Anda di halaman 1dari 3

JAMUR TIRAM

Siapa yang tak kenal dengan jamur tiram. Jamur dengan rasa yang enak seperti daging ini banyak digemari oleh masyarakat. Permintaan pasar yang terus meningkat memberikan angin segar bagi para pembudidaya jamur tiram. Setahu saya usaha budidaya jamur tiram ini nggak begitu susah. Harga jualnya juga relatif stabil. Pertumbuhannya cukup cepat dengan tingkat kegagalan yang minim, terutama akibat serangan hama. Kalau saya tidak salah, bibit media tanam (baglog) biasa dibeli dengan harga 2 ribu, bisa anda panen hanya dalam waktu 2 sampai 3 bulan saja. Satu baglog mampu menghasilkan kira-kira sekitar 1 kg jamur tiram putih. Harga jualnya adalah 10 ribu per kg untuk jamur tiram putih segar dan 40 ribu per kg untuk jamur tiram kering. Pembuatan baglog dan kumbung jamur tiram putih tidak terlalu sulit. Hanya saja ada satu hal yang harus anda perhatikan, yaitu usahakan pembuatan kumbung jamur tiram dibuat di daerah dengan kelembaban yang tinggi dan intensitas matahari yang rendah. Rak sebagai tempat dimana baglog disusun juga hanya menggunakan bilah-bilah bambu. Anda bisa menggunakan atap yang terbuat dari anyaman bambu (gedek) atau genting untuk kumbung jamur. Yang penting tidak terkena hujan dan matahari langsung. Dan juga, hindari pestisida, kata mbak Oktivia. Untuk dinding kumbung, sebaiknya anda alasi dengan plastik yang berfungsi sebagai penyejuk ruangan kumbung jamur. Untuk baglognya, anda bisa beli di pasaran dengan kisaran harga 2-3 ribu rupiah. Akan tetapi apabila anda ingin membuat baglog sendiri guna menekan biaya, proses pembuatannya adalah sebagai berikut: Bahan yang dibutuhkan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Bibit media tanam. 50 kg serbuk gergaji. 10 kg bekatul (dedak halus). Satu kg kapur. 14 kg air. Polybag. Cincin, terbuat dari bambu yang dipotong. Plastik, kapas dan karet penutup.

Langkah pembuatan : 1. Campurkan bahan berupa serbuk gergaji, bekatul, kapur dan air lalu aduk hingga merata. 2. Masukkan bahan sebanyak 500 gram dalam polybag lalu dikancing dan tutup dengan plastik dan ikat dengan karet sehingga membentuk seperti lubang tutup botol (baglog). 3. Sterilisasi media dengan cara steam baglog dalam autoclave bertekanan 1,5-2,5 bar atau 200 derajad celcius selama 2 jam. 4. Dinginkan baglog dalam ruangan selama 6-10 jam. 5. Masukkan bibit media tanam dalam lubang baglog lalu ratakan kemudian sumbat dengan kapas dan ikat kembali dengan plastik dan karet. 6. Simpan baglog dalam ruangan pemutihan sehingga terjadi penyebaran bibit miselium dari bagian atas baglog ke bagian bawahnya sehingga baglog yang awalnya bewarna cokelat berubah menjadi putih. (dalam waktu 3 minggu miselium telah menyebar lebih dari 3/4 baglog dan baglog siap dipindahkan ke rak pertumbuhan). 7. Simpan baglog dalam rak dengan cara terlentang dan ditumpuk hingga 10 tumpukan. 8. Seminggu kemudian jamur telah ditumbuhi dengan miselium dan jamur siap tumbuh. 9. Buka ikatan dan kapas pada cincin sehingga batang jamur dapat tumbuh keluar. 10. Dalam 1-2 minggu berikutnya jamur sudah matang dan siap dipanen. Nah, untuk simulasi analisa biaya dan keuntungannya peluang usaha agribisnis jamur tiram putih, bisa anda lihat di bawah ini :
Investasi awal : Pembuatan kumbung dan rak bambu : Rp 2.000.000,00 Autoclave : Rp 7.500.000,00 Sewa lahan 3 tahun : Rp 6.000.000,00 Perlengkapan Budidaya : Rp. 6.000.000,00 Total investasi awal : Rp 21.500.000,00 Bahan baku : Bibit : Rp. 700 .000,00 Serbuk gegaji, bekatul, kapur : Rp 800.000,00 Polybag, plastik, karet, kapas : Rp 2.500.000,00 Total biaya bahan baku : Rp 4.000.000,00 Biaya operasional : Gaji karyawan 6 orang : Rp 4.500.000,00 Honor karyawan borongan 15 orang @Rp. 20.000,00 : Rp. 3.000.000,00 Listrik, air, telepon : Rp. 500.000,00 Transportasi : Rp. 300.000,00 Total biaya operasional : Rp 8.300.000,00 Biaya pemasaran : Iklan : Rp. 400.000,00 Komisi sales (5% dari omset) : Rp. 1.000.000,00 Total biaya pemasaran : Rp. 1.400.000,00 Omset : Penjualan jamur tiram segar : Rp. 20.000.000,00 Keuntungan bersih : Rp. 20.000.000,00 (Rp. 4.000.000,00 + Rp. 8.300.000,00 + Rp. 1.400.000,00) = Rp. 6.300.000,00

Dalam berinvestasi, investor memiliki tujuan untuk memaksimalkan returnnya tanpa melupakan faktor risiko investor yang harus dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Sedangkan risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return yang akan diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, maka semakin besar pula risiko investasi tersebut. Terdapat beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi, diantaranya adalah : 1. Risiko suku bunga Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, yang berarti jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun. Demikian pula sebaliknya, apabila suku bunga menurun, maka harga saham akan meningkat. 2. Risiko pasar Yang dimaksud risiko pasar adalah fluktuasi pasar yang secara keseluruhan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, maupun perubahan politik. 3. Risiko inflasi Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Maka dari itu, risiko ini juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. 4. Risiko bisnis Risiko bisnis merupakan risiko yang terdapat dalam menjalankan bisnis suatu jenis industri. Misalnya perusahaan pakaian jadi yang bergerak di bidang industri tekstil, akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik industri tekstil itu sendiri. 5. Risiko finansial Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan hutang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar hutang yang digunakan, maka semakin besar pula risiko yang akan ditanggung. 6. Risiko likuiditas Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, maka semakin likuid sekuritas tersebut. Dan demikian pula sebaliknya. 7. Risiko nilai tukar mata uang (valas) Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan nilai mata uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal dengan nama currency risk atau exchange rate risk. 8. Risiko negara Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri, maka stabilitas ekonomi dan politik negara bersangkutan akan sangat perlu diperhatikan guna menghindari risiko negara yang terlalu tinggi. Selain risiko di atas tersebut, dalam manajemen investasi dikenal pembagian risiko dalam dua jenis, yaitu risiko sistematis dan risiko unsistematis. Risiko sistematis merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Sedangkan risiko unsistematis merupakan risiko yang tidak berkaitan dengan perubahan pasar secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai