Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Dikatakan terpaksa karena melakukannya bukan berdasarkan kesadaran diri, melainkan karena rasa takut dan ancaman sanksi disiplin. Jadi disiplin berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturanperaturan yang berlaku di lingkungan itu. 5. Hukuman Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi/hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi/hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekutan bagi siswa untuk menaati dan

33

mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman/sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah. 6. Mencipta Lingkungan Kondusif Sekolah merupakan ruang lingkup pendidikan (Wawasan

Wiyatamandala). Dalam pendidikan ada proses mendidik, mengajar dan melatih. Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Kondisi yang baik bagi proses tersebut adalah kondisi aman, tenang, tertib dan teratur, saling menghargai, dan hubungan pergaulan yang baik, hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen. Apabila kondisi ini terwujud, sekolah akan menjadi lingkungan kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan. Di tempat seperti itu, potensi dan hasil siswa akan mencapai hasil optimal. Untuk sekolah, disiplin itu sangat perlu dalam proses belajar mengajar, alasannya yaitu: disiplin dapat membantu kegiatan belajar, dapat menimbulkan rasa senang untuk belajar dan meningkatkan hubungan sosial.

34

Disiplin sekolah apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku siswa. Disiplin dapat mendorong mereka belajar secara konkret dalam praktik hidup di sekolah tentang hal-hal positif yaitu melakukan hal-hal yang lurus dan benar, dan menjauhi hal-hal yang negatif. Dengan pemberlakuan disiplin, siswa belajar beradaptasi dengan lingkungan yang baik itu, sehingga muncul keseimbangan diri dalam hubungan dengan orang lain. Dalam hal itu, menurut Maman Rachman (dalam Tuu 2004: 35-36), pentingnya disiplin bagi para siswa sebagai berikut: a. Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak

menyimpang. b. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan

tuntutan lingkungan. c. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta

didiknya terhadap lingkungannya. d. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan

individu lainnya. e. f. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.

35

g.

Peserta

didik

belajar

dan

bermanfaat

baginya

dan

lingkungannya. h. Kebiasaan baik itu menyebabakan ketenangan jiwanya dan

lingkungannya. Untuk mencapai dan memiliki ciri-ciri kepribadian tersebut, diperlukan pribadi yang giat, gigih, tekun dan disiplin. Selanjutnya Wardiman mengatakan bahwa keunggulan tersebut baru dapat dimiliki apabila dalam diri seseorang terdapat sikap dan perilaku disiplin. Unsur-unsur disiplin meliputi: (1) peraturan sebagai pedoman perilaku, (2) konsistensi dalam peraturan, (3) hukuman untuk pelanggaran, (4) penghargaan untuk perilaku yang baik. Disiplin itu lahir, dan berkembang dari sikap seseorang di dalam sistem nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat. Terdapat unsur pokok yang membentuk disiplin, pertama sikap yang telah ada pada diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada di dalam masyarakat. Sikap atau attitude merupakan unsur yang hidup di dalam jiwa manusia yang harus mampu bereaksi terhadap lingkungannya, dapat berupa tingkah laku atau pemikiran. Sedangkan sistem nilai budaya merupakan bagian dari budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman dan penunutun bagi kelakuan manusia.

36

Perpaduan antara sikap dengan sistem nilai budaya yang menjadi pengarah dan pedoman tadi mewujudkan sikap mental berupa perbuatan atau tingkah laku. Unsur tersebut membentuk suatu pola kepribadian yang menunjukkan perilaku disiplin atau tidak disiplin. Disiplin sekolah menjadi prasyarat terbentuknya lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan. Oleh karena itu, kepala sekolah, guru dan orang tua perlu terlibat dan bertanggung jawab membangun disiplin siswa dan disiplin sekolah. Dengan keterlibatan dan tanggung jawab itu, diharapkan para siswa berhasil dibina dan dibentuk menjadi individu-individu unggul dan sukses. Keunggulan dan kesuksesan itu terwujud sebab sekolah berhasil menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan. Siswa terpacu untuk mengoptimalkan potensi dan hasil dirinya. Penanggulangan masalah disiplin yang terjadi di sekolah menurut Singgih Gunarsa (dalam Tuu 2004: 57) dapat dilakukan melalui tahapan preventif, represif dan kuratif. Mendorong siswa melaksanakan tata tertib sekolah. Memberi persuasi bahwa tata tertib itu baik untuk perkembangan dan keberhasilan sekolah.

37

Disiplin individu yang baik menunjang peningkatan hasil belajar dan perkembangan perilaku yang positif. Langkah represif sudah berurusan dengan siswa yang telah melanggar tata tertib sekolah. Siswa-siswa ini ditolong agar tidak melanggar lebih jauh lagi, dengan jalan nasehat, peringatan atau sanksi disiplin. Langkah kuratif merupakan upaya pembinaan dan pendampingan siswa yang melanggar tata tertib dan sudah diberi sanksi disiplin. Upaya tersebut merupakan langkah pemulihan, memperbaiki, meluruskan, menyembuhkan perilaku yang salah dan tidak baik. Kedisiplinan merupakan tingkah laku manusia yang kompleks, karena menyangkut unsur pembawaan dan lingkungan sosialnya. Ditinjau dari sudut psikologi, bahwa manusia memiliki dua kecenderungan yang cenderung bersikap baik dan cenderung bersikap buruk, cenderung patuh dan tidak patuh, cenderung menurut atau membangkang,. Kecenderungan tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tergantung bagaimana pengoptimalannya. Sehubungan manusia memiliki dua potensi dasar tersebut, maka agar manusia memiliki sikap positif dan berperilaku disiplin sesuai dengan aturan maka perlu upaya optimalisasi daya-daya jiwa manusia melalui berbagai bentuk penanaman disiplin dan kepatuhan. Upaya-upaya tersebut

38

baik melalui pembiasaan-pembiasaan, perubahan pola dan sistem aturan yang mengatur tingkah lakunya, kebijaksanaan, sistem sanksi, dan penghargaan bagi pelaku dan pengawasan. Ada dua faktor penyebab timbul suatu tingkah laku disiplin yaitu kebijaksanaan aturan itu sendiri dan pandangan seseorang terhadap nilai itu sendiri (Subari, 1991: 166) Aturan dibuat untuk dilaksanakan agar tujuan yang diinginkan bisa tercapai. Tidak semua orang setuju dengan aturan yang dibuat. Jika aturan dianggap baik, maka kita mau melaksanakan aturan yang ada. Sebaliknya jika aturan yang dibuat dianggap tidak baik, maka kita tidak mau menaati peraturan yang dibuat. Aturan yang tidak memiliki sanksi tegas akan membuat orang tidak mematuhi aturan yang ada. Aturan yang memiliki sanksi tegas akan membuat orang untuk mematuhi aturan itu dengan disiplin. Sikap disiplin atau kedisiplinan seseorang, terutama siswa berbeda-beda. Ada siswa yang mempunyai kedisiplinan tinggi, sebaliknya ada siswa yang mempunyai kedisiplian rendah. Tinggi rendahnya kedisiplinan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dalam diri maupun yang berasal dari luar.

39

Beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut, antara lain yaitu: (1) anak itu sendiri, (2) sikap pendidik, (3) lingkungan, dan (4) tujuan. Faktor anak itu sendiri mempengaruhi kedisiplinan anak yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam menanamkan kedisiplinan faktor anak harus diperhatikan, mengingat anak memiliki potensi dan kepribadian yang berbeda antara yang satu dan yang lain. Pemahaman terhadap individu anak secara cermat dan tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan penanaman kedisiplinan. Selain faktor anak, sikap pendidik juga mempengaruhi kedisiplinan anak. Sikap pendidik yang bersikap baik, penuh kasih sayang, memungkinkan keberhasilan penanaman kedisplinan pada anak. Hal ini dimungkinkan karena pada hakikatnya anak cenderung lebih patuh kepada pendidik yang bersikap baik. Sebaliknya, sikap pendidik yang kasar, keras, tidak peduli, dan kurang wibawa akan berdampak terhadap kegagalan penanaman kedisiplinan di sekolah. Di samping itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi kedisiplinan seseorang. Situasi lingkungan akan mempengaruhi proses dan hasil pendidikan, situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisis, lingkungan teknis, dan lingkungan sosio-kultural. Lingkungan fisis berupa lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Lingkungan teknis berupa fasilitas atau

40

sarana prasarana yang bersifat kebendaan; dan lingkungan sosiokultural berupa lingkungan antar individu yang mengacu kepada budaya sosial masyarakat tertentu. Ketiga lingkungan tersebut juga mempengaruhi kedisiplinan seseorang, khususnya siswa. Selain ketiga faktor di atas, faktor tujuan juga berpengaruh terhadap kedisiplinan seseorang. Tujuan yang dimaksud di sini adalah tujuan yang berkaitan dengan penanaman kedisiplinan. Agar penanaman kedisiplinan kepada siswa dapat berhasil, maka tujuan tersebut harus ditetapkan dengan jelas, termasuk penentuan kriteria pencapaian tujuan penanaman kedisiplinan di sekolah. Bagi anak yang berdisiplin dan sudah menyatu dalam dirinya, amak sikap dan perbuatan disiplin yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai suatu beban, sebaliknya akan merupakan beban bila anak tersebut tidak emlakukan disiplin, karena disiplin telah menyatu menjadi bagian dari perilaku dalam kehidupan sehari hari. mendisiplinkan anak dalam kegiatan belajar tidak dengan secara tiba tiba atau dalam waktu satu dua hari bisa terciptakan, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama17. Untuk menanamkan disiplin dalam kegiatan belajar, diperlukan cara- cara sebagai berikut :
a.
17

Membiasakan hidup yang teratur.

Sukardi ( 1983: 42)

41

b. Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang dijadwalkan serta tempat yang telah tersedia Untuk mendorong anak agar disiplin dalam melaksanakan kegiatan belajar, memerlukan beberapa cara antara lain :
a. Pengawasan langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung

misalnya, melalui pemantauan kegiatan belajar di dalam kelas, pemantauan yang dilakukan di rumah oleh orang tua, pemeriksaan fisik dan kesehatan, serta kegiatan organisasi di sekolah. Pengawasan tidak langsung misalnya, dengan memberikan tugas tugas di rumah dan melalui evaluasi belajarnya atau ualangan harian. b. Pembinaan dapat dilaksanakan dengan jalan memberikan bimbingan di dalam kelas, memberikan contoh teladan yang berupa sikap dan perbuatan yang baik dari pendidik, orang tau maupun lingkungan anak tersebut. c. Pemberian pembinaan pengembangan bakat atau potensi yang ada dalam diri anak dan juga memberikan penghargaan apabila anak tersebut menunjukkan prestasinya atau memberikan hukuman apabila anak melanggar ketentuan atau tata tertib.

42

b. Pengertian Tata Tertib

Tata tertib adalah peraturan-peraturan yang harus diturut atau dilakukan oleh siswa yang dibuat dan disusun oleh sekolah. Tata tertib erat kaitannya dengan disiplin karena disiplin untuk merupakan suatu menepati atau sikap yang dan

menunjukkan

kesediaan

mematuhi

mendukung ketentuan, tata tertib, peraturan, nilai serta kaidah-kaidah yang berlaku. Sikap disiplin adalah kesiapan yang kompleks dari seseorang individu untuk memperlakukan suatu obyek. Menurut Muchdarsyah Sinungan tata tertib adalah sekumpulan aturan aturan yang ditujukan oleh semua komponen di dalam suatu lembaga atau organisasi agar selalu tunduk dan melaksanakan apayang telah ditetapkan18. Secara umum tata tertib sekolah dapat diartikan sebagai ikatan atau aturan yang harus dipatuhi setiap warga sekolah tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Pelaksanaan tata tertib sekolah akan dapa tberjalan dengan baik jika Guru, aparat sekolah dan siswa telah saling mendukung terhadap tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yangditerapkan di sekolah. Peraturan sekolah yang berupa tata tertib sekolah merupakan kumpulan aturan - aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat di lingkungan sekolah.
18

Muchdarsyah Sinungan, Tata Tertib sekolah,(Jakarta 2005)

43

Dari beberapa pengertian tentang tata tertib diatas, dapatdisimpulkan bahwa tata tertib adalah suatu aturan-aturan atau kaidah yang dibuat berdasarkan nilai nilai yang dianut di sekolah dan masyarakat dan harus dipatuhi oleh seluruh komponen yang berada didalamnya. Dengan adanya peraturan tata tertib tersebut diharapkan dapat dijadikan rambu - rambu dalam berperilaku bagi semua individu dalam kegiatan proses pendidikan di sekolah, misalnya bagaimana siswa berperilaku terhadap sesama teman, guru, kepala sekolah dan semua komponen yang ada di dalamnya. Teori psikologi Asosiasi berpendapat "membentuk kebiasaan, mengulangulangi sesuatu perbuatan sahingga manjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tatapi dapat juga oleh stimulus penyerta19 Untuk penerapan tata tertib sekolah perlu membentuk kebiasaan agar menjadi kebiasaan setiap hari. Jika hal semacam ini sudah diterapkan secara permanent, maka akan hadir suatu generasi muda yang terkait terhadap segala aturan dan hukum yang berlaku dalam mayarakat. Secara umum dibuatnya tata tertib sekolah mempunyai tujuan utama agar semua warga sekolah mengetahui apa tugas, hak dan kewajiban serta melaksanakan dengan baik sehingga kegiatan sekolah dapat berjalan dengan lancar. Prinsip tata tertib sekolah adalah diharuskan, dianjurkan dan ada
19

Y.Danuss, Diktat Teori Belajar, (STT Setia Jakarta), h. 17

44

yang tidak boleh dilakukan dalam pergaulan dilingkungan sekolah. Tata tertib sekolah harus ada sanksi atau hukuman bagi yang melanggarnya. Menjatuhkan hukuman sebagai jalan keluar terakhir, harusdipertimbangkan sesuai dengan perkembangan siswa. Sehingga perkembangan jiwa siswa tidak dan jangan sampai dirugikan. Tata tertib sekolah dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
a. Agar siswa mengetahui tugas, hak dan kewajibannya.

b. Agar siswa mengetahui hal - hal yang diperbolehkan dankreatifitas meningkat serta terhindar dari masalah masalah yang dapat menyulitkan dirinya.
c. Agar siswa mengetahui dan melaksanakan dengan baik dan sungguh -

sungguh seluruh kegiatan yang telah diprogramkan oleh sekolah. Sedangkan fungsi dari tata tertib sekolah menurut Hurlock adalah wujud dari peraturan sekolah yang mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam membantu anak menjadi makhluk yang bermoral: Fungsi yang pertama adalah bahwa peraturan mempunyai nilai pendidikan sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut, misalnya anak belajar dari peraturan tentang memberi dan menerima dan mendapat bantuan dalam fungsi sekolahnya bahwa

45

menyerahkan tugas yang dibuatnya sendiri merupakan satusatunya metode yang dapat diterima sekolah untuk menilai prestasinya. Fungsi yang kedua adalah peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Ketertiban yang berhubungan dengan perilaku : a. Tidak merusak sarana dan prasana sekolah b. Menghormati pendapat teman c. Tidak terlibat perkelahian dan atau tawuran d. Tidak terlibat asusila, perjudian, minum-minuman keras, pencurian dan tidak membawa atau menggunakan dan mengedarkan narkoba.
e. Tidak membawa senjata tajam, gambar, bacaan dan atau VCD yang

bersifat pornografi dan lain-lain .


f. Hormat trrhadap bapak dan ibu guru serta karyawan sekolah

Tata tertib yang berhubungan dengan kerajinan : a. Mengerjakan tugas yang diberikan 0leh guru b. Hadir di sekolah tepat waktu
c. Mengikuti upacara bendera dan hari besar nasional

d. Mengikuti kegiatan belajar dangan baik baik dan sopanMelaksanakan piket kebersihan kelas sesuai jadwal e. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai pilihan, dan lain-lain.

46

Tata tertib yang berhubungan dengan kepribadian : a. Datang kesekolah tepat waktu
b. Rambut dipotong atau disisir rapi, tidak di cat warna dan tidak

mengenakan anting-anting bagi siswa pria


c. Baju dimasukan kedalam, berikat pinggang, berkaos kaki dengan benar

d. Mamakai seragam sesuai katantuan. Sanksi-sanksi yang dikenakan bagi siswa yang melanggar peraturan tata tertib sekalah adalah sabagai berikut :
a. Sanksi berupa teguran saeara Iisan yang diberikan oIeh sekolah melalui

guru, wali kelas dan wakil kepala sakolah dibidang kesiswaan.


b. Sanksi tertulis bagi siswa yang melanggar tata tertib, malalui

pamanggilan orang tua ke sekolah dari mulai panggilan ke 1,2 dan ke 3


c. Sanksi berupa skorsing penghantian sementara waktu untuk tidak

mengikuti kegiatan balajar disekolah bagi siswa yang melanggar tata tertib dan dibebani dengan tugas balajar dirumah
d. Sanksi berupa pemulangan siswa kepada orang tuanya atau dikeluarkan

dari sekolah, apabila siswa tersebut melakukan pelanggaran tata tertib yang sangat berat.
e. Siswa dimotivasi untuk memahami norma sopan santun, baik dirumah,

disekolah maupu dilingkungan masyarakat.

47

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Apabila peraturan sekolah tanpa tata tertib, akan muncul perilaku yang tidak tertib, tidak teratur, tidak terkontrol, perilaku liar, yang pada gilirannya mengganggu kegiatan pembelajaran. Suasana kondusif yang dibutuhkan dalam pembelajaran menjadi terganggu. Dalam hal ini, penerapan dan pelaksanaan peraturan sekolah, menolong para siswa agar dilatih dan dibiasakan hidup teratur, bertanggung jawab dan dewasa. Lingkungan sekolah yang teratur, tertib, tenang tersebut memberi gambaran lingkungan siswa yang giat, gigih, serius, penuh perhatian, sungguhsungguh dan kompetitif dalam pembelajarannya. Lingkungan disiplin seperti itu ikut memberi andil lahirnya siswa-siswa yang berhasil dengan kepribadian unggul. Di sana ada dan terjadi kompetisi positif diantara mereka.

48

Manusia sebagi mahluk Tuhan juga sebagai mahluk sosial yang mamerlukan orang lain, tidak ada seorangpun yang bisa hidup sendirian sudah menjadi hukum alam bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa berpasangan-pasangan dan saling membutuhkan, sehingga yang tadinya hanya Adam dan Hawa kemudian terus berkembang bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Untuk mengatur kehidupan tersebut diberlakukan suatu aturan atau norma yang menjadi pedoman dalam berhubungan antara satu dengan yang lainnya agar tercipta keadaan selaras, serasi, seimbang, jauh pertentangan dan permusuhan. Aturan tersebut dinamakan "norma sopan santun". Norma artinya aturan yang memberikan batasan-batasan tentang apa yang

dianggap baik dan boleh dilakukan. Sopan artinya pantas, etis, wajar, tidak berlebihan, sesuai, cocok, terhormat, terpuji, bersikap menghargai orang yang dihadapi atau diajak bicara. Sedangkan santun artinya membantu, menyayangi, melindungi, mengayomi dan mengasihi. Berdasarkan uraian diatas maka sintesis hakekat menanamkan budaya disiplin dalam mematuhi tata tertib adalah dengan tahapan preventif,

represif dan kuratif. Dalam menanamkan budaya disiplin maka dilakukan pembinaan yaitu dengan memberikan aturan yang memiliki sanksi tegas

49

akan membuat orang untuk mematuhi aturan itu dengan disiplin dan diharapkan kedisplinan siswa dapat meningkat dan lebih baik

2. Hakikat keteladanan a. Pengertian keteladanan Keteladanan berasal dari kata Teladan yang berarti sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh20. Sedangkan dalam bahasa Arab adalah Uswatun Hasanah. Mahmud Yunus mendefinisikan uswatun sama dengan qudwah yang berarti ikutan 21. Sedangkan hasanah diartikan perbuatan yang baik Jadi Uswatun Hasanah adalah suatu perbuatan baik seseorang yang ditiru atau diikuti oleh orang lain. Keteladanan adalah teknik pendidikan yang paling baik, dan oleh karena itu mendasarkan pendidikan di atas dasar demikian, seorang anak harus memperoleh teladan dari keluarga dan orang tuanya agar ia semenjak kecil sudah menerima norma-norma islam dan berjalan berdasarkan konsepsi yang tinggi itu. Manusia harus memperoleh suri tauladan dari dalam masyarakat untuk membina mereka dengan sifat dan adat istiadat yang dikehendaki islam. Dalam pendidikan, nasehat saja tidaklah cukup bila tidak dibarengi dengan

20 21

(Alwi,2001:1160) (Yunus,1989:42)

50

keteladanan dan perantara yang memungkinkan keteladanan itu diikuti dan diteladani. Nasehat yang jelas yang dapat dipegangi adalah nasehat yang dapat menggantung perasaan dan tidak membiarkan perasaan itu jatuh kedasar dan mati tak bergerak. Bila keteladanan itu baik, maka nasehat akan sangat berpengaruh di dalam jiwa, dan akan menjadi suatu yang sangat besar dalam pendidikan rohani. Selanjutnya keteladanan itu dari segi lain mutlak diperlukan. Hal itu dikarenakan dalam jiwa itu terdapat berbagai dorongan yang asasi yang terus-menerus memerlukan pengarahan dan pembinaan. Ini

memerlukan adanya nasehat atau kadang-kadang ada orang yang bisa langsung mengerti nasehat yang baik, tetapi ada pula yang tidak cepat mengerti kalau hanya nasehat saja22. Keteladanan merupakan perilaku seseorang yang sengaja ataupun tidak sengaja dilakukan atau dijadikan contoh bagi orang yang mengetahuinya atau melihatnya. Keteladanan guru adalah suatu perbuatan atau tingkah laku yang baik, yang patut ditiru oleh anak didik yang dilakukan oleh seorang guru didalam tugasnya sebagai pendidik, baik tutur kata ataupun perbuatannya yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh murid, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

22

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2238199-pengertian-keteladanan/#ixzz1l9euqfjO

51

Menurut Edi Suardi yang dikutip oleh Ramayulis dalam bukunya Pendidikan Agama Islam, bahwa keteladanan guru ada dua macam yaitu :
-

Sengaja berbuat untuk secara sadar ditiru oleh anak didik. Berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang akan kita

tanamkan pada terdidik sehingga tanpa sengaja menjadi teladan bagi terdidik. Pada bagian pertama, seorang guru berlaku sengaja agar anak didik meniru perbuatan tersebut, misalnya guru sengaja membaca Basmalah ketika akan memulai pelajaran,sambil kita katakan agar meniru ucapan kita atau guru memberikan contoh membaca yang baik agar murid dapat menirunya. Cara ini banyak dilakukan terhadap anak didik yang masih kecil seperti di TK atau SD. Sedangkan pada bagian kedua, seorang guru tidak sengaja melakukan perbuatan tertentu, akan tetapi seluruh pribadinya sesuai dengan normanorma agama Islam yang dapat dijadikan teladan bagi anak didik. Ini berarti orang yang diharapkan menjadi teladan selalu memelihara tingkah lakunya disertai kesadaran bahwa ia bertanggung jawab di hadapan Allah dalam segala hal yang diikuti oleh orang lain. b. Kriteria Keteladanan

52

Menurut al-Ghazali yang dikutip oleh Zainuddin dkk, bahwa kriteriakriteria keteladanan guru antara lain : a. Sabar
b. Bersifat kasih dan tidak pilih kasih c. Sikap dan pembicaraannya tidak main-main d. Menyatuni serta tidak membentak orang yang bodoh e.

Membimbing dan mendidik murid-murid yang bodoh dengan

sebaik-baiknya
f.

Bersikap tawadu dan tidak takabbur Menampilkan hujjah yang benar

g.

Sedangkan menurut Zakiah Darajat, kriteria-kriteria keteladanan guru adalah Suka berkerja sama dengan demokratis, penyayang, menghargai kepribadian anak didik, sabar, memiliki pengetahuan dan keterampilan, adil, ada perhatian terhadap persoalan anak didik, lincah, mampu memuji perbuatan baik serta mampu memimpin secara baik. Untuk lebih jelasnya, kriteria-kriteria keteladanan tersebut di atas akan diuraikan satu persatu.
a.

Bersikap adil terhadap sesama murid

Seorang guru harus memperlakukan anak didik dengan cara yang sama antara yang satu dengan yang lainnya, karena anak didik tajam

53

pandangannya terhadap perlakuan yang tidak adil. Dalam hal ini guru harus memperhatikan semua muridnya, tidak boleh bersifat pilih kasih, seperti guru lebih memperhatikan murid-murid yang lebih pandai daripada yang lainnya. b. Berlaku sabar

Sikap sabar perlu dimiliki oleh guru, karena pekerjaan guru dalam mendidik siswa yang mempunyai sifat dan watak yang berbeda yang tentu saja mempunyai keinginan yang berbeda pula. c. Bersifat kasih dan penyayang

Sebagai seorang pendidik dan pembimbing sifat terpenting yang harus dimiliki oleh guru adalah lemah lembut dan kasih sayang. Apabila murid merasa diperlakukan dengan kasih sayang ia akan merasa percaya diri dan tenteram berdampingan dengannya. d. Berwibawa

Seorang guru hendaklah mempunyai kewibawaan, maksudnya adalah apa yang dikatakan oleh guru itu baik perintah, larangan, ataupun nasihat yang diberikan kepada murid diikuti dan dipatuhi, sehingga semua murid hormat dan segan kepada guru.
e.

Menjauhkan diri dari perbuatan yang tercela

54

Suatu hal yang sangat penting yang harus dijaga oleh seorang guru adalah tingkah laku dan perbuatannya, mengingat guru adalah pembimbing murid-murid dan menjadi tokoh yang akan ditiru, maka kepribadiannya pun menjadi teladan bagi murid-muridnya.
f.

Memiliki pengetahuan dan keterampilan

Untuk mengajar seorang guru harus membekali diri dengan berbagai ilmu pengetahun disertai pula seperangkat latihan keterampilan keguruan. Semua itu akan menyatu dalam diri seorang guru sehingga merupakan seorang berkepribadian khusus, yakni ramuan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan keguruan serta penguasaan beberapa ilmu pengetahuan yang akan ditransformasikan kepada anak didik. g. Mendidik dan membimbing

Sebagai pendidik guru harus berlaku sebagai pembimbing, dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan anak didik termasuk memecahkan persoalan-persoalan atau kesulitan yang dihadapi anak didik. h. Bekerjasama dengan demokratis

Dalam mendidik murid tidak hanya dilakukan oleh seorang guru saja, namun harus ada kerja sama yang baik sesama guru. Dalam hal ini

55

dituntut adanya hubungan baik guru dengan guru, guru dengan anak didik, guru dengan pegawai, pegawai dengan anak didik. Dalam memberikan pendidikan atau mengarahkan seseorang itu hendaklah dimulai dari diri sendiri, sebelum kita menyuruh orang lain berbuat baik, hendaklah terlebih dahulu kita mengerjakan kebaikan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, sintesis hakikat keteladanan adalah dengan bentuk-bentuk keteladanan dalam proses belajar mengajar yang

dilaksanakan diantaranya membiasakan peserta didik untuk masuk tepat waktu, menggunakan bahasa dengan baik dan sopan, berjabat tangan dengan pendidik sebelum dan sesudah proses belajar mengajar. Dari penerapan bentuk-bentuk keteladanan ini, peserta didik memiliki kebiasaan yang baik, sehingga secara otomatis peserta didik memiliki akhlak yang baik. Meminta dukungan kepada seluruh pihak sekolah untuk memberikan pengarahan peserta didik yang diwujudkan dalam tata tertib sekolah.

B. Kerangka Pikir Tindakan Pada hakekatnya upaya guru dalam menanamkan budaya disiplin dalam memenuhi tata tertib melalui keteladanan di sakolah dimulai dangan membentuk sebuah kebiasaan yang dilakukan sacara kontinyu dan akan terjadi suatu pembiasan dengan sebuah kesadaran. Penulis punya keyakinan mananamkan kedisiplinan pada paserta

56

didik melalui panerapan tata tertib

sekolah di SMA Negeri 1

Leuwiliang

Kabupaten Bogor dapat terlaksana dengan baik jika dilakukan secara konsisten. keteladanan yang di maksud yaitu siswa dapat membuat keputusan untuk masa depannya. Penerapan budi pekerti (perilaku) dalam modul bimbingan dan konseling, dimana guru pembimbing sendiri dan diikuti oleh para siswa dan Proses pembiasaan yang terus menerus yang akhirnya membudaya. Siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar. Dalam pemahaman diri, siswa diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar, baik terhadap mata pelajaran, pendidik, temanteman, dan prasarana maupun kondisi lingkungan sekolah. Usaha pembiasaan lain yang dapat dilakukan guru adalah memotivasi siswa untuk memahami dirinya baik yang positif maupun yang negative. Siswa dimotivasi untuk memahami nilai-nilai kehidupan, dengan tujuan siswa dapat melaksanakan dan mentaati peraturan dan atau tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah dibuat dan disusun oleh warga sekolah sebagai rambu-rambu kegiatan yang mengatur dan mendukung bagi terlaksananya kegiatan belajar mengajar (KBM) disekolah. Selain sebagai rambu-rambu kegiatan, tata tertib juga berhubungan dengan penilain budi pekerti yang mencakup satuan kelakuan, kerajinan dan kerapihan. Hal ini dimaksudkan tiada lain untuk mengkondisikan pelaksanaan pendidikan di sekolah agar dapat berjalan dengan tertib, aman, lancar dan nyaman, terutama yang menyangkut dengan ketertiban seluruh siswa.

57

Penerapan tata tertib dibuat didasarkan atas keperluan dengan memperhatikan kondisi sekolah yang bersangkutan sehingga tata tertib tersebut dapat tepat sasaran dan benar-benar memberikan arah yang baik untuk menciptakan suasana yang lebih teratur. tata tertib dibuat sebagai cara mendidik siswa agar mereka memahami aturan-aturan yang ada dimana mereka berada, sehingga mereka menyadari tentang keharusan mereka dalam menaati tata tertib dan siap menerima konsekuensinya apabila mereka melanggar. Terkait dengan konsekuensi yang diberikan kepada siswa, kebanyakan sekolah masih menitik beratkan hanya kepada mereka yang melanggar tata tertib saja lalu mereka akan mendapatkan hukuman tertentu, tetapi tidak diimbangi dengan perhatian sekolah kepada mereka yang mentaati tata tertib yaitu dengan memberikan penghargaan kepada mereka. Dalam hal ini sekolah tidak harus memberikan penghargaan kepada semua siswa yang tidak melanggar tata tertib, tetapi sekolah bisa memilih atau menentukan dengan menyeleksi mereka dari data harian mereka yang dikumpulkan setiap harinya oleh guru piket, guru bidang dan wali kelas sehingga sekolah dapat menentukan beberapa nama dari keseluruhan siswa yang mentaati tata tertib untuk dicari siswa yang paling disiplin dalam mentaati tata tertib sekolah tersebut. Hal ini dirasakan penting, secara psikologis mereka akan merasa dihargai dan diperhatikan. Disinilah pentingnya ada keseimbangan antara hukuman (punishment) dengan penghargaan (reward) untuk memotivasi mereka agar mampu berusaha berdisiplin diri sehingga mereka tidak

58

hanya tergerak bahwa saya mentaati tata tertib tersebut kerena takut dihukum tetapi memberikan pemahaman kepada mereka bahwa dengan mentaati peraturan kita akan benar-benar menjadi manusia yang dihargai, walaupun memang hukuman itu sangat penting untuk mereka pahami agar memberikan rasa jera kepada mereka yang melanggar, tetapi akan lebih baik lagi kalau diimbangi dengan adanya penghargaan (reward) kepada mereka yang taat terhadap aturan atau tata tertib.

59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian Dalam penelitian tentunya harus ada tujuan yang ingin dicapai, tujuan itu sendiri antara lain Upaya Guru Dalam Menanamkan Budaya disiplin Melalui Penerapan Tata tertib Sekolah di SMA Negeri 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian mengenai Upaya Guru Dalam Menanamkan Budaya Disiplin Melalui Penerapan Tata Tertib Sekolah Di SMA Negeri 1 Leuwiliang No. 47 Jl. Raya Leuwiliang Kabupaten Bogor. Dimulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2011. C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif dengan jenis penelitian pendekatan Classroom Action Research, untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas mengenai Upaya Guru Dalam Menanamkan Budaya Disiplin Melalui Penerapan Tata Tertib Sekolah di SMA Negeri 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor,

60

D. Sumber Data Sumber data menggunakan data kolaboratif dimana peneliti juga berperan sebagai yang diteliti dan pengamat atau observer, sumber data sebagai berikut:
1.

Informan adalah siswa berjumlah 50 orang Key Informan 1) 2) Guru berjumlah 6 orang Kepala Sekolah 1 orang

2.

E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh akurasi data yang valid, dalam penelitian penulis menggunakan instrumen sebagai berikut : 1. Observasi yaitu data diperoleh melalui catatan dalam penelitian yang dilaksanakan dengan observasi terbuka, terfokus, dan sistematis. Awal penelitian sampai dengan siklus III bersama mitra kolaborasi. Catatan observasi dipergunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dan pemunculan keterampilan kooperatif siswa, sedangkan

evaluasi dilakukan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa 2. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumber yang diharapkan

61

data dapat dihimpun dan diperoleh dari wawancara dengan informan dan key informan. 3. Dokumentasi yaitu data yang

dikumpulkan melalui hasil evaluasi yang dilakukan sejak proses pelaksanaan pembelajaran sampai akhir kegiatan dari kumpulan nilai. 4. Isi catatan atau jurnal dipergunakan untuk refleksi. Isi catatan peneliti yang satu dibandingkan dengan yang lain, untuk mengurangi subjektifitas. Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah dan hambatan yang dijumpai, kemudian dilanjutkan dengan refleksi dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi adalah evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan.

F. Kalibrasi Keabsahan Data Kalibrasi keabsahan data menggunakan keabsahan konstruk dengan proses triangulasi yaitu tehnik pemeriksaan keabsahaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

G. Langkah-Langkah Penelitian

62

Upaya Guru Dalam Menanamkan Budaya Disiplin Melalui Penerapan Tata Tertib Sekolah di SMA Negeri 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor, peneliti mencoba untuk menyelesaikan masalah ini dengan rencana tindakan sebanyak tiga siklus, yaitu : Siklus I dengan rencana tindakan I Siklus II dengan rencana tindakan II Siklus III dengan rencana tindakan III

Setiap siklus terdiri dari 4 langkah, yaitu : 1. 2. 3. 4.


1.

Rencana Tindakan Observasi Refleksi Siklus :

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah a) upaya guru menanamkan budaya disiplin; b) menerapkan tata tertib sekolah. a. Perencanaan: Seusai dengan fokus tujuan di atas, kegiatan perencanaan yang dilakukan pada siklus 1 adalah sebagai berikut :
1.

Membuat Rencana penelitian dengan merancang program dalam

menanamkan budaya disiplin melalui penerapan tata tertib sekolah di SMA Negeri Leuwiliang Kabupaten bogor

63

2.

Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana

kondisi belajar mengajar


3.

Mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam

diskusi antara peneliti dengan key informan sebagai mitra peneliti b. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan pelaksanaan pada siklus 1 adalah :
1.

Memberikan penjelasan kepada siswa tentang aturan yang

sederhana 2. Mengamati tindakan siswa yang mempunyai masalah

kedisiplinan
3.

Memberikan penjelasan aturan atau tata tertib sehingga siswa

melaksanakannya penuh dengan kesadaran c. Observasi Pada tahap ini, peneliti melakukan pemantauan selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung dengan lembar observasi yang telah tersedia. Aktivitas yang diamati adalah aktivitas siswa pada awal masuk sekolah sampai akhir pembelajaran. d. Refleksi : Fokus refleksi pada siklus ini, yakni :

64

Apakah program yang dibuat untuk menanamkan budaya disiplin melalui tata tertib mampu mengatasi siswa bermasalah 2. a. Siklus II Rencana : Menganalisis data masalah yang dihadapi oleh para

siswanya sehingga dapat menentukan skala prioritasnya sebagai upaya dari siklus ke I di SMA Negeri 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor b. Pelaksanaan: Yaitu agar penanganannya lebih terpadu, terarah dan

tepat sasaran, sebagai perbaikan dalam tindakan pada siklus ke I di SMA Negeri 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor c. Observasi: Proses pengamatan dalam tahap kedua ini penulis

lakukan secara konsisten melihat keadaan yang sesungguhnya dipalangan penelitian di SMA Negeri 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor d. Refleksi: Yaitu sebuah hasil dengan gambaran yang lebih konkrit,

dalam analisis pada hasil siklus ke II ini di SMA Negeri 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor 3. a. Siklus III Refleksi: Menyusun langkah-langkah yang akan dibuat dalam

mengatasi masalah yag dihadapi di SMA Negeri 1 Leuwiliang di Kabupaten Bogor.

65

b.

Tindakan: sebuah kenyataan.

Aksi yang segera dibuat demi penyelamatan terhadap

c.

Observasi:

Proses pengamatan tahap ketiga ini sebagai sebuah

kesimpulan akhir dari proses pengamatan dalam penelitian di SMA Negeri 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor. d. Refleksi: Solusi yang ditemukan disaat yang kritis sekalipun

sehingga kemajuan dan perubahan itu terjadi di SMA Negeri 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor.

Anda mungkin juga menyukai